Main Cast : Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

Length : Chaptered

Disclaimer : The Story is MINE

Warning : AU, OOC, GS, Typo, Tidak sesuai EYD.


N(EX)T

by

Aster Nam

~enJOY~

Jarum jam di pergelangan tangannya sama-sama sedang menujuk angka dua belas. Sudah siang rupanya. Ia hampir tidak menyadari waktu berlalu sangat cepat. Terang saja, seharian ini ia sibuk dengan serangkaian mata kuliah yang seakan tidak pernah membiarkannya untuk bersantai sejenak. Dua jam setelah ini bahkan masih ada kelas terakhir yang harus ia ikuti sebelum benar-benar bisa pulang dan beristirahat. Gadis itu, Lee Sungmin, berjalan menuju Coffee Shop yang ada di dalam kampusnya. Ya, setidaknya tempat itu yang paling dekat dengan fakultas kedokteran tempatnya belajar. Ia merogoh saku jas praktik yang masih dikenakannya. Mengambil benda persegi panjang berwarna pink, kemudian menggerakan jarinya di atas layar, mengetikan beberapa kalimat di sana. Ia mendesah, lalu membuka pintu kaca di depannya.

"Aku pesan satu capuccino" ujarnya pada pelayan, sembari menyodorkan beberapa lembar uang.

"Baiklah, mohon tunggu sebentar"

Sungmin masih berdiri di tempatnya, menunggu pelayan tadi membuatkan pesanannya. Ia melihat ke sekeliling ruangan yang ternyata sangat ramai, mengingat ini adalah jam istirahat makan siang. Sungmin membetulkan letak kaca mata yang membingkai mata foxy indahnya.

Sebuah alunan musik terdengar memenuhi ruangan. Bukan hanya di dalam Coffee Shop, tapi di seluruh ruangan yang ada di dalam kampus mewah itu termasuk juga koridor. Alunan musik yang terdengar melalui speaker yang terpasang di setiap tempat memang bukan hal yang aneh bagi orang-orang di sana.

"Oh, sudah mulai" gumam Sungmin.

Siang hari, saat jam istirahat makan siang di Bellin University adalah saat yang paling ditunggu oleh sebagian besar mahasiswa. Bukan hanya karena mereka bisa melepaskan diri sejenak dari rutinitas yang seakan tidak pernah ada habisnya, tapi juga karena mereka bisa mendengarkan alunan musik dari radio kampus. Ya, Bellin University memang salah satu kampus paling populer di Seoul. Selain mahasiswanya yang memiliki IQ tinggi, universitas ini juga dilengkapi dengan segala fasilitas mewah yang mendukung seluruh kegiatan mahasiswanya termasuk memiliki stasiun radio sendiri.

"Hei hei... seperti biasa DJ Ryeowook akan menemani waktu istirahat makan siang kalian semua dengan lagu-lagu yang pastinya akan membuat kita lebih semangat lagi"

Suara khas itu terdengar riang membuka acara yang dibawakannya. Tak pelak membuat riuh suasana kampus.

"Tapi kali ini aku tidak sendiri.."

Ryeowook sengaja menggantungkan kata-katanya. Ingin membuat efek dramatis yang membuat penasaran mereka yang mendengarkan.

"Di sini.. sudah ada seseorang yang tidak mau disebut namanya. Dia mahasiswa pindahan dari Jepang. Dan dia seorang namja tampan"

Ryeowook memberi tekanan saat mengucapkan kata 'namja tampan'. Membuat para gadis sekarang berbisik-bisik ingin tahu. Tapi tidak dengan Sungmin, gadis manis itu hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dia ingin menyanyikan sebuah lagu untuk... Uh sepertinya ini membuat para yeoja kecewa. Lagu ini untuk kekasihnya, yang juga mahasiswi di Bellin University. Romantis.. Kira-kira siapa yeoja beruntung itu..."

