"BIJUUDAMAAAA!" DUAAARRRRR! "KYAAAAAA! Kau membakar rambut wia Kurama-saaann!""akan kubunuh kau gaakkiii! Dasar author tidak becuuuss!" "Go.. gomeneee~~!" "BIJUUDAMAAA!" tring! (himawari wia berubah menjadi bintang) #author note macam apa ini

.

.

.

.

"Stunade-san?" Uchiha Itachi menoleh ketika mendapati seorang wanita berambut pirang pucat keluar dari laboraturium Rumah Sakit Konoha, pria bersurai hitam panjang itu menghampiri Senju Stunade. Mantan seorang dokter hebat yang kini memilih menjadi kepala sekoah di KHS, bermadsud untuk menikmati masa pensiunannya dengan damai meski kini itu hanya angannya saja.

"aku tidak tau ini berita baik atau tidak bagimu Uchiha, tapi pertemuan bocah itu dengan Kabuto samasekali tidak mengembalikan ingatannya yang hilang." Sang Senju menjelaskan tanpa mengalihkan pandangannya dari beberapa lembar kertas yang ada di tangan wanita cantik awet muda tersebut.

Berdiri di hadapan sang kepala sekolah KHS, Itachi menghela nafas, ada perasaat lega di sana. Eh? Lega? Dalam hati Itachi tertegun. Apankah di dalam hatinya ia berharap akan lebih baik jika Naruto tetap kehilangan ingatanya saja? Membiarkan semuanya tetap seperti ini. Harus Uchiha sulung itu akui, ia takut. Takut jika saat sang Blonde mengingat semuanya –masa lalunya- pemuda secerah matahari itu akan menjauhinya, menganggapnya sebagai orang asing bahkan mungkin akan lebih memilih untuk kembali menjadi seorang Namikaze-Uzumaki. Tinggal dengan salah salah satu sanak saudaranya, Itachi yakin Kyuubi akan menjadi orang pertama yang mengajak Naruto untuk tinggal berasamanya –mengingat betapa sayangnya rubah merah itu kepada adik sepupunya-. Dan kemudian meninggalkan para Uchiha begitu?

Dan dalam hati terkecilnya, Uchiha Itachi merasa takut. Sangat takut jika suatu saat nanti harus kehilangan sosok mentari itu.

.

.

Dan rasa takut itu semakin bertambah ketika Handphone sulung Uchiha itu bergetar. (ada panggilan masuk madsunya lo ssu~ byukan mau meledak atau semacamnya #dicekikKurama)

.

.

.

Disclaimer : Naru-can ituuuu milik wii-DUUUAAAAKKKKK #ditendang. Okeh2, milik Masashi kishimoto-sensei tp bentar lagi bakalan jd milik si Sasutemee... hohohoho

Pairing : SasuNaru

Gender : family, friendsip(mungkin), romance(mungkin), hurt/comport

Warning : AU, OOC, Tyipo(s), alur yang kecepetan, menulisan bahasa yang amburadul, masih Sho–ai jadi aman di konsumsi(?) buat yang lurus(?), autor baruuuuu banget dan peringatan peringatan lainnya(?)

Reter : T (kayaknya)

I WILL DO EVERYTHINK FOR YOU

By. Himawari Wia (Dewi ruang dan waktu?)

Capter 8. Pergerakan Hebbi

"aku merasa seperti seorang anak playgroup yang baru mememulai sekolahnya.."

"Hahahahahahaha.."

Suasana kelas 10-3 saat istirahat makan siang itu kini di isi oleh gumaman – gumanan suram seorang Uchiha Naruto dan gelak tawa bahagia –atau mungkin meledek- seorang Inusuka Kiba.

Kiba masih tertawa terpingkal – pingkal di kursinya –tepat di depan bangku Naruto- dengan Nara Sikamara yang tertidur –cuek- di samping pemuda pecinta anjing itu. Naruto semakin mengkerucutkan bibirnya –kesal-, pemuda pirang itu benar – benar dalam tarap terjengkelnya saat ini.

