annyeong, here is the chapter 2.
semoga memuaskan ne, disini banyak yg ku edit soalnya, entah jd lebih baik ato malah tambah ancur wkwk =w=
btw, Jung Jonghyun itu bukan Jonghyun SHINee loh yaw, itu Jonghyun CNBLue astaga pacar(?) fyi aja sih wks
and makasih buat yg udh baca sama review, love u deh :"3
so, douzo ^ ^
WARNING: YAOI, Shoonen-ai, means BoyXBoy, gaje, typo(s), error/? YunJae couple.
Deru tangis kesedihan terus terdengar dari ruang tunggu di sebuah rumah sakit. Seorang lelaki berwajah kekanakan itu menangis dalam diam sambil memeluk lelaki setengah baya yang terlihat rapuh. Kata 'maaf' terus saja keluar dari bibir Jung Jonghyun. Changmin memandang kesal Yunho yang sedang bersender di tembok rumah sakit sambil melipat kedua tanganya. Tak ada emosi sama sekali dalam wajah tampannya, hanya wajah datar yang terlihat.
"bagaimana mungkin kau tidak menunjukkan wajah sedih sedikitpun untuk orang yang telah menyelamatkan mu?" Ucap Changmin menyindir Yunho. Yunho memandang Changmin sekilas, kemudian menghela nafas beratnya.
"memangnya kalau aku menunjukkan wajah sedih, apa yang akan terjadi? Jaejoong tetap sakit kan?" acuh Yunho. Changmin mengepalkan kedua tangannya sampai kuku nya memutih.
"Ya! Apa maksudmu eoh?!"
Changmin mencengkram kerah kemeja Yunho yang berwarna putih kemerahan –akibat darah dari Jaejoong. Yunho menatap Changmin tak kalah tajam. Changmin menyiapkan tinjunya sampai Jonghyun melerai kedua lelaki itu.
"kalian, Hentikan! Ini di rumah sakit!"
Ucap Jonghyun tenang. Sungguh, lelaki setengah baya itu rasanya ingin berteriak histeris, tapi apa daya. Sungguh mustahil melakukan hal seperti itu di dalam rumah sakit.
"cih.."
Cibir Changmin kesal. ia melepas cengkramannya kemudain menatap Yunho sangat tajam.
KLEK
Arah pandangan ketiga lelaki itu langsung tertuju pada seorang dokter berlesung pipit yang baru saja keluar dari sebuah ruang rawat.
"Siwon uisa? Bagaimana keadaan Jaejoong hyung? Dia selamatkan? Dia baik- baik saja kan?" tanya Changmin bertubi- tubi tanpa memberikan jeda sedikitpun untuk dokter muda ber-nametag Choi Siwon itu menjawab. Siwon melepas maskernya dan tersenyum manis.
"tenanglah, masa krisisnya sudah lewat."
Changmin menitikkan air matanya yang sedari tadi ia tahan. Ia memeluk Jonghyun dan tak lupa mengucapkan syukur sebesar- besar nya. Yunho mencengkram kedua tangannya, menahan tangisan syukur yang ingin keluar.
Tuhan, terima kasih
"apa kami boleh menjenguknya?" tanya Changmin. Siwon mengangguk dan mempersilahkan ketiga lelaki tampan itu masuk ke dalam ruang rawat.
"kau tidak masuk?" tanya Siwon lembut. Yunho menggeleng pelan, dan berujar,
"aku nanti saja." Siwon mengangguk dan meninggalkan Yunho sendirian. Yunho menatap sekilas ruang rawat itu. Dan pada detik berikutnya Yunho berjalan meninggalkan ruang tunggu itu.
- The Truth -
Yunho makan di kantin rumah sakit tanpa selera sama sekali. Padahal ia belum makan sedari siang tadi. Yunho memasukkan dan mengunyah makanan itu secara perlahan, sampai ia tidak sadar bahwa Changmin sudah duduk dihadapannya. Yunho menghentikan makannya sejenak –untuk melihat Changmin.
"kau.. sedang apa?"
"tentu saja makan." Jawab Yunho acuh dan kembali memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.
"ah itu.. tadi mianhae." Ucap Changmin sedikit menyesal. Changmin menggaruk- garu kepalanya yang tidak gatal. Yunho menatap Changmin lama dan pada detik berikutnya ia kembali memakan makannya.
"sudahlah, aku tidak memikirkannya."
