Title : Seonsaengnim is My Umma
Author : Parkyoonhra
Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong, Jung Changmin, and others
Genre : Family
Chapter : 1/?
Warning : Yaoi, MalexMale, Typos, Don't like Don't read
Author's note: sembari mencari ilham untuk menamatkan ff Mianhaeyo, Aegya saya menulis ff ini. Udah lama sih pengen nulis ff ini tapi baru kesampaian. Tapi gatau juga nih ff mau dibawa kemana. Hahahaha. Yasudahlah capcus wae~ Happy Reading and Enjoy!
Sepasang kaki mungil berjalan sedikit mengendap keluar dari kamarnya saat matahari masih belum bersinar sepenuhnya pagi itu. Langkahnya terhenti di depan sebuah pintu mahoni sebuah kamar. Sang pemilik kaki kecil itu kemudian mengulurkan tangan mungilnya mencoba menggapai kenop pintu guna membuka pintu kamar itu. Sesekali ia melompat-lompat kecil untuk menggapainya. Saat usahanya masih belum membuahkan hasil dan ia mendapati perutnya sudah kelaparan, ia menendang kesal pintu kamar tersebut dan berakhir dengan tubuhnya yang merosot jatuh merasakan sakit di kaki kecilnya.
Tapi bukan Jung Changmin namanya jika ia sudah menyerah untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. HUP. Sekali lagi Changmin melompat dan berhasil membuka pintu kamar tersebut. Kemudian Changmin berlari masuk ke kamar dan memanjat tempat tidur King size yang ada di kamar tersebut. Kemudian Changmin mendekati tubuh namja dewasa yang masih bergelung di bawah selimut hangat. Changmin terkikik geli melihat pose tidur namja tersebut yang membuka lebar mulutnya.
"APPA IREONA~~~" karena sudah tidak bisa mentolerir rasa lapar di perutnya, Changmin berteriak dengan sekuat tenaga membangunkan namja tampan yang masih terlelap itu.
Merasa tidurnya terganggu dengan suara teriakan tenor Changmin, namja tampan kita mengambil bantal untuk menutupi telinganya dan memiringkan posisi tidurnya menjauh dari tubuh Changmin yang berada di samping tubuhnya.
Changmin masih berteriak dan menarik-narik bantal yang melindungi telinga namja tampan kita. Usaha Changmin selanjutnya adalah dengan cara memukul dan menendang tubuh sang appa dengan tangan dan kaki kecilnya.
Semakin merasa terusik, akhirnya Jung Yunho – sang appa – membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap dan tetap menyumpal telinganya dengan bantal. Changmin bangkit dan meloncat-loncat di punggung sang appa masih dengan teriakannya yang membahana di apartemen mereka pagi itu.
"APPA IREONA~ MIN LAPEL~"
Merasa sudah tidak akan bisa melanjutkan tidurnya yang hanya empat jam hari itu, yunho menyerah dengan kelakuan putera semata wayangnya itu dalam membangunkan dirinya. Yunho menarik Changmin ke dalam pelukannya dan mengelitiki tubuh gempal Changmin membuat bocah berusia lima tahun itu terkikik geli ditambah dengan sang appa yang tidak berhenti menciumi setiap jengkal wajahnya.
"Belhenti appa mecum~" ucap Changmin dengan aksen cadelnya.
" Mwo? Siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu?"
"Chun jucchi"
"Aish! Si jidat itu sudah mengotori pikiran anakku yang murni dan polos" Yunho berjanji pada dirinya sendiri untuk memberi pelajaran kepada sahabat sekaligus rekan kerjanya di kantor karena menurutnya Yoochun telah mengajari Changmin kata-kata yang tidak baik, padahal sebenarnya itu karena Changmin yang kelewat pintar saja cepat menangkap dan mengingat apapun perkataan orang-orang yang ada di sekitarnya.
"Appa~ Min lapel" rengekan Changmin menyadarkan Yunho dari lamunannya.
