Yifan berdiri di pinggir jalan raya sambil menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tampak seperti orang kebingungan. Tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang menatapnya heran dan aneh.

Tak jarang banyak wanita dan pria yang menggoda dirinya, dan ia hanya mampu tersenyum kikuk karenanya.

Seharusnya tadi ia tidak mengikuti orang itu. Dia juga tidak menyangka jika ia bisa jalan sejauh itu dari daerah tempat tinggalnya.

"Hah..~"

Menghela nafas, Yifan berpikir untuk menghubungi Sehun. Siapa tahu Sehun mau menjemput dan mengantarnya pulang ke rumah.

Dirogohnya saku celana yang dikenakan olehnya, hanya untuk mendapati ekspresi panic terpampang jelas di wajah cantiknya.

Dia—

—Lupa membawa ponselnya.

Mengerucutkan bibirnya, ia memutuskan untuk pulang dengan menggunakan taksi. Sambil memegangi perutnya yang berteriak minta di isi. Dia lupa jika tujuan utamanya keluar dari rumah adalah untuk membeli bahan makanan.

Mengigit bibir bawahya, bermaksud untuk menyetop sebuah taksi. Namun, terhenti ketika mendengar sebuah suara memasuki gendang telinganya.

"Butuh tumpangan?"

Yifan menolehkan wajahnya ke sumber suara tersebut. Dilihatnya seorang pria dengan menggunakan helm tengah duduk di atas sebuah motor sport berwarna hitam metalik.

Yifan menyipitkan matanya untuk mengetahui siapa orang tersebut. Tidak mungkin kan ia asal saja menerima tawaran orang lain. Tidak ada yang akan menjamin keselamatannya. Mungkin saja orang itu adalah orang jahat.

Pria asing diatas motor tersebut sepertinya mengetahui kegelisahan Yifan, terbukti ia segera melepas helm yang dipakainya dan menyunggingkan senyuman khasnya.

"Ini aku. Kau tidak perlu takut."

Yifan membulatkan matanya dengan sempurna begitu melihat siapa orang yang memberikannya tawaran tersebut.

Orang itu..

"Kenapa diam? Tidak mau? Ya sudah."

Tao memasang kembali helm-nya, lalu bersiap untuk menjalankan motornya kembali.

Yifan tersentak, dan dengan segera berlari menghampiri Tao, lalu menarik ujung jaket yang dikenakan oleh Tao.

Tao menolehkan wajahnya dan mendapati Yifan yang tengah menundukkan wajahnya.

Tanpa banyak bicara, Tao menyodorkan satu helm lagi kepada Yifan dan diterima ragu-ragu oleh Yifan. Yifan awalnya ragu, namun akhirnya ia memakai helm tersebut dan naik ke atas motor.

"Peluk pinggangku."

Ia canggung. Wajahnya kini merona merah.

"E-eh?"

Tanpa memberikan aba-aba, Tao segera menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Membuat Yifan mau tidak mau segera memeluk pinggang Tao agar tidak terjatuh. Semakin cepat laju motor Tao, semakin erat pelukan Yifan di pinggang Tao. Membuat Tao mau tidak mau tersenyum penuh kemenangan.

.

.

.

.

.

.

Tittle : Alter Ego

Author : FleursLove

Main Cast :

- Huang Zi Tao as ZiTao/Tao

- Wu Yi Fan as Kris/YiFan

Other Cast :

-Kim Jongin

-Lu Han

-Oh Sehun

-Park Chanyeol

-Kim Minseok

Pairings :

-Kris x Zitao – Seme!Kris – Uke!Zitao

-Tao x Yifan – Seme!Tao – Uke!Yifan

Slight :

-Sehun x Yifan – Seme!Sehun – Uke!Yifan

-ChanTao

Length : Part - IV

Genre : Romance, Comedy, de el el.

Rating : T+ atau mungkin M?

Disclaimer : Cast diatas ada milik Tuhan, orangtua mereka, SMEnt, kecuali TaoRis milik saya..#dibakartaorisshipper. Cerita ini MURNI pemikiran saya, apabila ada kejadian atau persamaan lainnya, saya mohon maaf. Tapi ini MURNI hasil pemikiran saya. SO DON'T PLAGIAT! DON'T COPAS!

Warning: OOC (Out Of Character), Miss Typo(s), Yaoi, Alur cerita yang makin gaje.. Dan masih banyak kekurangan lainnya. TAOFAN SEXY TIME INSIDE~~~! DON'T LIKE! DON'T READ! NO BASHING!

Special Thanks to : ressijewelllkeuriseu | 91 | KTHS | BluePrince14 | Christal Alice | Dugundugun | sweetyYeollie | taoris shipperrr | Jisaid | Kim HyeKa | ghea. | Ahn Dini FreezenBlack | .7Krisho Exotics

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading~

.

.

.

.

.

.

.

And the story begin~

.

.

.

.

.

.

.

.

Yifan mengerutkan alisnya ketika berdiri di depan sebuah pintu apartemen yang begitu asing baginya.

