Disclaimer: "I don't own all characters in here. They are belongs to them selves. If I can, I would do it ! xD I don't own the story. The original story made by Guiyeon. I just insipired by her story. I make no money from this—please don't sue me. "

Title: E

Based on manhwa: "That Guy Was Splendid" by Guiyeon

Author : blackorange aka nda
Rating : T
Genre : AU, comedy, crack, romance, fluff, school life.
Length this chapter : 11 pages MsW


One: "1st Meeting"

Mungkin bagi kebanyakan remaja berpikir bahwa masa Senior High Shcool itu adalah masa yang paling indah jika tidak memikirkan tentang ujian dan masa depan. Tanpa peduli adanya itu, yang penting senang, bahagia, dan mencari hal-hal baru yang bisa membuat diri terpuaskan. Tanpa memikirkan embel-embel yang namanya masa depan. Kenakalan remaja yang sudah dianggap lumrah oleh siapapun. Well~ siapapun pasti akan mengalami hal itu. Kenalakan remaja adalah sebagai batu loncatan untuk menemukan jati diri. Benar tidak?

Banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan di masa pubertas ini. Bersenang-senang dengan teman-teman, bolos jam pelajaran, mengerjai adik kelas, menggoda kakak kelas, atau mungkin yang paling membuat bahagia itu.. mempunyai seorang kekasih? Ah~ tentu saja itu masa terindah di Senior High School.

Dan berbicara tentang kekasih, rasanya akan sangat menyenangkan jika kita mempunyai seorang kekasih yang bisa menjadi tempat untuk saling berbagi. Kau tahu.. perasaan saling menyukai yang membuat tubuh terasa ringan seperti kehilangan gravitasinya. Perasaan yang meletupkan letupan manis ketika memikirkannya. Perasaan bahagia karena ada seseorang yang memperhatikan kita lebih dari siapapun.

Kencan..

Berpegangan tangan..

Berpelukan..

Dan.. berciuman..

Aah~ itu indah~

Seharusnya.. menjadi seorang remaja yang sedang dalam masa pubertasnya akan terasa sangat menyenangkan. Seharusnya sih seperti itu. Tapi.. sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak pada dirinya –seorang remaja yang begitu menikmati masa mudanya.

Pertanyaan yang selalu berputar di dalam benaknya yang penuh dengan khayalan tentang masa remajanya yang indah itu –adalah..

Dari ratusan juta remaja yang ada di dunia ini, kenapa harus dirinya yang mendapati kesialan itu?!

Hanya sebuah pertemuan yang begitu singkat, namun mampu memporak-porandakan masa remajanya.

"Kau tahu, kalau rambutmu sering di cat, rambutmu akan cepat rusak."

"Oh ayolah bibi Ahn~ sudah hampir 3 bulan aku tidak merubah penampilan rambutku. Ini bisa menurunkan reputasiku sebagai idola sekolah." Ia mulai merengek sambil memajukan bibirnya yang entah mengapa bisa terlihat begitu merah seperti buah cherry.

Wanita paruh baya itu hanya melirik laki-laki blonde itu dari sudut matanya.

"Aaaahh~ aku tidak mau. Kau harus tahu, kau adalah pelanggan favoritku. Aku tidak mau merusak rambutmu yang sudah terawat itu." Bibi Ahn berusaha menolak. Ia mengalihkan tatapan matanya. Menghindari tatapan memelas dari laki-laki blonde itu. Ia takut ia tidak bisa menolaknya. Anak itu selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dengan tatapan memelas dan bibir yang dimajukan. Brat.

"Exactly~ aku tahu kau sangat menyukai rambutku, oleh karena itu aku ingin kau merubah penampilanku yang tampan dan rupawan ini semakin menawan dengan sentuhan-sentuhan ajaib dari tangan seorang maestro ini~" laki-laki blonde itu mulai merayu. Mengeluarkan seluruh feromonnya. Ia mencium punggung tangan bibi Ahn dan mengedipkan sebelah mata ketika melihat mata bibi Ahn kembali tertuju padanya.

Bibi Ahn hanya bisa menghela nafas. "You are still as brat as ever." Gumam bibi Ahn menggelengkan kepalanya. "Now, sit."

