Title : Rhythm of Love

Cast : Wu Yifan, Kim Joon Myeon, KrisHo pair

Other Cast : silahkan cari sendiri ._.

Genre : Romace, Drama, friendship, yaoi

Rating : T

Length : Chaptered

Warning ! : typo bertebaran, amateur writer, alur yang mungkin gak jelas dan segala kesalahan yang ada, disini saya selaku author minta maaf sebesar-besarnya (membungkuk 90 derajat).

Author : Sung Rae Yoo

.

Helloww…. :3

Heheeeiiii, Author lagi seneng nih (curhat dikit enggak papa kan? :3) gara2 try out keduaku hasilnya bagus dan naik peringkat cukup pesat (sujud syukur). Terus maaf ya kalau updatenya enggak bisa cepet gegara author lagi sibuk berfangirling (?) ah ya ampun ini perasaanku aja atau emang Krisho moment dimana-mana makin banyak ya?

Ah sudah cukup. Terima kasih bagi yang sudah membaca serta mereview. BIG THANKS :D

Ini chapter 10nya…

/bow/

.

.

[Chapter 10]

.

(disarankan memutar lagunya Jin – Gone kalau membaca bagian awal-awal chapter ini :3 *apaan sih)

.

Sehari setelah keberangkatan Suho ke Perancis.

Kris duduk sendirian di sofa ruang tengah. Di hadapannya TV mati. Entah karena apa, Kris seperti kehilangan separuh hidupnya sekarang. Matanya terus memandang suatu pintu. Pintu kamar Suho. Entah karena apa juga, Kris berdiri, melangkahkan kakinya menuju kamar tersebut dan membuka pintunya.

Sepi.

Kris memasuki kamar itu dan merebahkan diri di kasur lalu memejamkan mata. Menghirup bau Suho yang menyeruak di kamar itu. Membuat Kris merindukan kekasihnya. Dia ingat bagaimana Suho menciumnya di bandara sangat lama. Tak menghiraukan banyak pasang mata yang melihatnya, Suho mendekapnya begitu erat sambil menahan tangisnya agar tidak keluar. Suho mengerti bagaimana dia akan merindukan Kris setelah ini. Begitupula Kris, dia akan merindukan Suho, biasanya, hanya beberapa jam Suho tidak ada di sampingnya, Kris langsung merasa kesepian dan merindukannya. Dan sekarang selama 6 bulan. Di negara yang jauh pula. Bohong jika Kris tidak merindukan Suho.

Si tiang itu menelusuri kamar Suho yang rapi dan terkesan lembut. Dia tersenyum melihat gantungan foto Polaroid yang mayoritas adalah foto mereka berdua, di dekat meja belajar serta bebebarapa bingkai foto di meja yang cukup besar tersebut. Entahlah Kris tidak tahu, kapan Suho punya waktu untuk mencetak semua foto-foto itu.

Kris beranjak dari ranjang lalu duduk di kursi meja belajar. Tangannya mengambil sebuah buku secara acak dari rak buku Suho. Kris terkejut saat mendapati buku itu adalah sebuah scrapbook. Banyak sekali foto, tempelan dan hiasan-hiasan disana.

Kris tersenyum saat mendapati sebuah foto selca Suho disana, sebaris pertama di atas foto itu tertulis tanggal. Dan dibawahnya ada sebaris tulisan.

'Ini hari dimana aku mencium orang pertama kali. Dan aku dicium orang untuk pertama kali juga'

Kris tersenyum kecil, pikirannya memutar memori saat Suho pertama kali menciumnya saat dia sakit dan tidak mau sarapan. Tangan Kris kini membalik lembar buku itu.

Ada foto lagi dan banyak tulisan. Membuat Kris tersenyum-senyum sendiri dan membayangkan akan betapa marahnya Suho saat mengetahui buku pribadinya itu dibuka orang lain tanpa seijinnya.

