Tittle : Because of Wrong Number

Author : FleursLove

Main Cast :

- Huang Zitao as Tao

- Wu Yifan as Kris

Support Cast :

- Luhan

- Oh Sehun

- Byun Baekhyun

- Park Chanyeol

- Wu Jaejoong (Demi jalannya cerita marganya dirubah)

- Wu Yunho (Demi jalannya cerita marganya dirubah)

- Wu Hanbyul (OC)

Pairings : Taoris slight HunHan BaekYeol YunJae

Length : Chapter 3b

Genre : Molla~ Tentukan sendiiri..

Rating : T menuju M.. *plak*

Disclaimer : Cast diatas ada milik Tuhan, orangtua mereka, SMEnt, kecuali TaoRis milik saya..#dibakartaorisshipper. Cerita ini MURNI pemikiran saya, so DON'T PLAGIAT! DON'T COPAS!

Warning: OOC (Out Of Character), Miss Typo(s), Yaoi, Alur cerita yang makin gaje.. Dan masih banyak kekurangan lainnya.. DON'T LIKE! DON'T READ! NO BASHING!

And the story begin~

Happy Reading~

.

.

.

.

.

.

.

.

Kris segera memarkirkan mobilnya begitu sampai di bandara. Ia mengalihkan pandangannya ke samping, dan mendapati pemuda manis yang tadi mengamuk dan memukulinya dengan brutal, kini tengah terlelap. Wajah pemuda manis itu menyiratkan kelelahan yang teramat sangat. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh dengan lembut pipi mulus Tao—pemuda manis itu.

"Kau memang manis, Tao. Dan sepertinya kau telah membuatku terjatuh dalam pesona mu." Kris menatap intens wajah Tao, meneliti setiap inchi dari wajah mulus Tao. Sepertinya ia memang benar-benar sudah jatuh cinta pada pemuda manis bermata panda itu.

Namun kegiatannya terhenti, begitu mengingat tujuannya saat ini. Ya, apa lagi kalau bukan menjemput sang 'troublemaker', sang 'iblis kecil'—Kris yang menyebutnya—. Kris mendesah pelan sebelum akhirnya, memutuskan untuk keluar dari mobilnya. Dengan—sangat— berat hati, Kris melangkahkan kakinya menuju tempat adiknya menunggu. Kontan Kris mendapatkan perhatian dari para wanita yang berada di situ. Banyak wanita yang menatap kagum pada Kris. Tentu saja, siapa yang tidak akan kagum dan tertarik pada laki-laki sesempurna Kris. Wajahnya, kaki jenjangnya, tingginya yang melebihi rata-rata, hanya wanita bodoh—mungkin— yang tidak tertarik padanya.

Kris mengedarkan pandangannya, mencari sosok anak perempuan yang selalu membuatnya sakit kepala dan merepotkannya itu. Namun nihil. Ia tidak menemukan sosok anak perempuan yang ia cari. Mendesah pelan, Kris kembali melangkahkan kaki jenjangnya.

GREP

Namun, baru saja beberapa langkah, sepasang lengan melingkar di leher Kris. Bahkan, ia dapat merasakan hembusan nafas seseorang di sekitar lehernya dari belakang. "Kau memang benar-benar sudah bosan hidup, ya?" Tiba-tiba saja tangan yang tadi melingkar di leher Kris kini beralih mencekik lehernya. Membuat Kris sedikit kehabisan nafas karenanya.

"Ya! Kau ingin membuatku mati saat ini juga?!" seru Kris dan langsung membalikkan badannya begitu sepasang lengan itu melepaskan cekikan pada lehernya. Kris berusaha menghirup udara sebanyak mungkin. Memang hanya sebentar, tapi tenaga yang digunakan itu benar-benar tidak wajar.

Sang pelaku hanya memberikan senyuman meremehkan, membuat Kris semakin kesal. "Seharusnya aku tidak menjemputmu." Kris menghentakkan kakinya dan mengumpat kesal.

"Dan menanggung resiko ibu akan membunuh mu saat itu juga, begitu?"

Kata-kata itulah yang ia tidak suka. Kris memang tidak bisa menolak keinginan ibu nya. Menolak sama dengan bunuh diri, itulah akibatnya. "Tsk.. Kau selalu menggunakan kata-kata itu. Tidak adakah kata-kata lain yang dapat kau gunakan?" Decak Kris sebal.

