"Kau tahu, Yeolie. Semua isi dari fanfiction ini benar. Tapi, aku hanya ingin satu hal yang aku harap bukan kebenaran."
Dua pasang permata itu bertemu. "Apa?"
Jemari BaekHyun meremas kaus putih yang dikenakan ChanYeol pelan. "...KyungSoo.'
Dahi Chanyeol berkerut, tak mengerti.
"Aku berharap kau tidak benar-benar berselingkuh dengan KyungSoo saat ini."
ChanYeol terkesiap. Pemuda tinggi itu terdiam. Tanpa suara, direngkuhnya pelan BaekHyun kembali ke dalam pelukannya.
Sayang sekali...
Byun BaekHyun tak melihat gurat penyesalan di wajah Park ChanYeol.
Mungkin—
—mungkin tidak dengan Kyungsoo, tapi...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hidupku tak akan lama, Yeol. Aku tak punya waktu untuk jatuh cinta seperti namja normal lainnya. Lucu ya? Selain penyakitan ternyata aku juga gay." BaekHyun tertawa pelan. Sebuah tawa getir atas hidupnya yang terlalu malang. Matanya sibuk memandang lukisan senja di depannya.
Saat ini, ia menunggu KyungSoo dan Manajer yang akan mengantarnya untuk check rutin. Member lain tengah berada di kamar masing-masing dan sebagian di ruang keluarga menonton TV. Sementara ia sendiri tengah duduk dengan ChanYeol di balkon kamar mereka. Mereka tengah duduk di lantai dengan ChanYeol yang memeluk tubuh mungilnya dari belakang.
"Apa yang akan fans kita pikirkan jika tidak melihat penampilanku di panggung bersama kalian nanti?"
"Hm, mungkin mereka berpikir kau tengah sibuk dengan toko eyeliner yang baru saja kau dirikan."
ChanYeol mengaduh ketika siku BaekHyun menyentuh perutnya pelan, tentu saja dengan sengaja.
"Aku serius, Yeol."
"Aku juga serius, Hyung."
BaekHyun tertawa lagi. Lalu, keduanya terdiam. Membiarkan jeda linimasa melintas pelan. Mata BaekHyun terpejam, menolak memandang senja yang jatuh di depan mereka. Ia berjengit ketika merasakan ChanYeol membenamkan separuh wajahnya ke ceruk lehernya. Ia tak ada keinginan untuk menyingkirkan kepala ChanYeol.
"Hei, Yeol...apa menurutmu fans kita akan membenciku jika tahu aku ternyata gay?"
BaekHyun membuka matanya dan menatap matahari yang seolah enggan mengucapkan selamat tinggal pada dunia.
ChanYeol terdiam lama. "...tidak."
"Benarkah?"
Lampu di sekitar dorm mereka mulai dinyalakan. BaekHyun merasa sinar itu menertawakan dirinya yang bahkan tak bisa untuk menjadi sinar untuk dirinya sendiri. Mungkin SooMan-sajang-nim bercanda dan ingin mengerjainya ketika pemilik power 'Light' di era MAMA diberikan padanya. Karena, ia bahkan berpikir bahwa dirinya adalah gerhana. Betapapun terlihat bersinarnya seorang Byun BaekHyun saat di atas panggung, betapapun indahnya senyum yang ia coba hadirkan untuk para fans, di balik semua silau kenyataan itu, ia hanyalah pemuda penyakitan yang bersembunyi di dalam kegelapan.
"Tentu saja. Pukul aku jika aku salah."
Lagi-lagi, BaekHyun hanya tertawa. Ia ingat jika 'memukul Park ChanYeol' adalah hobi favorite-nya.
"Aku akan memukulmu bahkan tanpa kauminta, Yeol."
Waktu seakan berlari dan tak mau untuk sekedar dijajari. Masih jelas terekam di ingatan BaekHyun yang akhir-akhir ini semakin menurun, awal pertemuannya dengan anggota EXO. Ia yang hanya mendapat waktu trainee sebentar begitu bersyukur akhirnya bisa debut bersama sebelas anggota lainnya, setelah nyaris ditolak di banyak agensi.