"Ayo, masuk."

Tao memberikan tanda pada Yifan dengan kepalanya, sesaat setelah pintu apartemen itu terbuka lebar.

"U-uhm?"

Yifan kembali mengerutkan keningnya, namun tetap saja ia mengikuti perintah Tao untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.

'Ini dimana?'

"Ini tempat tinggalku. Ada barang yang tertinggal, kau tunggu disini dulu. Anggap saja rumah sendiri. Setelah itu akan aku antar kau pulang ke rumah."

Ucap Tao menjawab ekspresi bingung Yifan. Yifan hanya menganggukan kepalanya antara mengerti dan tidak. Ia kemudian mendudukan dirinya di sebuah sofa yang tersedia di ruangan tersebut.

'Dia tinggal sendirian?'

Diliriknya Tao yang berjalan masuk ke sebuah kamar—yang diyakini oleh Yifan adalah kamar pemuda panda tersebut.

Yifan kini mengedarkan pandangannya, meneliti setiap sudut ruangan tersebut. Ruangan itu di dominasi dengan warna putih dan juga hitam. Terlihat begitu minimalis dan sederhana, namun terasa begitu nyaman.

Matanya tertuju pada sebuah figura foto yang terletak di atas sebuah televisi. Dan dengan rasa penasaran yang menghinggapinya, Yifan kemudian bangkit berdiri dan menghampiri figura foto tersebut. Diulurkan tangan kanannya guna mengambil figura foto tersebut.

Di dalam sana, ada seorang anak kecil, berusia kurang lebih sepuluh tahunan tengah memegang sebuah medali emas dan tersenyum dengan manis sekali. Di bawahnya tertulis 'Huang Zitao, Juara Pertama Pertandingan Wushu.'

'Oh, dia ahli wushu rupanya.'

Yifan mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menatap lekat foto tersebut.

'Manis.'

"Sudah selesai mengagumi diriku sewaktu masih kecil?"

Yifan terlonjak kaget hingga tanpa sadar menjatuhkan figura foto tersebut ke lantai, yang mengakibatkan kaca figura foto tersebut pecah.

"Ma—maafkan aku." Gugup Yifan lalu segera berjongkok untuk membersihkan pecahan kaca yang berserakan di lantai. Yifan tidak berani mengangkat wajahnya untuk melihat sosok Tao yang kini berdiri di depannya.

"..akan aku bereskan semuanya. Maa—auch.." Yifan segera menarik tangan kanannya. Dapat dilihat darah segar yang mengalir dari jari telunjuk kanannya yang terkena serpihan kaca tersebut.

Tanpa di duga, Tao segera berjongkok dari menarik tangan Yifan yang terluka. Dan membawa jari telunjuk tersebut ke bibirnya.

Kedua bola mata Yifan membola dengan sempurna ketika ia melihat Tao mengulum jarinya yang terluka tersebut. Ia dapat merasakan jika jarinya terasa begitu hangat dan basah di dalam mulut Tao.

"Ja—jangan.." Yifan berusaha menarik kembali tangannya, namun segera di tahan oleh Tao.

Wajah Yifan merona merah tak kala kini kedua iris kelam Tao menatap dirinya intens. Yifan mengalihkan pandangannya ke samping, untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya saat ini.

Tao masih mengulum jari telunjuk Yifan dengan khusyuk. Membuat debaran jantung Yifan semakin berdetak tidak menentu. Yifan dapat merasakan lidah Tao bergerak di dalam sana. Membuat wajah Yifan semakin memerah karenanya.

"…Su—sudah… ku rasa darahnya sudah berhen..ti.."

Yifan tercekat karena Tao masih menatapnya lekat, bahkan kilat nafsu kini terpantul jelas di kedua manic mutiara miliknya.

Dengan cepat Yifan mengalihkan pandangannya ke samping, berusaha untuk menghindari kontak mata dengan Tao. karena jika terlalu lama menatap kedua bola mata sehitam malam itu, ia seperti terhipnotis. Ia takut terhanyut seperti di kejadian di club beberapa saat yang lalu.

Namun, Tao tetap saja tidak ingin mangsanya lepas begitu saja. Dengan tangannya yang bebas, ia memegang dagu Yifan, membuat Yifan kembali menatap wajah Tao yang kini menyunggingkan seringai. Yifan ingin mengalihkan pandangannya kembali, namun Tao mencengkram erat kedua pipi Yifan, hingga ia tidak bisa berkutik sedikit pun.

Kini Tao tidak hanya mengulum jari telunjuk Yifan yang terluka saja. Bahkan kini Tao memasukkan dua jari Yifan yang lain; jari tengah dan jari manis Yifan., dan mengulumnya dengan gaya yang begitu sensual dan begitu menggoda. Membuat Yifan kesulitan untuk menelan liurnya sendiri.

Wajah Yifan sudah semerah tomat sekarang, karena Tao masih terus saja mengulum ketiga jari Yifan. Hingga akhirnya Tao melepaskan kulumannya dan tangannya kini bergerak ke tengkuk Yifan, bermaksud untuk mempersempit jarak di antara mereka.