Changmin tersenyum getir. Selang beberapa detik mereka terdiam. Hanya terdengar suara gesekan piring dan sendok yang Yunho gunakan. Changmin meneteskan saliva nya saat melihat makanannya yang terlihat enak itu. Tidak kuat, akhirnya Changmin memanggil seorang pelayan dan memesan beberapa makanan. Beberapa menit kemudian, makanan- makanan yang dipesan Changmin datang secara bersamaan. Tanpa menunggu lama, Changmin segera melahap habis piring demi piring porsi makanan itu.
"kau.. makan semuanya?" tanya Yunho ragu. Changmin mengangguk cepat dan membalas.
"tentu saja." Jawabnya dengan makanan yang masih penuh di dalam mulutnya.
"appa sudah pulang?"
"hmm.. baru saja."
Yunho mengangguk mengerti. Ia menyeruput jus jeruknya perlahan dan kembali menatap Changmin yang sedang berada di dunianya sendiri.
"Changmin.. sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan."
"apa? Tanyakan saja." Ucap Changmin tanpa melirik sedikit Yunho sedikit pun. Yunho menghela nafas nya sebelum bertanya.
"sebenarnya, siapa orang yang ingin menembak ku tadi?"
DEG!
"entah kenapa, aku merasa bahwa ini ada kaitannya dengan Jaejoong yang akan menjadi direktur selanjutnya."
DEG!
DEG!
Jantung Changmin berdetak dengan kencangnya. Keringat dingin keluar dari dahi nya. Ia bingung harus menjawab pertanyaan 'telak' Yunho.
"kau.. tidak perlu tau."
Shit! Rutuk Changmin menyesal. Kenapa aku tidak bilang saja tidak tahu. Jeongmal paboya Shim Changmin, batin Changmin berteriak.
BRAK!
Yunho menggerbak meja makan itu kencang. Seketika itu juga mata para pengunjung dan pelayan kantin rumah sakit tertuju pada kedua lelaki tampan itu.
"Tentu saja aku berhak tahu, Shim Changmin!" marah Yunho. Yunho menatap Changmin geram, membuat lelaki berwajah kekanakan itu sedikit ketakutan.
Hyung.. ottokhe?
Changmin memakan satu suap terakhir dan meminum jus nya sampai habis. Setelah itu dia mengambil dompet nya dan segera berlalu.
"Ya! Shim Changmin! Kau belum menjawab pertanyaan ku!" pekik Yunho keras. Ia kesal. bagaimana tidak? Bahkan Changmin tidak mengatakan sepatah kata penjelasan pun padanya .
"belum saatnya kau tau, hyung." Lirih Changmin namun masih tertangkap oleh pendengaran Yunho. Changmin segera berbalik dan meninggalkan Yunho sendirian –yang masih mematung di tempatnya.
- The Truth -
KLEK..
Yunho masuk ke dalam ruangan Jaejoong saat Changmin dan Jonghyun sudah tidak ada. Ia langsung disambut oleh bau obat- obatan yang begitu menyengat penciuman. Yunho duduk di pinggiran tempat tidur dimana lelaki cantik itu masih enggan membuka kedua mata indahnya. Yunho menatap sedih Jaejoong, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga membenci lelaki itu.
"Jaejoong.. aku benar- benar tidak mengerti jalan pikiran mu."
Yunho menyibak rambut hitam legam Jaejoong lembut. Pikiran- pikiran masa lalu entah mengapa kembali berputar di dalam otaknya.
16 tahun lalu..
Seorang anak kecil mengemasi pakaian-pakaian nya di dalam koper. Ia tersenyum senang saat melihat hasil pekerjaannya.
"Yunie, sudah selesai?"
Senyuman terbaik Yunho terlihat jelas dibibir hatinya takala melihat seorang lelaki manis memanggilnya. Lelaki manis itu membawa sebuah ransel biru kecil. Ia memakai kaos flannel berwarna putih dengan celana pendek berwarna hitam pekat.
"nde, baru saja selesai, Joongie."
"kajja! Umma, appa, dan Jung ahjushi sudah menunggu."
Lelaki yang dipanggil Joongie itu –yang tak lain adalah Jaejoong menarik tangan Yunho menuju orang tua mereka yang sudah siap di halaman kediaman Jung.
