Sebuah pengakuan terdalam tersurat di sebuah diary kecil. Apa yang terjadi jika orang yang tidak diinginkan membaca dan mengetahui isi dari diary tersebut?.

Naufa Hana Tsabita Present:

My Diary

Naruto © Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre : romance

Pairing: SasoXDei, DeiXTobi

Deidara Author gambarkan sebagai Perempuan

Warnings : OOC, Typo, EYD yang berantakan, kekurangan dimana-mana.

.

.

.

Happy reading

.

.

20 April

My Diary

Ku tuliskan kisah hidupku yang begitu menyedihkan.

Menyedihkan karena cinta. Yaa, Cinta!. Seorang criminal besar sepertiku jatuh cinta?

Menggelikan, namun cinta memang bisa merasuki siapa saja, tak peduli siapapun dia.

Hmm,,, aku memang sedang dirasuki cinta, cinta pertama, lebih tepatnya.

Kau tau? dia adalah partner ku.

Cinta ku.

Deidara ku.

Ah. Aku mengucap namanya lagi. Kalau aku mengingat namanya, hati ini begitu rindu, cemas, takut kehilangan.

Kenapa aku begitu rindu? Padahal gadis itu sekamar dengan ku?

Oh,, sejak bangun tadi aku belum melihat wajahnya yang cantik. Mungkin dia sedang memasak, yah, memang jadwal kami yang piket memasak hari ini. Tapi, aku terlalu gengsi untuk mengungkapkan kalau aku sangat ingin memasak berdua dengan dia. Aku selalu menolak jika dia mengajak ku untuk piket, sekarang aku rasakan akibatnya.

Aku rindu…


"Danna… Sasori no Danna…un".

Pria bernama Sasori itu terkejut mendengar namanya dipanggil, kemudian buru-buru menyembunyikan buku nya.

"Ya"

"Kau sedang apa, un? Apakah kau sudah mandi?"

"Bukan urusan mu"

"Ah, kau selalu dingin seperti biasanya, un. Tak bersyukurkah kau aku perhatian padamu?"

"Apa kau bilang?! Perhatian macam apa pula yang kau berikan pada ku"

"Hehe,, aku Cuma bercanda, un"

"kau selalu membual seperti biasa, Dei"

"Ahh,, sudah lah, Pein-Sama memanggil kita. Paling-paling membahas masalah Jinchuuriki lagi. Pein-Sama itu ngotot sekali untuk menculik makhluk-makhluk imut itu ya, un, hahaha"

"Terserah kau mau bicara apa".

Deidara manyun mendengar tanggapan dingin dari Sasori. Sasori menatap Deidara datar. Padahal didalam hati Sasori tertawa melihat ekspresi manyun itu yang menurutnya sangat… manis?.

Sasori PoV

Ya ampuun,, dia manyun lagi,, manisnya…. Haruskah ku serang dia sekarang? Oh tidak, dia bukan istriku T_T.

"Sampai kapan kau akan seperti itu, Deidara? Kau menyebalkan sekali. Cepat jalan".

Oops! Aku mengucap kata-kata kasar lagi kepadanya. Terluka-kah kau, Deidara? Maafkan aku.

"Iya.. iya.. kau memang dingin, un".

Haah… kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. 'Dingin'. Aku memang dingin pada mu Dei, untuk menyembunyikan perasaan ku padamu.

Aku senang sekali bisa berjalan berdua seperti ini didalam markas. Menurut ku ini sangat romantis, hehehe. Ah! Aku tertawa lagi. Tapi tak apa lah aku tertawa, toh, dia tak tau, aku hanya tertawa dalam hati kok.

"Senpaaaaaaiiiiiiii!".

Oh tidak! Anak autis itu lagiiii, pasti dia akan mengganggu jalan-jalan ku yang romantis ini. Datang secara medadak lari-larian lalu seenak jidat menubruk cintaku. Kaburlah Dei! Aku tak kuat jika harus melihatmu dipeluk –err- ditubruk oleh anak autis itu!.

BRUK!

"Tobiii, lepaskan aku, un. Kau berat sekali, kau tau aku ini WANITA TOBIII! Kau mau aku ledakkan HAH!"

