Title : Prince Hours
Author : Parkyoonhra
Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong, and others
Genre : Family, Romance
Chapter : 14/15
Warning : Yaoi, MalexMale, Mpreg, Typos, Don't like Don't read
Summary : Tadi pagi saat pertemuan dengan parlemen, dua pertiga dari anggota parlemen menolakku menjadi Raja. Dan setelah aku memikirkan banyak hal, aku memutuskan untuk menyerahkan tahtaku / Tapi melihat keinginanmu yang sangat besar untuk menjadi Raja, appa merasa sedikit lega jika menyerahkan tahta padamu.
Author's notes : Haloooo semuanya~ long time no see, ne? mian, setelah sekian lama ff ini tdk ada kabarnya, akhirnya saya mendapat sedikit ilham utk menulis 2 chapter terakhir *terharu* ff ini. Masih ada yg inget ceritanya? Enggak? Saya juga udah lupa hahaha, jadi saya saranin buat baca chapter sebelumnya biar ga bingung
Happy Reading and Enjoy ^^ !
.
Chapter 14
Yunho menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang dan memeluk tubuh Jaejoong yang berbaring diatas tubuhnya. Matahari telah bersinar terang namun keduanya masih belum beranjak dari tempat tidur, masih menikmati waktu di mana hanya ada mereka berdua.
Yunho membawa telapak tangan Jaejoong yang ada dalam genggamannya ke depan wajahnya lalu mengecupnya sambil membisikkan kata-kata cinta. Jaejoong semakin erat memeluk pinggang Yunho, menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh raja Korea itu. Jaejoong sangat menyukai saat-saat ia memiliki Yunho hanya untuk dirinya sendiri seperti sekarang.
"Kau tahu, Boo? Dengan semua kejadian yang terjadi belakangan ini aku jadi berpikir mungkin aku tidak pantas memimpin negeri ini," kata Yunho sambil menatap kejauhan.
Jaejoong bangkit seraya duduk berhadapan dengan Yunho, "Kau tidak boleh berpikiran seperti itu, Yun. Kau adalah Raja terbaik yang pernah dimiliki Korea. Kau membawa negeri ini ke kancah dunia, memperbaiki perekonomian, dan mensejajarkan kita dengan Negara besar lainnya. Bagaimana bisa kau merasa tidak pantas, hm?" Jaejoong mengelus bagian kanan wajah Yunho dan Yunho memejamkan matanya guna meresapi setiap kelembutan dari tangan kekasihnya.
"Aku yakin Kyuhyun atau Changmin bisa membuat Korea jauh lebih baik lagi."
Yunho membuka mata saat Jaejoong menarik tangannya menjauh, "Mereka masih sangat muda, Yun."
"Aku tahu."
"Tapi kau tidak mengerti," Jaejoong beringsut menjauhi tubuh Yunho, "Kyuhyun tidak benar-benar menginginkan tahta. Lagipula, yang public tahu Kyuhyun hanyalah anak dari seorang selir. Sedangkan Changmin, kurasa masih terlalu cepat juga untuk dirinya. Berilah sedikit waktu untuk mereka menikmati waktu muda mereka."
Yunho menghela napas, "Aku tahu kau akan berkata seperti itu. Kyuhyun dan Changmin adaah anakku, tidak peduli apa yang diketahui orang lain, mereka berdua tetaplah anakku, anak kita," Yunho membelai kedua sisi wajah Jaejoong dan mengecup dahi namja cantik itu.
"Kyuhyun dan Changmin berhak mendapatkan posisi Raja, tapi harus ku akui sulit untuk memilih di antara keduanya, kecuali jika kita memiliki pilihan lain."
Jaejoong tersentak mendengar kalimat Yunho. Jaejoong menatap manik musang Yunho yang tengah menatapnya penuh arti.
Yunho mengelus permukaan perut Jaejoong yang sedikit membuncit.
"Jangan katakan padaku kalau ini hanyalah timbunan lemak," canda Yunho.
Jaejoong yang merona malu menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Yunho sambil merajuk.
Yunho mengangkat wajah Jaejoong sehingga menghadap dirinya dan mencium bibir pink Jaejoong.
"Kenapa tidak segera memberitahuku, hm?" tanya Yunho gemas.
Jaejoong memainkan ujung pakaiannya, sedikit ragu menjawab pertanyaan sang Raja, "Aku malu," jawabnya dengan pipi yang memerah.
Yunho menaikkan kedua alisnya, "Kenapa harus malu? Kau mengandung anak kita, Jae. Apa yang salah dari itu?" setitik rasa kecewa tumbuh di hati Yunho saat mendengar jawaban Jaejoong.
"Aniya," Jaejoong menggeleng cepat, "bukan itu maksudku, Yun."
"Lalu?"
"Kau tahu… kita sudah bukan remaja lagi. Changmin dan Kyuhyun juga sudah besar, bagaimana tanggapan mereka jika mereka akan mendapatkan adik baru? Sepertinya sekarang sudah bukan waktu bagi kita berdua untuk memiliki bayi lagi," jelas Jaejoong.
