Rate: T

Genre: Adventure, Supernatural, Fantasy

Disclaimer: Zutto… Masashi Kishimoto

Story by: Kazuki

Pair: NaruHina, ShikaTema

WARNING: AU, OOC, Ide basi, alur cepat, abal, berantakan, de el el

}-KALO NDAK SUKA NDAK USAH DIBACA-{


.

.

The Music Room

.

PROLOGUE

.

"Kau kalah lagi Hinata!" teriak seorang Karin.

"Apa boleh buat. Kau sudah kalah lima kali," tambah Matsuri.

Hinata Hyuuga, salah satu anak keturunan bangsawan ternama di Konoha. Sering menjadi korban bully oleh siswa lain di sekolah. Sifat pemalunya sering menjadi bahan bully. Hanya Karin dan siswi-siswi genk-nya yang mau berteman dengannya. Hanya mereka yang mungkin mengerti seorang Hinata.

"Bagaimana? Kau sudah terlalu sering memilih jujur. Bagaimana jika kau mencoba berani?" tawar Yukata dengan seringainya.

"Bagaimana jika kau berani mencium kekasihmu, Naruto, di depan kami?"

Kekasih Hinata –Naruto Uzumaki, anak dari kepala sekolah Heiwa High School, tempat mereka bersekolah. Dengan alasan tidak jelas Naruto menerima cinta Hinata. Hal ini memperburuk suasana. Hinata semakin dihina, dicaci maki, dan direndahkan karena taksi nekatnya. Umur hubungan mereka sekarang sudah dua bulan.

"Jangan!"

Karin berdiri di tengah mereka –teman-teman genk-nya. Dengan seringai liciknya ia menatap lurus ke arah Hinata. Dilihat seperti itu oleh temannya sendiri, Hinata hanya bisa menunduk.

"Silahkan menghukumku apa pun yang kalian mau," kata Hinata lesu. Membuat suasana di sekitarnya menjadi tegang. Karin tampak berfikir keras. Hingga senyuman mengerikan muncul dari bibirnya.

"Aku ingin…," Karin menghela nafas sebentar, "Hinata masuk keruangan paling seram di sekolah ini pada pukul sebelas malam."

Semua orang yang terlibat dalam game itu shock mendengarnya.

"Aku tak keberatan jika harus pergi ke dalam ruang musik larut malam," jawab Hinata tegas. Semua orang menatap lurus padanya. Ini bukan Hinata. Bukan Hinata yang pemalu. "Jangan menertawakanku Temari-san."

Tawa kecil dari seorang gadis yang disebutkan namanya berhenti. "Aku sama sekali tidak menertawakanmu Hinata. Aku hanya terkejut, melihatmu seperti ini," jelas gadis bernama Temari itu.

"STOP! Aku tidak mau ada pertengkaran disini!" perintah Karin. Seringai di wajahnya kian melebar sambil terus menatap Hinata. Semua yang melihat bergidik ngeri melihatnya. Karin dikenal sebagai siswa yang suka bergossip. Satu-satunya yang mengerti Hinata. Tiba-tiba berbuat seperti itu.

"Kalian semua harus berada di sekolah nanti malam sekitar pukul setengah sepuluh. Mari kita lihat apa yang terjadi pada Hinata. Tolong jangan beritahukan ini kepada guru-guru!"

"Karin," panggil Temari kepada Karin sambil mengangkat tangannya.

"Aku ada acara keluarga. Karena besok hari Minggu. Hari libur. Keluargaku mengajakku dan saudara-saudaraku pergi berlibur malam ini dan baru pulang besok."

Karin selaku ketua genk mengerutkan dahi. Berpikir. "Kau begadang bersama keluargamu?" tanyanya serius, "Atau kau ingin mengajak Shikamaru nge-date hingga tengah malam?"

Temari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku serius Karin. Aku menginap, bukan begadang."

"Oh," Karin hanya ber-oh-ria. "Boleh saja. Mari kita lihat aksi Hinata nanti bagi yang ikut nanti," lanjut Karin lalu mengambil tasnya dan pergi dari situ diikuti oleh yang lainnya.

.

.

.

.

.

Naruto, yang dari tadi bermain basket bersama teman-temannya saat permainan Karin berlangsung mengerenyitkan dahinya. Lalu matanya membulat

"Kau serius Hinata! Kau tahu kan, ruang musik itu banyak sekali cerita-cerita aneh. Apalagi tentang cerminnya!"