Bagaimana suka duka mereka sebagai boyband rookie. Bagaimana tawa, tangis, canda, bahkan pertengkaran kecil yang sering terjadi.
Bagaimana rasanya memiliki fans dan dicintai.
Bagaimana rasanya bernyanyi di atas panggung, bergandengan tangan dengan member lain—bagaimana awal ia dekat dengan ChanYeol dan akhirnya jatuh cinta dengan rapper bertubuh tinggi itu. BaekHyun merasa seakan baru kemarin jatuh cinta pada ChanYeol.
Ia tahu, jika ia 'menyimpang'. Tapi, jika cinta sudah berkata, gender bukan lagi sesuatu yang sulit untuk dilalui. Apalagi, vonis sebagai penderita kanker otak yang disandangnya, membuatnya tidak yakin jika ia akan mendapat kesempatan untuk jatuh cinta pada orang lain.
Jujur, hati BaekHyun seolah tertoreh belati ketika menghadiri pernikahan kakak laki-lakinya. Jika, untuk jatuh cinta secara 'normal' saja tidak bisa, bagaimana mungkin ia berharap bisa menikah nanti?
"Bodoh."
"Apa?" ChanYeol mengangkat wajahnya ketika mendengar kata 'bodoh' meluncur dari bibir BaekHyun.
"Tidak."
"Kau tidak pandai berbohong, Hyung."
"Apa kau benar-benar mencintaiku, Yeol?"
ChanYeol terkesiap. Perlahan dijatuhkannya wajahnya kembali ke ceruk leher BaekHyun.
"Tentu saja."
Entah sejak kapan, ChanYeol merasakan panas di ujung-ujung matanya.
"Apa kau tidak menyesal menjadi pasangan gay-ku?"
Pelukan ChanYeol mengerat seiring dengan semakin dalamnya ia membenamkan wajahnya ke ceruk leher BaekHyun, membuat pemuda mungil itu menggeliat kegelian.
"Tidak. Tidak sama sekali."
"Kalau begitu buktikan."
ChanYeol mengangkat wajahnya dan menemukan BaekHyun yang telah memutar posisinya sehingga pemuda itu setengah menghadap ke arahnya.
"Bagaimana aku harus membuktikannya?"
BaekHyun memejamkan matanya. Menunggu. Dan ChanYeol menarik napas sebelum akhirnya memajukan wajahnya dan menjatuhkan bibirnya tepat di dahi BaekHyun. Mengecup dahi pucat itu lama.
"Bukan begitu, Yeol." Alis kanan ChanYeol terangkat ketika BaekHyun mendadak menarik wajahnya menjauh.
"Lalu bagai—hfft!" Bola mata ChanYeol membulat ketika BaekHyun mengeliminasi jarak dengan cepat dan mencium bibirnya. Bibir mungil BaekHyun melumat bibir ChanYeol dan mencoba memimpin untuk sesaat dengan menyusupkan lidahnya ke bibir ChanYeol. Tapi, naluri seorang top milik ChanYeol bereaksi lebih cepat, ia nyaris larut dalam permainan BaekHyun, dan tanpa sadar mulai membuka bibirnya—bukan untuk mengizinkan lidah BaekHyun masuk, tapi untuk memasukkan lidahnya ke rongga mulut BaekHyun.
"BaekHyun-hyung! Kau sudah siap?!" Suara KyungSoo di depan kamar mereka membuat ciuman itu berhenti dengan mendadak. Mereka menjauhkan wajah masing-masing yang telah memerah sempurna. Napas mereka tersengal dan masing-masing berusaha mendominasi oksigen yang ada.
ChanYeol seakan baru saja diempaskan ke dunia nyata dengan sangat buruk.
"Ah...maaf..." BaekHyun merasa bersalah ketika melihat ekspresi menyesal di wajah ChanYeol. Ia bingung apakah ChanYeol menyesal karena KyungSoo yang menginterupsi mereka atau—karena BaekHyun telah lancang mencuri ciuman pertamanya?
