Aku tidak mengerti,

Kenapa dalam milyaran manusia ini,

Aku harus mencintaimu..


Get It Down

Story by: Pororo90

Disclaimers: MK only

Shika-Hina

Romance/Family

Warning: Typo, OOC, OC, Abal, Gaje, dan hal yang mungkin mengganggu kesenangan Anda.


.

Yosh! Happy reading, minna~

.

Aku tidak menyukai perempuan. Mereka merepotkan. Tapi apalah dayaku? Tidak ada lelaki yang tak lahir dari perempuan. Andai saja mitos bayi lahir dari mulut burung bangau itu benar, haaaahh.. mendokusai.

Beberapa hari ini, ibu sibuk menjodoh-jodohkan aku dengan anak perempuan teman-temannya. Jujur saja, aku benci. Aku tidak menyukai sifat ibuku yang terkesan mengusirku dari rumah. Membuatku menikah dan agar aku di urus oleh istriku? Apa-apan itu, huh?! Ckk, mendokusai!

Dari semua nama dan gadis yang diperkenalkan padaku, hanya satu yang bisa menarik atensiku. Anak tengah keluarga Hyuuga. Si Hyuuga Hinata adiknya Neji. Bukan apa-apa, tapi aku mengenal Neji. Aku dan dia pernah menjadi roommate waktu di MIT. Dan semua yang kubayangkan tentang Hyuuga langsung melenceng semua.

Dulu kupikir Hyuuga adalah type keluarga kaku yang menjunjung tradisi. Mereka diciptakan untuk mematuhi system. Jangan salahkan aku yang terlanjur mengecap Hyuuga sebagai keluarga kolot yang perfectsionis. Tapi nyatanya setelah bertemu Hinata aku merasa perlu meralat kata-kataku. Dari semua gadis yang kutemui, dia yang paling kubenci.

Sederhana saja, aku membenci gadis lugu. Oke, semua gadis memang merepotkan, tapi gadis lugu lebih merepotkan lagi. Gadis yang selalu ingin tahu, yang sifatnya tidah jauh-jauh dari sifat konsumtif lebih bagus daripada gadis lugu. Tapi untuk kasus Hinata aku mengkatagorikan dia sebagai 'dungu'. Uugghh, maafkan kata-kataku yang terlampau kasar. Tapi ada tingkatan orang yang ku benci. Pertama, gadis sok tahu, kedua, gadis bodoh dan ketiga, gadis dungu!

Kata dungu lebih rendah dari bodoh. Orang bodoh mungkin akan menjadi pintar kalau sekian lama dibodohi. Tetapi dungu? Mereka memilih untuk menjadi bodoh untuk orang lain. Perilaku orang dungu selalu berulang, meski dibodohi dia diam saja dan membiarkan dirinya dibodohi. Dan gadis lugu bernama Hyuuga Hinata itu termasuk lugu yang dungu.

Oke, bagaimana aku bisa mengolok-olok orang yang tidak aku kenal? Eerrr, sebenarnya aku mengenalnya, dia yang tidak mengenalku. Tentu saja semuanya dari Neji. Dia selalu bercerita tentang adik kesayangannya. Lagipula aku sudah hafal di luar kepala bagaimana gadis lugu-kikuk-pemalu yang beberapa hari lagi katanya akan bertunangan denganku.

{Get It Down}

.

Aku benci kalau di suruh menunggu. Dia itu lamban sekali. Kadang aku tidak ingin mengajak keluar kalau hanya harus menunggu dia begini. Pekerjaanku banyak, dan aku tidak suka menghabiskan waktuku hanya untuk menunggunya. Ckck, ternyata aku jadi bodoh kalu barhadapan dengan gadis dunggu itu.

"Go-gomenne, Nara-san.." dia membungkuk sebentar, lalu menyeret kursi di depanku.

.

Ah, sudah kubilang kan, kalau dia itu kikuk. Ugh, menyebalkan saja.

"Kau terlambat lima belas menit, Hyuuga."

.

Matanya merah, ckckck, sial. Dia yang salah tapi malah dia yang ingin menangis. Aku perlu menambahkan kosa kata baru untuk julukannya. Lugu-kikuk-pemalu-cengeng. Lengkap sudah! Benar-benar merepotkan.

"Ho-hontouni, go-gomen-nasai.." kali ini dia meremas ujung dressnya.

.

Hm, aku bahkan baru menyadari kalau siang ini ia memakai sundress berwarna putih dengan ornamen bunga forget me not berwarna hitam. Sialnya baju itu terlihat cantik untuknya. Dia kelihatan inosen sekaligus memukau. Ck, mendokusai! Bagaimana wanita di depanku ini begitu cerdas memadukan rasa penasaran dan rasa marahku? Bagaimana dia bisa anggun sekaligus misterius begini. Apalagi dengan sundress yang ternyata tidak berlengan. Apakah dia sedang mengujiku?

.

"Hei-hei, jangan memasang wajah seperti itu." Ujarku dengan tampang malas, "Aku tidak berniat memarahimu. Tsk, lebih baik duduklah.."