Siapa yang tidak jengkel? Kakak laki-laki keduamu, pria dengan deretan masalah paling panjang baik dalam segi kelakuan nakal maupun fans fanatik se-Konoha itu kini dengan santainya duduk di sebelahmu SEPANJANG WAKTU dalam artian yang sesungguhnya! Hell No!

Bahkan beberapa jam yang lalu ketika para guru datang untuk mengajar, mereka hanya menatap Sasuke sejenak untuk kemudian melanjutkan pelajaran. Yaah.. mungkin para guru berpikir selama pemuda reven itu tidak berulah di dalam kelas, akan jauh lebih 'aman' jika membiarkan saja pemuda Uchiha itu duduk di tekat adiknya. Lagipula sipa yang mau bernasib sama dengan Killer Bee-sensei? (ket: hanya sebagian orang saja yang tau kalau terlukanya Killer Bee itu ketidak sengajaan)

"Nee, Nii-chan.. bukankah seharusnya kau belajar untuk ujian? Kelulusanmu musim semi tahun depan kan?" Naruto bergumam pelan –yang tentu masih bisa di dengar dengan jelas oleh sang kakak yang kini duduk di sampingnya sambil mengutak atik leptopnya-cuek-.

"Hn. Sekarang aku sedang mengulang pelajaran kelas satu Dobe." Sasuke menunup leptopnya, dengan santainya tangan seputih porselen itu mengambil buku catatan berwarna orange milik Naruto untuk kemusian membolak balikkannya asal –berpura pura- membacanya.

Dukk!

Naruto membenturkan keningnya pada meja, menyerah untuk menyuruh sang kakak Reven-pantat-ayam-nya untuk pergi, lagi pula..

'bukunya terbalik Nii-chan..' batin Naruto miris melihat sang kakak yang biasanya selalu sempurna itu melakukan kesalahan yang hanya dapat di lakukan oleh orang – orang bodoh. (seperti kau Naru! Hahaha..)

.

.

.

Naruto masih mendumel tidak jelas saat bocah pirang itu berjalan menyusuri koridor KHS, sementara sang kakak dengan santai-cuek-nya mengekori sang adik dari belakang . Pelajaran terakhir selesai beberapa menit yang lalu, dan kini Uchiha bersaudara itu berniat untuk langsung pulang. Mencicipi hagatnya ruang tamu rumah dua lantai mereka dan jauh – jauh dari udara dingin mengingat sekarang sedan pertengahan musih ningin.

"apa – apaan para Sensei itu! Jelas – jelas kau yang belajar di kelasku itu adalah pelanggaran peraturan! "

"…"

"Kenapa mereka dengan entengnya menerima alasan anehmu itu sih Teme-nii?!"

"…"

"mengulang pelajaran kembali dengan ikut belajar bersama adik kelasmu?! Apa kau tidak bisa membuat alasan yang lebih baik?!"

"…"

–masih tidak ada jawaban.

"Nii-Chaaan! Apa kau mendengarkanku?!" kesal, Naruto membalikkan badannya dengan kasar. Pipi dengan tiga pasang garis halus itu menggembung lucu, iris sebiru langit musim panas itu berkilat marah. Tapi itu hanya sesaat, ngembungan di pipi tembem itu hilang dan iris biru yang tadinya marah berubah menjadi kawatir. di hadapannya, sang kakak yang biasanya dingin itu terlihat seperti sedang menahan berbagai perasaan. Marah, kesal, cemas, panik dan berbagai ekspresi yang terlihat oleh sang kakak kedua –yang saat itu sibuk berkutat dengan handphone pintarnya- namun sukses tertutupi oleh topeng datar andalan Uchiha Sasuke.

Namun topeng itu tidak akan berlaku jika kau selalu bersama dengan orang bersangkutan bukan? Tambahan lagi ia adalah seorang Uchiha juga –begitu setidaknya pikir Naruto-.

"ada sesuatu yang tidak beres nii-chan?" Sasuke sedikit tersentak dan secara otomatis menghentikan langkahnya, pemuda berambut reven itu tidak menyadari jika sang adik kini telah berhenti berjalan. Lebih tepatnya telah berdiri dihadapannya menatap sang kakak dengan pandangan kawatir dengan satu tangan yang mencengram ujung mantel musim dingin biru dongker miliknya.