Sang pelaku kini menautkan kedua alisnya, tampak tengah memikirkan sesuatu "Hmm—"

Jeda sebentar, sebelum akhirnya sang pelaku hanya menggelengkan kepalanya dan mengedikkan bahunya. "Sepertinya tidak ada."

Mendengar jawaban tersebut, Kris hanya mampu memutar bola matanya malas. Membuat wanita yang ada di hadapannya terkekeh geli. Ia memang sangat suka bila sudah berkaitan dengan "menggoda" gege kesayangannya itu. "Well, apa kau tidak ingin memeluk adikmu yang manis ini? Kita kan sudah lama tidak bertemu." Wanita itu membentangkan kedua tangannya untuk memeluk Kris.

Kris menghela nafasnya pelan. Harus ia akui, ia juga merindukan adik kecilnya itu, walaupun sering sekali menggoda dan membuatnya kesal. Tapi ia tetap adiknya, bukan? Adik satu-satunya yang paling ia sayang, dan satu-satunya wanita di keluarga mereka. Ia kemudian mengulurkan kedua tangannya dan memeluk tubuh adik satu-satunya itu.

"Aku merindukanmu, Ge." Suara wanita itu terdengar begitu pelan namun masih tetap didengar oleh Kris.

Kris tersenyum dengan lembut mendengar ucapan adiknya tersebut. Ya, walaupun kadang sifatnya di luar "kewajaran" tapi tetap saja ia seorang wanita yang bisa menunjukkan sisi kewanitaannya dan juga kelembutannya. "Aku juga merindukanmu, adik kecil."

Hanbyul—wanita itu— spontan melepaskan pelukannya dan mengerucutkan bibirnya kesal. "Adik kecil? Astaga! Aku sudah dewasa, Ge. Dan perlu kau ingat—bahkan mungkin kau catat, . . . .lalu." Ia menekankan setiap katanya, membuat Kris hanya mampu mengulum senyum mendengarnya.

"Tsk.. Tetap saja, sifatmu itu masih seperti anak kecil, adik kecil." Kris mengacak rambut Hanbyul lalu meninggalkan Hanbyul sambil tertawa geli.

"YA! AKU SUDAH BESAR!" Hanbyul menghentakan kakinya lalu ikut menyusul Kris di belakangnya dengan tetap menyeret 2 koper besarnya itu. "YAA! TUNGGU AKU GEE! SETIDAKNYA KAU BAWAKAN BARANG-BARANGKU!"

Kris tidak menghiraukan teriakan adiknya, dengan santainya ia memasang earphone lalu mendengarkan musik. Tampak sesekali ia bersenandung. Tanpa menyadari wanita manis di belakangnya itu tengah menyeringai.

.

.

.

.

"Lihat saja nanti, Ge. Tunggu pembalasanku."

.

.

.

.

.

.

.

.

Kediaman Keluarga Wu.

.

.

.

Jaejoong menatap tajam ke arah Kris dan Tao yang saat ini tengah duduk di sofa di ruang tengah rumah Kris. Sedangkan Hanbyul, hanya menatap acuh tak acuh pada mereka berdua; ia sedang sibuk dengan ponselnya. "Jadi.. Bisa kau jelaskan siapa "wanita" yang kau bawa ke rumah, Wu-Yi-Fan?" Jaejoong menekankan kata-kata 'wanita' dan juga nama Kris.

Kris berulang kali menghela nafasnya, kepalanya berdenyut sakit memikirkan jawaban yang tepat untuk ibu nya tersebut. Sebenarnya, tadi ia berniat untuk mengantar Tao pulang ke rumahnya. Tetapi mengingat Tao yang tengah tertidur dan ia juga tidak mengetahui alamat rumah Tao, akhirnya ia memutuskan untuk membawa Tao ke rumahnya.

Ditambah lagi, karena Hanbyul yang memaksa ia untuk segera pulang ke rumah—dengan dalih ia sudah sangat merindukan ayah dan juga ibu, membuat Kris mau tidak mau menuruti permintaan adiknya tersebut. Dan inilah akhirnya, ia mendapat 'sidang' dari ibunya—well, karena menyangka ia mempunyai hubungan lagi dengan wanita lain.