"Arraseo. Sekarang Min mandi. Appa akan menyiapkan seragam dan sarapan untukmu"
"Ciap kapten" jawab Changmin sambil menghormat pada Yunho dan menampilkan cengiran khas bocah berusia lima tahun.
Setelah Yunho membalas hormatnya dan mengacak surai hitamnya penuh kasih sayang, Changmin beranjak dari kamar sang appa dan bergegas untuk mandi. Diusianya yang masih belia Changmin memang tergolong anak yang mandiri. Ia sudah bisa mandi dan mengenakan pakaiannya sendiri. Yunho hanya perlu menyiapkan seragam yang harus dipakai Changmin setiap harinya itu juga karena bocah cadel itu masih belum bisa menggapai pakaiannya di dalam lemari.
Yunho sangat bangga pada anaknya itu karena Changmin merupakan anak yang cerdas dan pengertian.. ia bisa mengerti betapa repotnya sang appa dalam mengurus keperluan mereka berdua setiap harinya sehingga Changmin akan membantu sang appa untuk bangun pagi walaupun dengan caranya sendiri yang lebih banyak membuat kepala Yunho pening setiap paginya.
Sebagai seorang direktur di sebuah perusahaan yang cukup besar, tentunya Yunho sangat kerepotan dalam mengurus dan membesarkan Changmin sendirian. Yap, umma Changmin sudah meninggal sekitar 3 tahun yang lalu meninggalkan dirinya dan buah hati mereka. Yunho tidak mau menggunakan jasa baby sitter karena ia ingin membesarkan Changmin dengan penuh kasih sayang darinya. Lagipula kedua orangtuanya selalu membantunya dalam merawat Changmin.
"Appa~ Min cudah ciap" Yunho mengalihkan perhatiannya dari roti yang tengah ia bakar kearah Changmin yang baru memasuki dapur dan sudah mengenakan seragam lengkap TK-nya. Yunho tersenyum dan mengacak rambut Changmin pelan.
"Tampannya anak appa pagi ini" puji Yunho.
Changmin memajukan bibirnya imut dan merapikan rambutnya yang acak-acakan akibat ulah Yunho. "Min kan celalu tampan"
Yunho terkekeh. "Appa, cekalang cudah jam cetengah tujuh"
"MWO? Kenapa tidak bilang dari tadi, Min? sekarang kau habiskan sarapanmu dan appa akan bersiap-siap pergi ke kantor"
"Kebiacaan" Changmin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Yunho yang kalang kabut karena hampir telat. Seperti itulah kegiatan mereka di pagi hari. Di saat Changmin tengah menghabiskan sarapannya yang selalu sama setiap harinya – dua mangkuk sereal, segelas susu cokelat, dan 3 potong roti bakar – Yunho akan mandi dan bersiap ke kantor. Untuk anak yang gemar makan seusia Changmin, tentunya ia cukup bosan dengan menu sarapannya tapi ia mengerti keadaan sang appa yang tidak bisa memasak dan hanya bisa menyiapkan sarapan untuknya ala kadarnya. Appanya bahkan tidak pernah sarapan di rumah.
_ Seonsaengnim is My Umma _
"Kau dengar, Jung Changmin. sepulang sekolah nanti Ahra noona yang akan menjemputmu. Jangan pulang sendiri atau ikut ddengan orang yang tidak dikenal. Arraseo?" Yunho menasihati Changmin yang duduk di kursi samping kemudi di dalam mobil saat mereka sudah sampai di TK tempat Changmin belajar.
"Kau harus menuruti perkataan Ahra noona, jangan merepotkannya dan jangan nakal di sekolah, kau mengerti?" sejak tadi Changmin tidak berhenti menganggukkan kepalanya mendengar sang appa yang tengah berkhotbah panjang.
"Ne ne ne. appa tenang aja. Min kan anak baik. Nanti Min pulang baleng nenek cihil itu deh janji" "Dasar anak ini" Yunho dibuat pusing dengan kelakuan anaknya yang terus memanggil sekretarisnya dengan sebutan 'nenek sihir'.