Baru saja Yifan bernafas lega dan ingin buka mulut untuk protes. Tao sudah terlebih dahulu mengunci bibirnya dengan bibir kucing Tao. membuat kedua bola mata Yifan membulat dengan sempurna.

Ia tidak menyangka Tao akan bergerak secepat itu.

Tao memiringkan kepalanya, dan menekan tengkuk Yifan, berusaha memperdalam tautan mereka.

Yifan hanya mampu memejamkan kedua matanya dan mencengkram baju depan Tao, ketika Tao menariknya duduk di pangkuan pemuda panda tersebut.

Tangan kiri Tao masih setia di tengkuk Yifan, membuat Yifan tidak bisa bergerak kemanapun selain menikmati setiap cumbuan yang diberikan oleh Tao.

Tao menjilati bibir bawah Yifan, meminta ijin untuk memasukan lidahnya. Namun, Yifan tak membukanya sedikit pun. Hingga akhirnya Tao mengigit bibir bawah Yifan, membuat Yifan terpaksa membuka mulutnya dan Tao berhasil melesakan lidahnya ke dalam rongga mulut Yifan.

Yifan berusaha mendorong lidah Tao agar keluar, tapi Tao menganggap jika Yifan menantang dirinya. Hingga akhirnya ia melilitkan lidahnya dengan lidah Yifan dan menghisapnya dengan kuat.

Tubuh Yifan terasa begitu lemas. Bahkan ia pasrah saja ketika Tao menggendongnya, membuat Yifan melingkarkan kedua kakinya dipinggang ramping Tao. Dan ia juga melingkarkan kedua tangannya di leher Tao agar tidak terjatuh tanpa memutuskan tautan mereka sedikit pun.

Bahkan ketika Tao menghempaskan tubuh Yifan ke sofa dan menindihnya, Tao hanya melepaskan tautan mereka sepersekian detik, hingga Yifan tidak mempunyai kesempatan sedikit pun untuk meraup udara segar.

Lelehan saliva kini mulai merembes dari sudut bibir Yifan. Entah saliva milik siapa itu, yang pasti itu berasal dari mereka berdua.

Tao melepaskan tautannya, menciptakan benang saliva yang cukup panjang. Dan tentu saja Yifan menggunakan kesempatan itu untuk meraup udara sebanyak mungkin. Astaga.. jika dibiarkan lebih lama lagi, mungkin ia sudah mati kehabisan oksigen. Tao benar-benar seperti kecanduan bibir Yifan.

Tao memandangi pria bersurai pirang yang berada di bawahnya. Wajahnya yang merona merah, nafasnya yang memburu, dan tatapan matanya yang terlihat begitu sayu. Terlihat begitu cantik dan mempesona, serta menggoda untuk Tao.

Yifan yang menyadari tatapan Tao, mengalihkan wajahnya ke samping. Rona merah diwajahnya semakin bertambah parah sekarang. Yifan menutupi mulutnya dengan tangan kirinya, bahkan ia mengigit bibir bawahnya, karena menyadari jika Tao masih memandangnya lekat.

"..Ja..jangan melihatku seperti itu.."

Yifan tidak berani sedikit pun untuk menatap wajah Tao. Ia malu. Dan juga, entah kenapa ada perasaan aneh yang mengganggu dirinya. Seperti rasa ingin.. memiliki.

Tao mengangkat kedua sudut bibirnya, menciptakan sebuah seringai yang menawan.

"Kau berbeda dengan Kris. Apa kau dan Kris saudara kembar? Atau inilah sosok Kris yang sesungguhnya, hm?"

Tao mengulurkan tangannya, jari-jarinya menyusuri wajah Yifan. Diusapnya lembut permukaan kulit pipi Yifan yang merona merah.

"..Aku.."

"Atau.. kau sama seperti aku dan Zitao?"

Yifan segera menolehkan wajahnya dan menatap wajah Tao dengan ekspresi bingung.

"Apa—"

"Kepribadian ganda. Kau sama sepertiku, hm?"

"A—Ahh.. Tao.."

Yifan melenguh dan memejamkan kedua matanya, saat Tao mulai menyerang lehernya. Menciptakan tanda merah keunguan yang baru disana.

"..Tao.. Ber..hen..—Akhh.."

Yifan mendongakkan kepalanya, saat Tao menghisap dengan kuat permukaan kulit lehernya. Satu tanda lain tercipta di kulit mulus Yifan.

Hisap, gigit, dan jilat. Tao terus melakukan hal yang sama di setiap inci permukaan kulit leher Yifan. Membuat Yifan mau tidak mau menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahan yang bisa lolos kapan saja.

Tao yang menyadari hal itu, segera menyingkap pakaian yang digunakan oleh Yifan. Ditatapnya kedua nipple Yifan yang terlihat sudah mengerasa dan menggoda. Tao menjilat bibir bawahnya ketika melihat pemandangan yang berada di depannya. Tanpa membuang waktu, Tao langsung meraup 'makanannya' tersebut. Di julurkan lidahnya untuk menggoda sang pemilik. Membuat Yifan mau tidak mau melenguh karenanya.