Hanbyul yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, kini mengalihkan pandangannya ke arah Tao; yang sedang memainkan ujung gaunnya dan tampak menggumamkan sesuatu. Hanbyul menatap intens ke arah Tao dari ujung kepala hingga ujung kaki. Membuat Tao yang merasa sedang di tatap, mengalihkan pandangannya dan mendapati Hanbyul tengah menggumamkan sesuatu lalu tampak menyeringai ke arahnya. Tao bergidik ngeri melihat seringai wanita yang tidak di kenalnya itu. 'Sepertinya hari ini adalah hari tersialku. Oh Tuhan, apa salah hamba-Mu ini?' batin Tao lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jaejoong terus menatap tajam Kris, menunggu jawaban dari anak tertuanya itu. Kembali Kris menautkan kedua alisnya, tengah memikirkan kata-kata yang tepat agar ibu nya itu tidak mengamuk. "Dia—"

GREP

"GYAAAAAAAA! APA YANG KAU LAKUKANN!" Tiba-tiba saja Tao berteriak dan segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Wajah Tao memerah karena ulah wanita yang tidak dikenalnya itu—yang entah sejak kapan berpindah dan berdiri di hadapannya.

"Hahaha.. Ternyata instingku memang tidak pernah salah." Hanbyul tertawa senang. Yunho, Jaejoong dan juga Kris hanya mampu ber-sweatdrop ria melihat ekspresi anak perempuan dan adik satu-satunya itu.

"Insting apa sayang? Apanya yang tidak pernah salah?" Jaejoong bertanya dengan lembut lalu mengelus dengan penuh kasih sayang rambut Hanbyul—yang saat ini telah berpindah tempat duduk di samping Jaejoong dan tengah bergelayut manja padanya.

"Dia—" Hanbyul menunjuk ke arah Tao yang tampak terkejut karena tiba-tiba gadis itu menunjuk dirinya.

"Ya? Ada apa dengan wanita itu, sayang?" Jaejoong menatap penasaran putri satu-satunya itu, yang kini tengah mengeluarkan cengiran khasnya—sepertinya ia sudah tertular Chanyeol. Ok, abaikan yang terakhir.

"Dia—Dia itu seorang PRIA, bu. Dia seorang LAKI-LAKI. Dan jika aku tidak salah—dan aku yakin tidak akan salah, dia itu cocok menjadi seorang bottom. Apalagi dia itu cantik, bu. Lihat saja postur tubuhnya. Mendukung sekali menjadi seorang bottom. Well, harus ku akui, kau pintar juga memilih Uke, Ge. " Hanbyul tertawa dan mengedipkan sebelah matanya ke arah Kris yang saat ini tengah memijat kepalanya.

Jaejoong serta Yunho membulatkan kedua matanya dengan sempurna setelah mendengar penuturan dari putri satu-satunya tersebut. "Benarkah? BENARKAH DIA SEORANG PRIA, SAYANG?" Tampak Jaejoong mulai bersemangat begitu mendengar ucapan Hanbyul. Sedangkan Yunho hanya dapat diam memperhatikan tingkah istri dan anak perempuannya itu. Jika sudah begini, toh, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kris mengalihkan pandangannya ke arah Yunho dengan tatapan memelasnya—berharap agar sang ayah mau membelanya. Namun, apa yang di harapkan oleh Kris tidak menjadi kenyataan. Karena Yunho hanya mengangkat bahunya lalu tersenyum—seolah tidak ingin ikut campur jika sudah seperti ini. Melihat respon dari ayahnya, Kris hanya mampu memutar bola matanya malas. Tipikal suami takut istri. Eh?

Hanbyul menganggukan kepalanya dengan penuh semangat. "Tentu saja, ibu. Dugaanku tidak akan pernah salah. Lagi pula, dadanya itu rata. Tidak seperti punyaku. Iya, kan?" ujar Hanbyul sambil menunjuk ke arah dadanya sendiri. Membuat Kris kembali ber-sweatdrop ria karena kelakuan adiknya yang benar-benar di luar akal sehat itu.

Inilah sifat asli adiknya. Di mata orang-orang yang tidak mengenalnya, ia terlihat dingin, angkuh, pendiam. Tapi jika sudah benar-benar mengenalnya, kalian akan menarik kembali semua kata-kata itu. Benar-benar di luar akal sehat. Adiknya itu adalah seorang Fujoshi akut. Bahkan tidak jarang kedua orangtuanya pun menjadi sasaran.