'Hari ini Kai memintaku jadi pacarnya. Apa yang harus kulakukan? '

Senyum Kris memudar saat tulisan itu dia baca. Tapi, begitu halaman selanjutnya dia buka, senyuman kecil di bibir pemuda itu terukir lagi.

'Apa aku menyukai Kris? Suka? Atau tidak? Aku bingung! _'

Kris membuka beberapa lembar halaman sekaligus dan menemukan sebuah gambar kalender dan dia lingkari dengan tanda merah di salah satu angkanya.

'aku dan Kris menjadi sepasang kekasih. Hari ini. Dia menciumku lagi. Aku gugup… .'

Perlahan Kris membalik lagi lembarnya, beberapa lembar hingga dia mendapati lembar dimana itu masih baru di tulis Suho lusa kemarin.

'Kris. Maafkan aku. Aku akan pergi. Tapi aku akan kembali, aku janji. Aku selalu merindukanmu. Kau tahu kan? T.T saranghae'

Kris menutup buku itu saat dia tahu itu adalah tulisan terakhir Suho.

Matanya berair begitu dia tahu Suho sangat berat meninggalkannya. Dia ingat begitu Suho mengatakan akan pergi dengan tubuh bergetar seperti tersengat listrik.

Dia ingat juga, bagaimana Suho memeluknya erat saat tidur.

Kalimat manjanya.

Bagaimana saat dia marah.

Saat jari-jari mungilnya menyentuh piano. Benda kesayangannya.

Begitu jelas di pikirannya wajah Suho yang mudah memerah bahkan menjalar sampai telinga saat dia merayunya, mendekatkan dirinya pada tubuh mungil kekasihnya itu. Memeluknya atau sekedar mengusap-usap rambutnya.

Tentang pukulan manja Suho saat dia seenaknya mencuri ciuman di bibir kekasihnya itu.

Dan Suho yang selalu akan membenamkan wajah di dadanya saat mereka berdua selesai berciuman. Kris yakin itu adalah bentuk pengalihan rasa malu Suho.

Masih begitu jelas, dan begitu terasa sentuhan hangat tangan lembut itu di pipinya. Morning kiss yang selalu diberikan Suho. Dan pelukan saat tidur.

Kris merindukannya.

Kakinya kini beranjak dari kursi dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang hangat Suho. Dia tertidur disana, setidaknya, meskipun Kris tidak bisa menyentuh Suho sekarang, Kris bisa mencium baunya. Bau manis yang tersebar di seluruh kamar ini.

.

.

Suho membuka jendela apartemennya. Dia baru bangun setelah kemarin dia baru tiba di Paris. Suho tersenyum kecil saat melihat menara Eiffel yang berdiri dengan congkak terlihat dari jendela apartemennya. Apartemen kecil itu kini jadi tempat tinggalnya selama 6 bulan kedepan.

Rasanya aneh dan asing.

Saat semua bau yang ada di sana berbeda dengan bau yang ada di rumah Kris.

Terasa janggal.

Saat dia bangun dan tidak melihat Kris.

Juga terasa sangat kurang.

Jika saat pagi hari dia tidak memberikan morning kiss untuk kekasihnya itu.

Sepertihalnya Kris. Suho juga sangat merindukan sentuhan kekasihnya. Kakinya melangkah menjauhi jendela dan kini dia membuka koper. Menarik sebuah syal abu-abu yang ditinggalkan Kris untuknya. Suho ingat, Kris bilang syal itu akan membuatnya bisa mencium baunya kapan saja walaupun mereka berdua tidak berdekatan.

Perlahan, air mata tidak bisa dibendung lagi. Tubuhnya yang mungil bergetar hebat. Dia membenamkan wajahnya pada syal dan menghirup harum lavender yang keluar dari syal itu. Suho ambruk di atas ranjang. Tangannya meraih ponsel miliknya hendak menelepon Kris. Tapi, dia tahu kalau dia menelepon, Suho bakal tambah merindukan Kris dan dia akan menangis lebih kencang.