Desahan kecewa mulai derdengar. Bahkan ada yang memasang wajah ingin mati. Sungmin berdecak, ia heran kenapa mereka yang katanya memiliki IQ tinggi malah terlihat kekanakan jika menyangkut perasaan. Hey, untuk apa pula mereka harus kecewa sampai seperti itu. Bukankah mereka belum pernah melihat bahkan mengenal mahasiswa pindahan dari Jepang itu. Sikap mereka terlalu berlebihan menurutnya.

"Oke langsung saja kita dengarkan bersama"

Dentingan suara gitar yang lembut mulai terdengar.

"Ini pesanan Anda" ucap seorang pelayan wanita sambil menyodorkan satu gelas capuccino pada Sungmin.

"Gamsahamnida"

Sungmin menerimanya, kemudian segera mencari tempat yang kosong. Namun langkahnya langsung terhenti ketika bait lagu mulai dinyanyikan.

Changbakke biga naerimyeon

Gamchwodun giogi nae mameul jeoksigo

Ijeun jul aratdeon saram

Ohiryeo seonmyeonghi tto dasi tteoolla

"Lagu ini..." lirihnya.

Sungmin ingat betul, lagu yang sekarang didengarnya adalah lagu yang dulu pernah kekasihnya nyanyikan. Lagu yang menyimpan kenangan mereka. Lagu yang sudah sangat Sungmin hafal di luar kepala. Lagu yang begitu membekas di hatinya.

Nae saranga.. saranga..

Geuriun naui saranga

Mongnoha bulleobojiman

Deutjido motaneun sarang

Tubuh Sungmin menegang. Pikirannya kacau. Gelas yang ada dalam genggamannya jatuh begitu saja. Capuccino yang belum sempat ia minum tumpah mengenai jas praktiknya. Meninggalkan noda berwarna cokelat yang sangat banyak.

Nae saranga.. saranga..

Bogopeun naui saranga

Geudae iremmaneurodo

Bein deut apeun saranga

Nae saranga

Bukan hanya lagu itu yang membuatnya terkejut. Tapi juga suara pemuda yang menyanyikannya. Suara yang selalu membuatnya tenang saat mendengarnya. Ah, sungguh ia sangat merindukan pemilik suara itu.

Changgaeodumi omyeon

Sumgyeo non chueogi

Nae mameul barkhine

Sungmin segera keluar dari Coffee Shop, berlari menyusuri koridor. Ia tidak peduli orang-orang menatapnya aneh karena berlari dengan kondisi seperti itu. Jas yang sudah tidak lagi berwarna putih polos itu berkibar seiring dengan langkah cepat Sungmin.

Uri hamkke useum jieotdeon sungan

Uri hamkke nunmul heullyeotdeon sungan

Ije geuman bonaejiman

Sungmin sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Air mata yang sejak tadi hanya menggantung, kini mulai berlomba membasahi pipi putihnya. Jika ada yang bertanya apa yang Sungmin rasakan saat ini, jawabannya adalah senang. Ia bahkan terlalu senang.

Nae saranga.. saranga..

Gomaun naui saranga

Nae jeonbuda jiundaedo

Gaseume namgyeojil sarang

"Jangan berhenti, teruslah bernyanyi. Aku mohon, tunggu aku" ucap Sungmin di sela-sela isakannya. Langkahnya semakin cepat, ia ingin segera sampai di tempat itu. Kerinduanlah yang membuatkan bersikap seperti ini. Sungmin harus bertemu dengan pemuda itu dan ia tidak akan pernah membiarkan pemuda itu menghilang dari pandangannya lagi.

Nae saranga.. saranga

Sojunghan naul saranga

Nae sum da hal ttaekkaji

Ganjikhal naui sarangan

Nae saranga

Sungmin sampai di tempat itu tepat saat suara dentingan gitar yang terakhir. Gadis itu berusaha mengatur nafasnya yang masih terengah. Dadanya juga ikut berdebar tidak karuan. Tangan kanannya dengan tidak sabar memutar kenop, membuat pintu bercat abu-abu itu terbuka lebar.

"Hyun"

.