"Sudahlah." ChanYeol berucap pelan seraya mencoba tersenyum, tapi gagal. Gurat penyesalan semakin terlihat jelas ketika pemuda itu mendahului BaekHyun untuk bangkit dan berjalan.
"Kau marah?" BaekHyun ikut bangkit dan berdiri di belakangnya. "Hei, Yeol!" Tangannya menyentuh kaus ChanYeol. "Aku minta maaf. Aku tahu aku telah lancang—karena aku tahu itu ciuman pertama kita. Maksudku, kita belum pernah berciuman sebelumnya."
"Sudahlah tidak apa-apa." ChanYeol berkata datar dan menolak menatap BaekHyun.
"Kau marah? Tatap aku saat berbicara, Yeol." BaekHyun menarik kaus ChanYeol semakin kencang. "Kau tahu 'kan aku tidak suka diabaikan?"
ChanYeol menghela napas dan berbalik untuk menghadapi BaekHyun. ChanYeol meletakkan tangannya di pundak BaekHyun dan tersenyum.
"Dengar, aku tidak marah, ok? Aku hanya terkejut."
"Benarkah?" Sudut bibir BaekHyun tertarik sedikit.
"Tentu saja. Dan sekarang—" ChanYeol menunduk dan kembali menjatuhkan bibirnya ke dahi BaekHyun sesaat. "—kau harus segera pergi. Jangan biarkan KyungSoo dan Manajer-hyung menunggu."
"Aye, Captain!"
ChanYeol tertawa, tangannya tidak tahan untuk tidak mengacak surai cokelat pemuda yang lahir di tahun yang sama dengannya itu sebelum dengan sigap BaekHyun menyingkirkan tangan Chanyeol diikuti pandangan 'Jangan rusak tatanan rambutku, Bodoh'. Lalu, ia segera berjalan menuju pintu keluar diiringi senyum penuh gigi dari ChanYeol.
"Hei, Yeol!" BaekHyun berdiri di belakang pintu. Ia menunduk. Tanganya memegang handle begitu erat. "Aku ingin mengatakan sesuatu..."
"Apa?"
"Hahaha lebih baik kukatakan nanti saja." Sesaat, BaekHyun menoleh ke arah ChanYeol dan melempar tawa sekali lagi untuk pemuda di belakangnya. "Aku pergi dulu dan jangan merindukanku ya!"
Dan tubuh mungil itu pun meninggalkan pintu yang tertutup pelan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kau gila! Kalian semua gila!"
Mata peri seorang pemuda yang terkenal sebagai happy virus EXO itu berkilat tajam menelanjangi sepuluh pasang mata lain di ruang utama dorm EXO. Semua member EXO tengah berkumpul di ruang utama, minus BaekHyun dan sang Manajer. Manajer tengah mengantarkan BaekHyun untuk check rutin.
"Dia benar-benar gay. Kalian tahu jika Byun BaekHyun itu benar-benar gay dan kalian memintaku untuk menjadi partner skinship dan couple-nya? Aku straight. Aku masih normal."
'Buagh!'
ChanYeol tersungkur ketika mendadak tinju Kris melayang ke wajahnya.
"Kris!" Jeritan member EXO lain terdengar ketika leader EXO M itu terengah-engah setelah mendaratkan pukulan untuk salah satu rapper mereka.
"Kris-hyung! Apa-apaan ini?" ChanYeol mendongak menatap Kris yang tengah membalas tatapannya. Jemarinya mengusap pipi kanannya yang sepertinya memar. Perih.
"Bagaimana kau bisa berkata 'we are one' bersama EXO jika berkorban sedikit saja kau tidak bisa?!"
Mata Kris berkilat berbahaya.
"Byun BaekHyun sekarat, Park ChanYeol. Dia teman kita, keluarga kita. Seharusnya kau merasa beruntung dicintai BaekHyun dengan setulus itu."