"ah.. Joongie, Yunie.. sudah selesai kemasi barangnya?" tanya Jung Jinri, selaku umma dari Jung Yunho. Jaejoong mengangguk dengan masih menggenggam tangan Yunho.
"umma.. Minie mana?" tanya Yunho menarik- narik celana ummanya dari bawah. Jinri tersenyum dan menjawab.
"aah.. keluarga Shim tidak bisa datang, sepertinya mereka ada urusan mendadak." Jawab Jinri lembut sambil berjongkok mengelus rambut Yunho dengan sayang.
"Hyuung~~" seorang anak kecil berumur sekitar lima tahun berparas tampan berlari menghampiri Yunho.
"Jungshin.. jangan berlari, nanti kau jatuh." Jawab Yunho kepada Jung Jungshin, yang merupakan adik satu-satunya. Jung Jonghyun berjalan menuju istri dan anaknya, kemudian menggendong Jungshin.
"yeobo.. cepat ajak anak- anak masuk ke mobil." Perintah Jonghyun kepada Jinri –yang tak lain adalah istrinya lembut. Jinri mengangguk dan mengajak anak- anak itu duduk di jok paling belakang. Di depan duduk mereka sudah berada kedua orang tua Yunho, sedangkan di setir kemudi sudah berada kedua orang tua Jaejoong yang tak lain adalah Kim Seohyun dan Kim Yonghwa. Diperjalanan menuju pulau Jeju mereka tertawa dan bernyanyi bersama, sampai mereka tidak menyadari bahwa bahaya sedang mengincar mereka.
DOR!
Kim Yonghwa dikagetkan dengan sebuah peluru senapan yang hampir saja mengenai mobil nya.
"umma, ada apa?" tanya Yunho panik. Wajah Jinri berkeringat. Beberapa detik berikutnya ia tersenyum manis dan mengelus rambut anaknya, seakan menenagkan.
"tidak ada apa- apa chagiya."
DOR!
Kembali suara tembakan itu terdengar. Yonghwa memutar kemudinya untuk menjauh dari peluru itu. Yunho yang memang lebih penakut memeluk Jaejoong yang lebih tua beberapa bulan dengannya. Jungshin sudah menangis di dalam pelukan Jinri.
"yeobo, otthoke?" tanya Kim Seohyun yang ketakutan.
"sepertinya ini serangan dari Choi Minho, pemilik CM Crop itu." Jawab Yonghwa mencoba tenang. Ia tahu bahwa serangan seperti ini tentu akan datang pada keluarganya dan keluarga Jonghyun. Tentu saja, mereka pemilik KYH Crop dan Jung Crop, dua perusahan yang berkerja sama dan sangat terkenal di ASIA.
DOR!
Sayang, peluru senapan itu mengenai ban mobil yang membuat mobil Yonghwa oleng. Jonghyun memeluk Jinri dan anaknya, begitu pula Jaejoong. Mobil hitam itu sudah tidak dapat dikendarai. Dalam hati Yonghwa berdoa agar mereka selamat.
BRAK!
Mobil itu terbalik dan masuk ke dalam sebuah curam besar.
- The Truth -
"Mianhae, Jinri-ah, mianhae Jungshin-ie.. mianhae… ah mianhae.." Jonghyun menangis histeris sambil memeluk istrinya yang sudah tidak bernyawa. Ia merasa bersalah tidak dapat melindungi istri dan anak nya.
"AAAAAAAAAAHHH!"
Jonghyun berteriak histeris. Sakit. Sakit itu begitu terasa. Hatinya seperti tersayat memandang perempuan yang sangat ia cintai mati mengenaskan, ditambah anaknya yang baru saja menginjak umur lima tahun dan juga kedua sahabat baiknya pada semasa SMA.
Oh God.
Kenapa mereka?
Kenapa harus mereka yang mengalami hal seperti ini?
kenapa bukan aku saja?
kenapa bukan aku saja yang mati, Tuhan?
Menyesal? Tentu saja. Jung Jonghyun, lelaki tampan yang masih terlihat muda itu sangat menyesal. Hal yang bisa ia lakukan hanyalah menangis, merutuki dan memaki dirinya sendiri. Dilain tempat, terdapat seorang lelaki tampan menangis di dalam pelukan lelaki manis.
"uhh.. Jaejoongie.. umma dan Jungshin mana? dimana Kim ahjushi dan Kim ahjuma, Jongie-a? uuh.." tanya Yunho ditengah tangis nya. Jaejoong memilih diam tanpa menjawab setiap pertanyaan Yunho. karena ia tahu, saat ia menjawab setiap pertanyaan Yunho, tangisannya pasti tak kan terbendung lagi.