Jadi Suho urungkan niat itu dan kembali menyimpan ponselnya.

Tangannya mencengkram syal wol itu, nafasnya tersenggal karena menangis sambil tidur. Pelan-pelan, kesadaran Suho mulai berkurang. Tangisannya mulai tidak terdengar lagi tergantikan dengan sebuah dengkuran kecil dan wajah bayinya ketika tidur kini terlihat. Pipinya basah dan dia terlihat benar-benar seperti anak kecil saat tidur. Dan pipi itu selalu jadi sasaran Kris saat Suho tidur. Dia suka menciumnya, rasanya lucu dan selalu bisa membuat Suho melenguh atau menggeliat tidak nyaman. Tapi, tidurnya kali ini berbeda. Tak ada yang menganggunya, memasangkan selimut ke tubuh mungilnya atau sekedar iseng mencium pipinya. Semua perbuatan Kris baik saat Suho sadar ataupun tidak, sungguh membuat namja mungil itu benar-benar rindu.

.

.

"Jadi, pacarmu itu pergi ke Perancis?" tanya Chanyeol saat dia datang ke rumah Kris untuk mengerjakan tugas kelompok.

Kris mengangguk lalu mengambil secangkir teh.

"Kenapa kau tidak ikut saja?" tanya Chanyeol lagi.

"Aku tidak punya alasan untuk itu yeol" jawab Kris, dia meletakkan cangkirnya lalu mulai menulis sebaris kalimat di bukunya.

"Tentu saja kau punya alasan. Kau pacarnya!" Chanyeol menyenggol-nyenggol lengannya menggoda dan itu tidak membuat Kris lebih baik.

"Jangan aneh. Aku tidak mungkin mengatakan alasan itu di depan penyelenggara acara yang membawa Suho ke Perancis itu. Kau pikir ini lucu?" dengus Kris.

"Aish, sensitif sekali. Sejak pacaran dengan dia kau aneh Kris. Kau tahu, kau jadi 10 kali lebih menyeramkan!" Chanyeol balas mendengus sebelum akhirnya dia menyahut sebuah coklat di meja.

"Berhenti bicara dan jangan membuatku tambah merindukan Suho"

Chanyeol kini berhenti makan. Lalu tersenyum menggoda "Aingg… bagaimana kalau ditembak orang Perancis disana?"

"Aku akan menyeretnya pulang dan menguncinya di rumah" jawab Kris.

"Possessive sekali jadi orang" Chanyeol bertopang dagu, melihat Kris dari ujung kepala sampai kaki.

"Pasti kau juga akan possessive jika mengenai masalah baekhyun kan? Jadi jangan seenaknya mengataiku seperti itu. Bahkan kau mungkin lebih possessive dariku" jelas Kris.

"Mungkin iya. Tapi setidaknya otakku tidak semesum milikmu. Hei Ya! aku pernah melihat Suho saat pelajaran olahraga pagi. Kau tahu? bibirnya tambah memerah dan bengkak, lehernya juga banyak bekasnya, kau apakan dia malam sebelumnya hah? Untung saja tidak banyak yang menyadari!" ujar Chanyeol cepat.

Kris memutar bola matanya "Kau penasaran sekali apa yang aku lakukan dengannya"

Chanyeol menggerutu "Kau ini, pihak kedisiplinan sekolah bisa saja memasukkannya ke ruang bimbingan dan mengintrogasinya seharian"

"Itu bukan urusanmu yeol… apa kau tidak pernah mencium pacarmu sendiri?" tanya Kris enteng.

"Tentu saja pernah, tapi tidak sampai seperti itu. Aish, itu karena aku dan baekhyun tidak tinggal bersama" cibir Chanyeol.

"Oh, jadi kau iri denganku dan Suho yang tinggal serumah?" tanya Kris.

Chanyeol menjitak kepala Kris.