"Aku mencintainya sebagai sesama anggota EXO."
"Kalau begitu kau harus berkorban sedikit lagi."
"Menjadi gay itu tidak sedikit, Hyung! Itu menjijikkan!"
"Kau itu homophobic yang memuakkan, Park. Menjadi gay tidak akan menghilangkan nyawamu."
ChanYeol mendengus. Ia berdiri dan menghindari tatapan mengintimidasi dari anak-anak EXO lain. Ia tahu, jika ia telah kalah.
"Publik dan fans kita tidak akan tahu soal ini. Sekalipun tahu, kurasa banyak dari mereka yang bisa menerima."
"Tch! Berhentilah berpikir seolah kau masih berada di Kanada, Hyung."
"Park ChanYeol!" Tubuh ChanYeol seakan tersengat ketika tangan Kris mencengkram kerah kemejanya, sedikit membuatnya kesulitan bernapas. Sementara Yixing dan LuHan berusaha menahan Kris. "Dengarkan aku. Kita tidak tahu sampai kapan BaekHyun akan bertahan. Persetan dengan homophobic-mu. Kau akan mengataiku tidak peduli? Ya, aku tidak peduli, Park. Bahkan jika saja aku yang harus menjadi couple skinship BaekHyun atau kekasih gay-nya. Aku bersedia. Tapi, BaekHyun memilihmu. Karena itu aku memohon kepadamu."
Kris melepaskan ChanYeol dan mengibaskan pegangan Yixing dan LuHan, membuat kedua orang itu mundur.
"Aku memohon padamu, Park ChanYeol. Kami memohon padamu, untuk saat ini berpura-puralah." Nada suara Kris melembut.
"Kau akan menyesal telah memaksaku melakukan ini, Hyung."
"Kau yang akan menyesal jika saja kau tidak mau berhenti memikirkan dirimu sendiri, Park."
ChanYeol terdiam.
'Klek.' Pintu dorm mendadak terbuka.
Byun BaekHyun muncul diikuti sang Manajer.
Wajah itu cerah saat menemukan mata ChanYeol.
Reflek ekspresi ChanYeol berubah. Ia melempar senyum pada pemuda mungil roommate-nya itu. BaekHyun melempar dirinya ke dalam pelukan ChanYeol dan sedikit lamban untuk menyadari memar di wajah pria tinggi itu.
ChanYeol membalas pelukan tubuh mungil BaekHyun disaksikan sebelas pasang mata lainnya.
Dan saat itulah sebuah drama penuh kebohongan dimulai.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Apa yang kau lakukan?" desis MinSeok begitu menemukan ChanYeol yang tengah membungkuk di depan wastafel di dapur dorm mereka. Sepertinya pemuda tinggi itu baru saja mencuci mulutnya dengan gila-gilaan.
"Ada apa ini?" JunMyeon yang baru masuk mengikuti arah pandang MinSeok dan menemukan obat kumur yang tinggal seperempat di samping Park ChanYeol.
ChanYeol menegakkan tubuhnya. Tangannya masih memegang pinggiran wastafel erat, sementara netranya menatap dinding bisu di depannya. "Bibirku baru saja dicium seorang gay."
"Ap—?"
"Ini menjijikkan." ChanYeol mendecih kesal, memotong pertanyaan yang ingin dilontarkan MinSeok. Sejak Kris dan member EXO lain memintanya untuk menjadi 'kekasih' BaekHyun setelah era MAMA, sampai sekarang, ia masih saja merasa sedikit keraguan untuk melakukan hal itu.
Keheningan mengalun kemudian. Memberi waktu bagi MinSeok untuk menarik sebuah kursi di meja makan dan duduk di atasnya. Sementara JunMyeon memilih bersedekap dan menyandarkan tubuhnya pada meja dapur di sisi MinSeok. Wajah-wajah milik leader dan anggota tertua EXO yang biasanya lembut itu mengeras.
"Kau lebih menjijikkan." Tatapan mata MinSeok menghujam tajam ke arah punggung ChanYeol yang masih membelakangi mereka. "Kau seharusnya mencintai dan menghargainya."