"Udah deh appa cepet pelgi kelja cana. Min kan mau cekolah" usir Changmin.
Setelah mobil sang appa menjauh dan sudah tak terlihat lagi, senyuman seribu watt yang bertengger di wajah manis Changmin perlahan pudar. Sang appa lupa membawakannya bekal makan siang. Ini bukan merupakan hal baru untuk Changmin, tapi rasanya Changmin ingin menangis kalau harus berbagi makan siang dengan kyuhyun – sahabatnya – walaupun mereka memakan bekal milik Kyuhyun, dan Kyuhyun hanya makan sedikit bagian dari bekal tersebut tetap saja masih belum bisa memenuhi hasrat perut Changmin. jam makan siang masih lama tapi rasanya perut Changmin sudah bisa merasakan ancaman kelaparan siang nanti.
"Kyunie~" panggil Changmin manis kepada sahabatnya.
Kyuhyun yang sedang bermain psp kesayangannya pun mengalihkan sejenak perhatiannya dari permainan kesukaannya itu demi melihat wajah Changmin yang sedang cengengesan di sampingnya.
"Wae?" jawab Kyuhyun ketus. Beginilah Cho Kyuhyun kalau waktu bermainnya diusik walaupun oleh sahabatnya sendiri.
"Kyuhyunnie manic deh~" rayu Changmin sambil mencubit kedua pipi putih Kyuhyun.
"Kyu tampan bukan manic! Lepacin pipi Kyu!" Kyuhyun menarik tangan Changmin dari pipinya. Changmin masih cengengesan sambil menggumamkan kata maaf.
"Min ga bawa makan ciang ya?" tebak Kyuhyun tepat sasaran.
Changmin mengangguk semangat. Kyuhyun memang sahabat yang paling mengerti dirinya.
Kyuhyun menghela nafas berat sok dewasa. "Yacudah Min boleh makan baleng Kyu nanti"
Changmin terlonjak gembira saat mendengar perkataan Kyuhyun. Kini Changmin sedang memeluk erat sahabatnya itu dan mereka berpelukan sambil berputar-putar khas anak-anak.
Kepala sekolah memasuki ruang kelas Changmin diikuti seorang namja cantik di belakangnya yang membuat semua anak di dalam kelas itu terpana melihat kecantikannya.
"Anak-anak, perkenalkan ini Kim seonsaengnim yang akan menggantikan Lee seonsaengnim untuk sementara waktu" ucap kepala sekolah memperkenalkan namja cantik yang datang bersamanya.
Namja cantik itu tersenyum hangat melihat wajah-wajah manis yang akan menjadi anak didiknya. Ia berkata dengan nada riang dan semangat membuat anak-anak juga ikut bersemangat.
"Perkenalkan namaku Kim Jaejoong, ayo kita belajar dan bersenang-senang bersama~"
_ Seonsaengnim is My Umma _
Changmin terus memperhatikan guru barunya yang berada di depan kelas tengah berbicara dengan anak lain. Changmin tidak bisa melepaskan pandangannya dari guru baru itu, lebih tepatnya ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari setoples kue yang sedang dipegang oleh guru baru itu.
"Nah, sekarang seonsaengnim akan memberi pertanyaan kepada kalian. Yang bisa menjawab harap mengacungkan tangan. Dan yang bisa menjawab dengan benar akan mendapat kue yang lezat ini" Jaejoong menggoyang-goyangkan toples yang berisi kue itu ke kanan-kiri dan mata Changmin terus mengikuti setiap perpindahan yang terjadi pada toples tersebut.
"Semua sudah siap?" tanya Jaejoong kepada anak didiknya yang dibalas dengan jawaban siap yang sangat panjang.