.

Seoul, 20 April 2009

"Untuk pertama kalinya dalam hidup, Aku menemukan musim semiku sendiri"

-Lee Sungmin-

Sungmin menuruni tangga dengan tidak sabar. Matanya membulat sempurna ketika mendapati benda yang melingkar di pergelangan tangannya telah menunjukan pukul 06.00 KST. Meskipun kelas pertama baru akan di mulai dua jam lagi. Namun ia harus segera berangkat sekarang juga. Sungmin tidak pernah ingin terlambat satu detikpun. Belum lagi jika ia harus terjebak macet, pasti akan lebih membuang banyak waktu.

Ia menyambar dua potong roti gandum yang tersedia di meja makan, mengolesinya dengan selai strawberry kesukaannya. Tidak lupa ia meminum susu hangat yang sudah disediakan.

"Ajumma, Aku berangkat ne" ucapnya sedikit berteriak.

"Ne, belajar yang rajin" sahut seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk di dapur kecil miliknya.

Seperti biasa, ia pergi ke sekolah diantar oleh sopir pribadinya. Mobil mewah itu melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan kota Seoul yang ramai. Selama perjalanan, Sungmin hanya duduk tenang di kursi penumpang. Kepalanya sesekali menoleh ke samping, melihat deretan bangunan di sisi jalan. Hingga tanpa terasa kecepatan mobil yang ditumpanginya semakin berkurang dan akhirnya berhenti.

Sang sopir segera turun, membukakan pintu untuk Sungmin. Kemudian membungkuk hormat sebelum nona mudanya itu pergi.

Pemandangan aneh dan tidak wajar, tertangkap oleh indra penglihatan Sungmin. Koridor di depan kelasnya terlihat sepi, tidak ada satu orangpun siswa yang biasa berdiri mengobrol atau sekedar bersandar sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi. Kemana perginya orang-orang itu.

Sungmin mendongak. Melihat papan berbentuk persegi panjang yang tergantung di atas pintu. Kelas 2-1. Setelah memastikan bahwa ia tidak salah mengenali kelasnya, Sungmin pun akhirnya memutuskan untuk segera masuk. Baru beberapa langkah, ia kembali berhenti. Kali ini pemandangan yang lebih mengejutkan sekaligus mengherankan kembali dilihatnya. Orang-orang itu, yang biasanya masih berada di luar kelas pada jam-jam seperti ini entah apa yang sedang mereka lakukan sekarang. Berkerumun di pojok belakang ruang kelas. Dan.. hey, Sungmin baru menyadari jika yang mereka kerumuni itu adalah tempat duduknya.

"Aigoo, benarkah dia manusia? Bukan malaikat?" sorang gadis yang ikut berkerumun berteriak histeris.

"Hwaaa.. tampan sekali" gadis lain ikut menimpali.

"Haish.. tebar pesona lagi"

Sungmin berdecak sebal. Ia yakin semua ini pasti ulah kedua sahabatnya yang sering sekali menebarkan pesona di manapun mereka berada. Sungmin akui, dua pemuda itu memang sangat tampan. Jadi tidak heran jika banyak gadis yang tergila-gila pada mereka. Lalu bagaimana dengan Sungmin? gadis manis itu juga sama populernya dengan dua sahabatnya itu. Mereka bertiga seperti maskot di Allen Senior High School.

"Min, kenapa berdiri di sini?"

"Kau tidak masuk?"

Sungmin menoleh ke kanan dan kirinya. Menatap bingung dua pemuda yang baru saja melontarkan pertanyaan secara bergantian. Shim Changmin, dengan ekspresi lucunya balas menatap gadis di sampingnya. Sedangkan pemuda yang satu lagi, Choi Minho, hanya tersenyum santai.

"Kalian di sini?"

Pertanyaan yang terdengar aneh itu keluar dari bibir Sungmin. Gadis manis itu tidak tahu lagi harus menggunakan kata-kata seperti apa untuk menggambarkan kebingungannya. Dua pemuda yang ia pikir telah membuat kehebohan pagi itu ternyata baru datang. Itu berarti tebakannya meleset. Lalu, siapa yang berada di dalam sana?

