Author yg membutuhkan kritik dan saran di setiap FFnya :v
*gak maksa sih* :p

.

.

Yunho membuka kedua matanya, saat merasakan hempasan angin basah membelai wajahnya. Kedua matanya menyipit, memperhatikan keadaan sekitarnya dengan teliti. Suara deburan ombak mendengung di telinganya, terdengar begitu keras, dan… nyata.

Yunho menemukan kedua orang tuanya, tengah berjalan beriringan, mengikuti jejak Eunjae yang berlari bersama Taepoong di depan mereka. Suara tawa kakak laki-lakinya juga gonggongan Taepoong yang masih bisa ia dengar, terasa asing namun ia kenal.

Sebuah helaan napas menarik Yunho untuk melihat ke sampingnya. Ia dapat melihat Jaejoong, tersenyum senang manatap hamparan pasir keemasan juga laut yang terlihat berkilauan karena cahaya matahari.

Laki-laki manis itu memperlihatkan deretan giginya yang rapi ke arah Yunho, sebelum merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

Tubuh Yunho bergerak secara reflek, saat namja cantik itu melangkahkan kakinya mendekati gelungan ombak jinak yang membasahi pasir lembut itu.

Ia dapat mendengar sebuah pekikan kecil, saat kaki putih milik Jaejoong tertabrak oleh air asin nan dingin itu. Yunho melemparkan tatapannya pada kakinya yang juga terkena air.

Saat kembali mengangkat pandangannya. Kedua matanya melebar, ketika ia tidak menemukan Jaejoong di sisinya. Tenggorokannya seakan tercekat, pakaian yang teronggok di sebelahnya membuat kehawatiran Yunho semakin meningkat.

Kedua mata tajam itu bergerak gelisah, menyapu sekelilingnya dengan kalap. Yunho memutar-mutar tubuhnya, mencari keberadaan Jaejoong di sekelilingnya.

Napasnya terhenti seketika, saat menyadari, objek yang ia cari-cari selama ini, berada di depannya, dengan gelungan ombak tinggi, yang hampir menenggelamkan dadanya.

Dengan kalut Yunho mencoba untuk memanggil nama Jaejoong. Tenggorokannya terasa sakit saat ia berusaha untuk berteriak meminta bantuan pada keluarganya. Namun yang ia lihat, mereka sama sekali tidak menyadari keberadaannya.

Pemuda tampan itu menarik rambutnya frustasi, menyadari air laut yang mulai menyelimuti tubuh Jaejoong sebatas dagu.

Dan ia berlari.

Mencoba untuk melupakan segala ketakutannya selama ini dengan berlari. Ia berlari, tak memperdulikan bajunya yang mulai berat, karena air laut yang membasahinya.

Bunyi dengungan terdengar di kepala Yunho, seakan membuat semuanya dalam mode mute, dan tak membiarkan sebuah suarapun terdengar di tempat itu.

Yunho terus berteriak memanggil nama Jaejoong. Namun tak ada satupun suara yang keluar dari mulutnya. Ia mencoba untuk menggapai namja yang hanya berjarak beberapa meter saja darinya, namun semuanya terasa jauh.

Dan tiba-tiba, semua suara itu kembali. Deburan ombak yang terdengar begitu dekat dan kasar memenuhi pendengaran Yunho. Suara lengkingan ummanya dari kejauhan, juga teriakan Eunjae dan appanya terdengar sayup-sayup memasuki pendengarannya.

Tapi ia hanya terfokus pada satu hal. Yaitu namja yang ada di depannya. Kepala Jaejoong mulai tertutupi oleh gelungan air yang terasa dingin menusuk itu.

Sedikit lagi, ujung tangan Yunho tinggal sedikit lagi meraih Jaejoong. Dan saat ia berhasil mencengkeram bahu pemuda manis itu. Yunho bisa merasakan langkahnya terjatuh. Seakan menginjak sebuah lubang yang dalam, menariknya jatuh kedalam air.

Pandangan Yunho mengabur karena air asin yang memenuhi sekitarnya. Hanya satu yang bisa ia lihat, yaitu gelap. Semuanya begitu gelap disini, cahaya matahari terlihat begitu jauh di atasnya.

Ia bisa merasakan sesuatu bergerak di sekitarnya. Kemudian ia melihat Jaejoong. Mengenakan baju Yunaninya, dengan sirip yang berada di tangan dan kakinya, terbuka lebar.

Sebelah tangan Jaejoong terangkat untuk meraihnya, dan Yunho berenang mendekati makhluk itu. Tepat sebelum kedua tangan mereka bersentuhan, sesuatu mencekat leher Yunho.