"Aku mencintai dan menghargainya sebagai seorang teman." ChanYeol memejamkan matanya. Ia membalikkan tubuhnya hanya untuk menemukan dua tatapan tajam dari Hyung-nya yang tepat menghujam ke iris cokelatnya.
"Tidak. Kau samasekali tidak menghargainya." Kali ini JunMyeon yang bersuara. "Kau itu homophobic yang paling memuakkan."
"Semua homophobic itu memuakkan, Hyung." Ia membagi berat tubuhnya pada wastafel dan melipat tangannya. Matanya berkilat mencoba membalas tatapan-tatapan menusuk dua pemuda di depannya.
"BaekHyun sekarat, Park. Seharusnya kau tahu, menjadi seorang gay tidak akan membunuhmu." Nada suara JunMyeon naik dua oktaf.
"Kau sedang membicarakan 'hubungan'mu dengan Yixing-hyung, eh?" Sebuah kurva ambigu terbentuk di sudut bibir ChanYeol.
JunMyeon tercekat. Ingin rasanya ia menampar dongsaeng di depannya. "Kanker yang diderita BaekHyun bisa membunuhnya kapan saja." JunMyeon memilih mengabaikan sindiran kurang ajar ChanYeol.
"Ck. Kau jadi semakin mirip Kris, JunMyeon...hyung."
ChanYeol mendongak. Kedua kelopaknya menutup sepasang biner miliknya. Ia menghela napas pelan. "Kalian pikir, aku tidak menderita harus berpura-pura seperti ini?"
"Kurasa Kris harus memukulmu sekali lagi untuk menyadarkanmu, Yeol," ucap MinSeok pelan. Ada amarah yang tertahan di dalam kalimat anggota tertua EXO itu.
"Ya, suruh Kris memukulku sekali lagi, Hyung. Dan biarkan aku lepas dari semua kegilaan ini. Biarkan aku lepas dari—!"
"—Yeolie..." Ketiga pasang mata reflek menoleh ke arah pintu masuk dapur dorm mereka dan menemukan—
"BaekHyun?" kata MinSeok tertahan. Napasnya tercekat begitu melihat objek yang tengah mereka bicarakan memasuki dapur.
—Byun BaekHyun, yang entah kenapa kembali ke dorm.
"Aku lupa obatku, Hyung," kata BaekHyun pelan seraya melempar senyum ke arah JunMyeon dan MinSeok yang kini benar-benar membatu. Mereka tidak menyadari sejak kapan main vocal EXO itu datang. Bagaimana jika BaekHyun mendengar—
"Jika di dalam fanfiksi itu aku tidak jujur dan merahasiakan penyakitku, maka kali ini aku tidak akan menyembunyikannya. Toh kalian sudah tahu semuanya. Sekarang, aku hanya akan menjadi pengecut untuk tetap menyembunyikan penyakit ini dari penggemar kita."
—percakapan mereka.
"Hei, Giant!" BaekHyun mendekat dan berdiri tepat di depan ChanYeol. Ia mencoba menahan lukisan lengkung senyum di sudut bibirnya. "Terima kasih telah mencintai dan menghargaiku sebagai seorang teman."
Tangan itu terjulur mengusap bibir ChanYeol dengan sapu tangan putih miliknya. Mencoba menghilangkan jejak bibirnya di sana. "Aku mencintaimu, Yeol. Maafkan aku yang menjijikkan ini. Aku pemuda yang penyakitan dan masih harus memaksamu untuk menjadi pasangan gay-ku. Aku tahu, seharusnya aku sadar diri. Menyadari hal ini sejak awal."
Mata yang dulu bercahaya, kini begitu keruh dan hampa. Bulir-bulir air mata mulai menjejaki pipi pucat itu tanpa suara. "Maafkan aku... seharusnya aku tahu sejak dulu betapa kau menahan diri untuk terus berpura-pura menjadi kekasihku. Pasti berat bagimu berpura-pura seperti ini. Maafkan aku."