"Aahhhhh.. Berhen..tiiihh.. Ap..ah.. ya.,ng.. ukhh.."

Yifan meremas helaian pirang Tao, saat Tao menghisap dengan kuat nipple kanan Yifan.

"Jangan tahan desahanmu, baby~"

Ucap Tao dengan nada seduktif sambil tangan kirinya membelai nipple kiri Yifan dan lidahnya sibuk dengan nipple kanan Yifan. Namun, tak lama kemudian, setelah merasa bosan, Tao berpindah ke nipple kiri Yifan. Digigit-gigitnya nipple tersebut, membuat Yifan merasakan tubuhnya bagaikan tersengat jutaan aliran listrik.

Yifan semakin mengigit bibir bawahnya. Ia kini mulai merutuki dirinya yang dengan polosnya menerima tawaran dari Tao.

'Seharusny aku—'

"AHHH..~~"

Nafas Yifan tercekat tak kala Tao meremas kejantanannya. Sejak kapan tangan Tao berada di sana?

"Kau mengabaikanku, uh?"

"..Ti..ahh.. Taohh.. ber..hen—ukh..ti.."

"Berhenti? Tapi tubuhmu berkata lain, Yifan."

Yifan menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan saat jemari panjang nan lentik milik Tao mengelus kejantanan Yifan yang masih tertutupi oleh celana yang dikenakannya. Bibir Tao kini mulai mengecupi sekitar dada Yifan, turun terus, menyusuri setiap permukaan kulit Yifan. Hingga sampai di perut berABS milik Yifan. Di kecupnya dengan lembut seraya memasukkan tangannya ke dalam celana yang dikenakan Yifan dan mengocok pelan kejantanan Yifan yang mulai menegang.

"… Ja..ngan…Ahhh.."

"Eum?"

"Kau ingin berhenti, uhm? Kau yakin?"

Yifan hanya mampu mengigit bibir bawahnya dengan kuat, saat Tao kini menarik paksa celana serta celana dalam yang dikenakannya lalu membuangnya ke sembarang arah. Membuat kejantanan miliknya mengacung dengan bebas.

Belum sempat Yifan angkat bicara. Tao kembali mengunci bibirnya, kali ini lebih menuntut dan seperti kelaparan. Bahkan Yifan sedikit kewalahan ketika Tao terus menerus menyerang bibirnya. Bisa dipastikan jika bibirnya kini bengkak dan sangat merah.

Tao melepaskan tautannya, lalu ia beranjak dari atas tubuh Yifan. Ia kemudian berlutut di samping sofa tersebut. Yifan berusaha mengatur kembali nafasnya yang terengah-engah.

Ia kemudian menumpukan tubuhnya dengan kedua tangannya, berusaha untuk melihat apa yang akan di lakukan oleh Tao. Namun, yang terjadi selanjutnya adalah ia hanya mampu mendongakkan kepalanya ke belakang, ketika ia merasakan jika Tao kini telah memasukan miliknya ke dalam mulut Tao.

Yifan hanya mampu mendesah ketika Tao mulai mempercepat tempo kulumannya. Sejauh yang Yifan lihat hanyalah kepala Tao yang bergerak naik turun.

Tao dapat merasakan jika kejantanan milik Yifan berkedut, pertanda sebentar lagi ia akan klimaks. Dan tanpa membuang waktu, Tao semakin mempercepat kulumannya, membuat Yifan hanya mampu mendesah dan mengerang tertahan. Yifan hanya mampu menggenggam erat pinggaran sofa, saat ia berhasil menembakkan benihnya ke dalam rongga mulut Tao. Dan Tao tanpa rasa jijik sedikit pun menelan dan menjilati sisa sperma yang membasahi milik Yifan.

Tubuh Yifan melemas, ia merasa seperti tidak memiliki tulang sedikit pun. Bahkan ia hanya mampu menatap Tao pasrah, ketika Tao kembali mencium bibirnya. Membuat ia merasakan bagaimana rasa cairannya sendiri.

Kali ini, Yifan sudah pasrah dengan apapun yang terjadi. Yang dia inginkan saat ini adalah Tao menuntaskan segalanya, dan memuaskan dirinya. Ia tidak perduli apa yang akan terjadi besok paginya.

Namun, saat Tao ingin membuka pakaiannya, suara nyaring ponsel Tao merusak segalanya. Tao segera bangkit berdiri dan mengambil ponselnya.

Tao sedikit menjauh dari Yifan, bahkan ia kini membelakangi Yifan, membuat Yifan hanya mampu mengerjapkan kedua matanya bingung.

Yifan kemudian mendudukan dirinya, dilihatnya ekspresi wajah Tao yang berubah menjadi ceria ketika berbincang dengan entah siapa itu. Membuat Yifan berpikir jika orang yang menelepon Tao adalah kekasihnya yang ia lihat di club tadi. Namun, Yifan menghela nafas lega, ketika mengetahui jika orang yang menelepon Tao adalah ibunya. Eh? Kenapa ia jadi seperti ini?