Udara. Itu yang ia butuhkan saat ini. Namja itu mulai meronta, dengan kedua tangan yang memegang erat pada lehernya. Ia membuka kedua matanya, dan saat ia mencoba untuk meraih Jaejoong kembali, sesuatu yang kuat menariknya menjauh. Jauh, semakin jauh, amat jauh dari Jaejoongnya.

Dan semuanya gelap.

.

.

Yunho membuka kedua matanya seakan dikejutkan oleh sesuatu. Napasnya terdengar berat dan memburu. Ia bisa merasakan keringat dingin yang membasahi kaus tanpa lengan miliknya. Sesuatu yang keras berdentum di dadanya, membuat tubuhnya bergetar ketakutan.

Napas Yunho mulai tenang secara perlahan, menyadari keberadaan makhluk yang tertidur dengan pulas tepat di depannya.

Yunho mulai bisa merasakan ketenangan yang merambati dirinya, mendengar dengkuran halus dari Jaejoong, itu seakan bekerja layaknya narkoba, menenangkannya, dan membuatnya terbius.

Rasa kantuk kembali menyergap otaknya secara perlahan. Merambat secara diam-diam seperti pencuri.

Ia mengangkat sebelah tangannya, menyentuh pipi Jaejoong dengan lembut, dan mengistirahatkan tangannya di sana.

"Kau… tidak akan meninggalkanku, kan?" gumamnya sebelum kembali terlelap dengan tenang.

.

.

"Aku dengar, kau membawa temanmu untuk tinggal disini?" Jung Eunjae berusaha menelan sarapannya agar suaranya terdengar lebih jelas.

Yunho mengalihkan tatapannya dari nampan berisi dua porsi sarapan di depannya untuk menatap kakaknya itu sejenak.

"Hmm, dia akan tinggal disini mulai sekarang. Umma sudah menyetujuinya" pemuda itu kembali menekuni makanan yang ia tata di atas dua buah piring lebar.

Eunjae mengerutkan keningnya bingung. Ia meletakan garpu dan sendoknya ke atas piring secara hati-hati, dan membuat pose berpikir.

"Bukankah itu aneh? Aku kira, umma bukanlah tipe orang yang mudah untuk menerima orang asing begitu saja. Kau ingat temanku, Yoochun?"

Yunho tertawa renyah mengingat nasib teman kakaknya itu.

"Yeah, itu karena dia mengajakmu menonton film biru di rumah ini. Jangan salahkan umma kalau dia memberikan kue gratis, untuk wajahnya yang tampan itu" namja itu kembali tertawa lantang.

"Lagipula, temanku ini berbeda. Dia spesial" Yunho mengerutkan hidungnya saat tersenyum lebar, membuat Eunjae merasakan hawa dingin yang tiba-tiba merambati tengkuknya.

"Kau aneh!" Serunya sambil melempar Yunho menggunakan serbet makan miliknya.

"Yah!" Pekik si bungsu Jung itu tidak terima. Ia kembali melemparkan serbet putih itu ke arah kakaknya, namun dengan sigap di tangkap oleh namja manis itu.

"Tapi aku penasaran..." Eunjae membuat pose berpikir, kemudian menatap Yunho dengan curiga.

"Bagaimana bisa petugas museum itu memilihmu sebagai penggantinya kemarin? Bukankah itu berarti, selama 3 hari lalu, kau dan temanmu berada di museum besar itu sendirian? Menurutku terlalu banyak konsekuensi jika hanya kalian berdua yang dipilih sebagai penjaga" Eunjae menatap Yunho dengan tatapan menilai.

Yunho memang memberitahu keluarganya, bahwa Jaejoong juga salah satu penjaga yang menggantikan Lee ahjumma kemarin. Menurutnya itu lebih aman, ketimbang mengatakan yang sesungguhnya pada mereka.

"Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya berkata pada ahjumma penjaga itu, bahwa aku adalah anak yang bisa dipercaya dan aku pernah belajar Aikido dulu" kata Yunho acuh.

Eunjae refleks melemparkan kembali serbet makan miliknya ke arah Yunho, setelah mendengar penuturan yang dikatakan pemuda itu.

"Bisa dipercaya? Aku tidak salah dengar? Lalu bagaimana dengan X-boxku yang entah bagaimana nasibnya sekarang?" Eunjae menggigit bibir bawahnya merasa gemas pada adik bungsunya ini.