"Tidak akan Tobi lepas, senpai. Hehehe".

Ya ampun, kenapa begini lagi. Aku menepuk jidat melihat kelakuan anak ini. Oh! Dia memeluk Dei-chan ku lebih erat. Ku bunuh kau bocah!.

"Tobi…Tobi. Aku ga bisa nafas, un! Lepaskan aku. Tolong aku, Danna".

Deidara minta pertolongan ku lagi. Hampir tiap hari Deidara minta pertolongan ku seperti ini, namun sekalipun tak ku gubris. Kejamnya aku!.

"Tobi sayang senpai, sayang senpai"

"Kalau kau sayang aku, lepaskan aku, sekarang!".

Kemarahan ku memuncak mendengar kata-kata sayang itu terlontar dari mulut anak itu.

"Hei dua orang bodoh. Cepat bangun! Aku tak mau Pein-Sama memarahi ku karena ulah ajaib kalian".

Aku menarik baju Tobi sekuat tenaga hingga dia terjengkang. Aku lega sekali Deidei ku bisa bernafas kembali.

"Ah. Terimakasih Danna, un. Tobi, awas kau kalau seperti ini lagi"

"Iya, senpai, maafkan Tobi. tapi jujur, Tobi memang sayang sekali sama senpai"

"Kau ini manja sekali, Tobi. Menunduklah, kau terlalu tinggi untukku".

Bocah autis itu berlutut dihadapan Deidara, aku tak menyangka Deidara sependek itu, atau Tobi yang setinggi itu? Sepertinya anak itu memang tinggi sekali, dan besar berotot. Berapa sih, usianya?. Kalau dibandingkan dengan ku tentu aku sedikit kalah tinggi dan kalah besar dari dia, tapi, cinta tak memandang ukuran badan kan, Dei? yang penting aku lebih tinggi dan lebih besar dari mu, ya kan Dei? dan juga, aku yakin wajahku yang teramat tampan ini memenuhi syarat untuk mendampingi mu, Hehehe.

Kenapa aku tertawa lagi?. Ahh sudahlah.

Aku diam memperhatikan apa yang dilakukan kedua manusia itu. Deidara mengulurkan tangannya. Aku yakin dia akan membunuh Tobi, matilah kau, autis!.

"Kau benar-benar manja, Tobi…".

Tunggu!.

Apa itu? Tak ada bogem, pukulan, atau ledakan maut. Yang ada malah Deidara mengelus rambut Tobi? Apa Deidara menyukai anak itu?!.

Tidak mungkin! Deidara menganggap Tobi seperti adiknya sendiri, setidaknya begitu yang aku lihat dari sikapnya selama ini. Tapi wajah merona apa itu? Kenapa dia cantik sekali? Haruskah ku sergap dia? Oh, dia masih belum jadi istri ku T_T. kasihannya aku.

"Apa yang kalian lakukan disini!".

Suara berat dan parau itu… ah syukurlah Pein-Sama menjemput kami,hal ini menghentikan aksi menggelikan dari mereke berdua.

"Tanyakan saja pada mereka, leader", kataku dingin.

"Maaf leader, Tobi yang salah, menubruk Dei senpai".

"Cepatlah, semua sudah menunggu dari tadi".

"Siap, leader".

.

.

.

Rapat telah dimulai sejak sejam yang lalu, tapi, sedikitpun aku tidak memperhatikan. Fikiran ku galau membayangkan adegan live action didepanku tadi. Deidara mengelus rambut Tobi?! Seharusnya dia mengelus rambutku!. Ini benar-benar membingungkan ku.

Ataukah… Dei sengaja untuk membuatku cemburu? Ooh, Aku yakin begitu. Walau tak terlalu yakin sih.

Aku menenangkan hatiku, kemudian mencoba berkonsentrasi kembali pada rapat. Dan hasilnya, aku bersama Deidara bertugas menangkap Ichibi.

Berdua saja? Asyiik!.

.

.

.

Akhirnya rapat ini selesai dalam 1 setengah jam. Capek sekali mendengar celoteh leader ini. Kalau dia bisa membaca fikiran ku dan sumpah serapah ku didalam hati, tamatlah riwayatku. Tapi untungnya tidak bisa, hehehe.