"Aku sudah makan, bu."

"…"

"Iya, aku baik-baik saja."

"…"

"Aku juga merindukanmu, bu."

"…"

"Jaga kesehatanmu, bu. Aku mencintai ibu."

"…"

Sesaat setelah sambungan telepon terputus, Tao menghela nafas. Diliriknya jam yang tertera di layar ponselnya. Ia sudah terlalu lama meninggalkan orang itu disana.

Tao membalikkan badannya dan berjalan menghampiri Yifan. Ia memunguti celana Yifan yang tadi ia buang ke lantai, lalu menyodorkannya pada Yifan yang hanya mampu menatapnya bingung.

"Pakai kembali celanamu, dan rapikan pakaianmu. Aku antar kau pulang sekarang."

"Tapi—"

"Aku masih ada urusan. Cepat, pakai pakaianmu. Atau kau ingin aku memperkosamu tanpa ampun?"

Glup!

Yifan menelan liurnya kasar ketika mendengar ancaman Tao. Seharusnya ia tidak takut, karena toh, mereka juga hampir saja melakukannya tadi. Melakukannya.. ah.. wajah Yifan merona ketika mengingat apa yang sudah Tao perbuat padanya.

Tao melirik sekilas pada Yifan yang masih terdiam terpaku pada posisinya. Sebuah seringai kembali menghiasi wajah cantiknya.

Tao mendorong tubuh Yifan, dan mencengkram erat kedua pergelangan tangan Yifan, lalu mencium bibir Yifan dengan kasar.

"Pakai pakaianmu, atau.. aku akan membuatmu meneriakan namaku sampai kau kehilangan suaramu." Bisik Tao seduktif di telinga Yifan, membuat Yifan bergidik ngeri karenanya.

Yifan menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan. Tidak! Ia tidak mungkin membiarkan itu terjadi. Bagaimana dengan Kris. Bagaimana.. jika nanti.. Sehun mengetahuinya.

Yifan memberontak, membuat Tao melepaskan cengkramannya. Dan tanpa di perintah dua kali, Yifan segera memakai kembali celananya, serta merapikan pakaiannya kembali.

Yifan menatap Tao yang saat ini tengah memegang sebuah tas ransel berukuran sedang.

'Apa itu?'

Kedua mata Yifan berkedip lucu saat Tao mengulurkan tangannya ke arah Yifan.

"Ayo. Aku antar kau pulang terlebih dahulu."

Dan, Yifan tanpa ragu mengulurkan tangannya, dan membuat Tao menautkan jari jemari mereka berdua.

Jantung Yifan berdetak tak menentu, saat melihat tautan tangan mereka berdua. Rasanya.. seperti ketika ia bersama dengan Sehun. Tidak. Tidak. Ia tidak mungkin menyukai Tao. Yang ia sukai itu.. Sehun.

Yifan menepuk pipinya dengan tangannya yang bebas. Bagaimana ia bisa seperti ini, mempunyai perasaan seperti ini. Terhadap orang lain, selain Sehun.

.

.

.

.

Ini—

.

.

.

—Aneh..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Yifan merebahkan tubuhnya di kasur ketika ia sudah sampai di rumah. Rasanya tubuhnya lelah sekali, bahkan rasa lapar yang tadi menyerangnya pun tidak terasa lagi. Ia merasa begitu kenyang. Entah karena apa.

Setelah merebahkan tubuhnya beberapa saat, ia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Rasanya begitu basah –karena keringat- serta lengket. Ia tidak mungkin dapat tidur dengan kondisi seperti itu.

Yifan segera mengambil handuk dan melenggang masuk ke dalam kamar mandi.

Di nyalakannya keran air hangat untuk mengisi bathub, ia ingin berendam.. rasanya begitu lelah. Suara gemericik air menghiasi ruangan tersebut.

Diliriknya cermin besar yang berada di sebelah bathub. Kedua manic kecokelatan miliknya membola dengan sempurna ketika melihat pantulan dirinya di cermin.

Lehernya yang berhiaskan kissmark dari Tao. Tidak hanya di leher.. bahkan.. hampir seluruh tubuh bagian atasnya.

Menggelengkan kepalanya, dengan cepat Yifan masuk ke dalam bathub. Wajahnya memerah sekarang, bahkan tubuhnya terasa begitu panas ketika ia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Mungkin, efek air hangat yang saat ini menyentuh seluruh permukaan kulitnya atau mungkin.. efek sentuhan Tao?

.

.

.

"Bodoh.."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau lama sekali."

Tao mengangkat wajahnya dan menatap pria yang sekarang ini berdiri tepat di hadapannya. Ekspresi wajah orang itu tidak dapat dibaca. Yang pasti, ekspresi khawatir terpampang jelas di raut tampannya.

"Aku lupa menaruh pakaianmu dimana."

Jawab Tao dengan enteng, sambil menyerahkan sebuah tas ransel kepada pria itu. Tangannya yang satu masih setia memegangi helm yang tadi ia gunakan.