Tentu saja Jaejoong sangat senang saat mengetahui perihal kehamilannya. Tapi dengan berbagai macam masalah yang menimpa kerjaan, ia merasa ragu untuk memberitahu semua orang tentang kehamilannya. Terutama Yunho, bagaimana kalau Yunho tidak mau menerima anaknya? Jaejoong sangat takut…
Jaejoong sudah membayangkan Yunho akan mengacuhkan dirinya, mengasingkannya atau setidaknya tidak mempedulikannya tetapi reaksi Yunho diluar semua perkiraan Jaejoong. Yunho tertawa! Tertawa sangat keras.
"Astaga, Jae. Apa yang kau pikirkan?" Yunho mencubit kedua pipi chubby Jaejoong dengan gemas, "aku merasa sangaaaaaat senang mendapatkan anak lagi darimu dan kurasa Changmin dan Kyuhyun pun akan berpikir demikian. Rakyat Korea juga pasti akan menyambut sukacita kelahiran Pangeran atau Puteri mereka selanjutnya."
"Jeongmal?" tanya Jaejoong sedikit tidak percaya. Mata besarnya mulai tergenang air mata haru mendengar kata-kata Yunho. Mungkin dirinya memang sedikit paranoid…
Yunho tersenyum lebar, astaga bagaimana bisa Jaejoong bertingkah agyeo yang luar biasa manis diusianya saat ini? Yunho can't get enough about Jaejoong~
"Tentu saja, sayang," Yunho menyerang cherry milik Jaejoong kembali.
"Yunhhh…," Jaejoong mendorong dada bidang Yunho saat dirasa ia mulai kehabisan napas akibat ciuman brutal suaminya itu.
Yunho menikmati pemandangan indah Jaejoong yang terengah-engah mengambil napas akibat dirinya. Ia terkekeh geli saat menyadari mereka berdua tidak beranjak sedikit pun dari ranjang mereka yang sangat berantakan padahal hari mulai beranjak siang, belum lagi keduanya masih tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Ckck.
Yunho mengulurkan tangannya menyentuh dagu Jaejoong dan mengelap sisa-sisa saliva mereka di sana. Manik musang bertemu dengan doe eyes, terpaku dan tidak bisa memalingkan wajah barang sedetik pun, terkesima karena perasaan cinta keduanya yang membuncah saat menatap sang belahan jiwa.
"Terima kasih, Jaejoong-ah. Kau memberikan segalanya untukku, cinta, kasih sayang, kebahagiaan. Kau adalah sumber kehidupanku. Terima kasih karena telah menepati janjimu untuk tetap berada di sisiku. Jika kau memilih untuk tidak hidup bersamaku atau meninggalkanku, mungkin aku sudah…,"
"Ssssshhh…," Jaejoong memotong ucapang Yunho dengan menempelkan telunjuknya di depan bibir hati itu, "jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Tentu saja aku akan tetap disisimu. Aku mencintaimu, Bear," ucap Jaejoong tulus.
"Aku juga mencintaimu, Boo," Yunho mencium telunjuk Jaejoong yang berada di bibirnya dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Mengulumnya pelan dan mengecap rasa manis dari jari tersebut.
"Hentikan, Yun. Hari sudah semakin siang," ujar Jaejoong memperingati kelakuan Yunho.
"Ehmmm…," jawab Yunho tidak jelas karena masih sibuk menikmati jari Jaejoong.
TOK TOK TOK
Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Aish… mengganggu saja," Yunho melepaskan jari jaejoong dari hisapannya, "Nugu?" tanya Yunho sedikit berteriak karena kesal.
"Joseunghamnida, Yang Mulia. Maaf, jika saya sudah mengganggu aktifitas anda bersama Selir Kim tetapi saya merasa sangat senang karena anda ternyata berada di dalam kamar Selir Kim semalaman. Kini sudah waktunya anda untuk bangun dan beraktifitas," kata salah seorang pengawal Raja dari balik pintu.
"Ne, aku mengerti," jawab Yunho lemas.
Jaejoong terkekeh kecil mendengar dengusan Yunho dan raut wajah tidak ikhlas pemilik bibir hati itu.
Jaejoong mengelus pundak Yunho pelan, memberikan kekuatan pada namja tampan itu, "Sekarang Raja Korea yang hebat, Jung Yunho, harus kembali bekerja dengan semangat, ne? Kita lanjutkan lagi nanti malam, arrachi?" kata Jaejoong seperti berbicara dengan anak berusia lima tahun. Tetapi hal itu malah menambah kesan imut pada dirinya. Dan jangan salahkan Yunho jika ia tidak bisa menahan hasratnya akan namja cantik itu.
Yunho menarik selimut kemudian menyelimuti dirinya dan Jaejoong hingga menutupi kepala keduanya sembari menarik tubuh Jaejoong untuk kembali berbaring dan memeluknya erat.
"Yah, Yunnie, apa yang kau lakukan, eoh? Kau harus mmmmpffft…."
Yunho sudah terlanjur kesiangan kan? Sepertinya tidak masalah jika ia harus bangun lebih siang lagi. kekeke.
~.~.~.~.~ Prince Hours ~.~.~.~.~
"Tidak hadir saat sarapan, tidak juga memimpin rapat dengan para pejabat pemerintahan, bangun kesiangan dan sekarang tersenyum-senyum sepanjang hari. Apakah seperti ini kelakuan Raja Korea yang Agung?"
