Chapter 1: Another chance to live. A new world to stay in...

"Aku akan menguji buku ini..." ujar Ryuuzaki yang baru saja memutuskan untuk menguji peraturan mencurigakan yang tertera pada bagian belakang Death Note tersebut. "Aku akan menggunakan seorang narapidana yang telah dijatuhkan hukuman mati dalam 13 hari. Sedikit saja pengujian lagi, maka kasus ini akan terpecahkan!"

Dalam Death Note tertera suatu peraturan yang menyatakan bahwa jika pemilik buku tersebut tidak melanjutkan menulis nama dalam 13 hari, maka ia akan mati. Hal ini membuat Ryuuzaki ingin sekali membuktikan keaslian peraturan tersebut, dan dia ingin mengujinya segera. Namun sesuatu telah mengancamnya terlebih dahulu. Light sukses menjalankan rencana pembunuhan yang melibatkan shinigami Rem, untuk menyingkirkan rival besarnya itu.

"Deg... deg... deg.. deg..!" detak jantung Ryuuzaki tiba-tiba berhenti. Sesuatu baru saja menggetarkan jantungnya. Perlahan tubuhnya mulai runtuh, lalu ia jatuh dari tempat duduknya. Ryuuzaki terhempas di atas badan Light yang mencoba menangkapnya saat ia jatuh.

"..." Ryuuzaki yang sudah lemas tubuhnya, memandangi wajah 'teman' yang baru saja menadahi jatuhnya tersebut. "Yagami-kun..." sebuah senyum menyeringai yang tidak biasa dilihat Ryuuzaki.

Terlihat ekspresi 'puas' seolah mengatakan "Aku menang" di wajah Light Yagami. Terpampang begitu jelas pula 'kejahatan' yang ada di matanya. Light belum pernah menunjukkan wajah 'bahagia' seperti itu pada L sebelumnya.

"Ryuuzaki..! Apa yang terjadi.?!" Terdengar samar suara rekan-rekan Ryuuzaki yang bergegas menghampiri dirinya.

Ryuuzaki atau bisa disebut dengan L, menutup mata untuk selamanya di pangkuan Light. Dan di saat terakhir itu pula, L mengkonfirmasi bahwa Light Yagami adalah Kira.

.

.

.

.

.

What's Next...?
He doesn't deserve to die that way. So God must offered him another chance of Life.

.

.

.

"Bergegaslah sedikit! Ini keadaan darurat, kami butuh perawat dalam unit darurat!" Ino Yamanaka bersama beberapa pengurus rumah sakit konoha membawa seorang pasien yang sepertinya sedang dalam keadaan koma. Ino menemukannya tergeletak di dekat makam/monumen para pahlawan konoha saat dirinya mengunjungi makam Asuma-Sensei. Lelaki berambut emo tersebut terlihat sangat kacau. Di saat itu juga Ino langsung berteriak meminta tolong pada orang sekitar, yang sebelumnya mereka hanya mengira lelaki tersebut cuma sekedar iseng berbaring untuk istirahat.

"Lekaslah bawa pasien tersebut masuk ke dalam sini!" seorang dokter meminta Ino dan perawat lainnya memasukan lelaki tersebut ke dalam ruang unit darurat. Sesampainya di dalam, sang dokter langsung memeriksanya.

Pemuda yang sekarat tersebut berada dalam kondisi di ujung tanduk. Pihak rumah sakit lekas meminta bantuan pada para ahli termasuk Shizune. Pertolongan pertama telah dilakukan sejak awal oleh Ino, namun sepertinya itu sama sekali tidak membantu kondisi pasien tersebut. Menurut Shizune, pasien ini terkena serangan jantung yang fatal beberapa waktu lalu.

Beberapa waktu kemudian...

Shizune dan perawat lainnya sudah menangani pasien itu dengan hati-hati. Kondisinya bisa dibilang sudah lebih baik dari sebelumnya. Beberapa perawat beristirahat dan beberapa masih meneliti pasiennya. Setelah dicari tahu berbagai data yang menyangkut pasien, terbukti bahwa pasien tersebut bukan warga konoha. Ada yang bilang orang itu warga konoha, namun hanya berprofesi sebagai gelandangan, jadi wajar bila tak ada yang mengenalinya. Karena ia jelas sekali ditemukan tergeletak tak berdaya di wilayah terdalam konoha. Terlebih pakaian yang dipakainya sangat sederhana, menguatkan spekulasi kalau ia memang gelandangan. Shizune memutuskan untuk menginterogasinya nanti di saat lelaki tersebut telah sadar.

Beberapa jam setelahnya...

"A-aku... Di-dimana aku sekarang..?" pikir Lawliet. Matanya setengah terpejam. Dia belum benar-benar sadar akan semuanya. Satu yang selalu jelas dalam pikirannya saat ini, yaitu dia terbunuh di tengah kasus Kira dan soal penglihatan terakhirnya yang meyakinkan bahwa Light Yagami adalah Kira. Wajah itu masih menyelimuti pikirannya, dan akalnya belum kembali sepenuhnya. Lawliet tak pernah merasa setidak nyaman ini sebelumnya.

