Previous Chapter...

"Selamat ulang tahun, Hyun"

Jonghyun mengerjapkan matanya. Baru saja ia ingin mengatakan terima kasih karena Sungmin mengingat hari ulang tahunnya, namun gadis itu sudah lebih dulu berlari keluar karena malu dengan apa yang dilakukannya sendiri.

Pemuda itu tersenyum. Terus memegangi bibirnya. Masih bisa ia rasakan rasa manis dan lembut dari bibir Sungmin. Ah, ini ulang tahun terbaik dalam hidupnya. Ciuman itu menjadi hadiah paling indah. Ciuman pertamanya. Ciuman pertama Sungmin. Ciuman pertama mereka.

Ia merebahkan diri. Berguling-guling di atas ranjang. Tidak pernah ia merasa sebahagia ini sebelumnya. Lee Sungmin, gadis itu benar-benar sudah menjeratnya sejak awal pertemuan mereka.


N(EX)T

By

Aster Nam

~enJOY~

"Mianhae, semalam aku tidak pulang karena menemani eomma"

Changmin berjalan menyusuri koridor sambil terus berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Ia tersenyum saat para gadis yang berpapasan dengannya menyapanya.

"Bagaimana dengan Min? Apa dia baik-baik saja?"

Ia menghembuskan nafas lega, kemudian mengangguk saat mendengar kabar bahwa sahabatnya itu baik-baik saja.

"Baiklah El, kita bicara lagi nanti. Aku harus menemui profesor Han sekarang"

Setelah memutuskan sambungan telepon dan memasukan ponselnya ke saku jaket, Changmin mengetuk pintu yang ada di depannya. Menunggu sampai suara seseorang dari dalam mempersilahkannya masuk. Ia membuka pintu itu sedikit, kemudian menyembulkan kepalanya terlebih dahulu. Tersenyum manis sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Kau ini selalu saja seperti itu, cepat masuk" ucap seorang wanita berusia tiga puluh tahunan.

"Merindukanku, Chagi?"

Wanita itu memutar bola matanya. Jengah melihat sikap Changmin yang selalu menggodanya. Untung saja pemuda itu yang terbaik di setiap mata kuliahnya. Jika tidak, ia tidak mungkin membiarkan pemuda itu bersikap seperti itu padanya.

"Kau mau nilaimu jelek di mata kuliahku, hm? Cepat duduk"

Changmin terkekeh melihat wanita yang dipanggilnya profesor Han itu terlihat kesal. Ia kemudian duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan wanita itu. Selain mereka berdua, di ruangan itu juga ada satu orang lagi, duduk tenang di kursi yang bersebelahan dengan Changmin.

"Dia Cho Kyuhyun. Mahasiswa baru, pindahan dari Jepang. Mungkin Kau sudah tahu"

Changmin menoleh, menatap pemuda berambut cokelat ikal di sampingnya.

"Mirip.. hanya rambutnya yang berbeda" gumamnya tanpa sadar.

Meski sangat pelan, namun sepertinya pemuda itu mendengarnya. Changmin buru-buru mengalihkan pandangannya ke depan.

"Lalu apa hubungannya denganku?"

"Karena kalian satu jurusan, aku harap Kau bisa membantu Kyuhyun agar lebih cepat menyesuaikan diri"

Baiklah, Changmin memang sangat mudah dekat dengan orang-orang baru. Ia bahkan merasa senang jika bisa membantu. Tapi masalahnya kali ini yang harus ia bantu adalah Cho Kyuhyun. Pemuda yang mirip dengan sahabatnya, Lee Jonghyun. Ini sedikit membuatnya tidak nyaman.

"Shim Changmin, apa Kau mendengarku?" tanya wanita itu, menyadari Changmin tidak kunjung memberikan respon.

"N-ne" sahut Changmin gelagapan.

"Mohon bantuannya, Changmin-ssi"

Changmin kembali menatap pemuda di sampingnya yang tengah tersenyum. Untuk pertama kalinya ia mengamati pemuda itu dengan teliti.

Apakah Cho Kyuhyun orang yang tepat? Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul dalam benaknya.