"Yay! Aku tahu kau adalah yang terbaik." Laki-laki blonde itu meloncat kegirangan kemudian langsung duduk di sebuah kursi yang menghadap sebuah cermin besar. " –dan beri aku diskon 30%." ia melanjutkan sambil nyengir lebar menatap bibi Ahn dari pantulan cermin.

"Don't you wish, Kim Jaejoong!" bibi Ahn mendengus keras sambil memukul pelan rambut blonde itu. Jaejoong meringis pelan.

"Jadi, warna apa yang kau inginkan sekarang, uhm?" tanya bibi Ahn sambil menyiapkan seluruh alat dan bahan untuk mencat rambut Jaejoong. Jaejoong terlihat berpikir sejenak sambil menatap pantulan bayangan dirinya di cermin. Mencermati dan mengagumi wajah tampan dan cantiknya yang sempurna.

Ya, dia adalah Kim Jaejoong. Seorang remaja yang sedang dalam masa pubertasnya. Berada di posisi puncak popularitas karena sosoknya yang sempurna. Memiliki wajah yang begitu tampan namun tak bohong juga jika ia dibilang cantik. Dipadukan dengan mata besar dan hitam yang seolah akan menenggelamkan siapapun yang menatap matanya ke dalam lubang hitam tak berdasar. Hidungnya mancung dan runcing yang seharusnya menjadi sesuatu hal yang illegal. Bibirnya yang tipis, merah, dan terlihat lembut itu seolah memohon untuk dicium. Kulitnya begitu putih dan halus bak kulit Cleopatra yang mandi susu setiap harinya.

Sungguh perpaduan yang begitu esktrim dan.. tidak adil. Semua orang mengaguminya, mengidolakannya, menyukainya dan iri padanya.

"Bagaimana kalau pink?" tanya Jaejoong sambil menatap pantulan bayangan bibi Ahn dari cermin yang kini berdiri di belakang kursinya. Ia tersenyum lebar. Bibi Ahn membelalakan matanya horror.

"Oh Joongie~ aku hanya berharap anak-anak di luar sana tidak salah mengenalimu sebagai kembang gula berjalan setelah kau keluar dari salonku."

Jaejoong mengembungkan pipinya ketika ucapan sinisme bibi Ahn mengindikasikan bahwa wanita paruh baya itu tidak setuju dengan idenya.

"Don't pouting, or I'll just cut all of your hair till the root."

"I know, you just can't resist my irresistible pouting, can you?" Jaejoong menyeringai membalas ucapan bibi Ahn. Bibi Ahn tertawa pelan sambil menyampirkan kain di tubuh Jaejoong kemudian merekatkan perekat di tenguk lehernya.

"Whatever you say, sweetheart~"

"Jadi, menurutmu warna apa yang cocok untukku?" tanya Jaejoong meminta pendapat dari sang ahli.

Bibi Ahn memegang dagu dengan tangan kanan kemudian mengusapnya dengan perlahan. Keningnya terlihat berkerut samar. Manik matanya bergerak-gerak menatap Jaejoong dari pantulan cermin. Ia mulai berpikir.

Sebuah senyum tersungging di bibir merah-orange itu. Kedua tangannya menyentuh lembut rambut blonde Jaejoong. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya dan mensejajarkan kepalanya dengan kepala Jaejoong.

"Aku tahu warna apa yang harus kuberikan untukmu. Ini produk baru dan spesial. Aku rasa warna ini akan sangat cocok untukmu~"

Entah sudah berapa lama Jaejoong berada di dalam salon bibi Ahn untuk mencat dan mengubah gaya rambutnya. Hingga ia sendiri merasa bosan dan tertidur dengan krim pewarna masih menempel di rambut blonde yang sebentar lagi akan berubah warna menjadi black-maroon.

Kepala Jaejoong terlihat naik turun ketika rasa kantuk itu terus menyerangnya. Suasana salon yang sejuk dan nyaman membuatnya tidak bisa menahan kantuk.