"Lagipula, Jung! Yang kau pelajari itu Hapkido, bukan Aikido. Memangnya kau wanita? Dan apakah kau lupa? Kau belajar Hapkido saat duduk di kelas 4 sekolah dasar, bodoh" Eunjae hampir saja melempar sendok juga garpu besinya ke arah Yunho jika ia tidak mengingat kondisi ummanya yang bisa saja berubah menjadi Hulk versi wanita jika marah.

Eunjae bisa melihat mulut Yunho terbuka lalu terkatup, hendak menjawab. Namun namja itu hanya mendengus keras, kemudian berlalu sebelum kembali mengembalikan serbet Eunjae secara tidak sopan.

Si sulung Jung itu menatap punggung Yunho yang keluar dari ruang makan membawa sebuah nampan berisi dua piring sarapan dengan tatapan tajam.

Sebenarnya ia tidak sebal ataupun merasa benci pada adiknya ini. Namun perkataan langka yang keluar dari bibir yang berbeda dari miliknya itu membuatnya gemas. Sehingga ia merasa ingin sekali menggigiti kepala adiknya itu sampai hancur, sebagai pelampiasan ke-gemasannya.

Memang aneh, mengingat pagi ini, adiknya yang pendiam dan sangat jarang bersosialisasi itu menjadi lebih ceria juga banyak bicara. Mungkin terlalu lama berada di museum, membuat sesuatu menyangkut di otaknya. Yah, sesuatu? Atau seseorang?

.

.

Yunho mendorong pelan pintu kamarnya, dan melihat Jaejoong yang duduk di atas ranjangnya dengan kaki menggantung yang ia gerakan maju mundur.

Namja itu mengenakan sweater putihnya, sehingga ia harus menggulung bagian lengan sweater itu agar tidak menenggelamkan lengan Jaejoong.

Ia bersyukur Jaejoong sudah bisa mengenakan baju sendiri, tapi namja itu belum sanggup jika disuruh mengenakan celana sendiri. Menurut Yunho, kaki Jaejoong cukup kuat untuk berenang, namun terlalu lemah untuk berdiri. Mungkin perlahan-lahan, ia dapat mengajarkan semuanya pada namja itu.

Jaejoong hanya mengenakan celana pendek milik Yunho saat itu. Namun, sweater Yunho saja-sebenarnya- sudah cukup panjang untuk menutupi pahanya. Jadi Yunho rasa, itu tidak masalah. Hanya sirip panjang yang terbentuk di betis bagian belakang namja itulah, satu-satunya hal yang terasa janggal disini.

"Aku tidak tahu apa yang kau makan selama berada di..." Yunho mengernyit, memikirkan kata yang tepat untuk melengkapi kalimatnya.

"Di tempat tinggalmu yang dulu" namja itu tersenyum menatap kedua mata Jaejoong yang besar. Kemudian menyerahkan sepiring makanan pada pemuda manis itu.

"Tapi aku memakan ini setiap harinya. Jadi... Mungkin kau juga akan suka" Yunho duduk di samping Jaejoong, menggerakan sendoknya dengan amat pelan kemudian menyuapkan scrambled egg ke mulutnya.

Ia melirik pada Jaejoong yang memperhatikannya lekat. Ia tahu, pemuda itu sedang 'belajar' sekarang, jadi ia sengaja melakukannya dengan amat pelan, sehingga Jaejoong tidak. akan salah saat mempraktekannya nanti.

"Aku yakin kau pasti belum pernah makan telur sebelumnya. Dan yeah, menurutku rasanya enak. Cobalah"

Jaejoong menatap scrambled eggnya dengan tatapan menilai. Ia menggenggam sendoknya menggunakan kelima jarinya, kemudian berusaha mengambil makanannya dengan kaku.

Jaejoong terlihat kesulitan saat berusaha mengarahkan sendok itu kemulutnya, ia melakukannya dengan amat hati-hati, berusaha untuk tidak menjatuhkan potongan telur itu ke ranjang ataupun pangkuannya.

Yunho menatap ekspressi menilai dari Jaejoong saat namja itu mengunyah makanannya. Dan Jaejoong tersenyum senang.

Rasa asing yang bercampur dengan rasa asin yang dikenalnya, membuatnya terkagum-kagum(?) Ia tidak pernah berpikir akan ada rasa yang cocok untuk rasa asin sebelumnya. Ia pikir, hanya ikan, kerang, juga rumput laut -yang selama ini ia makan- saja yang cocok untuk rasa asin air laut.