"Hn" Sasuke menggumam seperti biasanya, tangan alabaster pemuda jangkung itu menarik tangan tan Naruto dari ujung manternya, menggenggam tangan itu erat untuk kemudian di masukkan kedalam saku mantel sang reven.

"ayo pulang, Dobe." Dan menarik sang adik untuk pulang kerumah mereka.

"AKU TIDAK DOBEE! TEMEEEE!"

.

.

-888—

.

.

"aku tidak pernah mengerti isi kepala ayam Teme-niichan!" Naruto menghentak hentakakan kakinya kesal, sementera itu Gaara hanya diam dengan wajah datarnya di samping si Blonde.

"beberapa hari ini, dia menempel padaku seperti perangko!" lanjutnya lagi, langkah pemuda beriris sebiru lagit musim panas itu terhenti, Naruto memutar badannya kesamping membuat ia kini berhadapan dengan Gaara. Iris safiernya bertemu dengan jane milik pemuda dengan tattoo ai di keningnya itu.

"dan dia pasti memaksamu untuk mengikutiku sekarang kan Gaara-nii?" Naruto menatap Gaara kesal walaupun pemuda Sabaku itu tau kekesalan itu tidak di tujukan padanya melainkan untuk kakak si pirang yang beberapa minggu terakhir ini menjadi sangat overfrotektif kepada adiknya.

Kejadian bertemunya Naruto secara tidak sengaja dengan Kabuto merupakan salah satu hal yang paling tidak di inginkan oleh seorang Uchiha Sasuke, dan mengingat bagaimana reaksi Naruto yang ketakutan ketika bertemu dengan salah satu penyebab kematian orang tua kandung si pirang juga hilangnya ingatan Naruto membuat Sasuke benar-benar berada dalam taraf kekawatiran dan juga kewaspadaan tertingginya, pemuda reven itu tidak mau atau mungkin belum siap untuk menerima reaksi Naruto ketika seuatu saat nanti ingatan si pirang kembali. Dan Gaara sangat yakin Sasuke akan lebih memilih untuk membiarkan ingatan Naruto hilang selamanya, jauh di dasar hati pemuda reven itu.

"Nii-chan! Kau tidak mendengarku ya?!" pemuda dengan tattoo ai itu tersentak ketika mendengaar suara cempreng bervolume tinggi bocah pirang di sampingnya, cepat-cepat ia menole ke samping untuk kemudian mendapati seorang Uchiha Naruto yang mamalingkan wajah kesamping –cemberut-.

Gaara tersenyum tipis, harus di akui pemuda pirang di sebelahnya ini memiliki kemampuan yang membuat orang-orang bertampang datar sepertinya dan para Uchiha itu menjadi lebih berekspresi. Tangan dengan kulit putih mulus itu terulur untuk kemudian mendarat di puncak kepala pirang si Uchiha bungsu mengacak- acak rambut yang terasa begitu lembut itu-

"bisa kau serahkan bocah pirang itu pada kami?" –tepat sebelum beberapa orang mengerumuni mereka, dan sebuah pisau bertengger di lehernya.

.

.

Naruto membelalakkan matanya, secara refleks pemuda berambut pirang itu menarik kerah Senpainya kebelakang –meskipun tinggi mereka berbeda jauh- sementara satu kakinya maju untuk mendang pergelangan tanga sang penodong.

Sementara sang Sabaku sendiri, melongo dengan tidak elitnya. Gaara tidak pernah mengira jika Naruto memiliki refleks yang sangat bagus. Pemuda berseruai merah itu tersadar dari lamunannya ketika sebuah pukulan meluncur –nyaris- mengenai si Blonde, dengan sigap Gaara menarik Naruto ke belakang punggungnya –mengabaikan protes tidak terima dari yang bersangkutan-. Jika di pikir secara logika, membiarkan si Blonde di belakangnya ini terluka samasaja dengan menerima serangan Susanoo dari para Uchiha. #lupakan

Gaara sudah siap dengan kuda-kudanya, iris jane pemuda berambut merah itu melihat satu-persatu lawan yang ada di hadapan mereka.