Karena didorong rasa penasaran yang begitu besar dan mengganggu. Sungmin memutuskan untuk melihatnya sendiri. Gadis itu berjalan masuk, meninggalkan dua pemuda yang masih berdiri memandangi kepergiannya.

Changmin menatap Minho seakan bertanya 'Ada apa dengan dia?'. Pemuda bermata besar itu pun hanya mengedikan bahu, pertanda ia juga tidak mengerti. Kemudian keduanya ikut menyusul Sungmin masuk ke dalam kelas.

"Oh, mereka datang.. mereka datang.."

Seorang gadis berteriak sangat keras saat menyadari kedatangan ketiga sahabat itu. Suasanya bertambah ramai karena teriakan histeris para gadis yang ada di sana. Membuat Sungmin sampai harus menutup kedua telinganya dengan tangan karena suara yang begitu memekakan telinga itu. Sedangkan dua pemuda yang sekarang menjadi objek kerumunan gadis-gadis itu hanya tersenyum memperlihatkan pesona yang mereka miliki. Ada untungnya juga bagi Sungmin, ia tidak harus menyuruh gadis-gadis itu menjauh dari mejanya. Karena mereka dengan sendirinya pergi dan beralih mengerumuni dua sahabatnya.

"Lama-lama aku bisa tuli" dengusnya, masih terus melangkah.

Mata foxy itu menangkap sosok yang masih terlihat asing baginya sedang duduk sambil menatap ke luar jendela.

"Maaf, ini tempatku"

Pemuda itu mengalihkan pandangannya dari jendela, kemudian menatap gadis manis yang berdiri di dekatnya.

"Apa?" ucapnya canggung.

"Yang Kau duduki itu kursiku"

Pemuda itu menggaruk tengkuknya, terlihat salah tingkah. Antara malu dan merasa tidak enak karena telah duduk di kursi gadis manis itu. Tapi, sungguh ia tidak tahu jika kursi ini sudah ada yang menempati.

"Maaf, aku benar-benar tidak tahu. Aku pikir di sini masih kosong"

Pemuda itu langsung berdiri dan mengambil tasnya berniat untuk mencari tempat duduk yang lain.

"Changkaman.." ucap Sungmin menahan kepergian pemuda itu.

"Gwaenchana, Kau bisa duduk di kursi satunya. Itu masih kosong, karena biasanya aku duduk sendiri"

"Jinjja? Jeongmal?"

Pemuda itu terlihat sangat senang. Ia bahkan tanpa ragu meraih tangan Sungmin, menggenggamnya erat karena merasa sangat berterima kasih. Meskipun sebenarnya itu hanya hal kecil.

"N-ne" ucap Sungmin terbata-bata.

Gadis itu merasa terkejut dengan sikap pemuda yang secara tiba-tiba menggenggam tangannya.

"Maaf"

Pemuda itu menyadari perubahan ekspresi wajah Sungmin yang terlihat tidak nyaman. Lalu melepas kembali tangan Sungmin dari genggamannya.

"Gwaenchana"

Sungmin dan juga pemuda itu meletakan tasnya, kemudian duduk di kursi masing-masing. Sungmin memilih untuk membaca buku, sembari menunggu jam pertama dimulai. Sedangkan pemuda itu hanya menatap gadis manis di sampingnya dalam diam. Teriakan para gadis yang semakin menjadi bahkan tidak bisa mngalahkan keheningan yang menyelimuti keduanya.

"Ehm"

Pemuda itu berdeham. Membuat Sungmin menghentikan aktivitas membacanya dan menatap pemuda itu. Untuk beberapa detik tatapan mereka bertemu. Pemuda itu seakan terhanyut oleh mata foxy Sungmin yang begitu indah. Sementara itu, Sungmin merasakan keteduhan yang terpancar dari kedua onyx pemuda itu. Namun buru-buru ia mengalihkan pandangannya.