"Aku yakin. Daripada aku harus menyerahkan Narutoku pada mereka, lebih baik aku menerima tantangan Karin," kata Hinata santai.

Naruto sudah tau sifat Hinata padanya. Dibalik sifat pemalunya, ia memiliki sikap yang amat sangat manis di depannya. Bisa dibilang terobsesi. Dulu, sebelum ia menjadi kekasih si pemalu ini, Hinata pernah menyelamatkan nyawanya dari segerombol preman yang mengepungnya hingga ke ujung suatu gang. Ia sangat geram. Dengan semangat membara ia melawan preman-preman itu. Namun hanya dua yang terkalahkan, sedangkan jumlah yang tersisa ada tiga. Sebelum preman membuatnya babak belur, Hinata datang dan merubuhkan semuanya hingga berlumuran darah.

Dan yang paling menyeramkan.

"Kau baik-baik saja kan? Aku sudah menolongmu dari preman-preman ini. Ini sangat mudah."

Kalimat yang Hinata ucapkan. Sangat diluar sifat aslinya yang pemalu.

"Naruto-kun?"

Naruto bangkit dari pikirannya. Ia melirik ke arah Hinata yang berada di sebelahnya. "Kau nanti ke sekolah lagi jam setengah sepuluh malam?"

"Iya," jawab Hinata dengan senyum manisnya.

"Ku harap kau baik-baik saja."

.

.

.

.

Ruang musik. Di Heiwa High School, ruang ini dikenal dengan ruangan dengan seribu bayangan. Ya, ada dua belas cermin besar yang dipasang saling berhadapan. Banyak cerita beredar kalau cermin itu sering terlihat hal-hal mistis.

Karin menantang Hinata untuk masuk ke ruang musik pada pukul sebelas malam. Ia dan beberapa teman se-genk nya menunggu di tempat parkir sekolah yang luas. Senyuman –lebih tepatnya seringai semakin melebar pada bibir gadis bersurai merah tersebut saat melihat Hinata datang dengan pakaian biasanya.

"Hinata," sapanya. Hinata hanya menunduk.

"Sudahkah kau siap?" tanyanya dengan seringainya.

"Aku siap."

"Ikuti aku." Hinata dan yang lainnya mengikuti Karin sambil membawa senter masing-masing ke dalam sekolah yang gelap. Banyak diantara mereka bergidik ngeri sehingga sampai berpegangan satu sama lain. Semua itu berhenti ketika mereka sampai di depan…

Ruang Musik.

"Nah Hinata, silahkan masuk." Karin membukakan pintu ruang musik dan mempersilahkan masuk. Semua yang melihatnya bergidik ngeri melihat Hinata masuk. Karin lalu menutup pintunya.

"Kalian semua, ayo kita pulang," perintah Karin.

"Hinata nanti bagaimana?" tanya Matsuri yang juga ikut. Karin melebarkan seringai di bibirnya.

"Kita lihat apakah ia akan bertahan sampai besok?"

.

.

.

.

Hinata menatap kosong ke seluruh arah. Kondisi ruang musik yang tak dapat ia deteksi secara langsung. Terkadang matanya melihat cahaya aneh di sekelilingnya. Namun, ia tidak takut. Ia dapat melihat hal-hal aneh disini? Iya. Semua cerita mistis tentang ruang musik yang beredar ternyata hampir benar.

Hinata menikmati semuanya hingga semua cermin diruang musik itu bersinar. Matanya melihat sekeliling. Tubuhnya mulai bergetar. Cermin-cermin yang dipasang berhadapan itu tidak memperlihatkan efek 'seribu dimensinya'. Cermin itu menampakan sebuah ruang kosong lusuh. Dan lalu alam terbuka. Sehingga cermin-cermin itu nampak seperti jendela. Angin yang sangat kencang ia rasakan. Atap ruang musik dan seluruhnya dindingnya hilang ditelan angkasa begitu saja. Anehnya, badan Hinata tidak ikut terbawa oleh sang angin. Hinata menutup matanya.

Lalu membukanya kembali. Ia melihat banyak pohon di sekitar. Langit biru cerah berawan menghiasi langit. Ia berlari kesana-sini.

.

.

.

.

"Dimanakah aku berada?"

.

.

.

.

TBC


A/N: Ini fic paling serius yang pernah kubikin. Pair ShikaTema-nya baru saya munculin mungkin chapter 1 atau 2. Ini baru prologue-nya. Usahakan saya update-nya tidak terlalu lama. Bagi yang sudah membaca, saya ingin kritik dan sarannya. RnR?

Iriyama Kazuki