"Kau suka?" Jaejoong mengangguk antusias, dan ia kembali menyuapkan satu suapan penuh ke dalam mulutnya. Ia menjatuhkan beberapa potong telur, dan menatapnya sejenak, sebelum mengambilnya menggunakan tangan, dan memindahkannya dari pangkuan menuju ke mulutnya.

"Umma sedang pergi bersama appa. Jadi aku rasa, kita akan berbelanja baju sekitar 2 jam lagi. Aku tidak tahu, selera fashionku tidak sebagus umma. Jadi kita serahkan saja semua kebutuhanmu nanti padanya" Yunho tersenyum sambil mengusap potongan-potongan kecil yang menempel di sekitar mulut Jaejoong.

"Uh, aku lupa! Aku belum memberitahu umma tentang siripmu" namja itu melotot horor melihat sirip kecil yang mengintip dibalik sweater Jaejoong.

"Astaga! Apakah ini tidak bisa hilang?" Yunho mengangkat tangan kanan Jaejoong, dan mengamati sirip tajam itu dari dekat.

"Ini menyambung dengan tubuhmu... Hmm, jadi aku rasa kita tidak bisa memotongnya" ia menarik-narik benda itu, membuatnya terbuka lebar.

"Apakah kau bisa menyembunyikannya?" Yunho berkedip menatap Jaejoong.

Ia menunjuk pada sirip yang sewarna dengan kulit namja itu, kemudian mengelusnya sehingga rata dengan kulitnya.

"Sembunyikan ini!" Ujarnya lagi.

Jaejoong mengerjap menatap Yunho juga siripnya bergantian. Dengan amat perlahan, ia menarik kembali tangannya, dan menyentuh sirip kecil itu. Yunho dapat melihat bahwa sirip itu merapat pada lengan Jaejoong, dan seakan menyatu dengan tubuhnya.

"Aah... Kau bisa melakukannya! Lihat! Sirip ini hampir hilang!" Pemuda tampan itu memekik senang. Ia memperhatikan lengan Jaejoong dengan seksama, melihat sirip yang tadinya timbul di lengan namja itu, sekarang masuk kedalam tubuhnya dan menyisakan garis lurus yang panjang, sepanjang sirip tadi.

"Ini hebat~" gumamnya dengan mata berbinar senang.

Jaejoong berkedip menatap Yunho dengan seksama, dahinya mengernyit dan mulutnya bergumam.

"He... Bat?" Begitu lirih, bahkan hanya tampak seperti pergerakan mulut tanpa suara, sehingga Yunho tidak menyadarinya.

Dan sekarang kita mengetahui satu hal. Bahwa makhluk ini, belajar lebih cepat melebihi apa yang kita kira.

.

.

.

Yunho meluruskan kakinya di bawah meja dengan ekspresi lega. Keringat-keringat kecil masih membasahi dahinya, dan napasnya masih sedikit tdak beraturan.

Ia melirik pada seorang namja manis yang duduk tepat di sampingnya. Melemparkan senyuman manis, saat kedua mata mereka bertemu.

Yunho terkikik geli, melihat kedua pipi Jaejoong yang memerah karena malu.

Ia kemudian menatap ummanya, yang baru saja selesai memesan makanan untuk makan siang mereka, setelah seharian berkeliling mall guna mencari baju yang pas untuk pria manis di sebelahnya ini.

Dan sayangnya, Yunholah yang bertugas untuk menggendong Jaejoong selama 3 jam mereka berputar-putar.

Yunho telah menjelaskan semuanya kepada ummanya pagi tadi. Tentang siapa Jaejoong sebenarnya. Ia memang tidak pernah bisa berbohong pada yeoja itu.

Namun anehnya, ummanya itu sama sekali tidak memprotes ataupun bertanya apapun.

Sehingga membuat Yunho menebak bahwa ummanya pasti mengira ia berbohong ataupun berhalusinasi.

"Mungkin kita bisa mampir ke toko sebentar untuk membeli sebuah kruk untuk Jaejoongie" usul umma Jung yang melihat guratan lelah di wajah Yunho.

Namja tampan itu mengangguk saja. Kemudian kembali melirik Jaejoong yang sibuk dengan botol merica dan garam di tangannya.

Tak lama, pesanan mereka datang, dan disambut dengan suka cita oleh ketiga makhluk yang telah kelaparan di meja itu.

Yunho dengan telaten mengajari Jaejoong bagaimana cara memakan pasta yang tadi ia pesankan.

Ia menghabiskan hampir 10 menit untuk menjelaskan pada namja itu semua yang ia ketahui tentang makanan di depan mereka. Sebelum memakan makanannya sendiri.

