Ada yg kangen saya? #muntah berjamaah

Maaf utk yg nungguin "SELFISH" saya lg kena WB berkepanjangan(?) tp tenang aja,saya akan usahakan lanjutin FF Itu sampe tamat,ga akan biarin mogok di tengah jalan,hehe..

Untuk mengobati kerinduan #apadah
Saja bawa FF jadul, yg udh berabad2 nongkrong di draf #lebay -_-
Ini cm 3 ato 4 chap aja,sebenarnya saya tinggal ngetik endingnya aja, tp liat respon dulu *digebukin* :D

Silahkan tinggalkan jejaknya jika berkenan. But, ini Geje tingkat Dong Bang, so.. DON'T LIKE DON'T READ okay!? ;-)

Title : It's Fated

Writer : Nickey Jung Rae Suk

Cast : YunJae-Min, YooSu, Kim Jaehee (Jaejoong's Nuna), Shim (Jung) Jaeyoon, Jessica Jung (SNSD), Joseph Cheng, etc.

Rating : T (PG 17)

Genre : YAOI, Lil bit Straight, Friendship, Romance, MPreg ^^

Lenght : 1 of ?

Disclaimer : YunHo MILIK JaeJoong, JaeJoong MILIK YunHo, Cerita ini ASLI MILIK saya.

Warning : YAOI, BOY x BOY, Boys Love, OOC tingkat DongBang, Typo(s), Ide pasaran, EYD kacau, Judul ga sesuai dg cerita, No Majas, Alur lambat-kadang cepet, TIDAK SUKA JANGAN BACA - NO BASH.

.

.

.

~*It's Fated by nickeYJung*~

Chapter 1

Incheon, April 2009

Tempat tidur King Size itu sedikit bergerak saat seorang namja cantik merentangkan kedua tangan dan kakinya -menggeliat. Namja cantik bernama Kim Jaejoong itu terusik ketika sinar mentari pagi masuk melalui celah jendela kaca di kamar bernuansa hitam putih itu. Beberapa kali mata bulatnya mengerjap mencoba meraih kesadarannya. Keningnya sedikit mengernyit saat ia merasa asing dengan suasana kamarnya.

"Eungh..."

Suara lenguhan yang berasal dari samping membuat Jaejoong menolehkan kepalanya. "Yunho.." Gumamnya heran. Matanya masih terus memperhatikan sosok tampan yang tengah tertidur dengan mulut sedikit terbuka itu. Pikirannya pun mulai berkelana.

Kenapa Yunho tidur di sampingnya? dan kenapa dia tak tidur di kamarnya?

Sedetik, dua detik, tiga detik.

Seketika Jaejoong terduduk, mata indah itu membulat tak percaya. "Akh!" Ringisnya saat merasakan sakit pada tubuh bagian bawahnya.

"Yunho-yah..ireona.." Jaejoong mengguncang-guncang tubuh Yunho. Tangannya memegang erat selimut untuk menutupi dada polosnya yang penuh dengan bercak-bercak merah keunguan.

"Yya! Jung Yunho!"

Yunho menggeliat pelan, ia menggaruk pelipisnya. "Waeyo...?" Tanyanya dengan mata yang masih terpejam.

"Ironabwa!"

Plak!

"Ouch! Waegurae..?" Dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, Yunho duduk seraya mengusap pipi kanannya yang ditampar Jaejoong. Perlahan mata musangnya terbuka, bibirnya mengerucut. Tamparan Jaejoong memang tidak keras namun cukup membuat ia kesal karena tidur nyenyaknya terganggu.

"Wae..?" Tanya Yunho dengan tampang bingung karena Jaejoong terus saja menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Kau ingat apa yang kita lakukan semalam?" tanya Jaejoong menatap horor sahabat karibnya itu.

"Semalam?" Yunho balik bertanya. Ia mencoba mengingat kejadian semalam. Sepertinya namja tampan itu belum sadar dengan keadaannya dan Jaejoong yang hanya memakai selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. "-Semalam aku, kau, Yoochun, Junsu dan Changmin berpesta untuk melepas masa lajangku, lalu kita semua minum hingga mabuk. Yoochun, Junsu dan Changmin pulang diantar sopir mereka, sedangkan kita terus saja minum, lalu..." Yunho menggantungkan ucapannya saat ia tersadar dengan sesuatu. Namja tampan itu segera menolehkan wajahnya menatap Jaejoong yang masih terus menatapnya datar. "La..lu.. Aku.. Kita... -A-aku tidak ingat..." Yunho menelan ludahnya gugup. Sekarang ia bisa menyimpulkan apa yang terjadi semalam. Well.. Walaupun ia tak ingat sepenuhnya, tapi ia yakin setelah melihat keadaan Jaejoong yang tak jauh berbeda darinya. "Jae-yah kita-"

"Kita melakukannya" potong Jaejoong cepat. "Aish! Bagaimana mungkin... Kita berdua ini sama-sama pria, tapi-" Jaejoong kembali menatap Yunho, namun Yunho hanya terdiam dan mengerjapkan mata musangnya, bodoh.