"Kita belum berkenalan" ucap pemuda itu berusaha menghilangkan kecanggungan.

"Aku Lee Jonghyun. Murid pindahan dari Jepang" pemuda itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

Meskipun sedikit ragu, namun akhirnya Sungmin membalas uluran tangan itu.

"Aku Lee Sungmin. Bangapseumnida Jonghyun-ssi" gadis itu tersenyum manis.

"Ne"

Sungmin baru akan melanjutkan membaca saat Jonghyun kembali bersuara, atau lebih tepatnya berbisik di telinganya. Hembusan nafas Jonghyun bisa dengan jelas ia rasakan.

"Apa gadis di sini selalu seperti itu?"

Ia tahu apa yang Jonghyun maksud. Pandangan Sungmin langsung beralih pada para gadis yang masih setia mengerumuni dua sahabatnya di depan kelas.

"Mereka akan seperti itu jika ada namja tampan. Dan sepertinya Kau termasuk"

Jonghyun mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan Sungmin.

"Jadi menurutmu aku tampan, Sungmin-ssi?"

"Bukan menurutku, tapi menurut mereka" Sungmin mengerucutkan bibirnya.

Meskipun sebenarnya Sungmin juga berpendapat bahwa Jonghyun itu tampan. Tapi tidak mungkin ia mengatakannya terang-terangan. Bisa-bisa pemuda itu besar kepala.

"Aku hanya bercanda, Sungmin-ssi. Lagipula aku merasa biasa saja" Jonghyun tertawa.

Entah karena apa, melihat pemuda itu tertawa membuat hati Sungmin menjadi hangat. Mata teduhnya yang menyipit. Serta bibir merahnya saat tersenyum, memberikan kesan tampan yang alami. Pemuda itu membuat Sungmin merasa nyaman.

'Dia adalah musim semi' ucap Sungmin dalam hati.

Jika saja bel tanda masuk tidak berbunyi, dan Han sonsaengnim tidak masuk untuk mengajar. Mungkin sampai detik ini Sungmin masih terpaku menatap pemuda yang duduk di sampingnya.

.

Sungmin meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku akibat terus duduk dan mendengarkan penjelasan Han sonsaengnim yang jujur saja sedikit membuatnya mengantuk. Untung saja suara bel istirahat menyelamatkannya. Gadis manis itu beranjak dari kursinya dengan semangat, berniat untuk segera bergabung dengan kedua sahabatnya yang sudah lebih dulu keluar dari kelas.

"Mau kemana?"

Jonghyun dengan cepat menahan lengan Sungmin, sehingga mau tidak mau gadis itu pun menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Tentu saja ke kantin. Ini kan jam makan siang" ucap Sungmin sambil mengerjapkan matanya, menambah kesan lucu pada wajah manisnya.

"Boleh aku ikut?"

"Tentu saja. Semua orang pergi ke sana"

Seharusnya Jonghyun tidak perlu menanyakan hal itu. Karena memang sudah seharusnya ia pergi ke kantin. Bukankah sekolah sudah menyiapkan makan siang untuk semua siswa di sana.

"Kajja"

Sungmin sedikit tersentak saat Jonghyun meletakan kedua tangan di bahunya dan mendorong tubuhnya dari belakang, menuntunnya agar berjalan. Namun Sungmin tidak berniat melayangkan protes ataupun menjauhkan tangan pemuda itu dari bahunya. Gadis manis itu sepertinya malah menikmati perlakuan Jonghyun padanya.

Di sepanjang koridor menuju kantin, Sungmin merasa semua pasang mata tengah melihat ke arahnya dan Jonghyun yang berjalan di sampingnya. Baginya itu sudah biasa, tapi bagaimana dengan pemuda itu. Sungmin melihat Jonghyun dengan ekor matanya. Pemuda yang lebih tinggi darinya itu terlihat santai-santai saja. Baguslah jika pemuda itu tidak merasa risih atau terganggu dengan tatapan orang-orang itu.