"Pertanyaan pertama. 1 ditambah 1 samadengan …"
Sepersekian detik setelah Jaejoong menyelesaikan kata-katanya, seorang anak yang duduk dibarisan belakang mengangkat tangannya sambil berdiri dengan sangat cepat dan semangat sehingga menyebabkan kursi yang dipakainya untuk duduk tadi terjungkal ke belakang.
"Oke. Hmmm …" Jaejoong melirik sedikit kearah nametag yang tertera di bagian dada kiri anak tersebut dan menyebut namanya. "Jung Changmin. Changminnie maju ke depan dan jawab pertanyaan seonsaengnim"
Changmin melangkah maju ke depan kelas dengan langkah semangatnya – sedikit berlari malah –kemudian menjawab pertanyaan Jaejoong.
"catu ditambah catu camadengan dua. dua ditambah dua camadengan empat. empat ditambah empat camadengan delapan. delapan ditambah delapan cama dengan enam belac. Enam belac ditambah enam belac camadengan …"
Changmin menjawab pertanyaan Jaejoong dalam satu tarikan nafas dan tanpa henti sebelum Jaejoong yang menyuruhnya untuk berhenti menghitung.
"Oke, cukup. Changminnie sangat pintar, ne" puji Jaejoong sambil mengelus kepala Changmin sayang.
"Cekalang Min boleh dapet kue?" tanya Changmin dengan mengerjapkan mata polosnya penuh harap.
Jaejoong tidak bisa menahan tawa gemasnya melihat tingkah Changmin yang kelewat imut menurutnya.
"Jja. Ini satu kue untuk Changminnie yang sangat pintar" Jaejoong memberikan satu potong kue untuk Changmin.
"Cuma catu?" Changmin kecewa. Ia mengira jika bisa menjawab pertanyaan sang seonsaengnim, ia akan mendapatkan kue itu satu toples penuh.
Akhirnya Jaejoong membagikan kue itu kepada setiap anak dalam ruang kelas. Saat melihat wajah cemberut Changmin yang menatap miris kearah satu potong kue miliknya, jaejoong tersenyum geli. Jaejoong berjalan mendekati Changmin.
"Pssst … Kalau Changminnie tersenyum, seonsaengnim akan memberikan satu kue lagi" bisik Jaejoong pelan agar tidak terdengar anak lain.
Merasa itu merupakan penawaran yang menggiurkan, kemudian Changmin memperlihatkan senyuman lebar lima jarinya kepada Jaejoong yang dihadiahi namja cantik itu sepotong kue lagi dan cubitan gemas di pipi Changmin.
Merasa belum cukup dengan dua potong kue ditangannya, Changmin menoleh kearah sahabatnya yang juga sedang memegang sepotong kue dan Changmin mengeluarkan seringai evilnya.
"Kyunnie manic cekali. Min cuka" Changmin mencuri sebuah ciuman kecil di pipi kiri sahabatnya yang membuat pipi Kyuhyun merona merah dan Kyuhyun menjadi salah tingkah.
"Ini kue Kyu buat Min aja" GOTCHA!
"Gomawo, Kyunnie~" sekali lagi Changmin mencium pipi kanan Kyuhyun dan wajah Kyuhyun sudah berubah semerah tomat.
Changmin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Mencari mangsa yang lain. Saat melihat seorang namja manis berambut jamur di dekatnya, Changmin kembali mengeluarkan seringai andalannya.
"Baby Taem~" panggil Changmin.
"Ne, Min hyung" anak yang dipanggil baby Taem oleh Changmin itu membalikkan tubuhnya menghadap sang hyung.
"Hyung lapel, Taem" Changmin memasang tampang menderitanya dan mengelus-elus perutnya yang sedikit membuncit.
Taemin sedikit memiringkan kepalanya imut. "Tapi jam makan ciang macih lama, hyung"
Changmin mengarahkan pandangannya ke kue yang ada di tangan Taemin berharap bocah berkepala jamur itu mengerti maksud pandangan matanya.
"Hyung, mau kue Taem?" tawar Taemin. Oh Baby Taem~ betapa polosnya dirimu saat memberikan kue itu kepada makhluk evil dihadapanmu.