Dia menunduk, lalu duduk di kursinya. Aku menarik ujung bibirku yang tidak di sadarinya. Dalam hati aku mengakui, kalau dia itu manis. Hhaaaahh, tertawalah. Seorang Shikamaru Nara, salah satu lulusan terbaik MIT, dan punya perusahaan software terkemuka di Jepang baru saja memuji gadis dungu itu dengan kata manis. Ugh! Benar-benar malware!

"Kau ingin pesan apa?"

'Eh—" dia mendongak, menatapku dengan tatapan heran.

.

Jujur saja, aku suka matanya yang besar berwarna keperakan itu. Menurutku dia persis boneka dari Rusia. Mata abu-abunya seperti turunan Tsar saja. Ugh, apakah aku baru saja memujinya lagi? Hmm, ini aneh, belum ada seperempat jam aku bersamanya tapi dia sudah berhasil membuat system kinerja otakku menurun. Sebenarnya terbuat dari virus apa perempuan ini?

"Aku tidak suka mengulang pertanyaan, Hyuuga."

"A-ano. Ma-maaf, ku-kupikir, kita a-akan langsung me-mengunjungi Yoshino-ba-saan.." suaranya lirih sekali. Kurasa aku mungkin memerlukan alat bantu dengar jika dia masih seperti ini.

"Tidak. Aku lapar,"

.

Dia memainkan telunjuk di depan dada. Astaga! Berapa umurnya? Kenapa malah berakting gugup seperti itu, ha?!

"A-ano. Ma-maaf, tapi a-aku sudah me-menyiapkan bekal di luar.."

.

Aku menatap wajahnya tidak percaya. Di luar katanya ? Dasar gadis aneh, aku mengajaknya bertemu di restoran dan ia justru membuatkan bekal? Ya ampun Neji, adikmu ini benar-benar dungu. Bodohnya tidak tertolong lagi. Aku meragukan jika IQ-nya bisa mencapai angka 116.

Errr, apakah aku terlalu banyak mengetahui informasi? Mungkin aku hanya penasaran. Bagaimana gadis lugu-kikuk-pemalu-cengeng-dan juga aneh ini bisa bertahan dengan orang sekaliber Uchiha Sasuke yang playboy dan bermulut tajam. Dan ia bahkan rela diselingkuhi berkali-kali. Ini agak aneh kau tahu..

"Na-nara-san.."

"Tsk, apa?"

.

Dia mengkeret, memangnya aku sesadis itu hingga si 'dungu' sebegitu takutnya denganku?

"A-ano. Jika ti-tidak kebe-ratan, maukah a-anda men-ci-cicipinya. Em, em- a-ano.. so-sopirku masih be-bera-da di luar ka-karena men-jaga bew-bekal yang kubuat.."

"Tsk, mendokusai. Ayo kita pergi!" aku bangkit dari kursiku.

Aku tidak mungkin melanjutkan makan dengan menatap wajah seorang gadis yang hampir menagis. Tapi awas saja kalau masakan itu ternyata tidak enak. Mungkin aku harus memprotes ibuku yang kepalag jatuh hati pada gadis dungu ini.

Aku berhenti melangkah, lalu menoleh ke belakang. Benar-benar merepotkan. Kenapa dia lamban sekali?

"Kenapa kau masih di situ?"

"Ma-maaf.." dia bangkit dari kursinya, lalu mengikutiku menuju pintu ke luar.

Ck..ck..ck.. benar-benar dungu!

{Get It Down}

.

.

Dia berada dalam mobilku. Meski agak canggung, kurasa ia dan aku memang tidak begitu menyukai keramaian. Beberapa saat yang lalu, dia menyuruh sopirnya pulang. Sedangkan dia dan aku harus menemui ibuku di Kyoto. Kebetulan rumah induk Hyuuga juga berada di Kyoto. Jadi sebenarnya ibuku sedang merencanakan untuk mendekatkan aku dengannya. Tcih! Pasti ibuku keseringan melihat dorama!

Aku menyumpit sukiyaki yang dipotong dadu olehnya. Agak malas melihat warnanya yang kecoklatan. Terlalu banyak kecap, batinku. Nyatanya aku keliru. Begitu sukiyaki yang berbentuk dadu itu mampir di lidahku, ternyata rasa manis yang kubayangkan lenyap. Berganti rasa gurih dan lembut ketika kukunyah. Sial! Rupanya aku meremehkan keahliannya memasak.

Melihatku makan dengan lahap, dia tersenyum. Senyum tulus yang manis. Melihat senyum itu seolah ada tangan yang tak terlihat mengetuk pintu kesadaranku. Ada sesuatu yang membuat dia begitu istimewa. Keistimewaan yang entah mengapa tak ingin kubagi dengan yang lain.

.

_TBC_

.

.

A/n:

Arrggghhh, apa-apan ini? Bukannya nggarap fict hutang semacam G-Project atau HBT malah apdet fic baru lagi. Shika-hina pula.

Sebenarnya saya cuma ingin merayakan ultahnya abang Shikamaru yang jatuh pada hari ini (22/09/2013) selebihnya ini request dari livylaval maaf kalau gak bisa menghadirkan canon. Soalnya saya lagi berkabung karena Shika sekarat di episode 680. Maaf..

Saya nggak akan membuat fict ini panjang, mungin empat chap saja.

REVIEW-dong minna~

Salam hangat,

Pororo90 (^_^)