"Benarkah yang dikatakan oleh adikmu, Kris? Dia itu seorang pria?" Jaejoong menatap Kris dengan senyuman manis terkembang di wajah cantiknya. Mendengar pertanyaan itu, Kris hanya mampu menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Entah mengapa ia mendapat firasat buruk ketika melihat senyuman ibunya saat ini. Kenapa tidak? Sejak dulu ibunya dengan semangat menjodohkannya dengan laki-laki lain, sebut saja yang terakhir dijodohkan dengannya adalah seorang pria cantik dari Cina, namanya Luhan. Laki-laki cantik dengan wajah seperti malaikat itu pun, tetap tidak menarik perhatiannya sedikit pun. Dengan telak Kris menolaknya mentah-mentah. Dengan alasan ia masih normal. Dan berujung ia harus rela ibunya memblokir semua kartu kredit serta atm nya selama satu bulan penuh. Beruntung dia masih mempunyai sahabat seperti Chanyeol dan sepupu seperti Baekhyun yang masih mau membantu dirinya.

"Akhirnya kau menuruti semua perkataan ibumu ini." Jaejoong tersenyum puas, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Tao yang masih sibuk memainkan ujung bajunya. Entah apa yang dipikirkannya saat ini, yang pasti ia hanya ingin segera pulang dan berharap ini semua adalah mimpi.

"Jadi, namamu siapa,eum?" Jaejoong bertanya dengan lembut pada Tao. Tao yang masih tenggelam dengan pikirannya sendiri tidak menyadari pertanyaan itu. Kris yang menyadari Tao tidak mendengarkan pertanyaan ibunya, menyikut pelan pinggang Tao. "Ya! Sakit tahu!" seru Tao sambil menatap tajam ke arah Kris. Kris yang mendengar protes dari Tao, hanya melirik ke arah ibunya; berusaha memberi tanda kepada Tao untuk melihat ke arah yang di liriknya. Tao mengerjapkan kedua matanya berulang kali seperti orang kebingungan.

Namun toh, akhirnya ia menurut dan dengan segera mengalihkan pandangannya. Spontan ia mengusap tengkuknya, kikuk karena saat ini Jaejoong dan dua orang lainnya tengah menatap dirinya. "Ma—maaf. Tadi Anda bertanya apa, bibi? Maaf saya tidak memperhatikan." ujar Tao berusaha seformal mungkin.

"Astaga, tidak perlu sekaku itu. Panggil aku ibu saja, ok?" Jaejoong terkekeh pelan.

BLUSH

Rona merah menghiasi wajah manis Tao seketika. Kris hanya mampu mengacak rambutnya frustasi. Yunho berusaha tetap kalem, sedangkan Hanbyul tak henti-hentinya menatap Tao serta Kris serta ponselnya bergantian sambil sesekali seringai menghiasi wajah cantiknya.

"A—ah, Ya, Bi—Maksudku, Ibu. Namaku Huang Zitao. Anda bisa memanggil Saya, Tao." Tao tersenyum gugup—ia benar-benar gugup sekali saat ini.

Mendengar jawaban Tao, Jaejoong menautkan kedua alisnya. tengah berpikir dan berusaha mengingat sesuatu. Begitu pula dengan Yunho yang sepertinya tidak asing dengan marga Huang tersebut."Huang? Margamu Huang?" Tanya Jaejoong berusaha memastikan sesuatu.

"Ya. Margaku Huang. Ada apa, bi—maksudku ibu?" Tao menatap Jaejoong dengan tanda tanya besar memenuhi pikirannya. 'Apa ada yang salah dengan marga ku?'

Jaejoong kembali berpikir, ia berusaha mengingat sesuatu. Kris hanya memperhatikan ekspresi ibunya yang tampak tengah menggumamkan sesuatu. Tak lama kemudian, ekspresi wajah Jaejoong terlihat sangat gembira. Dengan segera ia bangkit berdiri dan menghampiri Tao yang semakin bingung dengan situasi yang terjadi. Membuat Hanbyul yang tengah menyenderkan kepalanya di pundak sang ibu, terkejut bukan main. Ia segera membetulkan posisi duduknya dan menatap sang ibu, bingung. 'Ada apa ini?'

"Huang? Margamu benar-benar Huang, kan?" Jaejoong mengulangi pertanyaan yang sama kepada Tao dengan menggenggam kedua tangan Tao dan tersenyum lebar.