"Aish..." Jaejoong menghempaskan tubuhnya kembali terlentang. "Kenapa bisa seperti ini?..." rutuknya sambil menatap langit-langit kamar. Namja cantik itu tak pernah menyangka jika sex pertamanya akan ia lakukan dengan Yunho, sahabatnya sendiri, dengan seorang namja sama sepertinya, dan terlebih dia yang ditusuk! What the?

"Mianhae..." Yunho terus menatap Jaejoong. Ia sungguh tak tahu apa yang harus dilakukannya. "-Aku sungguh tak sadar. Saat itu aku tak ingat..."

"Tapi kenapa harus aku yang dirasuki?" lirih Jaejoong sedikit frontal.

"Mana ku tahu..." Jawab Yunho tak kalah lirih.

Keduanya terdiam. Jaejoong sendiri tahu, ini memang bukan sepenuhnya salah Yunho. Jika saja semalam ia tak mabuk, atau setidaknya ia sedikit sadar, mereka mungkin tak akan sampai melakukan hal terlarang itu.

"Aku sungguh minta maaf Jae, aku-"

"Sebaiknya kita lupakan...anggap saja ini tak pernah terjadi. Bukankah kita sama-sama namja? Pasti tak akan terjadi apa-apa bukan?" ujar Jaejoong berusaha bersikap tenang.

"Yeah...tapi...apa sungguh tidak apa-apa?" Yunho ikut berbaring di samping Jaejoong, menatap kosong langit-langit kamar apartementnya.

"Mau bagaimana lagi.. Lagi pula besok kau akan menikah. Kau tak mungkin membatalkan pernikahanmu hanya karena sudah mengambil keperawananku bukan?"

"Itu..."

"..Anggap saja ini kado spesial dariku. Haha..." Jaejoong tertawa canggung. Dalam hati ia merutuki ucapannya sendiri yang menurutnya konyol. Tentu saja, mana ada orang yang setenang itu saat sesuatu yang berharga pada dirinya telah hilang.

Mendengar itu Yunho pun ikut terkekeh pelan. "Ck, Kado yang aneh.."

Untuk beberapa saat mereka kembali terdiam, tak ada yang bersuara, hanya detak jantung keduanya yang terdengar lebih cepat dari biasanya seolah sedang berlomba. Mereka tenggelam dengan pikiran masing-masing.

"Kuharap istrimu tak akan sadar jika suaminya sudah tak perjaka" ujar Jaejoong setelah beberapa saat keduanya termenung, namja rupawan itu kembali tertawa kecil mendengar ucapan konyolnya lagi.

"Asal kau tak memberitahu istriku kalau sebelum melakukan dengannya aku melakukannya lebih dulu denganmu"

"Kalau aku melakukan hal itu, berarti aku bodoh"

"Haha.." Yunho tertawa. Namja tampan itu menolehkan wajahnya ke samping, ia memandang Jaejoong yang tengah menatap langit-langit kamar. Entah apa yang Jaejoong pikirkan. Ia tak bisa menebaknya.

"Jae?" Yunho mulai mengeluarkan kembali suaranya.

"Hm?" Gumam Jaejoong menoleh.

"Apa..apa kau menyesal?..." Tanya Yunho ragu.

Jaejoong menghela nafas. "Apa dengan menyesali akan membuat semuanya kembali?" Tanya balik Jaejoong. "Semuanya sudah terjadi... Percuma saja kita menyesal juga... -Atau mungkin kau sendiri yang menyesal?"

"Ani! Aku.. Aku hanya... Bertanya..aku takut kau menyesal..."

"Aku memang menyesal. Sangat menyesal. Kau tahu kenapa?"

Yunho menggeleng. Matanya masih setia memandang wajah elok Jaejoong.

"Karena aku yang ada dipihak bawah. Kalau saja aku yang merasukimu, mungkin aku tak akan terlalu menyesal"

"N-nde?"

"Makanya aku sangat menyesal. Kenapa harus aku yang dirasuki eoh?..." Jaejoong mendelik Yunho tajam.

"Mwo? Mana ku tahu... Kau sendiri, kenapa mau saja aku rasuki? Kenapa tidak menolak?"

"M-mwo? Itu.. Aku... Aish sudahlah.. Lebih baik sekarang kita berpakaian. Kau terlihat aneh bertelanjang seperti itu!" hardik Jaejoong. Namja cantik itu segera bangun dan menarik dengan kencang selimut untuk menutupi tubuh indahnya hingga kini tubuh telanjang Yunho terekspos.