Yunho rasa, ia mulai ketagihan melihat ekspressi-ekspressi baru yang di tunjukan oleh Jaejoong. Saat namja itu mencoba makanan dengan rasa yang berbeda.

Ia tahu bahwa Jaejoong menyukai semua rasa. Dan namja itu belajar dengan amat cepat.

"Jae, ini adalah es krim. Aku pernah bercerita padamu saat kita di museum dulu, kan? Sekarang cobalah! Aku yakin kau akan menyukainya" ia menyodorkan semangkuk besar es krim stroberi pada namja itu.

Jaejoong yang sudah mulai ahli memegang alat makan. Mengambil satu sendok kecil makanan manis itu, dan memasukannya ke dalam mulut.

Kedua bola matanya melebar. Es krim terasa dingin dan manis. Ia menutup kedua matanya, saat es krim itu meleleh di dalam mulutnya.

Yunho dan umma Jung terkekeh senang melihat tanggapan positif namja itu.

Namun tawa mereka segera hilang, dan berganti dengan tatapan horor saat...

Pluk!

Satu sendok besar es krim itu masuk ke dalam piring pasta milik Jaejoong.

Kedua Jung itu tidak mampu menutupi keterkejutannya, melihat Jaejoong memakan dengan lahap makanan barunya.

Pria berwajah cantik itu bersemangat memasukan makanan yang tidak lazim itu ke dalam mulutnya. Menyebabkan daerah sekitar mulutnya kotor oleh saus dari pasta yang dicampur es krim miliknya tadi.

Ia mengangkat kepalanya, dan menatap kedua Jung yang masih menatapnya shock. Kemudian memberikan senyuman lebar dengan mulut yang penuh oleh makanan.

Umma Jung dan Yunho meringis terpaksa untuk membalas senyuman Jaejoong.

"Enak?" Tanya umma Jung pada akhirnya.

Yunho mengambil tissu, dan cepat-cepat mengelap mulut Jaejoong hingga bersih.

Namja manis itu mengangguk antusias. Membuat Yunho dan umma Jung terkekeh hambar.

Ternyata, Jaejoong adalah makhluk yang cerdas. Menggabungkan kedua makanan yang menurutnya enak, ke dalam satu piring.

Mungkin tugas Yunho bertambah lagi sekarang. Yaitu menetapkan peraturan pada makhluk cantik itu.

.

.

.

.

TBC
.

.

.

Sirip JJ terbentuk mulai dari pergelangan tangan, tepat di depan nadi, sampai ke lengan dalam.
Dan itu bentuknya kayak duri2 besar yg diselimuti oleh kulit tipis n licin
Dan itu bisa disimpen kayak kantong, atau di sembunyiin di dalem tangan
Ngerti gak?
Jadi itu gak bakal nusuk daging tangan JJ, karena itu emang ada tempatnya sendiri
Dan utk yg bagian kaki, itu dari atas tumit, sampe bawah potongan lutut
Sama kayak yg di tangan, jadi itu bisa disembunyiin

Tapi... Kalo di perhatiin dari deket, kalian bisa lihat sebuah garis lurus di tangan dia
Dan kalo kalian narik duri besar yg ada di dalem garis itu
Ya itu sirip JJ

Mudeng gak?

Kalo gak mudeng entar aku jelasin lagi -_-

.
.

Q&A

Jaejoong itu makhluk apa?

AUTHOR JUGA GAK TAUUUU
Bukan putri duyung, juga bukan kerang(?)

Dia itu makhluk ciptaan author sendiri -_-
Makhluk yg pernah diceritain ama temen author, yg katanya pernah muncul di desa dia :v
Tapi kalo makhluk yg diceritain ama temen author itu, makan manusia :v
Dan bisa ngabulin permintaan majikannya
JJ bukan pastinya :v
Dia makan telur tuh... Bukan manusia wkwkwk

Begitu?

Apa lagi? Bakal aku jawab :3

.

.

Udah segini dulu :3
Aku tau ini pendek (buanget~) tapi mohon dimaklumi...

Aku sibuk dg tugas sekolah dan PR dan tugas dan PR dan presentasi dan PR dan praktek dan PR

Jadi lebih baik aku tulis TBC dan update lama, daripada aku buat End tiba2 atau gak aku lanjutin sama serkali kan? :v
*kurang ajar*

.

.

.

.

THANKS BUAT SEMUA YANG UDAH MAU NGIKUTIN SAMPE SINI =D