"I—iya. Benar, ibu." jawab Tao benar-benar gugup sekali. Apalagi ditambah dengan ditatap dengan wajah berseri-seri seperti itu.

"Apakah orangtuamu adalah Huang Heechul dan Huang Hangeng?" Senyuman di wajah Jaejoong semakin lebar. Membuat Kris mengerutkan keningnya, sepertinya, ia familiar dengan kedua nama tersebut. Tapi, siapa?

"I—iya. Mereka adalah kedua orangtuaku."

"Kalau begitu, boleh kah aku meminta nomor telepon kedua orangtua mu, Tao?" Jaejoong semakin berseri-seri mendengar jawaban Tao. Tao hanya mampu menganggukkan kepalanya dengan gugup. Sampai sekarang ini, ia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi. Bagaimana bisa orangtua Kris mengenal orangtuanya pertanyaan itulah yang sekarang berputar-putar di kepala Tao.

"Ma—maaf, ibu. Bisakah anda melepaskan tangan saya terlebih dahulu? Saya ingin mengeluarkan ponsel saya." Tao semakin gugup melihat wajah Jaejoong yang masih tersenyum dengan lebar.

Jaejoong mengerjapkan kedua matanya sejenak, namun menganggukkan kepalanya, mengerti. "Ah~ Aku mengerti. Silahkan." Jaejoong segera melepaskan genggaman tangannya dan kembali ke tempat duduknya semula. Yunho dan Kris hanya mampu ber-sweatdrop ria melihat kelakuan istri dan ibunya itu.

Sedangkan Hanbyul semakin tersenyum penuh arti. 'Sepertinya—ini akan menjadi sangat menyenangkan.' batin Hanbyul sambil terus menatap Kris dan Tao bergantian. 'I got you gege.' Hanbyul menyeringai ke arah Kris.

Kris tiba-tiba saja mengusap tengkuknya lalu mengalihkan pandangannya ke arah Hanbyul yang saat ini menatapnya dengan tatapan polos, 'Kenapa tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak ya?'

"Kenapa, Ge? Kenapa kau melihatku seperti itu?" Hanbyul menaikan sebelah alisnya, dan menatap Kris dengan wajah polosnya. Kris dengan segera menggelengkan kepalanya. "Tidak apa. Tidak ada apa-apa." Membuat Hanbyul hanya mengulas senyum semanis mungkin di wajah cantiknya.

'Sepertinya hanya perasaanku saja.' batin Kris.

.

.

.

.

.

"Ahh~ terimakasih menantuku. Kau memang calon menantu yang baik." Jaejoong kini memeluk tubuh Tao dengan erat dan membuat Tao tersentak kaget karena mendengar ucapan Jaejoong.

"APA? MENANTU?!" seru Kris dan Tao bersamaan membuat Jaejoong melepaskan pelukannya dari Tao dan menutup kedua telinganya. Begitu pula dengan Yunho dan Hanbyul, mereka berdua refleks menutup kedua telinga mereka dengan tangan karena mendengar seruan Kris dan Tao yang cukup membuat telinga mereka berdengung.

"Astaga! Tidak perlu berteriak seperti itu. Bukankah kalian sudah—" Jaejoong melirik tanda-tanda merah keunguan di sekitar leher putih Tao. Tao refleks memegang lehernya dengan kedua tangan dan seketika rona merah menghiasi wajah manisnya. Sedangkan Kris menepuk keningnya karena merasa ia sangat bodoh. 'Sial.. Aku lupa hal yang satu itu.' batin Kris lalu mengacak rambutnya, frustasi.

"Ka—kami tidak melakukan apa-apa. Ini tidak seperti yang kalian pikirkan." Tao mengibas-ibaskan kedua tangannya dengan wajah merona merah.

"Benarkah? Lalu yang ini apa?" Hanbyul menunjukkan ponselnya dan menyeringai. Kris dan Tao membulatkan matanya sempurna begitu melihat apa yang ada di dalam ponsel Hanbyul.

"Ba—bagaimana bisa?" desis Kris tak percaya. Ia benar-benar terkejut melihat video yang saat ini tengah diputar di ponsel Hanbyul.

Jaejoong dengan segera merebut ponsel Hanbyul dan menatap layar ponsel serta Kris dan Tao bergantian. Begitu pula dengan Yunho yang menatap layar ponsel Hanbyul dan Kris serta Tao dengan ekspresi cukup—kaget.