"Baiklah, rapat selesai. Dei, kau sudah selesai masak?

"Sudah, leader, silahkan keruang makan, un"

"Dan kau Sasori, kau tidak membantu Deidara lagi?"

Ah. Pertanyaan ini lagi. Aku bosan sekali menjawabnya. "Memasak tugas perempuan, leader" jawab ku angkuh.

"Apa-apaan kau! kami berdua laki-laki, tapi kami tetap memasak" sergah Hidan padaku. aku hanya tersenyum sinis.

"Jadi, kau mau apa?"

"Setidaknya kau bantu Deidara memotong-motong sayur!"

"Sudahlah, un. Aku tadi sudah dibantu Tobi"

"Hmm… ya sudahlah, ayo kita makan" sahut Konan.

Dibantu Tobi? apa-apaan itu? Apa Deidara begitu kerepotan memasak untuk 10 orang ini sampai-sampai harus dibantu anak autis itu?. Ah, lupakan. Sekarang saatnya makaaan.

.

.

"Buka mulutmu, Tobi"

"Tobi tidak suka sayur!"

"Kau ini rewel sekali, kalau tidak mau tak akan ku suapkan lagi, un"

"Iya senpai. Aaaaa".

WTF! Apa lagi ini?, kenapa kalian suap-suapan didepanku?!.

Muka ku memerah menahan amarah. Sekuat tenaga ku tahan keinginan ku untuk membunuh anak yang mulai detik ini kuanggap rival terbesar perebut Deidara-ku. Semakin hari anak itu semakin menjadi-jadi. Sementara yang lain hanya tertawa melihat adegan yang -menurut mereka- lucu itu. Bahkan leader dan Itachi-san yang notabene sangat dingin itu ikut tersenyum. Hah?!. Lucu datang dari mana?!.

'Aku sudah muak'.

Sasori PoV end

21 April

My Diary.

Kulukiskan kembali kisah cintaku yang amat menyiksa. Semalam aku melihat Deidara mengelus kepala Tobi. Melihat Deidara menyuapi Tobi. Melihat wajah Deidara merona, melihat Tobi memeluk Deidara, semua begitu horor. Begitu menakutkan.

Meski hampir tiap hari mereka memang begini, tapi ga juga separah itu. apa lagi... saat aku lihat wajah Deidara merona setiap di dekat Tobi. kau menusuk jantung ku, Dei.

Haruskah ku tanya padanya bagaimana perasaannya pada si Tobi itu?.

Oh iya. Hari ini ada misi. Akan ku tanyakan padanya semua kegalauan ku. Peduli setan-lah jaim ku selama ini.

I love u, Deidara-chan


'Huuft. Seharusnya aku membuat diary itu malam sebelum tidur, bukan pagi-pagi begini. Oya. Dimana cintaku itu?'.

Sasori melangkah kekamar mandi. Pintu kamar mandi ternyata tidak terkunci. Perlahan Sasori masuk dan merasa ada orang didalam kamar mandi tersebut.

'Ah. Paling-paling Deidara didalam sedang mandi'.

Eeeeh! Man..di?!

' Intiiip… engga… intiip… engga…inn…! Ya ampun! Apa-apaan fikiran ku ini. Dia bukan sebagai pemuas nafsuku!. Kapankah kau menjadi istriku Dei?!".

Dengan wajah merah Sasori keluar dari kamar mandi. Malu pada dirinya sendiri, malu pada fikiran kotornya.

Beberapa saat, Deidara telah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang lengkap.

"silahkan mandi, Danna, un"

"Hn"

"Hn Hn Hn! kau mengingatkan ku pada si pantat ayam Uchiha, Danna, un. Menyebalkan sekali. Eh, Danna, kenapa wajahmu merah, un?"

"Bu… bukan urusanmu"

"kau tadi mengintip ku, ya, un?. Apa pintu kamar mandi itu lupa kukunci ya"

"Seperti itu kah yang kau fikirkan tentang ku?"