Setelah berada di kantin, Sungmin segera mengambil makan siangnya. Kemudian berjalan menuju meja yang sudah biasa ia dan juga kedua sahabatnya tempati. Jonghyun yang memang dari tadi selalu mengekor di belakang Sungmin pun mengikuti kemana langkah kaki gadis itu.

Sungmin meletakan makan siangnya di atas meja, kemudian mendudukan diri di kursi yang berhadapan dengan Changmin.

"Eh? Kau anak baru pindahan dari Jepang itu kan?"

Pertanyaan Minho sontak membuat Changmin yang masih sibuk mengunyah makanaannya ikut menatap pemuda yang masih berdiri di samping meja mereka.

Sungmin yang baru menyadari jika ternyata pemuda itu masih mengikutinya pun langsung menarik lengan Jonghyun agar duduk di sebelahnya.

"Duduk saja di sini"

"Gamsahamnida, Sungmin-ssi" Jonghyun tersenyum, lalu meletakan makan siangnya di atas meja bersebelahan dengan makan siang Sungmin.

Changmin dan Minho memandangi pemuda di samping Sungmin dengan tatapan tidak percaya. Baru kali ini meja tempat mereka biasa makan terisi oleh empat orang. Selama ini, hanya mereka bertiga saja yang menempatinya. Karena siswa lainnya merasa segan jika berkumpul bersama mereka.

"Wae?"

Jonghyun merasa tidak nyaman diperhatikan seperti itu oleh dua pemuda di hadapannya.

"Kau yang pertama" ucap Sungmin.

"Ne?"

Pemuda itu masih bingung. Terang saja, ucapan Sungmin tidak memberinya petunjuk apapun. Jonghyun memandangi ketiga orang itu bergantian. Namun mereka hanya tersenyum kecil sambil mengedikan bahu. Jonghyun menyerah melihat ketiga orang itu tidak kunjung memberikan penjelasan, dan malah sibuk menikmati makan siangnya. Ia pun ikut menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Setelah itu tidak ada yang berbicara, sampai mereka menghabiskan makan siang masing-masing.

"Oh, aku lupa belum memperkenalkan. Jonghyun-ssi, mereka berdua sahabatku, Max dan El"

"Aaah maksudku Shim Changmin dan Choi Minho" ralat Sungmin.

Sungmin hampir lupa jika di sekolah tidak ada yang memanggil dua pemuda itu dengan nama 'Max' dan 'El' kecuali dirinya. Lagipula hanya keluarga dan orang terdekat saja yang biasa memanggil mereka dengan nama itu.

"Salam kenal Changmin-ssi, Minho-ssi. Aku Lee Jonghyun"

"Kami tahu, Kau sudah memperkenalkan dirimu di depan kelas" ucap Minho santai, kemudian menandaskan air mineralnya.

"Uh, aku benci panggilan formal. Panggil 'Max' saja. Lagipula Kau sudah menjadi bagian dari kami. Iya kan, Min?"

Changmin mengedipkan sebelah matanya ke arah Sungmin. Gadis itu mendengus kesal karena ia tahu kebiasaan Changmin yang suka sekali menggodanya.

"Oh, 'Musim Semi' ya?" Minho menambahkan.

Pemuda bermata besar itu ikut menggoda Sungmin, tidak mau kalah.

"Haish, Kalian ingin mati ya?" kesal Sungmin.

Tawa Changmin dan Minho meledak. Mereka tidak tahan jika melihat ekspresi kesal Sungmin yang semakin membuatnya terlihat manis. Jonghyun yang melihat keakraban ketiga sahabat itu ikut tersenyum.

.

.

Sungmin terdiam. Ia tidak meneruskan langkahnya untuk masuk ke dalam ruangan kedap suara itu. Mata foxy yang berbingkai kaca mata itu tidak menemukan sosok yang ia cari. Yang ada di dalam ruangan bersekat kaca tebal itu hanya Ryeowook dan pemuda yang entah siapa ia sendiri tidak mengenalnya. Pemuda berambut cokelat yang sedikit ikal dengan sebuah gitar biru yang bertengger manis di pangkuannya.