Berkata-kata pedas tanpa belas kasih? Serahkan saja semua pada pangeran tampan kita yang satu ini, Jung Changmin. Changmin merasa sangat kesal saat menyantap sarapannya sendirian tanpa kehadiran Yunho, Kyuhyun ataupun Jaejoong di ruang makan. Ibu Suri sedang sakit, jadi Changmin masih bisa memaafkan neneknya itu. Beberapa hari belakangan Kyuhyun memang semakin jarang muncul di meja makan, jadi Changmin tidak memusingkan saudaranya itu. Tetapi keabsenan ayahnya dan ibunya di ruang makan juga? Apakah semua orang bersekongkol mengerjai dirinya?
"Sesekali kau harus santai, Pangeran," kata Yunho (sok) bijak tanpa melepaskan senyuman yang bertengger di wajah tampannya.
Alis Changmin berkedut kesal mendengar kalimat Yunho yang kelewat santai.
"Bagaimana aku bisa santai saat para pengawal menemukan pakaianmu berserakan di pinggir danau semalam? Jika aku tidak melihat jendela kamar umma yang terbuka, pasti sudah dilakukan pencarian besar-besaran atas dirimu sampai ke dasar danau atau pagi ini sudah beredar kabar bahwa Raja Korea bunuh diri melompat ke dalam danau," cerita Changmin.
"Benarkah? Kalau begitu aku harus berterimakasih padamu, Changmin-ah, hahaha."
Changmin melotot tajam kearah Yunho, "Serius, appa. Kau yakin kepalamu tidak terbentur sesuatu?" Changmin tidak habis pikir apa yang sudah terjadi pada ayahnya, bangun kesiangan bukanlah style seorang Jung Yunho, ditambah lagi sedari tadi ayahnya terlihat begitu gembira dan terus tertawa seperti orang gila.
"Aku tidak pernah merasa sebaik ini, Changmin-ah," jawab Yunho sambil tersenyum lebar.
"Kau seperti remaja yang sedang jatuh cinta, appa," komentar Changmin.
"Benarkah? Apakah aku terlihat lebih muda sekarang?" Yunho berjalan menuju cermin di ruangan itu dan mematut wajahnya sembari memuji ketampanannya.
Rasanya Changmin ingin membenturkan kepalanya ke tembok sekarang juga.
"Ohya, karena aku tidak hadir rapat dengan para pejabat, apakah mereka memberikan laporannya padamu, Changmin-ah?"
Changmin terdiam sejenak, "Beberapa menteri menolak untuk memberikan laporan padaku karena merasa kalau hanya Raja yang boleh mendengar laporan mereka."
Yunho hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan berjalan menuju meja kerjanya.
"Jadi, laporan yang kau terima?"
"Tidak banyak. Pertumbuhan perekonomian kita melambat dan permintaan ekspor dari beberapa Negara mengalami penurunan sejak beberapa bulan lalu, masih terjadi demonstrasi di beberapa wilayah yang menuntut turunnya aku maupun dirimu dari tahta, dan angin topan serta badai besar menghancurkan ratusan hektar sawah warga di provinsi Jeollanam-do kemarin malam."
Yunho terdiam mendengarkan penjelasan Changmin, "Ada lagi?"
Changmin menggeleng.
"Baiklah. Sekretaris Jang, apakah kau di luar?" panggil Yunho pada Sekretaris Jang yang berdiri dengan setia di depan pintu ruang kerja Raja.
"Ne, Jeonha," Sekretaris Jang memasuki ruang kerja Raja sambil membungkuk pada sang Raja.
"Katakan pada menteri perekonomian untuk segera mengeluarkan kebijakan moneter untuk memperbaiki ekonomi Korea saat ini. Lalu kirim beberapa pasukan untuk mengawasi jalannya demonstrasi dan mencegah jatuhnya koban kemudian rangkum keinginan para demonstran yang ingin disampaikan padaku dan segera berikan padaku. Lalu segera kirim bantuan sandang, pangan, dan medis bagi korban angin topan, setelah itu perbaiki kerusakan yang disebabkan oleh angin topan dan badai tersebut."
Inilah hal yang Changmin kagumi dari sosok ayahnya sebagai seorang Raja. Yunho mampu memberikan perintah yang tepat. Dalam waktu yang cepat tanpa menyia-nyiakan banyak waktu, Yunho dapat menentukan keputusan apa yang harus ia perbuat demi kebaikan rakyatnya. Changmin selalu mengagumi Jung Yunho, ayahnya yang luar biasa.
Sekretaris Jang sibuk mencatat perintah Yunho pada buku catatan kecil miliknya dan kemudian membungkuk memberi hormat untuk segera melaksanakan perintah Yunho.
Yunho mencegah kepergian Sekretaris Jang dan berbicara pada Changmin yang masih berdiri di depan meja kerja Yunho, "Ada lagi yang ingin kau sampaikan, Changmin-ah?"
Changmin tersentak saat Yunho bertanya padanya sebelum berkata, "Pemerintah Inggris mengirimkan surat undangan untuk menghadiri pelantikan Ratu yang baru besok siang."
"Ah, bagaimana dengan jadwalku besok, Sekretaris Jang?" tanya Yunho.