"Kalau begitu aku pergi dulu"

Cepat-cepat Changmin bangkit dari kursinya. Jika ia berada di ruangan itu lebih lama lagi, ia tidak tahu hal aneh apa lagi yang akan masuk ke dalam pikirannya.

"Aku juga"

Changmin melirik pemuda di sampingnya yang juga bersiap untuk pergi.

"Baiklah, aku harap kalian dapat bekerja sama dengan baik" sahut wanita di hadapan mereka.

Setelah mengucapkan salam. Changmin dan Kyuhyun beranjak menuju pintu.

"Sepertinya aku pernah melihatmu sebelum ini" ujar Kyuhyun saat dirinya dan Changmin keluar dari ruangan.

Pemuda tinggi itu mengerutkan keningnya, "Benarkah?"

Kyuhyun mengangguk, "Kemarin, bersama kekasihmu"

"Kekasih?" Changmin terlihat berpikir. Yang benar saja, ia tidak merasa memiliki kekasih saat ini. Mungkin Kyuhyun sudah salah mengenali orang.

"Kalau aku tidak salah dengar, Kau memanggilnya 'Min'. Benar kan, dia kekasihmu?"

Changmin mengerti sekarang. Kyuhyun memang tidak salah mengenali orang. Hanya saja pemuda itu salah mengartikan hubungannya dengan Sungmin. Sebenarnya ini sudah menjadi hal yang biasa, bukan hanya Kyuhyun, tapi hampir semua orang yang melihatnya dengan Sungmin beranggapan seperti itu.

"Lee Sungmin, dia sahabatku"

"Sahabat?"

Changmin yakin pemuda itu belum sepenuhnya percaya.

"Tidak heran jika banyak yang mengira kami sepasang kekasih, karena hubungan kami memang sangat dekat"

Kyuhyun memiringkan kepalanya, "Benarkah?"

"Nanti Kau akan lebih sering melihatnya"

Kening Kyuhyun berkerut bingung. Apa maksud Changmin mengatakan hal itu. Lebih sering melihatnya? Melihat bagaimana maksudnya? Apakah karena sekarang Changmin menjadi temannya maka ia juga akan berteman dengan gadis itu? begitukah?

"Dan aku rasa Kau bisa membantunya"

Apalagi ini. Membantu gadis itu? Oh ayolah, Kyuhyun sama sekali tidak mengerti apa yang sedang Changmin bicarakan.

"Membantu apa maksudmu?" Kyuhyun sudah tidak tahan lagi untuk tidak bertanya.

Changmin mengedikan bahu, "Kau akan tahu jika sudah bertemu dengannya"

Pemuda tinggi itu kemudian berlalu. Meninggalkan Kyuhyun yang berdiri diam, masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Kau tidak akan terus berdiri di sana kan?"

Kyuhyun tersadar dari lamunannya, lalu menatap Changmin yang sudah cukup jauh di depannya. Ia menggaruk tengkuknya sebelum menyahut.

"Ah, ne"

Kyuhyun segera menyusul Changmin, bersama-sama berjalan menuju kelas mereka.

.

.

Minho terbelalak. Matanya yang besar terlihat semakin lebar. Ia menatap Changmin yang duduk di hadapannya. Pemuda itu masih bisa bersikap santai setelah mengucapkan kalimat yang membuatnya sangat terkejut. Apa ada yang salah dengan otaknya? Pikir Minho.

"Aku tidak salah dengar kan, Max?"

Minho menatap lurus-lurus pemuda yang tengah menyantap makan siangnya dengan lahap. Merasa diperhatikan, Changmin pun menghentikan aktivitasnya, menghirup udara sebanyak mungkin kemudian menghembuskannya sedikit demi sedikit. Pandangannya beralih pada jendela kaca, menatap bunga liar yang tumbuh di pinggir jalan. Mereka bergerak mengikuti arah angin, seperti sedang menari.

"Sebentar lagi musim panas" gumam Changmin tanpa melepaskan pandangannya.

"Bukankah sudah seharusnya musim semi digantikan oleh musim panas" lagi-lagi pemuda itu mengguman.

Ia kini menatap Minho yang tengah kebingungan. Dengan tangan terlipat di atas meja. Kedua ujung bibirnya ditarik ke atas, membentuk sebuah lengkungan senyum manis. Sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan lalu berbisik pelan.