Saat pemuda itu menegakan tubuh, dan membetulkan posisi duduknya. Saat itu pula Sungmin bisa dengan jelas melihat wajah pemuda itu. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya terasa lemas. Ia sampai harus berpegangan pada tepian pintu agar tubuhnya tidak merosot ke lantai. Sungmin menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan isakan.

Ketika tanpa sengaja mata hazel pemuda itu menatap ke arahnya, Sungmin langsung memalingkan wajahnya dan berlari menjauh. Gadis itu tidak sanggup melihatnya lebih lama. Hatinya sudah cukup terpukul. Ia terus berlari tanpa tujuan yang jelas.

Grep

Seseorang dengan cepat menariknya. Lengan kekar itu mendekapnya erat. Tanpa melihat pun Sungmin tahu siapa orang itu.

"Max"

Sungmin membenamkan wajahnya di dada bidang sahabatnya, semakin terisak.

"Uljimma"

Changmin mengusap punggung Sungmin dengan lembut, berusaha membuat gadis itu lebih tenang.

"Max, ottokhae?.. hiks"

Ia paling tidak tahan melihat kondisi Sungmin yang rapuh seperti ini. Hatinya merasa iba. Ingin sekali ia mengembalikan senyum Sungmin seperti dulu, tapi ia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Min, uljimma"

Changmin mengecup puncak kepala Sungmin sebelum melepaskan dekapannya. Kemudian membawa tubuh gadis itu dalam gendongannya.

Tidak jauh dari tempat itu, sepasang mata hazel sedari tadi memperhatikan gerak-gerik mereka. Pemilik mata hazel itu masih berdiri dengan gitar biru di tangan kanannya. Menatap kepergian dua orang itu.

"Siapa yeoja itu? Apa yang tadi itu kekasihnya?" gumamnya.

Pemuda itu mengacak rambutnya hingga terlihat semakin berantakan. Sejak kapan ia peduli dengan masalah orang lain. Lagipula itu urusan dua orang tadi, bukan urusannya. Tapi gadis itu sudah membuatnya penasaran, ia bahkan ingin tahu bagaimana wajah gadis itu karena tadi ia tidak terlalu jelas melihatnya.

"Kyuhyunie"

Mendengar namanya dipanggil, pemuda itu membalikan badan. Meletakan gitarnya sembarangan, kemudian menghampiri gadis yang berdiri tidak jauh darinya dengan senyum cerah. Segera ia memeluk tubuh ramping itu untuk melepaskan rindu.

"Kenapa tidak bilang kalau mau pindah kesini, hmm?"

Gadis itu menyamankan diri di dada bidang Kyuhyun. menghirup aroma maskulin yang sudah lama tidak ia rasakan. Hangat dan menyenangkan.

"Kau terkejut?"

Kyuhyun membalas pertanyaan gadis itu dengan pertanyaan lagi. Gadis itu mengangguk. Tentu saja ia terkejut sekaligus bahagia. Dua tahun menjalin hubungan jarak jauh membuatnya sering merasa kesepian dan rindu tentunya. Namun sekarang bukan lagi menjadi masalah untuk mereka, bukankah Kyuhyun sudah memutuskan untuk tinggal di Korea? Pasti akan sangat menyenangkan bisa bermanja-manja dengan pemuda berkulit pucat itu.

"Bogoshipeo"

Kyuhyun melepaskan pelukannya. Menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi gadis itu.

Chu~

Kyuhyun mengecup bibir gadis itu singkat.

"Nado bogoshipeo, chagiya"

.

.

To Be Continued

Aigoo, Kyu kecup bibir siapa ituuu . /elus-elus Ming/

Sebelum sparkyu pada demo, mending Nam kabur dulu kkk~ /tarik Ming/

Don't forget to give your review. Gamsahamnida /bow/