Sekretaris Jang membolak-balik catatannya, "Anda harus menghadiri pertemuan dengan anggota parlemen dan mengunjungi panti asuhan yang berada di bawah naungan kerajaan."
"Ah, sudah lama rasanya aku tidak mengunjungi panti asuhan. Sepertinya kita tidak bisa memenuhi undangan dari Inggris besok," ucap Yunho penuh sesal.
"T-tapi bukankah Inggris sudah banyak membantu kita selama ini, Yang Mulia."
"Kau benar. Tapi aku tidak mungkin mengabaikan jadwalku disini dan berada di Inggris dalam waktu bersamaan, bukan? Apakah kau memiliki ide lain, Changmin-ah?"
Kali ini bibir dan alis Changmin berkedut secara bersamaan karena menahan kesal. Changmin berdecih kecil, "Kenapa kau tidak langsung menyuruhku untuk menghadiri pertemuan itu dan mengunjungi panti asuhan, sih?"
Yunho tersenyum kecil, "Kau sangat pintar, pasti bisa mengerti maksudku kan?"
Changmin menyeringai kecil, "Baiklah, tapi aku ada beberapa permintaan kecil."
~.~.~.~.~ Prince Hours ~.~.~.~.~
Kyuhyun tidak pernah menyangka kalau Raja akan mengajaknya pergi bersama dalam perjalanan ke luar negeri karena biasanya Raja akan pergi bersama dengan Putera Mahkota.
"Kau sudah siap?" tanya Yunho pada Kyuhyun yang tetap berdiri di depan mobil.
Kyuhyun membungkukkan tubuhnya 90 derajat, "Kapanpun anda siap untuk berangkat, Yang Mulia."
Waaah … Saat ini Jung Kyuhyun sangat sopan, aniya? Itu karena ancaman dari umma cantiknya jika ia bertingkah tidak sopan pada Raja sedikit saja, Jaejoong tidak akan segan-segan untuk menghancurkan semua koleksi game milik Kyuhyun. Oleh karena itu, Kyuhyun harus bertingkah manis selama perjalanan ke Inggris kali ini jika tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada game-game kesayangannya.
Kini Kyuhyun duduk di dalam pesawat berhadapan dengan Yunho yang sibuk memeriksa berkas-berkas di tangannya. Namja tampan yang berusia 30-an tahun itu terlihat sangat tampan dengan kacamata yang membingkai wajah tampannya. Kyuhyun tidak meragukan dari mana wajah tampannya dan Changmin berasal. Tunggu dulu, apa barusan ia mengatakan kalau Changmin tampan? Tentu saja Kyuhyun lebih tampan (menurutnya).
"Apakah aku memang setampan itu?" tanya Yunho narsis saat menagkap Kyuhyun yang memerhatikannya sedari tadi.
"Jangan terlalu lama melihat wajah tampanku, atau kau akan jatuh hati padaku seperti umma-mu," kata Yunho tidak berhenti bernarsis ria.
Kyuhyun menatap Yunho tidak percaya dengan mulut yang sedikit menganga.
"Anda mengajak saya pergi ke Inggris bukan hanya untuk mengatakan hal itu saja, kan, Yang Mulia?" tanya Kyuhyun langsung.
"Kau dan Changmin sama saja, kalian berdua tidak bisa diajak bercanda, ckck," ucap Yunho prihatin sambil menyesap kopi yang dihidangkan untuknya.
"Jangan samakan aku dengan si tiang listrik itu," gumam Kyuhyun tidak suka.
Sesaat Kyuhyun baru menyadari perkataan kasarnya di depan Raja. Tamatlah riwayat koleksi game-nya~ T.T
Yunho tertawa keras mendengar perkataan Kyuhyun dan membuat mata sipitnya semakin tidak terlihat.
"Itu baru Kyuhyun-ku," Yunho mengacak surai caramel milik Kyuhyun dengan gemas, "sangat aneh mendengarmu mencoba berkata-kata dengan sopan. Mulai sekarang, ikutilah apa kata hatimu, oke? Jangan mencoba menjadi orang lain, be yourself, arrasseo?"
Kyuhyun tidak ingat kapan terakhir kalinya Yunho mengusap kepalanya seperti ini? Apakah memang tidak pernah sebelumnya? Entahlah, Kyuhyun tidak bisa mengingatnya. Yang jelas, saat ini perasaan bahagia membuncah dalam dirinya. Perasaan jika dirinya diakui.
"Kau pernah menghadiri pelantikan Ratu Inggris sebelumnya, Kyuhyun-ah? Sangat luar biasa. Semua orang akan mengelu-elukan namanya dan seluruh penjuru negeri menyambut bahagia Ratu mereka yang baru. Sebuah pesta mewah digelar dan didedikasikan untuk sang Ratu, menunjukkan kecintaan rakyatnya pada sang Ratu. Sebagai seorang yang memimpin sebuah Negara, aku tahu bagaimana rasanya dicintai oleh seluruh rakyatmu, dan betapa sedihnya saat kau mengetahui ada yang membencimu."
Kyuhyun mendengarkan seluruh perkataan Yunho yang bercerita sambil memndang keluar jendela pesawat. Seakan awan-awan putih yang bergelung di angkasa bisa sedikit menghibur dirinya.