ChanYeol bagai terpahat dari batu. Matanya kosong menatap BaekHyun di depannya.
"Maafkan keegoisanku ini, Yeol."
SuHo dan MinSeok menahan napas. Mata mereka telah basah. Ribuan frasa yang coba mereka rangkai lenyap begitu saja.
"Maafkan aku..."
BaekHyun memangkas jarak untuk memeluk tubuh kaku Chanyeol. BaekHyun menyadari jika ia masih sependek saat mereka pertama kali bertemu. Bahkan berjinjit pun tak akan bisa membuatnya sejajar dengan pemuda di pelukannya. Ia menyadari jika mungkin tinggi mereka tidak akan pernah sama, tapi BaekHyun ingat dengan begitu ia akan merasa nyaman jika ChanYeol memeluknya—membalas pelukannya. BaekHyun ingat—dan akan selalu ingat— bagaimana selama ini tubuh tinggi ChanYeol melindunginya, memeluknya, dan menjadi tempatnya bersandar saat ia lemah. BaekHyun akan ingat, walau kenyataan kini melukainya dengan hebat.
ChanYeol telah berpura-pura gay—pemuda itu membohonginya. Sakit, dada BaekHyun tersayat. Ia berperang dengan emosi dengan tubuhnya yang sekarat. Tapi, ia berpikir jika saja tadi ia tidak kembali ke dorm, mungkin ia tidak akan pernah tahu tentang ini. Mungkin—sampai kanker sialan itu mengalahkannya, ia akan selalu hidup dengan berbagai kebohongan yang ChanYeol berikan. Ia kesakitan, tapi dalam waktu bersamaan juga merasakan sebuah kelegaan.
BaekHyun memejamkan matanya. Menahan air mata dan mencari kekuatan. Ia menyelipkan lembaran kertas ke tangan yang berjemari besar milik ChanYeol yang terkulai di sisi tubuhnya, menggenggam jemari yang seharusnya begitu pas saat bersentuhan dengan jemari ramping nan mungil miliknya sebentar, dan berpikir bahwa mungkin nanti ia tak akan punya waktu untuk menggenggam jemari itu lagi. Jemari yang menularkan kehangatan saat saling terkait dan membentuk simpul erat. Lalu berbalik dan mulai melangkah menampilkan punggungnya pada Park ChanYeol.
Kertas itu selalu ia bawa setelah mereka bersama-sama membaca fanfiction beberapa waktu yang lalu. Kebersamaan mereka di mana ChanYeol masih bisa mengatakan bahwa pemuda tinggi itu akan menggendongnya jika saja kakinya sudah tak mampu dipakainya untuk menapak.
Lalu, vonis terakhir itu datang, bersama kejujuran yang menyakitkan.
Tapi, begini lebih baik. Sungguh. Bagi, BaekHyun kebohongan hanya akan menghadirkan rasa manis sekecap dan kemudian berubah menjadi pahit yang mampu membunuh.
Bodoh.
ChanYeol tahu—seharusnya ia tahu sejak awal jika menjadi gay tidak akan membunuhnya. Ia tidak akan mati hanya karena mencintai seorang Byun BaekHyun dan menjadi kekasih dari pria mungil yang tengah sekarat itu. Park ChanYeol merasakan sesak di bagian hatinya menyadari jika di kehidupan nyata ia lebih bodoh daripada sosok Chanyeol yang digambarkan author dalam fanfiksi '10080' itu—bahkan ia berkali lipat lebih kejam.
Bagaimana bisa ia menyakiti perasaan BaekHyun yang sudah sakit dengan cara seperti ini?
Manusia apa sebenarnya kau Park ChanYeol?
"Kau ingat tadi aku ingin memberitahumu sesuatu 'kan, Yeol?" BaekHyun berhenti tepat di tengah pintu. Bibir mungil itu bergerak, mencoba mengurai kalimat dengan perlahan.
"Terapiku gagal, Yeol."