Seorang pria berkulit coklat dengan mata dan rambut hitam yang diikat satu yang tadi mengacungkan pisau di lehernya, Kidomaru.

Di belakang mereka berdiri tiga orang pria. Dua berambut abu-abu pucat, dan yang satu lagi pria gendut berambut orange. Ukon, Sakon dan Jirobo.

Sementara itu 3 meter dari pemuda dengan tattoo ai berada terparkir semuah sedan hitam pekat dengan kaca anti peluru berdiri seorang gadis berambut merah muda. Sementara dari kaca mobil yang sedikit terbuka itu Gaara dapat melihat seorang pemuda berambut putih panjang sedang duduk dengan santainya. Tayuya dan Kimmimaro.

Para anggota Hebbi yang bertugas untuk membunuh para penggangu.

Dalam hati Gaara menggeram kesal, cengkraman pemuda Sabaku itu pada tangan Uchiha bungsu di belakangnya secara otomatis mengerat. Naruto meringis kecil ketika merasakan tangannya di genggam begitu erat. Pemuda berambut pirang itu mendongak –berniat melihat wajah sang senpai meskipun kini yangterlihat hanya rambut bagian belakang Sang Sabaku. Iris sebiru langit musim panasnya mengitari area sekitar, melihat siapa saja orang-orang yang mengepung mereka.

DEG!

Naruto tersendak kaget ketika dadanya berdetak tidak karuan, perasaan ini.. perasaan yang sama ketika ia bertemu dangan pemuda berambut putih dengan kacamata bundar beberapa hari yang lalu. Tangan tan itu memegang seruai pirangnya, meremas perlahan ketika Si Blonde merasakan kepalanya berdenyut keras.

"Ugghh.."

Gaara menoleh ke belakang ketika mendengar erangan dari pemuda Blonde si belakangnya untuk kemudian menemukan si pirang yang sedang menggenggam kepalanya sambil sesekali meringis sakit.

"Naru, kau kenapa?" Gaara merujar panik sambil mencengram kedua pundak Naruto.

"Ooo.. sepertinya tangkapan kecil kita sedang tidak enak badan rupanya~" Kidomaru menyeringa senang sementara sebelah tangannya memutar-mutar sebuah pisau lipat.

"cepat selesaikan." Dan sebuah suara berat dari dalam mobil menjadi pertanda bagi pemuda bertattoo ai itu bahwa ini akan menjadi hari yang berat.

.

.

-888—

.

.

"hah..hah..hah.." Uchiha Naruto berlari secepat yang ia bisa melewati setiap jalan tikus yang –rasanya- pemuda pirang itu ingat. Tangan tan itu menggenggam mundak kirinya yang berdarah –terkena lemparan pisau-, sesekali iris birunya menoleh kebelakang memastikan titak ada satu orangpun dari enam orang aneh yang mengejar bereka ada di belakangnya. Naruto sedikit menyesali keputusan yang ia dan Gaara buat untuk berpencar dimana salah satunya sebagai pengalih, sementara salahsatunya lagi mencari bantuan. Naruto tidak tau apa yang terjadi pada senpainya itu, tapi melihat enam orang yang kini mengikutinya, si Blonde berasumsi bahwa Gaara tidak baik – baik saja. Ataukah, target mereka itu adalah Naruto sendiri?

Ngiiiiingg

"uhgg.." Uciha bungsu itu meremas seruai pirangnya lagi, rasa sakit itu lagi. Entah kenapa Naruto merasa semua ini pernah terjadi, ia tak dapat mengingatnya tetapi tubuhnya merespon dengan baik. Semua ini.. perasaan ini..

Deg!

Jangtung sang Blonde berdetak keras katika di depan matanya –yang saat ini masih berlari- terdapat bocah pirang berpiama yang juga berlari di depannya.

Ngiiiinggah suara itu lagi..

Naruto merasa kepalanya semakin sakit, kini dinding yang seharusnya merupakan dinding belakan pertokoan yang hanya barisi beton-beton kotor berubah menjadi dinding sebuah mansion megah dengan berbagai lukisan mahal dergantung di sana.