'Kling'

Suara lonceng di atas pintu kaca berdenting seiring seseorang membuka pintu salon. Pendatang baru itu mengedarkan pandangannya menatap setiap sudut salon. Manik matanya bergerak-gerak liar mencari seseorang yang sedari tadi di carinya. Berharap informasi yang didapatnya kali ini tidak meleset. Ia sudah sangat lelah mencari seseorang yang bahkan tidak ia kenal.

Sebuah seringaian terlihat di bibir itu. Ia mengulum lidah sambil melangkahkan kakinya mendekati seseorang dengan kepala yang naik turun seperti sedang menahan kantuknya. Langkah kakinya melambat ketika kini ia berdiri di belakang tubuh Jaejoong. Manik matanya kembali melirik bayangan wajah Jaejoong yang terpantul dicermin. Tarikan di salah satu sudut bibirnya semakin terlihat.

Ia merogoh ponsel dari saku celana jeans nya kemudian mengetikan sebuah pesan di layar touchscreen itu dengan cepat.

'Hyung, aku menemukannya. Temui aku di Red Carpet Salon tepat di atas Coffee Cojjee.'

Send.

Manik matanya kembali bergerak menatap wajah tertidur Jaejoong kemudian berdecak pelan. Suara decakan yang seolah sedang mengejeknya. Ia menarik kursi yang ada di samping Jaejoong dan menimbulkan suara deritan besi yang bergesekan dengan lantai keramik.

Suara itu cukup mengejutkan Jaejoong. Kelopak mata itu terbuka perlahan dan memperlihatkan mata besar dan hitamnya. Jaejoong menolehkan kepalanya ke samping kanan dimana sumber suara itu berasal. Ia terkejut ketika melihat seseorang kini sedang memandanginya sambil tersenyum lebar.

"A –ada yang bisa kubantu?" tanya Jaejoong dengan kening berkerut merasa aneh dengan orang itu. Orang itu hanya terus tersenyum dan memandangi Jaejoong tanpa menjawab pertanyaannya. Membuat Jaejoong semakin mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Apa kau bersekolah di Paran High School?" orang itu bersuara dengan suara seraknya yang terdengar begitu husky, namun tidak menjawab pertanyaan Jaejoong. Ia justru balik bertanya padanya.

"Uhm.. yeah." Jawab Jaejoong sambil menegakkan tubuhnya ketika ia mulai merasa ada yang tidak beres. Orang itu lagi-lagi hanya tersenyum.

"Apa kau tinggal di Insandong?" tanya orang itu lagi.

"Ehm, darimana kau tahu dimana aku tinggal? Apa aku mengenalmu?" tanya Jaejoong mulai curiga dengan kehadiran orang aneh itu.

"Ah~ kalau begitu namamu Kim Jaejoong 'kan?" tanya orang itu lagi dengan senyuman lebar yang selalu menghiasi bibir itu kini berubah menjadi seringaian yang membuat Jaejoong sedikit bergidig melihat seringaiannya. Jaejoong menelan ludahnya perlahan.

'Kling'

Suara lonceng kembali berdenting ketika seseorang membuka pintu kaca salon. Terlihat seorang laki-laki bertubuh jangkung dengan rambut coklat kemerahan karena terbakar sinar matahari dan memiliki mata sipit yang begitu tajam sudah berdiri di ambang pintu yang terbuka. Manik matanya yang tajam menyapu setiap sudut ruangan.

"Hyung! Dia benar-benar Kim Jaejoong yang sudah mencacimu di Ragnarok!" orang yang duduk di samping Jaejoong tiba-tiba berteriak pada laki-laki jangkung yang baru masuk ke dalam salon. Membuat Jaejoong membelalakan matanya terkejut.

Suara derap langkah kaki bisa terdengar mendekat menuju tempat dimana Jaejoong berada. Jaejoong menatap orang yang duduk di sampingnya dengan mata membulat kemudian menolehkan kepalanya kebelakang dan semakin terkejut ketika melihat laki-laki bertubuh tinggi tegap sudah berdiri di belakangnya.

Garis wajahnya terlihat begitu tampan dan manly dengan perpaduan mata sipit yang tajam, hidung mancung sempurna, dan warna kulit kecoklatan yang terlihat begitu eksotis. Jaejoong sempat terdiam mengagumi wajah tampan orang itu. Namun, wajahnya yang terlihat begitu menyeramkan dengan mata coklat hazelnut menatapnya dengan begitu dingin membuat Jaejoong menelan ludahnya tanpa sadar.