"Apa sih? Selesaikan tugasmu itu. Daripada tanganmu kau gunakan untuk memukulku!" Kris berteriak kecil.

"Sebenarnya aku iri denganmu sih, enak ya, kalau serumah berdua sendirian" ucap Chanyeol lambat-lambat.

"Hehe" Kris terkekeh "Menyenangkan memang. Aku bisa melakukan apa saja dengannya"

Chanyeol mendelik "Jadi, bekas di lehernya waktu itu benar-benar pekerjaanmu?"

Kris mengangkat alis "Memang"

"Ya ampun. Suho sudah ternoda" pekik Chanyeol.

"Astaga! Apa sih yang kau bicarakan yeol! Aku hanya menciumnya saja, tidak melakukan hubungan seperti itu! Jangan berpikiran macam-macam atau aku akan membuatmu tidak tenang di sekolah!" Kris akhirnya meluruskan pikiran Chanyeol yang melenceng itu dengan sedikit ancaman.

Chanyeol mengernyit tidak yakin "Sungguh? Mana bisa aku percaya otak mesummu itu Kris Wu"

Kris melanjutkan tugasnya "Kau ini bukan siapa-siapa kenapa mengurusi urusan pribadiku? Sudah sudah, kerjakan saja tugas ini. Dari tadi kau cuma makan saja. Ini masih banyak! Choi seongsaengnim bakal mengomel kalau kita tidak menyelesaikannya"

Chanyeol kembali menulis di buku jurnalnya, tapi, baru beberapa kali menulis, si jangkung bersuara berat itu menatap Kris lagi dan mengedarkan pandangan curiga.

"Benar kau tidak pernah melakukannya?" tanyanya lagi.

Kris tersentak dan kini meraup bantal dan melemparkannya ke muka Chanyeol "Bicara lagi akan aku tendang kau ke luar rumah. Jangan membuatku semakin merindukannya!"

Chanyeol terkekeh "Maaf maaf, Kris yang sedang sensitive memang menyenangkan digoda"

Kris mendengus, dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Tapi, entah kenapa dia jadi tidak konsentrasi dan malah melamun sekarang.

.

.

"Jadi, ini partitur lagu ciptaanmu sendiri? Hebat sekali" puji Suho pada salah satu teman barunya yang dia kenal lewat program beasiswa ini. Dia juga berasal dari korea tapi punya darah orang cina. Namanya Luhan. Mereka berdua kini barusaja selesai menjalani pelatihan dan sekarang mereka berdua ada di sebuah café. Karena Suho tidak terlalu bisa berbahasa inggris, dia sangat terbantu dengan Luhan yang kemampuan berbahasa inggrisnya itu melebihi dirinya.

"Terima kasih. Aku membuatnya ketika kekasihku dan aku anniversary yang ke 2 tahun. Tepat minggu lalu" jawabnya seraya tersenyum kecil.

"Oh, apa kau merindukannya?" tanya Suho "Pasti berat kan, meninggalkan kekasih sendiri"

Luhan mengangguk "Tapi, dia akan menjemputku 2 bulan sebelum aku kembali ke korea. Katanya, dia akan ke Paris karena urusan ayahnya"

"Wah, menyenangkan dong! Pacarmu pasti beruntung"

Suho tersenyum, melihat partitur lagu milik Luhan.

"Kalau kau…"

Suho mendongak, menatap Luhan yang menggantung ucapannya.

"…apa belum punya seorang kekasih?" tanya Luhan.

Suho mendadak kaku. Lalu kemudian dia tersenyum dan mengangguk kecil.

"Ada. Di korea sekarang!"

Luhan meneguk kopinya "Benarkah? Pasti dia sangat merindukanmu"

Suho tetap tersenyum "Iya. Dia berkata di telepon kemarin dengan suara aneh. Katanya dia begitu merindukan suaraku. Dia memang suka begitu. Aku jadi malu sendiri"

Luhan tertawa "Itu berarti dia memang mencintaimu! Kau beruntung juga punya kekasih seperti itu"

Suho tersipu dan mengangkat cangkir cappuccino miliknya, perlahan dia meminum kopi itu dengan beberapa tegukan.