"Aku takut… Joongie.." Yunho memeluk tubuh Jaejoong erat, seakan takut sosok itu hilang. Dengan penuh kasih sayang, Jaejoong membalas pelukan Yunho tak kalah erat.
"tenanglah, Yunie.. aku.. aku akan melindungi mu."
- The Truth -
Yunho tersenyum mengingat kejadian mengenaskan itu. Sampai sekarang Yunho tidak mengerti dengan Jaejoong yang berkata akan melindungi nya. Melindungi apa, eoh?
'Yunho! awasss!'
'Yunh.. g-gwenchana?'
DEG!
"melindungi? Jangan- jangan.. Jaejoong?"
- The Truth -
Yunho berjalan lunglai menuju kantor. Pikirannya terus saja tebang menuju satu sosok. Siapa lagi kalau bukan Jaejoong? Yunho mengetuk- ngetuk jari nya di meja nya sambil menopang dagunya yang terasa berat.
"Aah aku tidak mengerti!"
KLEK!
"Yo, Yunho!" Yoochun membuka pintu ruangan Yunho dan segera duduk di -bangku yang berada tepat di depan meja Yunho tanpa permisi.
"Ya Park Yoochun! Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu?" Yoochun terkekeh melihat sahabatnya yang marah. Hey, memang apa yang lucu?
"baiklah, sekarang ceritakan apa yang terjadi."
Yunho memiringkan kepalanya tidak mengerti. Menceritakan apa?
"tentu saja menceritakan masalah mu dengan Jaejoong, Yunho." jawab Yoochun seakan bisa membaca pikiran seorang Jung Yunho. Yunho menghela nafas beratnya, bagaimana pun sepertinya sahabat nya bisa membaca setiap pikirannya. Yunho menceritakan segala masalah yang ia hadapi tanpa ada yang terlewatkan kepada Yoochun. Yoochun tertegun. Sesekali ia membalas penjelasan Yunho dengan bergumam dan dengan wajah yang terkejut.
"sepertinya, Jaejoong menjadi direktur selanjutnya untuk melindungi mu, Yun." Jawab Yoochun –yang sedang berfikir menggunakan otak jenius nya setelah Yunho selesai bercerita.
"tapi, wae? Apa hubungannya dengan dia menjadi direktur selanjutnya?" Yoochun menopang dagunya yang terasa berat. Sesekali ia menghela nafas beratnya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"pikirkanlah menggunakan otak pintar mu, Jung." Ucap Yunho yang sepertinya menyerah berpikir. Yoochun tersenyum penuh misteri sambil menyentil jidat Yunho.
"Ya! Aku ini bos mu, Park Yoochun!"
"upss.. mianhae sajangnim." Kekeh Yoochun. Ia berjalan menuju pintu ruangan dan segera keluar dari sana.
Blam
- The Truth -
Yunho sedikit berlari di koridor rumah sakit. Changmin baru saja memberitahunya bahwa Jaejoong sudah membuka matanya dan keadaannya sudah berangsur- angsur membaik.
KLEK
DEG!
Yunho terkaget saat melihat lelaki cantik itu sendirian. Tak ada Changmin dan Jonghyun disana. Lelaki tampan sekaligus cantik itu menggunakan setelan baju seragam rumah sakit. Entah mengapa, terlihat begitu menawan dimata Yunho.
"dimana appa dan Changmin?" tanya Yunho yang sudah duduk di bangku di depan ranjang Jaejoong. Jaejoong menolehkan kepalanya –saat menyadari keberadaan Yunho. Tatapan Jaejoong langsung tertuju kepada Yunho dan menjawab.
"mereka sedang mencari makanan."
Yunho mengangguk- angguk kepalanya tanda mengerti. Tatapannya kembali tertuju pada Jaejoong yang sedang mengutak- atik ponselnya.
"kapan kau pulang?" tanya Yunho begitu saja. Yunho juga tidak mengerti kenapa ia bertanya hal seperti itu.
"kata Siwon uisa, mungkin 2 atau 3 hari." Jawab Jaejoong menjelaskan. Yunho hanya ber-o dia mendengar penjelasan Jaejoong.
Hening. Tak ada yang memulai percakapan. Hanya suara ketikan ponsel yang terdengar.