"Bersiaplah, aku akan membawa 'musim panas' itu lebih dekat"

Minho masih diam. Entah otaknya yang berpikir lambat atau Changmin yang bicara tidak jelas. Yang pasti ia belum mengerti apa yang pemuda tinggi itu maksudkan.

"Ya! bicara dengan jelas, aku tidak mengerti"

Karena terlalu kesal, Minho menjentikan jarinya pada kening Changmin. Membuat pemuda tinggi itu meringis sambil mengusap keningnya yang terasa sakit.

"Aish.. tidak bisakah Kau bersikap lembut padaku?" protes Changmin.

"Shireo. Memangnya Kau ini kekasihku" sahut Minho dengan nada bercanda. Ia melipat tangan di depan dada, lalu memalingkan wajahnya.

Changmin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang seperti anak kecil itu. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa para gadis menyukai pemuda seperti itu. Di mana letak karisma yang selalu mereka bicarakan.

"Jadi? Kau akan menjelaskannya padaku?" kali ini suara Minho terdengar lebih serius.

"Apa hubungannya dengan namja itu? Cho.. Cho.." lanjutnya sambil berusaha mengingat-ingat nama mahasiswa baru pindahan dari Jepang itu.

"Cho Kyuhyun"

"Ah, Cho Kyuhyun" Minho menganggukan kepalanya. Mungkin ia harus mengingat nama itu dengan baik mulai sekarang.

Tatapannya kembali pada Changmin yang terlihat tengah mempertimbangkan sesuatu. Minho membuka mulutnya untuk bertanya, namun segera ia urungkan saat Changmin mulai bersuara.

"Apa Kau tidak merasa jika dia sangat mirip dengan Hyun?"

"Entahlah, suaranya memang terdengar mirip. Tapi aku belum pernah bertemu langsung dengannya" sahut Minho.

"Apa yang Kau rencanakan kali ini, Max?" tanya Minho dengan tatapan menyelidik.

Changmin terkekeh. Tidak percuma mereka bersahabat dari kecil. Minho sangat mengerti dirinya. Tidak ada satu pun yang bisa ia sembunyikan dari sahabatnya itu.

"Aku rasa dia bisa membantu kita. Ah, membantu Min lebih tepatnya"

"Membantu apa?"

"Mengembalikan Min seperti dulu"

"Caranya?"

Changmin menghirup udara sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya perlahan agar lebih tenang.

"Mungkin setelah Min mengenal Cho Kyuhyun, akan ada perubahan" ujarnya.

"Semakin frustasi maksudmu?" celetuk Minho dengan wajah tanpa dosa.

"Aish.. Kau ini. Perubahan yang positif tentunya"

Minho terlihat memikirkan kembali ide sahabatnya itu. Apakah Changmin sungguh-sungguh dengan apa yang diucapkannya?

"Aku tidak yakin. Tapi Min pasti akan sangat marah jika tahu tentang ini" ucap Minho pada akhirnya.

"Masalah itu serahkan padaku"

Changmin tahu idenya ini mungkin terlihat konyol. Tapi ia sudah memikirkannya berulang kali. Ia sudah siap dengan resiko apapun yang akan didapatkannya kalau sampai Sungmin tahu mengenai hal ini.

"Lalu bagaimana dengan Hyun? Apa kita harus memberi tahunya?" tanya Minho sedikit ragu.

"Kau gila! Itu sama sekali tidak perlu" sentak Changmin dengan keras.

Menyadari perubahan nada bicara Changmin membuat Minho sedikit takut untuk berkomentar. Ia tahu sahabatnya itu mulai kesal.

"Tapi Hyun sangat mencintai Min" ucap Minho yang lebih terdengar seperti cicitan.

"El, kenapa Kau jadi seperti Min? Lagi pula aku hanya ingin mereka saling mengenal sebagai teman. Bukan untuk menjalin hubungan yang serius. Dan lagi, Kyuhyun sudah memiliki kekasih" desisnya.

"Tapi apa Hyun akan membiarkan kita melakukan hal ini?"