"Aku tahu" jawab Suho "Aku juga sangat mencintainya"

Luhan tersenyum, lalu memandang partitiur lagu ciptaan Suho sendiri.

"Apa lagu ini juga tentang kekasihmu? Judulnya Rhythm of Love" tanya Luhan.

Suho mengangguk "Dia berkata, bahwa dia jatuh cinta padaku karena melihatku main piano dan melihat mata coklatku. Seolah sebuah nada yang kumainkan mengikat kami berdua"

"Aish romantis sekali!" pekik Luhan, lelaki yang setahun lebih tua dari Suho ini mengepalkan tangannya "Aigoo andai saja kekasihku seromantis pacarmu! Aku bisa blushing setiap hari"

Suho mengusap tengkuknya. Malu menjalar ke seluruh wajahnya yang memerah.

"Ah, aku jadi merindukannya hyung!" desis Suho kecil. Dia menatap jalanan Paris yang ramai.

"Baru merindukannya? Kalau aku mulai dari pertama aku pergi aku sudah merindukan pacarku. Aish, kau berkata seperti itu aku jadi ingin menelepon" ucap Luhan gemas.

"Kau telepon saja dia hyung!"

Luhan cepat menggeleng "Jangan. Pasti dia sedang ada pelajaran. Tidak enak menganggunya Jun, lagipula aku tidak bisa meninggalkanmu seenaknya dengan menelepon"

Suho tersenyum kecil lalu membereskan mapnya "Hyung, aku rasa kita harus kembali ke apartemen. Kita terlalu lama disini, sebelum hari jadi gelap"

Luhan balas tersenyum lalu berdiri "Baiklah, kalau begitu ayo kita kembali"

.

.

5 Bulan Kemudian…

Suho bangun dari tidurnya lalu mulai mandi. Hari ini adalah hari minggu dan dia tidak ada jadwal pelatihan. Lagipula, dia sekarang lelah dan ingin bersantai di dalam apartemen saja. Setelah dia mandi, Suho melirik kalender, dan dia tersenyum melihat bahwa kurang dari sebulan lagi Suho akan kembali ke korea.

Suho menuangkan sekotak yogurt lalu menambahkan beberapa buah beri-berian disana. Setelah membuat itu, dia duduk di sofa dan mengambil ponselnya. Dia mencari kontak Kris dan mengajak kekasihnya itu untuk melakukan video call.

"Anyyeong!" Suho memekik duluan setelah wajah Kris terpampang di layar ponselnya.

"Anyyeong, Suho-ya" Kris tersenyum juga dan melambaikan tangan.

"Aku merindukanmuuuu… kurang dari sebulan lagi aku akan kembali! Tunggu saja! Kau harus menjemputku di bandara!" oceh Suho.

Kris tertawa kecil "Arraseo"

Suho mengerucutkan bibirnya "Apa kau tidak rindu padaku? Kris?" tanyanya.

Kris malah tertawa keras "Wae? Bagaimana kalau tidak?"

Suho merengut "Aish! Jahat"

"Tentu saja aku merindukanmu. Kau tahu, kau berhutang banyak morning kiss padaku!"

Suho memekik "Apa aku harus membayarnya saat tiba di korea?"

Kris mengangguk dari sana "Tentu saja. Aku akan mengingatnya"

"Bibirku bisa berdarah Kris!"Rengeknya manja "Tak bisakah diganti dengan yang lain?"

Kris tampak berfikir "Bagaimana kalau aku menyerangmu di ranjang? Kurasa kita akan impas saat kalau begitu"

Wajah Suho memerah "YA! Mesum!" gerutunya.

"Eits, kau berhutang 6 bulan morning kiss padaku? Kau kira itu jangka waktu pendek? Itu lama sekali ho, kau harus tanggung jawab" ucap Kris.