"A-aku yakin seluruh Rakyat Korea juga mencintaimu. Jika ada yang membencimu, itu bukan karena mereka tidak menyukaimu tapi karena mereka iri dengan kedudukanmu. Kau adalah orang nomor satu di Korea, siapa orang yang tidak mau bertukar posisi denganmu dan mendapatkan segalanya yang mereka inginkan."
"Termasuk dirimu?" tanya Yunho tiba-tiba.
"Eh?"
"Apakah kau termasuk orang-orang yang ingin bertukar posisi denganku, Kyuhyun-ah?"
"A-aku…," Kyuhyun tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
Yunho menghela napas melihat Kyuhyun yang malah terdiam, ia tahu bagaimana rasanya posisi Kyuhyun saat ini. Dulu ia pernah merasakan hal yang sama.
"Menjadi Raja tidaklah mudah, Kyuhyun-ah. Menjadi orang nomor satu di Korea bukan berarti kau bisa melakukan semua hal yang kau inginkan. Kau memiliki tanggung jawab pada negaramu, pada rakyatmu."
Kyuhyun menggenggam tangannya erat, "Tapi kau memiliki segalanya, kekuatan dan kekuasaan untuk melindungi orang-orang yang berharga untukmu."
"Kau benar, tapi melindungi rakyat adalah prioritas seorang Raja."
"Walaupun hal itu bisa melukai orang-orang yang dekat denganmu?" tanya Kyuhyun tidak percaya setengah berteriak.
"Mereka pasti akan mengerti keputusanku," jawab Yunho dengan tenang.
"Kau egois."
"Satu hal yang harus dimiliki seorang Raja adalah keegoisan, Kyu."
Kyuhyun menatap Yunho dengan pandangan nanar. Tidak, ia tidak akan seperti itu!
"Kalau aku menjadi Raja, aku tidak akan seperti dirimu," putus Kyuhyun.
Yunho tersenyum, "Bagus, jadilah Raja yang lebih baik daripada aku," kalimat Yunho menyentak Kyuhyun, " sekarang katakan padaku, seberapa besar keinginanmu untuk menjadi Raja?"
"…"
"Apakah itu memang benar-benar keinginanmu atau ada orang lain yang mendorongmu untuk menjadi Raja?"
Habislah sudah. Kyuhyun tidak bisa membalas kata-kata Yunho yang menohoknya tepat di hati.
Tetapi Yunho masih tersenyum kearahnya dan mengelus rambutnya sekali lagi dengan usapan yang sangat lembut, Kyuhyun bahkan memejamkan matanya guna meresapi usapan tangan Yunho di kepalanya. Sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi lagi di masa depan.
"Berhentilah mencoba untuk menjadi orang lain, Kyu. Ikuti apa kata hatimu, be yourself," kata Yunho mengulangi kata-katanya sebelumnya.
Yunho kembali mengenakan kacamata bacanya dan mulai mengutak-atik tablet miliknya, membiarkan Kyuhyun mencerna nasihatnya.
"Kau tidak bertanya padaku kenapa aku bekerjasama dengan Dongwook?" tanya Kyuhyun setelah keduanya terlibat keheningan beberapa saat lamanya.
Yunho menghentikan usapan jari telunjuknya pada tab-nya dan memandang wajah Kyuhyun yang menatapnya serius, "Aniyo, itu pilihanmu untuk menentukan dirimu berada di pihak mana. Aku tidak akan menentangmu karena aku percaya kau pasti akan melakukan yang terbaik, bagaimanapun caranya. Aku hanya perlu menunggu, kan?"
Kyuhyun tidak tahu bagaimana jalan pikiran ayahnya. Saat semua orang berspekulasi negative saat melihat dirinya berjalan menuju sisi Dongwook, tapi ayahnya masih tetap percaya pada dirinya. Kyuhyun merasa bersalah sekarang.
"Jangan menatapku dengan pandangan seperti itu…" kata Kyuhyun dengan suara yang bergetar.
Yunho meletakkan tab-nya dan memperhatikan Kyuhyun lebih intens.
"Kau membuatku terlihat sangat buruk," setetes air mata menuruni pipi putihnya tapi Kyuhyun tidak peduli dan tetap menundukkan wajahnya. Kyuhyun ingat seberapa marahnya ia kepada Yunho beberapa waktu lalu, ia mencaci-maki ayahnya sendiri padahal ia tahu ayahnya berada pada situasi yang sulit, tapi sekarang ayahnya tetap tersenyum lembut padanya? Kyuhyun merasa tidak pantas menjadi seorang anak.
"Hey, hey, kenapa kau menangis, hm?" Yunho berpindah tempat duduk di sebelah Kyuhyun dan mengangkat wajah anaknya.
"Seorang laki-laki tidak boleh menangis seperti perempuan. Kau harus kuat, Kyu," ucap Yunho sambil mengusap air mata yang meleleh di pipi Kyuhyun.
Kyuhyun ingat kata-kata itu. Dulu Kyuhyun pernah menangis karena merasa bersalah telah membentak Changmin dan ayahnya yang menemukan dirinya menangis di pojokan istana mengatakan hal yang sama. Jung Yunho, ayahnya yang sangat ia sayangi.