Changmin tahu, bahkan sangat tahu jika Jonghyun mencintai Sungmin, begitupun sebaliknya. Namun semua ini ia lakukan untuk kebaikan Sungmin. Ia tidak tega melihat gadis itu menangis setiap hari karena merindukan pemuda itu. Ia yakin jika Jonghyun mengetahui rencananya ini, pemuda itu pasti setuju. Karena ini demi gadis yang dicintainya, Lee Sungmin.

"El! Berhenti berpikir seperti itu. Memangnya Kau bisa menjamin Hyun akan kembali bersama kita, heh?" kali ini Changmin hilang kendali. Suaranya yang terlalu keras membuat mereka menjadi pusat perhatian sekarang.

"Mianhae, aku terlalu terbawa perasaan" lirih Minho. Ia menundukan kepalanya, tidak berani menatap Changmin.

Changmin sadar ia sudah keterlaluan. Tidak seharusnya ia berkata seperti itu pada Minho. Ia mendesah pelan, lalu kembali bicara namun tanpa penekanan.

"Aku tahu Kau dan Min merindukan Hyun. Aku juga merasakan hal yang sama. Jangan Kau pikir kebersamaan kita selama ini tidak berarti apa-apa untukku"

"Mianhae karena telah berbicara keras padamu" lanjutnya.

"Gwaenchana, aku mengerti"

Perdebatan mereka pun berakhir dengan satu kesepakatan. Cho Kyuhyun, pemuda itu telah menjadi orang paling penting dalam daftar mereka. Semoga saja dengan hadirnya Kyuhyun dalam kehidupan mereka bisa mengembalikan Sungmin seperti dulu. Tidak lagi murung. Sudah saatnya musim berganti.

Tap Tap Tap

"Mianhae aku terlambat. Appa memintaku menemuinya di kantor"

Changmin dan Minho menatap Sungmin yang baru saja datang dengan pandangan yang sulit diartikan.

Merasa diperhatikan, gadis itu pun berdeham untuk menghilangkan rasa canggung yang tiba-tiba menyelimuti mereka.

"Kenapa menatapku seperti itu?" ucapnya polos.

"Ini cappuccino kan?" lanjutnya sambil meraih gelas berisi cappuccino yang ada di hadapan Minho lalu menyesapnya perlahan.

"Y-ya! kenapa dihabiskan" teriak Minho tidak terima karena gadis itu menandaskan cappuccino yang baru ia minum sedikit.

"Sudahlah, ambil saja punyaku" ucap Changmin menengahi perdebatan tidak penting itu.

"Punyamu juga sudah habis, pabo" cibir Minho.

Changmin menggaruk tengkuknya sambil tertawa salah tingkah.

"Jadi, kenapa Kau memintaku datang kemari?"

Pertanyaan Sungmin seakan mengingatkan kedua pemuda itu tentang tujuan awal mereka berkumpul di sana.

"Ah, iya ada apa, Max?" Minho ikut menanyakan hal yang sama. Meskipun tadi sudah berbicara panjang lebar bersama Changmin, tapi ia sendiri belum tahu alasan pemuda tinggi itu memintanya dan Sungmin datang.

"Tunggu sebentar"

Changmin mengeluarkan sesuatu dari dalam jaket. Sebuah amplop cokelat berukuran sedang. Kemudian meletakan benda itu ke atas meja.

"Apa ini?" dengan cepat Minho meraih amplop itu dan membukanya.

Sungmin yang juga penasaran mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Minho agar bisa melihat dengan jelas isi amplop itu.

"Ini..."

Minho dan Sungmin saling bertukar pandang, kemudian menatap Changmin secara bersamaan dengan mata berbinar.

"Musim panas kali ini kita akan kesana?"

"Ottawa? Benarkah?"

"Seperti yang kalian lihat. Eomma memberi kita tiket liburan ke Ottawa" sahut Changmin menanggapi pertanyaan Minho dan Sungmin yang terlihat sangat senang.

"Tunggu.. bukankah ini untuk empat orang?" Minho mengamati benda yang ada di genggamannya dengan bingung, kemudian menatap Changmin dan Sungmin bergantian.

"Mungkin yang satu lagi untuk Hyun" lirih Minho.