"Hmph!..hahaha. tidak Danna, aku hanya bercanda, un. Jangan ngambek, dong".

Muka Sasori semakin merah. Secepatnya ia bergegas ke kamar mandi.

"Danna…"

Sasori menghentikan langkahnya.

"Hmmm... Aku percaya padamu, un. Kau pria yang baik sekali".

Blushing. Sasori tercekat, kali ini tak mampu membalas kata-kata Deidara. Lalu secepat kilat masuk kekamar mandi. Dibalik pintu kamar mandi, Sasori memegangi dadanya yang berdegup sangat kencang.

'Berhentilah kau berdegup, wahai jantungku yang imut'.

Sasori dan Deidara telah berangkat menjankan misi menangkap Jinchuuriki Ichibi.

Dalam perjalanan kali ini, Deidara lebih pendiam dari biasanya. Hal ini membuat Sasori frustasi.

"Tumben kau diam"

"Kau ini bagaimana, un. Aku ribut kau marah, aku diam kau protes, mau mu apa, Danna?" Deidara mengembungkan pipinya.

Untuk kesekian kalinya Sasori ingin sekali menyerang Deidara.

.

.

Hening…

"Dei…"

"Apa, Danna, un?"

"Sebenarnya kau itu apanya Tobi?"

"Maksud Danna apa, un?"

"Apa hubunganmu dengan Tobi?"

Wajah Deidara memerah. Sasori menatap tak percaya.

'Apa kau menyukainya, Dei?'.

"Apa aku tak boleh tau? ya sudah."

"Bu.. bukan begitu, Danna. Aku hanya malu mengungkapkannya, un".

Perasaan Sasori makin tak menentu.

"Maksudmu…"

"Oke, aku curhat dikit ya. Aku kan pernah bilang ke Danna dulu kalau aku tidak akan menerima atau menikahi orang yang lebih muda dariku. Tobi itu, ternyata lebih tua dua tahun dariku, un. Dia pernah memperlihatkan wajahnya padaku. Katanya hanya padaku dia seperti ini, teramat manja. Aku sangat terkejut, tak menyangka ternyata dia sangat, tampan, dan hangat un". Deidara meggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Hangat?"

"Iya, aku menyukai kehangatan senyumnya, Danna. Sebenarnya aku juga suka dengan seseorang, tapi sepertinya bertepuk sebelah tangan hehehe. Aku mau mencoba membuka hatiku kembali, un. Tapi sepertinya Tobi hanya menganggapku sebagai saudari. Sepertinya kali ini cintaku akan bertepuk sebelah tangan lagi".

DEG!

Jantung Sasori terasa amat sakit.

"O"

"Apa yang O? Danna?"

"Bukan apa-apa. Ayo bergegas. Waktu kita banyak terbuang untuk mendengarkan curhat ga bermutu mu itu"

"Bukankah kau yang bertanya? kau menyebalkan, un".

Deidara mengejar Sasori yang berlalu.

'Apa-apaan Deidara itu? Mana mungkin dia menyukai Tobi! ini tidak mungkin. Aku yakin ia hanya ingin membuat ku cemburu lagi. Toh dia sendiri yang bilang barusan dia menyukai seseorang tapi bertepuk sebelah tangan. Kali ini aku harus agresif!. Jangan sampai dia jatuh cinta beneran sama anak autis itu. Besok pagi aku akan curhat lagi ke diary ku. Hehehe. Eeh!'.

Sasori meraba-raba saku jubahnya. Mencari di tas dan bonekanya. Tak ditemukan buku tempat ia mencurahkan segala isi hatinya itu.

"Mencari apa, Danna?"

'Matilah aku…'

.

.

.

Sementara di markas, Tobi sedang galau-galaunya mencari Deidara. Tobi pun masuk ke kamar Deidara dan Sasori.

"Hei! Buku apa ini?"

Tobi mengambil buku yang tergeletak di lantai.

"Saso Diary…"

Tobi menyeringai dibalik topengnya.

TBC

Maafkan kehancuran fic ini.. semoga readers terhibur.

review ya reader's

Dilarang nge-flame.

Oya. Reader's sukanya Deidara sama Sasori, atau Deidara sama Tobi?