Kyuhyun menghamburkan pelukannya pada Yunho dan memeluk Yunho dengan sangat erat.
"Appa," panggil Kyuhyun.
"Ne," jawab Yunho sambil mengusap kepala Kyuhyun.
"Appa, appa, appa," sebuah panggilan yang sangat dirindukan Kyuhyun.
"Ne, ne, ne. Astaga, kau sangat mirip umma-mu saat merajuk seperti ini.
~.~.~.~.~ Prince Hours ~.~.~.~.~
"Apa yang kau katakan pada Raja sehingga beliau mengijinkanku untuk ikut bersamamu ke panti asuhan, Hwangteja?" tanya Jaejoong pada Changmin saat keduanya berada dalam mobil menuju panti asuhan.
"Aku memiliki caraku sendiri, umma," jawab Changmin sambil memamerkan smirk andalannya, "lagipula kurasa umma sangat bosan dengan keseharian di dalam istana jadi aku mengajak umma berjalan-jalan. Ottohke? Umma senang?"
Jaejoong tertawa kecil melihat raut wajah Changmin yang berubah menjadi kekanak-kanakan saat bertanya pada dirinya, "Ne, saya menyukainya, Hwangteja."
Changmin memberengut kesal, "Umma berjanji tidak memanggilku begitu kalau kita sedang berdua."
"Arrasseo, umma kan hanya bercanda. Kenapa kau tidak bisa diajak bercanda sama sekali, sih," kata Jaejoong pura-pura kesal.
"Mianhae, umma. Jangan marah ya, umma-ku yang paling cantik~" goda Changmin sambil mencolek dagu Jaejoong sedikit.
"YA!" teriak Jaejoong pura-pura marah dan kemudian keduanya tertawa bersama.
"Tapi apakah tidak apa-apa kalau umma datang bersamamu ke panti asuhan? Bukankah biasanya Raja dan ratu yang akan mengunjungi panti asuhan yang berada di bawah naungan kerajaan?" tanya jejoong khawatir.
"Umma tidak perlu cemas, semua sudah kuatur. Lagipula, kalau aku menjadi Raja, umma yang akan menjadi Ratu-ku~"
"Ya! Darimana kau belajar menggombal seperti itu, Jung Changmin?" Jaejoong yang gemas dengan tingkah Changmin mengelitiki Putera Mahkota itu hingga Changmin memohon ampun padanya.
"Hahaha."
"Umma membuat pakaianku berantakan," eluh Changmin.
"Salahmu sendiri menggoda umma," kata Jaejoong yang tidak ingin disalahkan, tetapi ia turut membenarkan pakaian yang dikenakan Changmin.
"Anak umma yang sangat tampan," kata Jaejoong sambil mengelus pipi Changmin.
"Tentu saja, aku memang sangat tampan," puji Changmin pada dirinya sendiri.
Jaejoong memeluk Changmin erat selama beberapa saat keheningan meliputi keduanya.
"Apa yang umma pikirkan?" tanya Changmin.
"Umma mengkhawatirkan Kyuhyun. Apakah ia tidak apa-apa pergi ke Inggris bersama Raja? Anak itu selalu membuat keributan."
Changmin melepaskan pelukan keduanya dan memasang tampangnya yang paling cemberut. Jaejoong menatap wajah Changmin penuh tanda tanya.
"Aku tidak suka umma membicarakan orang lain saat hanya berdua denganku," ucap Changmin dengan tegas.
Jaejoong melongo namun sedetik kemudian ia tertawa, "Kau cemburu pada saudaramu sendiri?"
"Tentu saja, ia saingan terberatku untuk mendapatkan perhatian umma."
"Aigo, kalian tidak perlu bersaing untuk mendapat perhatian umma karena umma menyayangi kalian berdua."
Changmin menatap Jaejoong serius, "Jika salah satu diantara kami harus menjadi Raja, umma akan mendukung siapa?"
Jaejoong terhenyak, "Umma tidak bisa memilih satu diantara kalian berdua karena kalian adalah anak umma yang sangat berharga. Umma akan selalu mendukung kalian berdua menjadi apapun sesuai keinginan kalian."
Changmin tersenyum bangga pada umma-nya. Itu lah umma yang sangat disayanginya. Selalu memberikan yang terbaik untuk dirinya dan Kyuhyun dan appanya.
Saat mobil kerajaan berhenti di pekarangan panti asuhan, Jaejoong dan Changmin keluar dan di sambut oleh pengasuh panti asuhan dan beberapa anak yang bersembunyi malu-malu. Jaejoong tersenyum lembut saat melihat anak-anak manis itu.
"Saya merasa sangat senang dan merasa terhormat untuk menerima anda di tempat kami, Hwangteja," ucap seorang wanita berumur yang telah lama mengelola panti asuhan itu yang biasa dipanggil Suster Kim.
Changmin tersenyum, "Aku juga merasa sangat senang bisa berada di sini. Raja menyampaikan salam dan permintaan maaf kepadamu dan seluruh penghuni panti karena tidak dapat hadir hari ini sehingga aku dan umma-ku yang mewakili beliau."