"Jadi kau yang bernama Kim Jaejoong dengan id VisualShock dan karakter level Wizard?!" suara baritone itu terdengar dari laki-laki bertubuh jangkung yang berdiri di belakang Jaejoong. Jaejoong hanya bisa terdiam ketika seluruh informasi tentang dirinya terkuak begitu saja oleh orang-orang yang tidak dikenalnya. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Kau ingat seseorang dengan ber-id Uknow_it yang kau caci kemarin di pertempuran kota Alberta dan kau mengatainya 'you fighting like pussie, such a loser who don't have a dick! Now I lost my magic potions because of your stupid action! Just go to hell!'"

Jaejoong mengerjapkan matanya berkali-kali ketika laki-laki bertubuh jangkung itu menatapnya begitu tajam. Jika tatapan mata bisa membunuh, mungkin ia sudah mati.

Jaejoong berusaha mencerna apa yang dikatakan orang itu padanya. Ia mulai mengingat-ingat kejadian kemarin malam ketika ia bermain Ragnarok Online untuk menyelesaikan misinya mendapatkan magic potions, namun misinya gagal karena seseorang tiba-tiba datang dan merebut monster yang sedang di serang olehnya. Membuat monster yang kemungkinan mempunyai magic potions itu kabur karena seseorang ber-id Uknow_it merusak segalanya –dan karena perasaan kesal, ia mencaci orang itu.

Oh shit!

Jaejoong membelalakan matanya horror ketika ia mengingat semuanya. Ia pikir, dunia maya itu terlalu luas untuk dapat bertemu dengan salah satu dari mereka di dunia nyata. Ia pikir, peluangnya sangatlah kecil.

Tapi, kini ia berhadapan dengan orang yang sudah di cacinya di dunia maya kurang dari 24 jam saja?! Dan lebih buruknya lagi, nampaknya orang itu sudah memiliki banyak informasi tentang dirinya. Oh dear~

"Dari wajah terkejutmu itu, aku anggap kau mengingatnya." Ucap laki-laki jangkung itu sambil melipat kedua tangan di depan dada dan menyeringai.

"You are so dead, kkk~" Bisik orang yang duduk di samping Jaejoong terkekeh mengejek. Membuat Jaejoong ingin memukul wajah menyebalkan itu.

"Oh –Yoochun ah!" suara bibi Ahn memecah atmosfer mencekam yang menyelimuti mereka. Ketiga orang itu menolehkan kepalanya menatap bibi Ahn yang berjalan mendekati mereka.

"Bibi Ahn~!" jawab orang yang dipanggil Yoochun itu. Jaejoong menatap orang yang duduk disampingnya berdiri dari kursi dan berjalan mendekati wanita paruh baya pemilik salon. Keduanya saling berpelukan.

"Apa yang membawamu kemari? Seingatku, kau sangat tidak suka pergi ke salon. Bagaimana kabar ibumu?" Tanya bibi Ahn sambil menangkup kedua pipi Yoochun. Yoochun hanya tersenyum. Senyum yang selalu terlihat mempesona. Senyuman yang selalu membuat wanita manapun bertekuk lutut di hadapannya.

"Ibu baik-baik saja, ia selalu ingin sekali bertemu denganmu. Tapi kau tahu sendiri bagaimana sibuknya dia." Jawab Yoochun tersenyum. Bibi Ahn membalas senyumna Yoochun.

"Aku tahu bagaimana sibuknya dia." Jawab bibi Ahn mengerti. " –jadi, kau datang kemari untuk mengubah gaya rambutmu, uhm?"

"Ani~ aku hanya ingin bertemu dengan seseorang." Jawab Yoochun berusaha menahan seringainnya. Bibi Ahn menolehkan kepalanya menatap Jaejoong yang –entah mengapa kini terlihat begitu pucat dan tatapan matanya kini beralih menatap seseorang yang berdiri di belakang kursi Jaejoong.