Anak kecil itu masih berlari di tepannya, namun kini dengan menoleh ke kiri ataupun ke kanan. Naruto membelalakan matanya kaget ketika iris birunya menangkap tiga pasang garis halus di pipi anak itu, TUNGGU! ITU AKU? Ia tidak pernah mengalami ini deh! Dan dinding ini juga bukan dinding Mansion Uchiha! Si Blonde pannik sendiri di tengah kepanikannya (?).

"kaa-san.. tou-san.." anak kecil yang entah imajiner atau bukan itu menggumam.

Deg, deg, deg.

Sosok pria berambut pirang.

Wanita berambut merah.

Naruto membelalak kaget, semuah ingatan seperti kaset rusak berputar dengan cepat dalam kepalanya. Membuat sang Blonde pusing. Ia bahkan tidak yakin apakah kakinya masih menapak tanah atau tidak, ia bahkan ragu dapat merasakan kakinya atau tidak.

.

.

Dor!

-tepat sebelum suara tembakan menggema di telinganya. Naruto ragu apakah ia sudah terjaduh atau belum. Sakit di kepalanya mengalahkan semuanya, pemuda pirang itu bahkan tidak dapat merasakan rasa sakit dari tembakan barusan. Jangankan rasa sakit, bagian mana dari tubuhnya yang di tembakpun ia tak tau. Yang ada hanyalah berbagi ingatan random yang terus dan terus memenuhi kepalanya.

Dan, tanpai Naruto sadari tetesan-teresan airmata jatuh dari iris langit musim panasnya.

.

.

.

.

Enam pasang kaki berdiri mengitari seorang pemuda pirang yang kini tak sadarkan diri.

"beritau Orochimaru-sama, buruan telah tertangkap."

.

.

.

.

.

TBC

Autor note.

Haloooo minaaa~~! Sembah bungkuk. Wia minta maaf atas keterlabatan wia mengupdate fic ini.. gomanasai..

Semoga masih ada yang berbaik hati untuk membaca fic abal bin hancur wia ini.. wia sayang kalian… #hugg

Kurama-san, wia udah minta maaf nengan baik dan benar jadi tolong jauhkan goloknya dari leher wia ssu~~ (TToTT) "hn"

Special thanks to :

Lsamudraputra, , Mizuki, , , sayaaurantii, Guest123, EstrellaNamikaze, Wookie, tsunayoshi yuzuru, haruna aoi, Guest,hanazawa kay,EucallyscaPutly, Nauchi Kirika-RE22,titan-miauw, LNaruSasu, Trisna, Viviandra Phanthom, shinobu millieur, gothiclolita89, Lee Kiamho,

Pita si OtakuFujo, Zizi Kirahira Hibiki 69, Angel Muaffi, puja911, kkhukhukhukhudattebayo, natsu natsu-chan, Farenheit July, shinobu millieur, Subaru Abe, Lee KIamho, Arum Junnie , , mitsuka sakurai, Uzumaki Prince Dobe-Nii, JinK 1314, Tori Piya, risrise, Ayuni Yukinojo, harukichi ajibana,

Lee Kiamho, GerhardGeMi, The Criticus Freak-Girl, Furiez, Aulia Si Lia, RaraRyanFujoshiSN, risriseKim-Midori, temedobe-chan, tiwiizqitama, Mrs-Tara-Fujitatsu, Mel, Foschidelic Reika, Dee chan - tik, Shinobu, Yureka, KurotsukiYani, Muma X3, Nia Yuuki,

Seeyou next capter Minna!

.

.

Capter. 9 Kenangan yang manis

"balon rubah itu untuk Kulama-Niichan ttebayoo~!"

"Kemarin kau bilang akan menikah denganku Keriput! Dan sekarang kau melamar adikku?!"

"Baka-aniki terlalu keriput untuk kau nikahi dobe. Jadi menikah saja denganku."

.

"Tolong selamatkan leher wia dengan review ya minna-tachi~"

"Bantu aku menebas leher bocah sialan ini dengan revie readers! Muahahahahaha!"