"Anio, itu untuk temanku. Aku berniat mengajaknya" bantah Changmin dengan cepat. Meskipun yang ada di pikirannya sekarang sama seperti Minho, ibunya membelikan tiket itu untuk Jonghyun.

Sungmin memilih untuk pura-pura tidak mendengarnya. Karena setiap kali mendengar nama itu, kenangan masa lalunya akan kembali datang. Menggoreskan satu luka lagi di dalam hatinya. Seperti sekarang, dadanya mulai terasa sesak.

"Apa tidak ada hal yang lain lagi? Aku harus pergi sekarang, masih ada urusan" ucap Sungmin. Sebisa mungkin membuat suaranya tidak terdengar aneh karena menahan luapan di dadanya.

"Tidak ada, hanya itu saja"

"Baiklah, aku pergi"

Changmin dan Minho menatap punggung Sungmin yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangan mereka.

"Ini pasti karena aku menyebut nama Hyun" Minho memukuli kepalanya sendiri, merutuki kebodohannya kali ini.

Changmin mendesah pelah, "Dia menangis lagi"

.

.

Kyuhyun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Jalanan kota Seoul terlihat ramai, dihiasi cahaya lampu dari gedung-gedung bertingkat serta pertokoan di kanan dan kiri jalan. Ia menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas menunjukan warna merah dan para pejalan kaki mulai berlalu lalang di depannya. Tiba-tiba ia teringat perkataan Changmin.

Lee Sungmin, dia sahabatku.

Entah kenapa ada perasaan aneh yang memenuhi hatinya saat mendengar kalimat itu. Seperti perasaan senang. Tapi kenapa ia bisa merasakan itu? Karena ia telah mengetahui nama gadis itu dan membuat rasa penasarannya terhadap gadis itu sudah sedikit berkurang? Atau karena mengetahui kenyataan bahwa gadis itu bukan kekasih Changmin? Kyuhyun menggelengkan kepalanya saat alasan terakhir muncul. Sungguh yang terakhir itu tidak masuk akal. Sangat tidak mungkin. Mengenai gadis itu kekasih Changmin atau bukan, itu bukan urusannya. Lagipula ia sudah memiliki Victoria sebagai kekasihnya. Ah, bicara mengenai Victoria, satu jam yang lalu gadis itu berbicara dengannya di telepon. Menyuruhnya datang ke rumah, tidak tahu untuk apa. Belum sempat ia menanyakan alasannya, gadis itu sudah menutup teleponnya. Suara Victoria yang terdengar aneh sangat mengganggu pikirannya. Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu.

Kyuhyun kembali melajukan mobilnya saat lampu hijau menyala. Setelah melewati beberapa pertokoan, mobil itu berbelok ke kiri. Masuk ke jalan kecil di seberang kedai ramyeon. Ia menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana, kemudian keluar dari dalam mobil. Kyuhyun membuka pagar besi yang tidak lebih tinggi darinya, tidak lupa menutupnya kembali saat sudah di lewati.

Kyuhyun menurunkan kembali tangannya yang terangkat hendak mengetuk pintu. Dahinya berkerut mendapati pintu itu sedikit terbuka, hingga cahaya lampu dari dalam rumah bisa menyusup celah kecilnya. Dengan sedikit ragu ia membuka pintu itu lebih lebar. Matanya terbelalak. Kondisi rumah yang sangat kacau langsung menyambut indera penglihatannya. Ruang tamu yang berantakan dengan kursi terbalik di sana-sini. Pecahan vas bunga yang berserakan di lantai. Seketika pikiran buruk memenuhi otaknya. Victoria, di mana gadis itu sekarang?

Kyuhyun bergegas mencari keberadaan kekasihnya sambil terus berharap tidak terjadi hal yang buruk. Sungguh saat ini ia sangat mengkhawatirkan gadis itu. Langkahnya terhenti di depan sebuah pintu bertuliskan Qian's Room.

"Vic, apa Kau di dalam?"