"Maksudmu, Jaejoongie?" tanya bibi Ahn kembali menatap Yoochun. Yoochun hanya berdecak pelan. Suara decakan yang membuat Jaejoong mengumpat pelan.

"Dan –apa dia temanmu? Laki-laki yang sangat tampan, eh?" tanya bibi Ahn menatap laki-laki bertubuh jangkung itu. Yoochun menolehkan kepalanya menatap laki-laki yang dimaksud oleh bibi Ahn.

"Ne~ dia temanku. Jung Yunho."

"Oh~! Dia seperti model. Apa kau mengantar temanmu ini untuk melakukan perawatan?" tanya bibi Ahn lagi seolah lupa dengan wajah Jaejoong yang terlihat semakin pucat.

Rasanya, Jaejoong ingin segera pergi meninggalkan tempat itu atau meminta perlindungan dari bibi Ahn.

"Tidak~tidak~ kami tidak suka pergi ke salon. Kami hanya ingin bertemu dengan Jaejoongie~" jawab Yoochun sambil melirik Jaejoong dari sudut matanya. Membuat Jaejoong menelan ludahnya perlahan.

"Aaahh~ ternyata kalian berteman ya? Baiklah, kalian bisa menunggu Joongie di sana. Perawatannya masih sekitar 2 jam lagi. Kau tahu? Ia sering melakukan all treatment setiap bulannya, seperti wanita saja. Ck~ tapi Joongie adalah pelanggan favoritku~" ucap bibi Ahn sambil mengedipkan sebelah matanya pada Jaejoong.

Ucapan bibi Ahn membuat Yunho berdecak mengejek. Jaejoong yang menyadari itu melirik Yunho tajam dari sudut matanya. Ia hanya bisa menggerutu sebal pada bibi Ahn. Apa perlu bibi Ahn mengumumkannya? Kenapa tidak sekalian saja bibi Ahn melakukan parade keliling kota dan mengatakan bahwa Kim Jaejoong selalu melakukan perawatan di salon kecantikannya? Pikir Jaejoong kesal sendiri.

"Such a pussie." Desis Yunho menyeringai menyebalkan. Jaejoong menggertakkan giginya menahan emosi yang mulai merambat naik ke ubun-ubun.

"Joongie, maafkan aku. Aku harus pergi sekarang karena tiba-tiba ada urusan penting yang tidak bisa kutinggal. Nanti pegawaiku yang akan mengeramasimu 15 menit lagi. Satu jam lagi aku akan kembali dan aku yang akan mengerjakan sisanya. Ok?" ucap bibi Ahn pada Jaejoong yang sedang menggerutu tidak jelas.

Jaejoong terkejut dan mengangguk mengiyakan pada bibi Ahn yang tersenyum padanya. Kemudian bibi Ahn berbicara sesuatu pada Yoochun sebelum berjalan meninggalkan Jaejoong sendiri dengan dua serigala yang seolah siap mengoyak tubuhnya.

"Ah!" pekik Jaejoong ketika puncak kepalanya di tarik kebelakang yang membuat wajahnya menghadap langit-langit. Yunho menarik rambutnya. Ia bisa melihat wajah Yunho dengan seringaian yang menghiasi bibir penuh itu.

"Urusan kita belum selesai. Aku akan menunggumu hingga ritual kecantikanmu itu selesai dan jangan harap kau bisa lari." Suara baritone Yunho terdengar bagaikan bisa yang mematikan. Kemudian setelah mengatakan kalimat itu, Yunho berjalan meninggalkan Jaejoong dan duduk di sebuah sofa yang berada di samping pintu masuk salon tepat beberapa meter di belakang kursi Jaejoong. Ia melipat kedua tangan di depan dada dengan bersilang kaki dan mengawasi Jaejoong dari belakang. Membuat tubuh Jaejoong bergidig ngeri ketika ia bisa merasakan tatapan mata itu seolah membakar punggungnya.

"Hehehe~ kau tahu? Kau orang pertama yang berani mencaci Yunho hyung~ dan ketika ia sudah menandaimu, kau benar-benar tidak akan bisa selamat~ huumm~ aku harap pemakaman dekat rumahmu masih ada lahan kosong." Ucap Yoochun terkekeh sebelum berjalan mendekati sofa yang sudah di duduki oleh Yunho.