"Aku... pasti sudah mati. Shinigami itu yang membunuhku... dan Light adalah dalang dibalik itu semua. Aku sangat yakin..." Lawliet masih merenungkan kesimpulannya mengenai Kira. Dia tahu bahwa dugaannya pasti selalu benar. "Tempat ini... surga kah? Aku... mencium bau obat-obatan. Rumah sakit? Jika benar, berarti aku masih hidup... Tidak! Aku yakin aku sudah..." pikirannya terombang-ambing akan kondisinya saat ini. Bahkan orang genius sepertinya tidak dapat memahami kondisi yang dialaminya sekarang. Semua penuh dengan kebimbangan. Ia bertanya pada dirinya sendiri. Pikirnya saat ini tak ada seorang pun yang bisa ditanyanya. Atau, memang naluri alaminya yang lebih suka menalar sendiri daripada meminta jawaban orang lain. Namun kemudian, Ia mulai merasakan kehadiran beberapa orang di sekelilingnya.

"Hei, nak! Bangunlah jika kau sudah sadar. Kami ingin menanyakan beberapa pertanyaan padamu." suara seseorang yang menegur dirinya. Lawliet punya banyak pertanyaan dalam pikirannya sendiri, dan sekarang justru dia malah akan ditanyakan oleh orang lain. Perlahan akalnya mulai kembali utuh. Matanya sudah terbuka, namun tubuhnya tetap dalam posisi berbaring. Fisiknya memang masih lemah, namun Lawliet mencoba untuk mengambil posisi 'duduk' seperti biasa ia lakukan. Dan, dia akhirnya benar-benar 'duduk'. Itu adalah posisi nyaman bagi Lawliet untuk berpikir dan bernalar.

"Ini... ternyata rumah sakit. Tidak salah lagi" Lawliet mulai memperhatikan sekelilingnya dan mengetahui di mana ia berada. "Tapi bagaimana bisa? Ini... masih terasa aneh buatku"

"Hei, kau. Jangan jongkok di atas kasur seperti itu. Kondisimu belum sepenuhnya pulih, berbaringlah kembali selagi kami menanyakan beberapa pertanyaan padamu." ujar seorang dokter kepada L.

"Sebenarnya aku punya pertanyaan yang lebih penting untuk ditanyakan. Tapi jika anda ingin bertanya, lakukan saja... aku mungkin tidak tahu apa-apa saat ini" jawab L. Dokter dan perawat lain mulai jengkel dengan posisi 'duduk' L.

"Sudah kubilang ambil lah posisi yang benar terlebih dahulu. Jangan jongkok seperti itu" lanjut dokter tersebut.

"Jangan permasalahkan kebiasaanku ini, maaf. Aku harus begini dan merasa nyaman jika begini. Hehe..." jawab L santai.

"Huh, terserah kau saja nak. Sebentar lagi Shizune-san akan kembali dan memberimu beberapa pertanyaan. Dan mungkin kau perlu tahu, kau dibawa ke sini setelah seseorang menemukanmu tergeletak di jalanan konoha ini. Apa kau tidak ingat apa-apa?" tanya dokter itu lagi.

"Aku... tergeletak di jalanan? Aku ingat kalau aku hampir mati, tapi... ya sudahlah." Jawab L seadanya. "Lebih tepatnya, aku ingat sekali kalau aku ini sudah mati" pikirnya.

L's POV

"Keajaiban kah..? Atau aku mungkin sudah gila. Tidak mungkin, karena semua terasa begitu nyata. Aku merasa mau mati dan kemudian aku tergeletak di tempat yang berbeda dari sebelumnya. Kehendak Tuhan? Tidak. Hmm... kurasa aku akan temukan jawabannya nanti." pikiranku sudah melayang-layang.

Normal POV

Pintu ruangan terbuka dan seseorang masuk menghampiri L. Di tangannya terdapat selembaran kertas yang mungkin akan digunakan untuk mencatat data/informasi dari L tentang dirinya.

"Kami memerlukan data yang spesifik atau setidaknya menjanjikan kalau kau adalah warga konoha. Kami akan memberimu beberapa pertanyaan yang tidak begitu sulit." ujar Shizune menyiapkan alat tulisnya. "Pertama, nama anda?"

Kertas... Alat Tulis... Data... Nama... Shizune menyiapkannya dan sekarang menanyakan nama pada L. "Death Note kah? Kertas yang dibawa wanita itu... bukan tak mungkin adalah lembaran Death Note." pikir L. Walaupun dia sendiri tak begitu yakin. Pikiran seperti itu tentu saja konyol.

"Hello... aku sedang bertanya padamu. Terlebih dahulu kami hanya perlu tahu namamu." jelas Shizune.

"Namaku..." L mulai menjawab Shizune...

"Hideki Ryuuga".

To Be Continued...