"eheem.." dehem Yunho menghilangkan kesunyian.
"Jae, sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan." Ucap Yunho serius. Jaejoong membalas tatapan Yunho tak kalah seriusnya.
"apa?" tanya Jaejoong to the point.
"kenapa kau ingin menjadi direktur selanjutnya?"
DEG!
DEG!
DEG!
Jaejoong melebarkan matanya mendengar pertanyaan telak yang begitu saja keluar dari bibir Yunho.
Oh Gosh.
Jaejoong berfikir keras sampai ia merasa pusing yang amat sangat di kepalanya. Ia mencari kata-kata yang tepat agar lelaki bermata musang itu tidak akan menanyakan hal macam itu lagi.
"tentu saja karena aku lebih hebat dari mu, Jung."
DEG
Yunho mencengkram dadanya yang terasa sakit saat mendengar pernyataan dari bibir merah itu.
"yaah, kalau perusahaan berada di tangan mu.. entahlah apa yang akan terjadi pada Jung Crop." Kekeh Jaejoong. Dalam hati ia mengutuk dirinya yang tidak bisa berhenti mengeluarkan kalimat- kalimat kejam itu.
"maka dari itu, perusahaan akan lebih terjamin kalau berada di tangan ku."
SRET!
Yunho mencengkram baju Jaejoong dan menariknya, membuat lelaki cantik itu meringis sakit. Pancaran kebencian begitu terlihat di mata musang Yunho.
Benci.
Perasaan benci di hati Yunho semakin bertambah.
Ia benar- benar membenci lelaki tampan sekaligus cantik itu.
PLAK
Jaejoong melebarkan matanya saat mendapati Yunho menampar pipi kirinya. Jaejoong memegang pipinya yang memerah tidak percaya. Ia meringis saat menyadari betapa sakitnya luka yang diakibatkan oleh tamparan Yunho. Yunho benar- benar saat menamparnya.
"Brengsek! Kau benar- benar brengsek Kim Jaejoong!"
Yunho menendang kursi yang sempat ia duduki itu sampai terbalik. Ia benar- benar marah.
"Sial!Berani sekali kau, anak pungut!"
Maki Yunho keras. Umpatan- umpatan dan sumpahan terus saja keluar dari bibir hati Yunho. Jaejoong menunduk, ia tidak berani menatap mata Yunho yang menunjukkan kebencian yang terdalam kepadanya.
"Mati saja kau, brengsek."
BLAM!
Yunho keluar seraya membanting pintu kamar Jaejoong kencang. Jaejoong mencengkram dada nya yang terasa sakit, seperti tersayat pisau yang begitu tajam. Hatinya hancur. Umpatan Yunho seakan palu yang telah memecahkan guci indah yang begitu rapuh. Jaejoong menggeleng. Itu bukanlah kesalahan Yunho, ia tahu itu. Ia yang memulai segalanya, dan ia telah memilih.
Tapi saat melihat mata hangat yang selalu diberikan Yunho semasa kecil kepadanya telah menghilang dari pandangan, hatinya terasa begitu sangat sakit. Ia melihat sorot kebencian yang sangat dalam di mata musang Yunho. Hati rapuh Jaejoong terasa tertusuk jutaan jarum.
Sesak.
Sakit.
Jaejoong seakan lupa caranya untuk bernafas. Paru- parunya terasa sesak.
"jangan menangis pabo.. jangan menangis."
Tes
Tes
Tes
Tetes demi tetes air mata keluar begitu saja dari pupil mata Jaejoong.
"kenapa malah jatuh, eoh?" Jaejoong memaki- maki air matanya yang terus saja keluar tanpa perintah. Entahlah, bulir- bulir air mata itu tidak dapat berhenti. Jaejoong tidak pernah menangis seperti ini di depan orang lain. Ia hanya akan menunjukan wajah dingin tanpa ekspresi yang sangat berkharisma, dan yang pasti akan mendapat pujian dari para karyawannya. Tapi mereka tidak tahu, bahwa Jaejoong juga memiliki hati yang lembut.
"AAAAAAAAHHH!"
Jaejoong menjambak rambutnya frustasi. Matanya memerah akibat menangis. Tangisannya begitu pilu.
"Yunie.. mianhae.."
TBC
*krik* atulah maap klo ga memuaskan, i've tried my best ; w ;
but, please review if you don't mind ^ ^