Jaejoong hanya bisa mengerutkan wajahnya kesal. Bibir merahnya hanya bisa bergumam tidak jelas ketika ia tidak bisa melakukan apapun. Ini untuk kali pertamanya ia menyesali pergi ke salon dan melakukan perawatan rambut berjam-jam yang sering ia lakukan.

Damn it!

"Oh God! Berapa lama lagi aku harus menunggunya? Sshh~!" desis Yunho mulai tidak sabar sambil menatap Jaejoong yang kepalanya kini tertutup oleh alat uap.

"Well, bibi Ahn bilang sekitar 2 jam lagi 'kan? Dan kita baru menunggunya sekitar 35 menit." Jawab Yoochun santai sambil membalik halaman sebuah majalah yang ada di atas pangkuannya. Yunho membelalakan matanya horror.

"Ya! Memangnya apa yang menempel di kepalamu, ohng?! Aspal? Sampai aku harus menunggu kau selesai dengan rambut sialanmu itu." Teriak Yunho semakin kesal pada Jaejoong. Jaejoong yang sedari tadi diam berusaha sabar menghadapi si cerewet Yunho mulai tidak tahan. Percayalah, Yunho tidak pernah berhenti mengejeknya semenjak ia duduk di sofa itu 30 menit yang lalu. Ia sudah seperti radio tua yang konslet!

"Memangnya siapa yang menyuruhmu menungguku?! Kalau kau mau pergi, pergi saja! Ish~!"

"Memangnya labu bisa berubah menjadi semangka jika diberi garis?! Kalau sudah jelek, ya jelek saja!"

"YA! Siapa yang kau maksud jelek, hah?! Apa kau tidak melihat dirimu sendiri?! Warna rambut coklat kemerahan karena terbakar sinar matahari. Seperti anak kampung saja." Balas Jaejoong tidak terima dirinya dikatakan jelek.

"YA!"

"Aish~ hyung! Sudahlah, berhenti berteriak. Apa kalian tidak sadar kalian sudah menjadi pusat perhatian?" tanya Yoochun merasa terganggu juga dengan 2 orang yang sedari tadi berteriak-teriak seperti di pasar. " –dan demi Tuhan, hyung! Kau sendiri yang ingin menunggunya, jadi bertahanlah untuk satu setengah jam lagi."

Jaejoong meleletkan lidahnya pada cermin ketika melihat pantulan bayangan wajah kesal Yunho yang duduk tak jauh dari tempatnya berada. Ia bisa melihat tatapan mematikan itu lagi.

"Memangnya harus selama itu untuk melakukan perawatan rambut? Anjingku saja tidak lebih dari setengah jam berada di salon hewan untuk perawatan rambut di seluruh tubuhnya. Lebih baik kau pergi ke salon hewan langganan Taepoong." Yunho masih beringsut kesal. Jaejoong menahan nafasnya berusaha untuk tidak meledak ketika seseorang menyamainya dengan seekor anjing.

"Ck~ hyung, tolong jangan buat pernyataan konyol seperti itu lagi. Percayalah lah, Red Carpet adalah salon terbaik di Seoul –dan bagaimana bisa kau menyamakan seseorang dengan seekor anjing?" tanya Yoochun merasa takjub dengan ucapan Yunho. Yunho tidak mempedulikan perkataan Yoochun. Ia masih beringsut tidak jelas. Kerutan di keningnya terlihat semakin berlipat-lipat karena kesal.

"Ya Kim Jaejoong! Kalau sudah menjadi labu, tetap saja labu! Jangan harap kau bisa berubah menjadi semangka kalau diberi garis. Issh~!" desis Yunho masih merasa kesal dan menghentakkan punggungnya pada sandaran sofa dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.

Jaejoong mengepalkan kedua tangannya kesal berusaha untuk menghiraukan kicauan tidak berguna dari Yunho itu. Kini ia bisa mendengar suara tawa serak dari Yoochun yang hanya bisa menggelengkan kepalanya pada Yunho.

"Kau sangat luar biasa hyung, kosa katamu sungguh mengagumkan. Aku tidak tahu dari mana kau bisa mendapatkan ungkapan labu dan semangka itu." Yoochun masih terkekeh.