"Yya! Jangan tarik!"

Jaejoong membelakkan matanya melihat sesuatu berbentuk terung mengacung indah diantara paha coklat Yunho. 'Ommo besar sekali..pantas saja lubangku terasa perih..' batinnya antara kagum dan ngeri.

"Apa yang kau lihat eoh?" sengit Yunho yang langsung menutupi benda pribadinya dengan boxer bergambar hello kitty yang disambarnya dari atas lampu tidur. Entah kenapa boxer imut milik Jaejoong itu bisa mendarat di atas lampu tidur itu. Mungkin permainam mereka semalam terlalu liar.

"Eo-eopsseo" gugup Jaejoong memalingkan wajahnya cepat. Entah mengapa pipinya terasa panas melihat benda yang telah mengobrak-abrik hole ketatnya semalam. 'Aish Kim Jaejoong! Apa yang kau pikirkan eoh? Kau juga punya yang seperti itu... Yaa.. walaupun lebih imut..' Batinnya lagi.

"Waeyo...apa kau terpesona?" Seringai Yunho yang melihat semburat merah di pipi putih sahabatnya itu. "-Bagaimana kalau kau menambah kadonya?" kerlingnya menggoda.

"MWO? Michyeonya? Ishh!" Jaejoong segera pergi sambil merutuki ucapan Yunho tadi. Digenggamnya dengan erat selimut yang membungkus tubuhnya agar tidak melorot. Ia berjalan tertatih ke arah kamar mandi. Pantatnya benar-benar perih. Entah berapa kali namja Jung itu menggagahinya. Yang jelas, ia sama sekali tidak ingat.

.

.

.

~*It's Fated by nickeYJung*~

Suasana bahagia sangat kentara di Ballroom Hotel berbintang lima itu.

Ratusan tamu undangan terus berdatangan untuk mengucapkan selamat pada kedua mempelai yang terlihat lelah namun tetap memasang senyuman manis.

Resepsi pernikahan akbar itu dihadiri oleh beberapa kalangan. Pengusaha, pejabat pemerintah, hingga artis dan model-model papan atas turut hadir untuk mengucapkan selamat pada kedua mempelai.

Jung Dongha dan Jung Raesuk tampak sangat bahagia, pasalnya Putra tunggal mereka -Jung Yunho akhirnya mempersunting anak gadis sahabat karibnya Jung Jihoo.

Presiden Direktur YJ Grup itu memang telah lama berniat menjodohkan Yunho dengan Jessica, putri sahabatnya yang bermarga sama dengan keluarganya. Namun sebelum ia mengutarakan keinginannya pada sang anak, Yunho terlebih dulu memperkenalkan Jessica padanya dan sang istri. Tentu saja hal itu membuat Dongha senang, ia tak perlu membujuk anaknya itu untuk mewujudkan keinginannya.

Jung Sooyeon atau yang lebih akrab dipanggi Jessica adalah putri Jung Jihoo pemilik agensi Entertainment terkenal di Korea Selatan. Ia berprofesi sebagai model. Dan yeoja cantik itulah yang menjadi pelabuhan terakhir cinta Yunho. Jessica yang terkenal dengan julukan 'Ice Princess" itu akhirnya luluh pada pesona Jung Yunho setelah namja tampan itu berusaha keras untuk mendapatkan hatinya.

"Hah...kenapa kau mendahului kita..." Yoochun menghela nafas kecewa. Namja cassanova itu sungguh tak menyangka jika Yunho akan mengakiri masa lajangnya. Padahal mereka baru saja lulus universitas.

"Kalian harus cepat menyusul" sahut Yunho seraya tersenyum ramah pada tamu yang menyapanya. Ia juga tersenyum melihat Jessica yang tengah tertawa bahagia bersama teman seprofesinya yang tak jauh dari tempatnya berkumpul dengan sahabat-sahabat karibnya.

"Kau jadi pindah ke Paris Yun?" tanya Jaejoong sambil menyesap red wine-nya.

"Ke Paris?" koor Yoochun, Junsu dan Changmin.

"Kau belum memberitahu mereka?" heran Jaejoong yang melihat raut keterkejutan ketiga sahabatnya.

"Belum. Aku baru memberitahumu saja" sahut Yunho terkekeh.

"Ck! Hal sepenting itu kenapa tak memberitahu kami dari awal? Apa kau tak menganggap kami sahabat huh?" Junsu mendengus dan memalingkan wajahnya.

"Sorry... Tadinya aku hanya ingin memberi kalian kejutan." Yunho terkekeh. "-Ah, bagaimana kalau sebelum aku berangkat, kita adakan pesta dulu? Seperti kemarin.." Tawarnya antusias. Namja tampan itu memang sangat menyukai party. