Sidang saya ditunda hingga awal Oktober, jadi daripada bengong ga ngapa-ngapain mending buat cerita XD #plaked# Bo'ong lu! padahal blom buat presentasi & belajar buat sidang!


I own nothing, Naruto belong to Masashi Kishimoto

REASON © Mbik Si Kambing

Warning: Dark!Hinata, Canon, Typo, DE EL EL…

Don't Like?Don't Read!


Prologue

Hujan mengguyur dengan deras, membasahi semua yang ada di bawahnya. Membasahi tubuh-tubuh tak bernyawa, cipratan darah yang sudah mengering, dan bebatuan yang hancur akibat serangan Madara dan Obito. Tak luput, hujan juga membasahi kerumunan shinobi di bawah sana, yang melingkari tubuh seorang pemuda.

"Naruto…"

"Naruto…! NARUTO…!"

"Naruto… bertahanlah.. jangan mati… bukankah mimpimu belum terwujud?!"

"Jangan tinggalkan aku, Naruto…"

Namun semua sia-sia, Naruto telah meninggalkan mereka semua.

Isakan, tangisan serta teriakan-teriakan dari Sasuke dan Sakura menjadi sebuah nyanyian pilu kala itu. Mereka semua tertunduk sambil menahan air mata, di depan mereka terbaring tubuh bocah yang sejak dulu bercita-cita menjadi Hokage, yang sekarang tidak lagi bernyawa. Mereka tidak bisa lagi mendengar candaan, tawa khasnya, dan tidak bisa lagi melihat senyum lebarnya.

―dan di antara mereka, hanya seorang gadis yang wajahnya terlihat paling sedih. Ya, kalian tahu siapa gadis itu. Gadis itu bernama Hyuuga Hinata.

Setelah Neji, kembali orang yang paling ia cintai terenggut paksa dari dirinya. Hinata hanya menatap tubuh tak bernyawa Naruto, kemudian ia menoleh ke kiri. Dengan Byakugan, ia dapat melihat tubuh Hyuuga Neji yang letaknya ratusan meter dari tempatnya berpijak.

Sama.

Keduanya sama-sama tidak bernyawa. Tewas akibat perang dan sudah dipastikan kedua shinobi tersebut menjadi pahlawan desa, serta dikubur di pemakaman khusus para ninja pejuang.

Senang? Atau bahkan bangga?

Tidak! Hinata sama sekali tidak senang apalagi bangga, ia justru marah dan sedih. Belum lagi rasa sesalnya karena tidak bisa melindungi Neji dan Naruto.

Dendam. Ya, ia dendam. Entah ia dendam pada siapa dan pada apa. Mungkin pada Madara dan Obito, mungkin juga pada takdir.

Wanita berambut indigo itu mencengkram dadanya. Rasa perih dan tercabik-cabik dapat ia rasakan dari dalam sana. Rasa sakit yang asing dan belum pernah ia rasakan sebelumnya, menggerogotinya secara brutal dan membabi-buta. Hinata meringis menahan nyeri. Anehnya setelah beberapa saat, rasa sakit itu hilang dan digantikan dengan perasaan hampa.

Ya... hampa, atau bahasa lainnya kosong. Rasa sakitnya telah lenyap, begitu juga dengan rasa sedih dan marahnya. Entah kemana semua rasa itu pergi.

Setelah diam cukup lama dan memejamkan mata, akhirnya kelopak matanya terbuka.

Sungguh berbeda. Raut wajahnya kini terlihat datar, belum lagi tatapan matanya yang biasanya bersinar sekarang redup dan…kosong.

Hinata yang dulu terkenal pemalu sekarang sudah mati, mati bersamaan dengan Naruto dan sepupunya Neji. Sekarang Hinata yang baru sudah lahir.

Dengan tatapan kosong, ia melihat lagi teman-teman seangkatannya dulu―yang masih saja menangisi kepergian Naruto.

Persetan dengan Konoha, persetan dengan Klan Hyuuga. Dirinya sudah muak, ternyata benar ucapan Madara dan Obito, bahwa tidak ada yang namanya cinta dan keadilan di dunia ini. Semuanya hanya kamuflase belaka. Orang-orang di desanya, bahkan Naruto sendiri sudah termakan oleh hal tersebut.

Mundur beberapa langkah, Hinata membalikkan badan dan pergi meninggalkan teman-temannya, desa, bahkan Klannya.

"HINATA!"

"Hinata…kembali…! " teriak seseorang dari belakang.

Siapa yang memanggilnya, Hinata tidak peduli, Hinata terus berlari.

Selama berlari, di kanan maupun di kiri jalan dapat ia lihat mayat-mayat yang tergeletak. Bermacam-macam. Perempuan dan laki-laki. Ada yang ia kenal dan ada juga yang tidak, semuanya terlihat sangat mengenaskan.

Tidak peduli. Ya, Hinata tidak ingin peduli lagi. Namun langkahnya terhenti ketika melihat tubuh pemuda berambut panjang, badannya dipenuhi luka tusukan. Tubuh tersebut milik Hyuuga Neji―seorang bunke yang menyelamatkannya dari serangan Obito. Bunke dan Souke. Budak dan majikan.

Cih! Hinata muak dengan klannya, muak dengan peraturan konyol yang dibuat tetuanya dahulu kala.

Maju selangkah, kemudian berlutut, "Aku akan pergi, Neji-niisan," ucapnya seraya melepas ikatan di lehernya, "...sayonara."

Sebuah kalimat terakhir diucapkan pewaris Klan Hyuuga tersebut, sebuah kalimat perpisahan. Tak lupa selembar kain biru dengan simbol Konoha ia letakkan di samping jasad Neji.

Satu-satunya tanda yang menghubungkannya dengan Konoha― desa tempat ia lahir dan dibesarkan―sudah ia tanggalkan.

Tujuannya kini hanya satu… ya, dan ia harus menemukannya, apapun akan ia lakukan, walau harus mengorbankan ratusan nyawa sekalipun.

Apapun… demi kembalinya Naruto dan Neji disisinya.

Hinata bangkit dan kembali berlari. Mencari sosok yang mampu mengabulkan keinginannya, sosok yang tidak sengaja ia dengar dari ayahnya dan Hokage kelima.

Sosok yang lebih kejam, gelap dan lebih mengerikan daripada semua musuh yang pernah menyerang Konoha.

Satu-satunya yang bisa mengubah takdirnya, bahkan takdir dunia.

..

..

..


Saya tahu, ini pendek. Karena masih prolog. Maaf lagi-lagi buat cerita baru. Ide ini sedikit aku dapat dari karya Oneshot-ku 'After War', tapi jelas akhirnya beda. Kalau mau baca silahkan,, tapi jangan lupa review ya..

Biasanya Sasuke yang dark, tapi dlm cerita ini aku buat Hinata sedikit dark hehehehe…*devil smirk*, SOOoo….

Apakah ini pantas dilanjutkan atau tidak, ya minna?

Masih dalam event SHDL kan? Happy SHDL 2013 ya minna :)

Salam,

Mbik Si Kambing :)