Anak mereka, seorang yang sangat dingin. Yang bahkan menolak untuk dijodohkan dengan seorang pria. Mencium seorang laki-laki manis yang di sebuah Cafe sampai seperti itu? Itu— sangat luar biasa.

"Aigoo.. Tidak perlu memasang ekspresi seperti itu." Ujar Hanbyul riang begitu melihat ekspresi Kris yang benar-benar tidak dapat diartikan itu. "Apa kau lupa sesuatu, Ge? Teman-temanku di tempat ini sangat banyak. Apalagi mereka mengenalmu dengan baik, jadi jangan heran jika aku bisa mendapatkan video ini." tambah Hanbyul sambil tersenyum manis.

Kris yang mendengar serta melihat senyuman adiknya itu, sedikit bergidik ngeri. Dia—sangat mengerti arti senyuman itu. 'Brengsek! Bagaimana aku bisa lupa akan hal yang satu itu. Dia dan teman-temannya benar-benar mengerikan.'

Kini ia kembali memijat kepalanya yang entah mengapa terasa amat sangat pusing. Sedangkan Tao? Wajah Tao sudah memerah dengan sempurna karena melihat video tersebut. Ia hanya mampu menundukkan kepalanya sambil memainkan ujung gaun serta menggigit bibir bawahnya menahan malu. 'Bagaimana ini? Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Ini benar-benar hari tersialku! Oh, Tuhan. Tolong bantu aku.'

Saat Kris dan Tao tengah sibuk tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Jaejoong tengah menghubungi seseorang yang sudah lama tidak ia temui. Ia tertawa-tawa kecil, lalu mengakhiri pembicaraannya dan tersenyum puas. Jaejoong membisikkan sesuatu ke telinga suaminya. Terlihat Yunho sedikit terkejut dengan ucapan sang istri, tapi akhirnya ia menganggukkan kepala dan tersenyum. "Ehem.. Kris—" Jaejoong kini mengalihkan pandangannya ke arah Kris yang tampak tengah melamun.

BUGH

Sebuah bantal sofa mengenai wajah tampan Kris. Membuat Kris memberikan tatapan tajam pada adik perempuannya itu. Hanbyul hanya tertawa melihat tatapan tajam sang gege kesayangannya itu.

"Ya! Kau—"

"Wu Yifan! Apa kau tidak mendengarkan ucapan ibu mu?!" seru Jaejoong kesal. Dengan segera Kris mengalihkan pandangannya ke arah ibunya yang saat ini tengah menatap tajam ke arahnya. Dengan susah payah ia menelan salivanya melihat tatapan tajam sang ibu. "Ma—maaf, mom. Ada apa?"

Merasa Kris sudah memperhatikannya, Jaejoong kembali membuka suara. "Ibu ada kabar gembira untuk kalian berdua." Jaejoong menunjuk ke arah Kris dan Tao dan tersenyum dengan manis.

Tao dan juga Kris mengerjapkan kedua mata mereka berulang kali. "Ka—kami?" Tao menunjuk dirinya dan menatap Kris serta Jaejoong dengan tatapan bingung.

Jaejoong semakin tersenyum lebar. "Iya, kalian berdua." Hanbyul yang mendengarnya hanya mampu menatap bingung ke arah ibunya tersebut.

"Apa itu? Ada kabar gembira apa, mom?" Entah kenapa Kris merasa penasaran dan sedikit was-was mendengar ucapan ibunya.

Jaejoong menampilkan senyuman misteriusnya ketika mendengar pertanyaan dari putra semata wayangnya itu. "Kalian—" Jaejoong menggantung ucapannya membuat Kris, Tao serta Hanbyul semakin penasaran.

"Y—ya?"

"—Akan segera bertunangan. Satu minggu dari sekarang. Setelah orangtua Tao kembali ke Korea lebih tepatnya." Jaejoong mengucapkannya dengan penuh semangat dan senyum lebar sambil menatap Kris dan Tao bergantian. Membuat Kris serta Tao menautkan kedua alis mereka, berusaha mencerna perkataan Jaejoong.

.

1 detik..

.

2 detik..

.

3 detik..

.

4 detik..

.

10 detik..

.

15 detik..

.

30 detik..

.

1 menit..

.

.

.

.