"Antarkan aku pulang. Ini kunci motormu." Titah Tao, tanpa menunggu jawaban sedikit pun dari pria tersebut. Tao menyodorkan kunci motor yang tadi ia gunakan pada pria tinggi di hadapannya.

"Kau tidak ingin bermalam dulu? Maksudku.."

"Aku lelah. Antarkan aku pulang sekarang. Atau, jika kau tidak mau, aku bisa pulang sendiri. Tenang saja." Ucap Tao lalu membalikan badannya dan mulai melangkahkan kakinya.

Langkah Tao terhenti saat ia merasakan jika seseorang menarik lengannya, dan membawanya ke dalam sebuah pelukan. Hangat. Itu yang dirasakan oleh Tao.

"Aku masih merindukanmu, Tao." Bisik pria itu lirih. Namun Tao hanya mendengu sebal mendengarnya.

"Aku lelah, Park Chanyeol. Dan aku ingin pulang. Sekarang."

Pria bernama Park Chanyeol itu pun kemudian melepaskan pelukannya. Percuma ia memaksa Tao, karena yang akan terjadi selanjutnya hanyalah akan membuat Tao marah dan menjauhi dirinya sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

"Baiklah. Akan aku antar kau pulang sekarang."

"Bagus, ayo pulang."

"Tao.."

"Hum?"

"Aku mencintaimu."

Tao terdiam. Tak lama kemudian, ia hanya memutar bola matanya malas. "Terserahmu saja." Ia mengibaskan tangannya, lalu melenggang pergi. Meninggalkan Chanyeol yang hanya mampu menghembuskan nafasnya. Sulit. Cukup sulit untuk menaklukan seorang Tao.

Selama ini, ia bisa mendapatkan tubuhnya, tapi.. ia tidak dapat memiliki hati pria manis bermata panda itu. Bahkan setiap kali ia menyatakan perasaannya, hanya ditanggapi tawa oleh Tao. Kadang ia ingin berhenti dan menyerah. Tapi, setiap kali ia bertemu dengan pemuda panda itu, ia tidak dapat membohongi perasaannya sendiri.

Ia.. mencintai Tao.

Walaupun Tao terus menerus menolaknya, ia tetap mempertahankan perasaannya untuk Tao.

"Hey~! Chanyeol, kalau kau diam terus di situ. Lebih baik aku pulang sendiri saja." Seru Tao yang sudah berdiri di samping motor sport milik Chanyeol.

Membuat sang pemilik asli motor tersebut, tersadar dari lamunannya. Dengan segera ia menghampiri Tao sambil menggumamkan kata 'Maaf' berulang kali.

"Ayo pulang."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sehun bergerak mondar mandir di lapangan parkir sekolahnya sejak tadi. Ia tidak menghiraukan tatapan aneh yang ditujukan oleh beberapa siswa kepadanya. Yang ada dipikirannya adalah orang yang sejak tadi malam tidak dapat ia hubungi.

Sehun menghembuskan nafas lega, ketika ia melihat mobil Kris melintasi gerbang sekolahan. Dengan segera ia berlari menghampiri Kris yang kini keluar dari mobilnya. Sehun mengerutkan keningnya ketika melihat Kris menggunakan syal di lehernya.

"Kau kenapa?" Tanya Sehun ketika ia sudah sampai di hadapan Kris. Kris terkejut bukan main ketika ia mendapati Sehun berada tepat di hadapannya saat ini.

"Aku hanya sedang tidak enak badan." Ucap Kris enteng dan setenang mungkin. Walaupun berbanding terbalik dengan isi hatinya.

Kris terkejut, oh tentu saja, ia bahkan berteriak histeris ketika mendapati tubuhnya penuh dengan bercak kemerahan yang bahkan, oh sungguh, ia tidak tahu darimana asalnya. Ia bahkan membuat pelayan yang di sewanya untuk membersihkan rumahnya setiap pagi, panik bukan main ketika mendengar suara teriakan dari Kris. Pelayan tersebut bahkan sampai menggedor-gedor pintu kamar mandi Kris, hanya untuk memastikan jika tuannya baik-baik saja.

Kris berusaha mengingat apa saja yang terjadi tadi malam. namun, nihil. Ia tidak mampu mengingat apapun. Sejauh yang ia ingat hanyalah ia sedang dalam perjalanan pulang mengantar Sehun, dan selebihnya.. gelap total.

Tidak mungkin kan jika.. Sehun pelakunya?

Kris melirik Sehun yang kini sedang sibuk membaca sebuah buku yang selalu dibacanya kapan pun dan dimana pun.

'Tidak. Tidak. Pasti bukan Sehun pelakunya.' Kris menggelengkan kepalanya, mengundang perhatian dari Sehun yang kini mengalihkan pandangannya kepada Kris.

"Kau kenapa?" Sehun menaikkan sebelah alisnya dan menatap Kris bingung. Namun, Kris hanya menggeleng pelan dan menghembuskan nafas pelan. "Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, mana dua orang itu." Kris mengedarkana pandangannya ke seluruh penjuru lapangan parkir.