Jaejoong dan Suster Kim sama-sama terkejut mendengar perkataan Changmin tapi Changmin sepertinya tidak menyadari hal itu karena matanya sibuk memperhatikan setiap sudut panti asuhan itu. Jadilah Jaejoong yang merasa tidak enak.
Suster Kim tersenyum ramah pada Jaejoong, "Kami juga sudah mendengar kabar kedatangan anda, Selir Kim. Selamat datang di tempat kami."
"Terima kasih," Jaejoong tidak tahu harus berkata apalagi.
Mereka bertiga dan beberapa pengawal kerajaan berjalan mengelilingi panti dan mengunjungi beberapa kamar anak penghuni panti sambil mendengarkan penjelasan tentang perkembangan panti oleh Suster Kim.
Sejujurnya Jaejoong tidak begitu mendengarkan penjelasan Suster Kim karena ia sibuk memperhatikan anak-anak yang tinggal di panti. Sebagian besar anak masih sangat kecil untuk mengetahui kenyataan bahwa mereka sudah tidak memiliki orangtua lagi. Sungguh menyedihkan jika melihat anak sekecil mereka harus berjuang di kota besar seperti Seoul seorang diri sebelum tinggal di panti.
Saat mereka sampai di ruang bayi, seorang bayi menangis keras – mungkin merasa terganggu dengan kebisingan di sekitarnya – tetapi suara tangisannya menyulut bayi lain ikut menangis. Beberapa suster lainnya sibuk menenangkan bayi-bayi tersebut tapi semakin banyak bayi yang menangis dan para suster mulai kewalahan menghadapi mereka.
Jaejoong berinisiatif mengambil seorang bayi dan mencoba menenangkannya, "Aigo, uljima, ne. cup cup cup. Gadis cantik tidak boleh menangis, ne," Jaejoong terus menimang bayi perempuan tersebut hingga bayi itu tertidur kembali.
"Ah, anda pandai merawat bayi, Selir Kim," puji Suster Kim.
Jaejoong hanya tersenyum menerima pujian itu, "Siapa namanya?" tanya Jaejoong menanyakan nama sang bayi.
"Kim Seohyun."
"Ah, Seohyunie, ne. Kau sangat cantik, sayang." Kata Jaejoong sambil menciumi wajah sang bayi.
"Anda masih sangat pantas untuk menimang seorang bayi, Selir Kim," komentar Suster Kim.
"Eh?" Jaejoong hanya terdiam mendengar komentar itu.
"Benar juga, umma masih cocok untuk memiliki seorang bayi," tambah Changmin.
Apakah ini kode bahwa Changmin sudah siap menerima seorang adik? Hati Jaejoong berbunga-bunga mendengarnya.
"Kau ingin mencoba menggendongnya, Changmin-ah?" tawar Jaejoong
"A-ani ani, aku tidak bisa, lagipula aku tidak begitu menyukai …"
Penolakan yang diberikan Changmin dianggap angin lalu oleh Jaejoong karena Jaejoong segera menaruh bayi itu dalam gendongan tangan Changmin.
Changmin memandang kaku si bayi yang berada dalam timangannya.
"U-umma, d-dia bergerak," kata Changmin takut-takut saat melihat Seohyun menggeliat dalam tidurnya.
Jaejoong tertawa kecil melihat Changmin yang sangat kaku menggendong Seohyun, mengingatkan dirinya pada Yunho saat pertama kali namja tampan itu menggendong bayi.
Ah, tiba-tiba ia merasa sangat merindukan Yunho padahal baru tadi pagi keduanya bertemu. Tapi Yunho berada di Inggris bersama Kyuhyun hingga besok, jadi wajar saja jika Jaejoong merindukan Yunho, kan?
"Sepertinya aku tidak ingin memiliki bayi dalam waktu dekat," kata Changmin sambil merapikan lengan kemejanya.
Jaejoong hanya tersenyum simpul mendengar Changmin mengeluh, "Kalau kau ingin menjadi Raja, kau harus memiliki seorang pendamping, Min. Dan setelah itu kau pasti akan segera memiliki bayi."
Changmin memandang wajah jaejoong dengan tatapan tegasnya, "Aku tidak ingin menjadi Raja, umma."
Jaejoong terlonjak di tempat duduknya, tidak mampu berkata-kata.
"Tadi pagi saat pertemuan dengan parlemen, dua pertiga dari anggota parlemen menolakku menjadi Raja. Dan setelah aku memikirkan banyak hal, aku memutuskan untuk menyerahkan tahtaku."
~.~.~.~.~ Prince Hours ~.~.~.~.~
"Bagaimana Inggris menurutmu?" tanya Yunho pada Kyuhyun yang berjalan di sampingnya.
"Luarrrr biasa! London benar-benar kota yang luar biasa sibuk tapi pengaturan system lalu lintas, tata kota, dan yang lainnya sangat luar biasa. Tidak meninggalkan kesan sejarah dari kota ini tapi malah menambah kesan artistic dan misterius. Kita harus mencontohnya di Seoul, appa."
"Kau benar, mungkin kita harus mencontoh beberapa hal," ujar Yunho santai sambil meminum minuman yang ada di tangannya.