"Kalau kau menyerangku di ranjang. Aku tidak akan yakin itu akan berhenti hanya dalam sekali!" tebak Suho.

"Mana aku tahu, kita belum pernah mencobanya!"

Suho melihat Kris menyunggingkan smirk miliknya.

"Aish! Aku salah meneleponmu pagi-pagu Tuan Wu, kau menghancurkan moodku! Berhentilah berpikiran mesum! Aku sedang tidak ada disana, jangan sampai kau cari pelampaisan. Akan aku hajar kau nanti!"

Kris tertawa keras "Mana bisa kau menghajarku? Tanganmu saja kecil begitu"

"Aku akan menendangmu!" dengus Suho kesal.

"Ya! Kau tidur saja masih kupeluk, sekarang mau menendang? Kau akan aku ikat dulu di tempat tidur!" kekeh Kris.

"YA! Wu Yi Fan! Kau mau aku mengamuk saat pulang nanti? Berhenti bercanda!" kesal Suho.

Kris tertawa lagi "Ya sudah ya, aku mau menemui seseorang dulu. Kau tutup saja ini!"

Suho mengernyit "Siapa?" tanyanya heran.

"Siapa ya?" Kris balik tanya.

"Kau selingkuh ya Kris? YA! YIFAN!" Suho marah sekarang.

"Sudah ya… bye bye" Kris tersenyum tanpa dosa lalu menutup sambungan.

"Wu Yi… YA! Kenapa kau tutup teleponnya! Aish, awas ya! Pulang-pulang kau akan aku jadikan barbeque panggang"

Suho menyendok yogurth berinya dengan cepat. Sebelum akhirnya, dia tersedak karena kaget ada yang mengetuk pintu apartemennya. Suho berfikiran itu mungkin manager atau Luhan hyung!

"Siapa?" tanya Suho lalu membuka pintu.

Matanya membulat begitu melihat seseorang yang berdiri di depan pintu.

Kris Wu.

"Ha.."

Baru mau mengucapkan salam, gebrakan pintu terengar keras.

BRAK!

Suho seperti mlihat hantu si pagi hari. Dia langsung menutup pintunya kembali dan mengatur detak jantungnya yang serasa mau turun ke ginjal.

"Ya! Ini aku! buka pintunya!" suara Kris dari luar terdengar.

"Siapa kau?" tanya Suho.

"Aku Kris!"

Suho menggeleng "Bukan! Ya! Aku akan panggilkan security kalau kau terus disana! Pergi!"

"Aku Kris Wu, ya ampun, Kim Joon Myun buka pintunya. Aku tahu, kau Suho, tinggal serumah denganku, suka makan es krim, suka main piano, percaya padaku! Ini aku Kris!"

"Aku tidak percaya!"

"Maka dari itu buka pintunya ! YA!"

"Kau siapa sih? Sana pergi ! Pergii" teriak Suho kencang.

"Ini aku, Kris. kau tidak ingat dengan kekasihmu sendiri? Aku baru saja meneleponmu kau tahu?"

Suho perlahan membuka pintunya dan melihat Kris di depannya.

"Kau?"

"Aku Kris"

"Serius?"

Kris mengangguk.

Suho merasakan Kris menarik tangannya dan menyentuhkannya pada pipi pemudia yang tinggi itu.

"Kau kira aku bercanda?"

Suho tercekat "Benarkah? Kenapa bisa? Kau sungguhan Kris? Kekasihku sendiri?" tanyanya. Oke. Jantunnya masih berpacu seperti balapan kuda.

Dengan cepat Kris menangkupkan tangannya dan mendorong tengkuk Suho lalu mengecup bibirnya singkat.

"Mungkin ciuman bisa membuatmu ingat lebih cepat"

Suho merasakan panas pada wajahnya "Kau memang Kris"

Kini si kecil itu yakin, yang di depannya adalah kekasihnya sendiri. Suho yakin karena ciuman yang sangat dia kenali ini. Ciuman Kris yang sudah lama dia tidak rasakan tapi dia masih bisa mengingat bagaimana rasanya.

"Kenapa kau disini?" tanya Suho heran.

"Aku kabur dari acara summer camp" jelas Kris.

"Kabur?"

Suho mengernyit heran karena Kris bisa mengatakan dia kabur dari acara tahunan itu begitu mudah seolah seperti habis mencuri cabai dari kebun tetangga.

Kris mengangguk "Aku tidak mau ikut acara itu. Jadi aku menemuimu saja. Di korea kan musim panas, jadi ada summer camp di sekolah, tapi aku tidak mau ikut. Aku mau menyusulmu. Sampai kau pulang ke korea"

"Kabur? Begitu saja?" tanya Suho lagi.

Kris mengangguk untuk kedu kalinya "Aku tidak mau ikut summer camp tanpamu"

"Ya! Dasar!" Suho memukul dada Kris "Tukang seenaknya! Bagaimana kalau eomma dan appamu khawatir?"

"Mereka tidak akan khawatir kalau aku pergi karenamu! Tenang saja" smirk Kris terlihat lagi.

"Hhh… sudahlah, kau ini memang menyebalkan! Pagi-pagi sudah membuatku senam jantung! Kaget nih!"

"Hehe"

"Kau tidak selingkuh kan?" tanya Suho seraya memicingkan mata.

Kris menggeleng "Tentu saja tidak"

"Sungguh?" Suho tampak tidak percaya.

"Tampar saja aku kalau kau lihat aku selingkuh. Sungguhan !" ucap Kris "Kau terjunkan aku dari pucuk puncak menara Eiffel kalau begitu. Terserah padamu"

Suho tersenyum "Aku percaya padamu"

"Aku tidak akan selingkuh kepada siapapun, ho"

Suho tersenyum seraya mengelus surai pirang Kris "Anak pintar"

"Oh ya, junma! Ada satu hal lagi alasan karena aku kesini" ucap Kris.

Suho mengernyit "Apa? Kau mau belanja di butik di Paris? Atau mau beli wine? Kau belum pernah lihat menara Eiffel?"

Kris menggeleng lalu mendorong Suho masuk ke dalam apartemennya dan menutup pintu masuknya dengan cepat.

"YA! Apa?" tanya Suho heran "Ini apartemenku"

Kris melepas ranselnya lalu melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Suho yang sudah dia rindukan untuk dipeluk.

"Menagih utang!" jelas Kris.

Suho melongo heran "Utang? Apa? Ah! Jangan bilang…"

Ucapan Suho langsung disela Kris dengan bisikan menggoda.

"Morning kiss!"

Suho tersentak. Oh ya ampun! Dia telah masuk dalam perangkap naga mesum Tuan Wu! Mati kau Joon Myun!.

"Sudah kuduga!" pekik Suho. Tangannya mendorong dada Kris menjauh "Jangan sekarang!"

"Kenapa tidak? Ayolah, aku sudah lama tidak melakukannya" rengek Kris " ya? Ya? Aku mohon"

Suho menutup mukanya "Tidak mau!" pekiknya tertahan.

"Aku akan memaksamu kalau kau tidak mau!" Kris mengejar Suho yang kini sudah mulai berlari menghindari Kris.

"Ya!" Suho berteriak.

Kini tubuh mungilnya sudah terjebak dan dia terpojok di balkon apartemennya.

"Jangan berteriak. Nanti tetanggamu yang lain akan curiga" bisik Kris sambil menempelkan telunjuknya pada bibir Suho.

"Curiga? Curiga apa?"

Oh ya ampun, baik di korea ataupun di luar negeri otak Suho memang tetap polosnya. Tidak berubah meskipun waktu sudah berjalan lama.

"Kalau mereka berfikiran aku memperkosamu bagaimana?" bisik Kris.