"Tidak tahu. Mungkin—ah, itu mereka." Sehun menunjuk dua orang yang saat ini tengah berlarian ke arah mereka.

Kris menolehkan wajahnya, dan mendapati Kai dan Luhan yang saat ini semakin dekat ke arahnya.

"Kalian kenapa? Mana mobilmu, Kai?"

Kris menyatukan kedua alisnya dan menatap Kai dan Luhan yang sedang sibuk mengatur nafas.

"..Ini.. Semua karena bocah brengsek ini.."

"Hah? Kau bilang apa barusan?"

"Apa? Benarkan apa yang aku katakan barusan? Jika aku tidak menjemputmu dan membiarkanmu membawa mobilku, pasti mobilku tidak berakhir di bengkel."

Kai menatap Luhan dengan sengit.

".. Kau.."

"Apa? Seharusnya aku memang tidak membiarkan orang yang tidak bisa mengendarai mobil sepertimu, menjalankan mobil kesayanganku."

Luhan terdiam, ia hanya mampu mengerucutkan bibirnya, lalu mendengus sebal. Luhan kemudian melipat kedua tangannya di dada lalu mengalihkan wajahnya ke arah lain.

Memang benar ia tidak bisa mengendarai mobil, maka dari itu, orang tuanya memberikannya seorang supir yang selalu mengantarnya kemana pun. Bukannya manja, hanya saja, ia mempunyai trauma di masa lalu.

"..Maaf.." ucap Luhan lirih sambil mengigit bibir bawahnya, airmata sudah mengenangi kedua pelupuk matanya.

Kai menghembuskan nafas, ia tahu jika seharusnya ia tidak semarah itu. Ia yang salah karena ia membiarkan Luhan membawanya, padahal ia sudah tahu jika Luhan tidak bisa.

"Tsk.. Sudahlah. Tidak perlu menangis. Kau itu laki-laki. Kapten pula." Decak Kai sambil menepuk-nepuk pelan puncak kepala Luhan.

Luhan menolehkan wajahnya, dan menatap Kai dengan puppy eyesnya. "Benarkah? Kau tidak marah?"

Kai memutar bola matanya malas, lalu menganggukkan kepalanya.

Luhan yang melihat anggukan kepala dari Kai segera tersenyum senang, bahkan kini memeluk tubuh Kai. Membuat Kai kembali berdecak marah karenanya. "Arggghh~! Menjauh dariku, bodoh!"

"Guys.. Eum, maaf. Boleh aku bertanya sesuatu?"

Luhan segera melepaskan pelukannya dari Kai dan menatap bingung orang yang kini tengah menggaruk pipinya dan tersenyum kikuk.

"Maaf, jika aku mengganggu kalian. Tapi, aku ingin bertanya, dimana ruang kepala sekolah? Aku baru pindah hari ini. Jadi, ya, begitulah."

Pria manis berpipi chubby dan bersurai almond di hadapan Kai serta Luhan kembali tersenyum canggung, ketika ditatap intens oleh Luhan.

"Aku antarkan."

Luhan segera menggandeng pria manis itu, tanpa memperdulikan ekspresi terkejut dari pria berpipi chubby tersebut.

Meninggalkan Kai yang hanya mampu mengangakan mulutnya, melihat tingkah Luhan yang..agresif.

Kai kemudian menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan, hanya untuk mendapati jika ia hanya berdiri seorang diri disana. Dan, ia baru menyadari jika Kris serta Sehun sudah meninggalkan mereka berdua sejak tadi, karena jengah dengan tingkah Kai serta Luhan.

"Lagi-lagi aku ditinggal sendiri. Hah~~"

Kai kemudian melangkahkan kakinya gontai. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat sosok pria yang berjalan tak jauh dari dirinya.

Kai menyipitkan kedua matanya, untuk memperjelas pandangannya. Diusapnya kedua matanya lalu menggelengkan kepalanya pelan.

Kai terus memperhatikan sosok itu, hingga hilang dari pandangannya. "Tidak. Aku pasti salah lihat. Itu tidak mungkin Zitao. sepertinya, ini efek kepala ku terbentur tadi. "

Kai mengelus kepalanya dan meringis kesakitan. Dan setelah itu, ia segera berlari masuk ke dalam gedung sekolah sambil menggumamkan sumpah serapah untuk ketiga sahabatnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Zitao bergerak tak nyaman di kursinya, pasalnya, sejak tadi seisi kelas memandangi dirinya. Tidak, tidak hanya seisi kelasnya. Bahkan beberapa orang yang berpapasan dengannya tadi bahkan menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijelakan.

Zitao berusaha menulikan pendengarannya ketika ia mendengar beberapa orang berbisik-bisik mencela dirinya. Seharusnya ia tidak masuk saja hari ini. Iya, seharusnya begitu. Jadi ia mempunyai waktu untuk mewarnai rambutnya kembali.