"Terserah kau saja." Desis Yunho sebal. " –kau awasi dia jangan sampai dia melarikan diri!" perintah Yunho sambil menutup kedua matanya dan memposisikan punggungnya dengan nyaman pada sandaran sofa yang terasa keras lalu berusaha untuk tidur.

Manik mata hitam Jaejoong melirik pantulan bayangan Yunho di cermin. Ia bisa melihat wajah tertidur Yunho yang terlihat begitu tenang. Kalau begini, suasananya terasa sangat tenang tanpa adanya suara teriakan dari Yunho. Akhirnya beruang mengamuk itu tertidur juga.

Manik mata hitam Jaejoong bergerak perlahan menatap pantulan bayangan Yoochun yang duduk di samping Yunho ketika ia menyadari sepasang mata itu sedang menatapnya. Ia lagi-lagi bisa melihat seringaian menyebalkan itu.

"Kau tahu? Ini akan sangat menghibur. Kkkk~" suara serak yang terkekeh itu kembali terdengar. Jaejoong hanya memutar kedua bola matanya jengkel.

Jaejoong berusaha setengah mati untuk tidak tertawa ketika melihat bibir Yunho yang menganga lebar ketika sedang tertidur. Ia tahu, jika ia tertawa, ia yakin kalau si Yoochun yang menyebalkan itu akan melaporkannya pada Yunho. Ia berusaha mengalihkan perhatiannya dengan bermain Angry Bird Rio! di ponsel Galaxy Ace miliknya.

Jaejoong terlonjak terkejut ketika ia mendengar suara erangan dari Yunho. Ia mendongakan kepalanya dan menatap Yunho dari pantulan cermin yang sedang meregangkan otot-ototnya dan menguap lebar. Sepertinya beruang itu sudah terbangun dari hibernasinya.

Mata sipit Yunho berusaha menfokuskan pandangannya. Ia meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal karena tidur dalam posisi duduk. Ia mengingat-ingat mengapa dirinya bisa tidur di atas sofa.

"AH!" tiba-tiba Yunho berteriak. Membuat Yoochun mengerutkan keningnya menatap Yunho. " –demi Tuhan! Kau masih betah duduk di atas kursi itu?!" tanya Yunho tidak percaya ketika ia melihat Jaejoong yang masih duduk di kursinya yang sama. Jaejoong hanya memutar kedua bola matanya dan kembali memainkan Angry Bird Rio!

"Berapa lama aku tertidur?" tanya Yunho menolehkan kepalanya pada Yoochun ketika ia tidak mendapatkan tanggapan dari Jaejoong. Yoochun menatap Rolex switch yang melingkar sempurna di pergelangan tangannya.

"Uhm –sekitar 50 menit." Jawab Yoochun yang membuat Yunho mengerang kesal.

"Shit! Kupikir ketika aku terbangun aku sudah menemukan si Labu itu terikat dan siap untuk kuseret." Umpat Yunho sambil berdiri yang membuat Jaejoong terperanjat kaget tanpa ia sadari sendiri ketika ia melihat Yunho berdiri dari sofanya.

"Hei kau kepala labu! Kau diam di sana sampai aku kembali. Aku bisa mati kering karena menunggu si Labu diberi garis untuk menjadi sebuah semangka." Ucap Yunho pada Jaejoong sambil menunjuknya. Yunho masih belum menyerah dengan istilah labu dan semangka itu, yang membuat Yoochun menggelengkan kepalanya takjub. Lalu ia bisa melihat Yunho berjalan mendekati pintu keluar.

"Kau mau kemana hyung?"

"Walmart!"

"Aku ikut!"

"Kau jaga si kepala Labu itu. Bagaimana kalau dia melarikan diri?!"

"Tidak akan. Bibi Ahn bilang padaku kalau 'Joongie' tidak akan pergi meninggalkan salon ini sebelum ia kembali, dan sekarang bibi Ahn belum kembali. Jadi, aku ikut."

"Terserah kau. Tapi kau tahu akibatnya kalau sampai dia melarikan diri!"

"Iya, iya aku tahu!"