Saat ini Yunho dan Kyuhyun sedang berjalan-jalan di sekitar taman kota di London. Siapa yang akan menyangka jika Raja Korea sedang menikmati terik matahari di taman ini? Yunho melepas jas mahalnya dan menggulung lengan kemejanya hingga siku sedangkan Kyuhyun memakai jaket dan celana jins, siapapun yang melihat mereka berdua pasti langsung menebak keduanya merupakan pasangan ayah dan anak yang sangat dekat.
"Kita masih punya waktu beberapa jam sebelum kembali, apakah ada tempat yang ingin kau datangi?" tanya Yunho.
.
.
.
"Jadi ini yang namanya Universitas of Cambridge. Lebih indah daripada yang ada di foto," komentar Yunho saat melihat bangunan tua bersejarah yang menjadi pusat studi di universitas yang terkenal di Inggris.
Kyuhyun tidak menanggapi komentar Yunho karena sedang sibuk mengabadikan gambar universitas idamannya.
"Apakah kita bisa masuk?" tanya Kyuhyun penasaran.
Yunho mengendikkan bahunya, "Kenapa tidak?" dan merangkul Kyuhyun melewati pintu gerbang universitas itu.
Kyuhyun benar-benar merasa takjub dengan kemegahan bangunan yang berdiri pada abad ke-13 itu tapi masih berdiri tegak hingga saat ini dan menampung lebih dari 17000 mahasiswa yang melanjutkan pendidikan disana. Seandainya Kyuhyun termasuk diantara orang-orang beruntung itu….
"Kau ingin melanjutkan sekolahmu kesini, Kyu?" tanya Yunho tiba-tiba saat melihat Kyuhyun melamun.
"Tentu saja," Kyuhyun segera menyadari kata-katanya, "ah, tidak, maksudku Cambridge memang luar biasa tapi Sekolah Kerajaan juga tidak kalah hebat," kata Kyuhyun mencoba meyakinkan pada dirinya sendiri.
"Begitu kah? Menurut appa, Cambridge merupakan standar yang harus diterima anak-anak Korea yang berprestasi. Appa berencana akan memberikan beasiswa pada anak-anak berprestasi untuk berkuliah disini, bagaimana menurutmu?" tanya Yunho memancing Kyuhyun untuk segera menolehkan kepalanya cepat memandang Yunho, mencari kebohongan dalam kata-kata ayahnya.
"Itu bagus, setelah mereka lulus dari universitas ini mereka akan menjadi seorang ahli yang akan bisa memajukan Korea di masa depan. Tentu saja kerajaan harus terus mendukung mereka," kata Kyuhyun mencoba berpikir bijak.
Yunho mengelus kepala Kyuhyun pelan, "Korea pasti merasa sangat bangga jika memiliki Raja yang memikirkan masa depan dengan sangat baik sepertimu, Kyu."
Kyuhyun mendongakkan wajahnya.
"Ne, appa akan menyerahkan tahta padamu, Kyu."
Kyuhyun membulatkan matanya, tidak mempercayai pendengarannya.
"Sebenarnya Changmin-lah yang merekomendasikanmu untuk ikut appa ke Inggris. Changmin mengatakan kalau kau sangat ingin melanjutkan studimu ke Universitas of Cambridge, jadi kau pasti sangat senang jika appa mengajakmu ke sini. Changmin sangat peduli padamu, Kyu. Tapi appa menjadi sedikit khawatir jika kau memang benar-benar ingin pergi ke Cambridge, karena jika kau menjadi Raja kau tidak akan bisa pergi ke sini. Tapi melihat keinginanmu yang sangat besar untuk menjadi Raja, appa merasa sedikit lega jika menyerahkan tahta padamu."
.
.
.
TBC
.
Sebelumnya, saya benar2 ingin minta maaf karena sdh menelantarkan ff ini selama berbulan2 *bows* terimakasih jika masih ada yg masih menunggu kelanjutannya, mengingatkan saya lewat pm dan terus menagihnya sehingga saya merasa memiliki kewajiban utk memenuhi keinginan teman2 lol. Tapi bukan keinginan saya utk tdk melanjutkan ff ini kemarin2 tp krn emang lagi ga ada ide bgt jadi mau nulis apa? Hehehe
Gimana chapter ini? Ada yg minta Yun biar deket sama Kyu kemarin, nih saya kasih~ Baiklah, ada yg mau protesn dgn chapter ini? Silakan~ dari chapter kemaren juga udah muncul byk protes salah satunya mengenai Jaejoong yg hamil lagi pdhl 'katanya' disini Yunjae udah tua. Saya mau klarifikasi ya, pas Jae ngelahirin Changkyu dulu umur 18-an jadi umur Yunjae disini sekitar 35-an so ga tua2 amat kok hehehe dan saya memang mengikuti alur cerita Princess Hours yg di komiknya, jadi yg baca komiknya kayaknya udah tau bakal gimana endingnya
Karna di chapter depan PH udah bakal tamat *ceritanya sedih* dan saya merasa sgt bersalah krn jarang menjawab pesan2 teman2 ataupun membalas pm, jadi di chapter depan saya akan membalas review teman2 satu persatu~ ada yg mau memberikan kritik, saran, protes, atau mau demo sekalipun saya persilakan~ monggo~ btw, chapter terakhir akan saya post kurang dr seminggu biar reader-deul ga lama lagi nunggunya~ *saya baik kan?* #plak