Zitao terkejut. Tentu saja, siapa yang tidak terkejut ketika ia terbangun di pagi hari dan ketika menatap cermin, ia mendapati jika warna rambutnya berubah pirang. Tidak, bukan kali ini saja Zitao mengalaminya. Dulu, ia juga pernah mendapati jika warna rambutnya berubah menjadi merah, plus tindikan di telinganya. Dan setiap kali ia berusaha mengingat apa yang terjadi, ia tidak mampu mengingatnya sedikit pun.

Ia tidak pernah menceritakan sedikit pun keanehan itu kepada ibunya. Ia tidak ingin membuat ibunya khawatir. Ia terus menanamkan pada pikirannya, jika mungkin saja ia terlalu lelah, maka dari itu ia tidak mampu mengingatnya.

Namun, beberapa kali ia membaca sebuah artikel tentang kepribadian ganda, dan segala gejala yang ia baca itu tepat mengenai dirinya. Tapi Zitao menepis semuanya, ia tidak mungkin mempunyai kepribadian ganda. Ia mungkin hanya lelah, maka dari itu, ya, begitulah.

"Maaf. Boleh aku duduk di sini?"

Zitao mengangkat wajahnya, dan menurunkan kedua tangannya. Dilihatnya sekitar, dan mendapati jika kini Mrs. Jung tengah berdiri di depan kelas.

Oh, dia melamun lagi rupanya.

"Jika tidak boleh—"

"Duduk saja. Bangku itu kosong, jadi kau boleh duduk disana."

Pria manis berpipi chubby itu tersenyum hangat ketika mendengar jawaban dari Zitao.

"Namaku Kim Minseok. Kau boleh memanggilku Minseok." Ucap Pria manis berpipi chubby itu sesaat setelah ia mendudukkan dirinya di samping Zitao. tak lupa ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Zitao tercengang, namun ia dengan cepat membalas uluran tangan tersebut. Dan menjabat erat tangan Minseok. "Aku Huang Zitao. Cukup panggil Zitao saja, Minseok-ssi."

"Tidak perlu formal. Cukup Minseok saja. Senang berkenalan denganmu, Zitao." Minseok tersenyum hangat, membuat Zitao pun ikut tersenyum karenanya.

"Senang berkenalan denganmu juga, Minseok."

"Ehem.. Jika kalian ingin berkenalan dan berteman, bisa dilanjutkan nanti bukan, Minseok-ssi? Zitao-ssi?"

Minseok dan Zitao segera menundukkan kepalanya saat mendapatkan teguran dari Mrs. Jung.

"Maaf, Mrs. Jung."

"Maafkan saya, Mrs. Jung."

Mrs. Jung hanya menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan kembali penjelasannya.

Zitao dan Minseok saling melirik satu sama lain, dan keduanya terkekeh pelan ketika menyadari kebodohan mereka.

Lalu setelah itu, mereka berdua segera memperhatikan penjelasan dari Mrs. Jung.

.

.

.

.

.

Hari ini.. Zitao mendapatkan satu teman baru di sekolahnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To be continued….

.

.

.

.

.

.

.

.

YUHUUUUUUUUUUUU~~! Fleurs IS BACK BACK BACK~! #danceSherlockbarengJJong

Akhirnya setelah sekian lama, ni ff netes (?) juga.

Maaf jika terlalu lama, dikarenakan mood naik turun, serta panas dingin untuk buat nie chapter. Jadi ya, begitulah.. Maafkan sayaaaaaaaaa.. ;A; #nangisgelundungan

Padahal saya udah sering baca ff smut" hardcore malah.. /eh? Tapi tetep aja ya, baca sama buat sendiri itu beda.. /ya iyalah, beda/ /abaikan/

DAAAAAAAAAAAANN.. SELAMAT UNTUK OUR BELOVED 12 ALIENS YANG JADI 12 WOLVES.. ALBUM OF THE YEARS MAMENNN.. PAKE HUNTAO BACKHUGGING SEGALA MAMENN.. YIFAN UKE BANGET MAMEEEEEENN.. AAAAAAAAAAAAAAAAA.. DANN DAN.. AKU SUKA MASAA.. ;A; ;A; #abaikanyangterakhir

Btw, aku sedih sedih.. Yifan, huks, Zitao juga.. kenapa ya ama mereka berdua.. ;A; tapi gpp, tetep KEEP CALM AND ALWAYS SHIP KRISTAO!~! #angkatbanner #ditimpuk

Btw, Yifan makin cantik ya, makin gemesin ya, ya Tuhan. Dia UKE ku itu. #Zitaongamuk #dibakarKrisTaoshipper

Pokoknya~ Congrats dah buat merekaaa.. semoga sukses~~ dan dicintai oleh saya, eh, fansnya maksudnya.

Buat yang nunggu Because Of Wrong Number, mohon bersbar yaa.. buat bikin chapter itu musti bertapa dulu di aff.. ;A; #padahalcumabuatpartchanbaekdoanksekilas #eh?

Tapi aku janji update kok.. :D wait me, ok? #slapped

Dan akhir kata..

Hope you like it guys..

Mind To Review? J