Sayang, netra ChanYeol tak mampu menembus kepala bersurai cokelat pemuda itu untuk sekedar melihat ekspresinya. Hanya organ auditorinya yang berusaha menangkap getar yang BaekHyun keluarkan, sementara udara mencoba menyampaikannya dengan perlahan.
"Terapiku gagal karena semua sudah terlambat. Kau tahu bukan, kalau selama promosi EXO aku benar-benar menghentikan terapiku?"
"..."
"Aku tidak melakukan terapi seperti kemo karena aku tidak ingin fans kita curiga saat rambutku satu persatu berjatuhan."
"..."
"Aku berharap bisa bertahan bersama kalian. Bukankah kau bilang kau akan menggendongku saat aku tak mampu berjalan lagi?"
"..."
"Kuharap setelah ini, kau tidak melupakan janjimu, Yeol. Kita masih bisa berteman 'kan? Bukankah EXO adalah keluarga? Aku tetap ingin menjadi bagian dari keluarga ini untuk fans dan orang yang mencintaiku. Karena untuk sekarang, aku hanya berharap comeback nanti bukan—"
Park ChanYeol terjatuh ketika gravitasi menarik tubuhnya. Sebuah belati tajam tak terlihat seolah baru saja ditusukkan tepat ke hatinya. Tubuhnya bergetar. Tangannya meremas kertas yang baru saja BaekHyun berikan.
—kebersamaan terakhirku dengan EXO."
Biner basahnya menatap nanar punggung BaekHyun yang menghilang di balik pintu. BaekHyun tidak akan kemana-mana—tidak untuk saat ini, tapi ChanYeol merasa bahwa pemuda itu telah pergi jauh. Dan sebentuk rasa aneh menyebar mengikuti darahnya mengalirkan friksi menyakitkan dalam tiap helaian napasnya.
"Kau yang akan menyesal jika saja kau tidak mau berhenti memikirkan dirimu sendiri, Park."
Kini Park ChanYeol benar-benar menyesal.
.
.
.
.
.
.
.
"Bagaimana kau bisa berkata 'we are one' bersama EXO jika berkorban sedikit saja kau tidak bisa?!"
"Lucu ya, selain penyakitan ternyata aku juga seorang gay."
"Apa yang akan fans kita pikirkan jika tidak melihat penampilanku di panggung bersama kalian?"
"Hei, Yeol...apa menurutmu fans kita akan membenciku jika tahu aku seorang gay?"
"Kau itu homophobic yang memuakkan!"
"Menjadi seorang gay tidak akan membunuhmu, Park!"
"Terapiku gagal, Yeol."
"Sekarang aku hanya ingin bertahan untuk fans dan orang-orang yang mencintaiku."
.
.
.
.
.
.
00100010 01000001 01101011 01110101 00100000 01100010 01100001 01101000 01100001 01100111 01101001 01100001 00100000 01100010 01101001 01110011 01100001 00100000 01101101 01100101 01101110 01100011 01101001 01101110 01110100 01100001 01101001 00100000 01110011 01100101 01110011 01100101 01101111 01110010 01100001 01101110 01100111 00100000 01100100 01100101 01101110 01100111 01100001 01101110 00100000 01110100 01110101 01101100 01110101 01110011 00100000 01100100 01101001 00100000 01110011 01101001 01110011 01100001 00100000 01101000 01101001 01100100 01110101 01110000 01101011 01110101 00100000 01111001 01100001 01101110 01100111 00100000 01110100 01101001 01100100 01100001 01101011 00100000 01100001 01101011 01100001 01101110 00100000 01101100 01100001 01101101 01100001 00101110 00100000 00110011 00110110 00110101 00100000 01101000 01100001 01110010 01101001 00100000 01100001 01100100 01100001 01101100 01100001 01101000 00100000 01110111 01100001 01101011 01110100 01110101 01101011 01101011 01110101 00100000 01111001 01100001 01101110 01100111 00100000 01110100 01100101 01110010 01110011 01101001 01110011 01100001 00100000 01110101 