Suara itu samar-samar perlahan menghilang ketika kedua orang itu akhirnya meninggalkan salon. Keheningan tiba-tiba menyelimuti Jaejoong. Ia hanya bisa mendengar suara deru pendingin ruangan, suara gunting yang sedang memotong rambut, dan suara hair dryer yang menyala. Otaknya tiba-tiba berhenti berpikir dan suara-suara itu perlahan menghilang dari kepalanya. Ia seperti terjebak dalam ruang hampa udara dengan waktu yang berhenti berputar.

" –ssi."

"Jaejoong ssi?"

Jaejoong terkesiap ketika seseorang memanggil namanya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memfokuskan pandangannya. Ia bisa melihat pantulan bayangan wanita cantik dengan rambut brunet sebahu pada pantulan cermin sedang berdiri di belakang punggungnya.

"Aku akan mencuci rambutmu. Setelah itu kau akan melakukan hair spa. Kurasa, Ahn ssi sebentar lagi akan kembali. Jadi, dia yang akan menyelesaikan sisanya." Ucap wanita itu tersenyum pada Jaejoong. Lagi-lagi Jaejoong hanya mengerjapkan matanya. Ia menolehkan kepala ke belakang dengan sekali hentakan yang membuat lehernya terasa sakit. Tapi ia menghiraukan rasa sakit itu.

"Tidak perlu, terimakasih!" ucap Jaejoong sambil melepaskan kain yang tersampir di depan tubuhnya dan melepaskan handuk yang melilit di atas kepalanya.

"Eh?!"

"Aku hanya perlu mencuci rambutku 'kan?! Untuk hair spa, tolong katakan pada bibi Ahn, lain kali saja." Ucap Jaejoong buru-buru sambil menyerahkan kain dan handuk pada wanita itu lalu ia mengambil ponsel dan tas selempangnya.

"Ini uangnya." Ucap Jaejoong lagi sambil menyerahkan beberapa lembar 10.000 won kemudian berlari menuju pintu keluar. Ia membuka pintu kaca yang menimbulkan suara dentingan bel. Ia berhenti di ambang pintu ketika ia teringat sesuatu.

" –ah, katakan pada bibi Ahn kalau uangnya kurang, aku akan membayar sisanya bulan depan. Gomawo~!" lengking Jaejoong sambil mengedipkan sebelah matanya pada wanita itu dan mengambil seribu langkah tanpa berpikir 2 kali. Meninggalkan pegawai itu yang hanya bisa memandang bingung pintu kaca yang kini menutup rapat.

Mungkin orang-orang akan menganggapnya orang gila yang melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa karena berlari seperti orang kesetanan dengan rambut yang basah mengkilat dan krim yang masih menempel di rambutnya.

Tapi kini Jaejoong tidak peduli dengan itu semua. Ini untuk kali pertamanya Jaejoong tidak mempedulikan tanggapan orang terhadap penampilannya, karena kini ia lebih peduli dengan keselamatannya.

========== TBC ========

Helloooooooooooooo xDDDDD

Annyeong? Whats up? Hehehehe aku datang lagi bawa ff series baruuuuuuuuuu

Tbh, ini ff bener baru unpublished dimanapun 8DDD guess what? Soalnya aku lupa pernah bikin ff ini pas lg liburan

Hahahahahahahahahahahaha #gantungdiri

Dan tenang aja, ini ff udah completed kok, jd enak tinggal di post2 aja.. hohoho.. ga panjang kok.. paling cuma 8 chapter aja xDD hahaha *klo ga ada editing lg yah, biasanya aku klo soal ff aga2 perfectionist jg..so…*

Oh iya, ini ff terinsipirasi dri manhwa yg judulnya 'that guy was splendid', ada yg pernah baca? That manhwa is the one of my favorite! So hilarious and lovely.. so I tried to make yunjae version with... Ofc different feeling and different style :D hehehe dan ff ini jg agak2 se genre lah sama Only reminds Me Of You 8D so I hope you will love it!

Dan klo ga salah, ini jg ada dramanya, tp aku lupa judul drama koreanya, drama lama kok soalnya

Okok? Reviews are lovely… jebal.. :)

Thank youuuu