Mata coklat Suho membulat "YA! Apa kau mau melakukannya padaku? Aku tidak mau!"

Kris membekap mulut Suho "Bukan begitu junma, aku hanya takut kalau mereka berfikiran seperti itu saja"

Suho menggeleng cepat-cepat "Aku gugup"

Kris kini diam, lalu menangkup wajah Suho dan tersenyum lembut "Aku tidak ingin melepaskanmu"

"Aku tidak akan melepaskanmu. Untuk apa juga?" balas Suho.

"Aku ingin terus berada di sampingmu" ucap Kris.

"Kenapa bicaramu begitu?" tanya Suho "Marah?"

Kris menggeleng "Aku rindu padamu. Sangat rindu"

Suho tersenyum, dia meletakkan tangannya di pinggang Kris dan menempelkan kepalanya di dada bidang Kris. Menyamankan diri. Sebenarnya, dia juga rindu sentuhan Kris. Sangat rindu.

"Aku mohon…" Kris menggantung ucapannya.

"…Jangan pergi lagi" lanjut Kris sambil mendekap Suho lebih erat.

Suho menggeleng "Tidak akan. Aku janji"

"Aku hampir gila memikirkanmu setiap hari ketika kau tidak ada di sampingku"

Suho melepas pelukannya, lalu menghapus air mata yang muncul di sudut mata Kris "Jangan begini. Kau akan selalu bersamaku"

Kris merasakan tangan lembut Suho membelai wajahnya.

"Aku tahu karena hati kita tidak pernah berbohong" lanjut Suho seraya berjinjit dan mengecup pipi Kris singkat "Kita sudah terikat"

Kris mengangguk "Kau benar. Kita sudah terikat"

Perlahan Kris memegang bahu Suho merundukkan badannya dan memiringkan kepalanya agar bibirnya bisa bersentuhan dengan bibir Suho sendiri. Matanya terbuka dan melihat wajah Suho yang kontan memerah dan memejamkan matanya. Selalu seperti itu, dia pasti akan memejamkan mata bila Kris mencium bibirnya.

Suho kini mencengkram mantel Kris menggenggamnya erat seolah mengatakan betapa nikmatnya ciuman yang diberikan Kris untuknya sekarang. Sedangkan Kris terus menekan tengkuk Suho dan memperdalam ciuman mereka. Tak peduli sekalipun kalau mereka masih ada di balkon dan siapapun bisa melihat mereka berdua. Perlahan, ciuman mereka memanas dan Kris mulai melumat bibir ceri itu. Tak ingin melewatkan semuanya, dia menyesapi rasa yang ada di sana. Yang begitu dia rindukan.

"Ugh… hmmpp… Kris" Suho merengek melepaskan ciuman mereka dan membuat bibir mereka berdua terhubung dengan benang saliva yang panjang karena cumbuan panas tadi.

"Hm?"

Takut-takut, Suho meraih tengkuk Kris dan membisikkan sesuatu dengan lembut di telinga kekasihnya itu.

"Saranghae"

Kris tersenyum, sebelum mencium bibirnya lagi "Arra, aku juga mencintaimu"

..

.

.

Kim Joon Myun

"Hati kita tidak bisa berbohong…"

"…kita sudah terikat"

..

Wu Yi Fan

"Kau benar. Sudah terikat…"

"… terikat dengan irama cinta yang keluar dari matamu"

.

.

END

.

.

SUDAH TAMAT YUHUUU…..

Sudah ya, author tahu kalau endingnya jelek banget. TT. TT

Oh ya, author ada fic baru judulnya Love Summer Desire, dibaca yaa… *promosi.

BIG THANKS buat yang sudah setia membaca rhythm of love, nunggu author update sampai lumutan dan memberi kritik serta saran yang membangun… author terharu deh… :')

Akhir kata….

THANK YOU VERY MUCH MUAH MUAH and SARANGHAE ! :*

/bow/

\(^o^)/

.

.

Sung Rae Yoo