"APAA?! BERTUNANGAN?!" Seru Kris dan Tao bersamaan. Membuat Yunho, Jaejoong serta Hanbyul terpaksa menutup kedua telinga mereka karena suara teriakan Kris dan juga Tao yang benar-benar membuat telinga sakit.

Jaejoong hanya memberikan senyumannya sebagai jawaban dari pertanyaan Tao dan Kris. Yunho menganggukan kepalanya dan tersenyum hangat. Sedangkan Hanbyul semakin menyeringai mendengar ucapan ibunya.

"M—mommy pasti bercanda, kan?" Kris menatap horror ke arah Jaejoong. Dan Jaejoong hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum senang. Kris mengalihkan pandangannya ke arah sang ayah berharap kalau ucapan ibunya hanya bercanda. Namun ia mendapatkan reaksi yang sama. Senyuman.

Dengan takut-takut Kris mengalihkan pandangannya ke arah Tao yang tampak masih sangat terkejut dengan ucapan Jaejoong barusan. Wajah Tao tampak memucat. Ia benar-benar tidak menyangka dengan semua hal yang menimpanya hari ini. Mimpi apa dia semalam hingga harus terjebak dalam situasi seperti ini. Dan tiba-tiba—

BRUK

—Tao jatuh tak sadarkan diri. Membuat mereka semua yang ada disana—minus Tao— terkejut bukan main. Refleks Kris langsung menepuk-nepuk wajah pemuda manis yang berada di sebelahnya itu. "Ya! Tao, bangun. Haish..Benar-benar. Bagaimana ini sekarang, mom? Dad?" Kris menatap horror kedua orangtua nya. Jaejoong dan Yunho saling bertatapan satu sama lain dengan wajah panik. Mereka berdua tidak menyangka jika Tao akan bereaksi seperti itu. Itu, benar-benar di luar perkiraan mereka.

"Bagaimana jika kau membawa dia ke kamar mu saja, Ge? Kasihan dia. Mungkin ia juga kelelahan. Biarkan dia beristirahat sejenak di kamarmu." Ujar Hanbyul memberikan saran, tampak raut khawatir menghiasi wajah cantiknya.

"A—ah, kau benar. Kalau begitu aku akan membawanya ke kamarku dulu." Kris dengan segera mengangkat tubuh Tao ala pengantin. Dan dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Yunho serta Jaejoong mengikuti Kris dari belakang. Mereka berdua benar-benar sangat khawatir dengan keadaan Tao. Dan mereka berdua sedikit merasa bersalah pada Tao.

Namun, tanpa mereka bertiga sadari, Hanbyul menyeringai ketika mengingat wajah panik gege-nya. "Oh, oh. Kau benar-benar menyukai pemuda manis bernama Tao itu, uh?" Hanbyul tersenyum dengan penuh arti dan melipat kedua tangannya di dada.

.

.

.

.

"Let's play together, Ge."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To be continued…

.

.

.

Fuaaaaaaaahh~~ akhirnya update juga chapter ini.. ._.

Dan special thanks buat yang setia ngereview ff gajeness ini..

Maaf ga bisa bales reviewnya satu-satu—saya termasuk orang yang pelupa #plok. Terima kasih reviewnya yaa.. Keep review ya :") *bow 90 derajat*

Lain waktu saya akan menyempatkan diri untuk membalas review anda sekalian.. J

Untuk yang menunggu Alter Ego chapter dua akan di publish segera. dan untuk Complicated, dalam proses pengetikan. Mohon menunggu dan juga kesabaraannya. J

Mohon maaf jika updatenya kelamaan.. ;A;

Dan tenang aja.. di sini Hanbyul aka OC nya Cuma jadi peran pembantu kok.. :3 ga akan ngeganggu KrisTao.. Cuma buat seru"an aja.. kenapa pakai OC? Soalnya aku ga tau karakter para member GB.. #ketauangapernahngeliatinmemberGB

Jadi.. jangan benciii OCnya yaa.. dia nanti punya peran besar (?) dalam hubungan KrisTao.. :3 #ditabokinreaderramerame

Dann~ panggil aku Fleurs aja.. atau Love.. #banyakmaunya

Istrinya wufan juga boleh.. #ditaboktao #dihajarKTs #imjustkidding

Dan untuk reader baru.. Welcome to my Life~ #salahfokus

Hope you like it, guys.. J

See you next chapter.. :D