Kyuhyun mengetuk pintu di depannya dengan cemas. Namun tidak ada jawaban apapun dari dalam. Sekali lagi ia mengetuk, kali ini lebih keras. Mungkin saja gadis itu tidak mendengarnya karena tertidur. Hanya itu alasan logis yang bisa ia pikirkan saat ini. Cukup lama ia mengetuk, tetap saja tidak ada jawaban. Ia memejamkan matanya sebentar, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk memutar kenop dalam genggamannya. Membuka pintu itu dalam sekali hentakan. Dadanya bergemuruh hebat saat mendapati kondisi di dalam ruangan itu tidak jauh berbeda dengan ruang tamu yang berantakan. Matanya menatap gelisah pada pakaian yang tercecer di lantai, ia tahu itu milik kekasihnya. Pandangan beralih pada gundukan selimut di dekat ranjang.

"Vic.." lirihnya

Dengan sekuat tenaga ia berjalan mendekati Victoria yang duduk meringkuk dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Kyuhyun berjongkok di depan Victoria. Menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apa yang terjadi?" ucapnya datar.

Sebenarnya, tanpa bertanya pun otaknya yang jenius itu sudah bisa mengetahui apa yang terjadi pada Victoria. Kenyataan di depan matanya sudah terlihat dengan sangat jelas. Kamar yang berantakan, pakaian yang berserakan, belum lagi kondisi ranjang dengan seprai yang kusut serta terdapat bercak darah. Bukannya Kyuhyun mau berpura-pura tidak tahu, ia hanya ingin mendengarnya langsung dari bibir gadis itu.

"Apa dia yang melakukan semua ini?"

"Mianhae.."

Jelas sudah. Satu kata yang keluar dari bibir Victoria lebih dari cukup untuk menjelaskan apa yang terjadi. Rahang Kyuhyun mengeras. Kilatan amarah jelas terpancar dari kedua matanya.

"Brengsek!" umpatnya.

Kyuhyun benar-benar geram sekarang. Kesabarannya menguap dengan cepat. Ia hanya merasakan amarah yang semakin menyesakan dadanya.

"Mianhae.."

Lagi-lagi gadis di depannya menggumamkan kata maaf. Apa yang harus di maafkan? Harusnya Victoria tidak perlu mengatakan itu, karena ini semua bukan kesalahannya. Gadis itu adalah korban di sini. Dan yang pantas disalahkan atas kejadian ini adalah Nichkhun, mantan kekasih Victoria. Lihat saja jika sampai pemuda itu berani menunjukan dirinya lagi. Kyuhyun bersumpah akan menghabisi pemuda yang telah berani menyakiti Victoria seperti ini.

"Mianhae, Vic.."

Kyuhyun merengkuh tubuh bergetar Victoria. Membiarkan tangis gadis itu pecah di dalam dekapannya. Ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga Victoria dengan baik. Tadinya ia sudah mulai tenang karena setelah Victoria menjadi kekasihnya, Nichkhun sudah tidak lagi mengganggu gadis itu. Tapi ternyata sekarang malah seperti ini. Pemuda itu kembali datang dan menghancurkan kehidupan Victoria. Membuat Kyuhyun tidak bisa bernafas dengan tenang.

.

.

To Be Continued

Thanks to readers and all guest ^^

Special thanks to :

Heldamagnae, Zen Liu, dirakyu, .136, dewi. , cloudswan, Kireina, PaboGirl, Cho aeris, Rilianda Abelira,1307.

Q-Side :

-Apa Kyu dan Hyun dulu berteman?-

Next chapter ya ^^

-Kenapa Kyu bisa tau lagu itu?-

Karna... next chapter ^^

-Apa Jonghyun akan kembali?-

Kembali ngga ya~ /dibakar reader/

-Kenapa Kyu dan Hyun mirip?-

Itu takdir kkk~ eum Kyu sama Hyun kalo diperhatiin emang mirip chingu, apalagi suaranya. Kalo mereka nyanyi berdua agak susah dibedain ^^

-Hyun itu kemana?-

Next chapter –lagi- ^^

-KyuMin kapan ketemu lagi?-

Setelah ini KyuMin bakal sering ketemu chingu ^^

-Yang dinyanyiin lagunya siapa?-

Itu lagunya Lee Jonghyun (CNBLUE) judulnya My Love (ost. A Gentleman's Dignity) ^^

Don't forget to give your review. Gamsahamnida /bow/

And Happy 8thAnniversary Super Junior ^^