01101110 01110100 01110101 01101011 00100000 01100010 01100101 01110010 01110011 01100001 01101101 01100001 00100000 01101101 01100101 01101101 01100010 01100101 01110010 00100000 01000101 01011000 01001111 00101100 00100000 01100010 01100101 01110010 01110100 01100101 01101101 01110101 00100000 01100100 01100101 01101110 01100111 01100001 01101110 00100000 01110000 01100101 01101110 01100111 01100111 01100101 01101101 01100001 01110010 00100000 01111001 01100001 01101110 01100111 00100000 01101101 01100101 01101110 01100011 01101001 01101110 01110100 01100001 01101001 00100000 01101011 01101001 01110100 01100001 00101100 00100000 01100100 01100001 01101110 00101110 00101110 00101110 01110101 01101110 01110100 01110101 01101011 00100000 01101101 01100101 01101110 01100011 01101001 01101110 01110100 01100001 01101001 01101101 01110101 00101110 00100000 01001101 01100001 01100001 01100110 01101011 01100001 01101110 00100000 01100001 01101011 01110101 00100000 01100001 01110100 01100001 01110011 00100000 01110000 01100101 01110010 01100001 01110011 01100001 01100001 01101110 00100000 01110011 01100101 01110000 01101001 01101000 01100001 01101011 01101011 01110101 00100000 01100100 01100001 01101110 00100000 01110100 01100101 01110010 01101001 01101101 01100001 00100000 01101011 01100001 01110011 01101001 01101000 00100000 01110100 01100101 01101100 01100001 01101000 00100000 00100111 01100010 01100101 01110010 01110000 01110101 01110010 01100001 00101101 01110000 01110101 01110010 01100001 00100111 00100000 01101101 01100101 01101110 01100011 01101001 01101110 01110100 01100001 01101001 01101011 01110101 00101100 00100000 01000111 01101001 01100001 01101110 01110100 00101110 00100000 01000001 01101011 01110101 00100000 01100001 01101011 01100001 01101110 00100000 01110100 01100101 01110010 01110101 01110011 00100000 01101101 01100101 01101110 01100011 01101001 01101110 01110100 01100001 01101001 01101101 01110101 00100000 01101100 01100101 01100010 01101001 01101000 00100000 01101100 01100001 01101101 01100001 00100000 01100100 01100001 01110010 01101001 01110000 01100001 01100100 01100001 00100000 01101011 01100101 01110011 01100101 01101101 01110000 01100001 01110100 01100001 01101110 00100000 01101011 01101001 01110100 01100001 00100000 01110101 01101110 01110100 01110101 01101011 00100000 01100010 01100101 01110010 01110011 01100001 01101101 01100001 00101110 00100010
...
THE BEGINNING
special thanks to:
Loluuuuu | AnjarW | yeolii | Guest | SHY Fukuru
Regina Moccha Leonarista | | SAM | | surat kaleng
Guest | Unnamed EXOstand | aspirerainbow | Guest | baekyeolie
akit02 | Guest | anon | Guest | ggg
baekggu | GaemGyu92 | Aiiu d'freaky | chenma | Baby Panda Zi TaoRis EXOtics
ByunnaPark | daelogic | nissa | chanbaekie |BaekYeoleuuu
CHOcocolate | noname | deerlohan | SlytherSoul d'Malfoy | Chonurullau40 a.k.a Miss Zhang
RinRin | chanbaekxoxo | KRISme | shinelightseeker | bubbletea
summerbaek | binarichanbaek | nita | parkbyun | Tania3424
parkchonyal | Park Baek Yeol | kwondami | baekangel | RaDisZa
Rin Kim .UT | Amortentia Chan | Chyun | baek byun | Reddish Bi
Xiadult | byuna baek | Guest | frea kim | Im lulu
byunswag | MidnightPandaDragon1728 | baektochan | Anaknya ChanBaek
qkrqudxo | FatinEXOtic | Jihyun Kim | tia | mmillo | ryanryu
( © AL, 2013 )