Changmin kemudian mendekati teman sekelasnya yang lain. Seorang anak manis yang sedang sibuk dengan cerminnya hingga mengacuhkan kue miliknya.
"Key-ah~" panggil Changmin.
"Ada apa, Min?" jawab Key.
"Key keliatan cedikit lebih gendut" kata Changmin.
"Jeongmal?" Key berteriak histeris dan langsung memeriksa seluruh wajahnya di cermin. Memang pipinya terlihat sedikit berisi sih.
"Kata appa Min, makan makanan manic bica bikin gendut"
"OMO! Tadi pagi Key memang makan pelmen laca cetobeli cih. Jangan-jangan gala-gala pelmen itu muka Key keliatan jadi lebih gendut? Andwae~ Umma ottohke?" heboh Key saat dibilang gendut oleh Changmin.
Key melirik kue yang tadi diberikan seonsaengnim pada dirinya kemudian melihat kearah Changmin yang masih tersenyum lebar dihadapannya.
"Nih. Kuenya buat Min aja. Key gak mau jadi tambah gendut"
Changmin hampir saja melompat kegirangan saat menerima kue pemberian dari Key.
_ Seonsaengnim is My Umma _
"Nah, sekarang waktunya makan siang. Ayo keluarkan bekal kalian masing-masing" ucap Jaejoong dengan senyuman manis di wajahnya.
Jaejoong memerhatikan anak didiknya yang membuka tas mereka dan mengeluarkan makan siang mereka. Semuanya kecuali satu anak …
"Changminnie tidak mengeluarkan bekal makan siang?" tanya Jaejoong pada anak yang hanya terdiam melihat kesibukan teman-temannya yang lain.
Changmin menggeleng sedih dan menjawab pertanyaan Jaejoong. "Appa lupa bawain Min bekal makan ciang"
Jaejoong mengangguk mengerti dan berjalan menjauhi Changmin. ia mengambil bekal makan siang miliknya dan memberikannya pada Changmin.
"Jja. Ini untuk Changminnie~" tadinya sih ia berencana akan makan siang bersama murid-murid barunya, tapi melihat ada satu anak yang tidak membawa bekal tentu saja Jaeejoong tidak bisa diam saja, aniya?
Mata Changmin berbinar senang saat menerima bekal dari Jaejoong. Changmin menghambur dan memeluk Jaejoong sembari mengucapkan terima kasih.
"Khamcahamnida, ceoncaengnim~" Jaejoong membalas pelukan Changmin.
"Taem juga ingin meluk ceoncaengnim~"
"Aku juga" akhirnya semua anak memeluk tubuh Jaejoong. Jaejoong pun tertawa senang sambil menutup mulutnya dengan tangan kanan seperti kebiasaannya.
Setelah membaca doa, anak-anak mulai memakan makan siang mereka.
"Kalian harus menghabiskan semua makanan kalian. Arattji?"
"Ne~"
"Khusus untuk, Changminnie. Karena Changminnie memakan bekal buatan seonsaengnim, Changminnie tidak boleh menyisakan satu butir nasi pun. Arasseo?" ucap jaejoong pada Changmin.
Changmin pun menganggukkan kepalanya mantap. Tanpa disuruh pun ia akan menghabiskan seluruh makanan yang ada di hadapannya, aniya?
Saat membuka kotak bekal makan siangnya, Changmin dibuat terpana dengan sajian makan siang dihadapannya. Terlihat sangat menggunggah selera makannya. Changmin pun mengambil satu sendok penuh makanannya dan memasukkannya ke dalam mulut. Ia mengunyah makanan tersebut dan menelannya.
'Machita~' pikirnya.
Tiba-tiba Changmin berdiri dari duduknya dan membuat Jaejoong yang sedang membantu salah seorang anak yang makan dan semua anak menoleh kearahnya.
"Ceoncaengnim, jadilah ummaku"
.
.
.
TBC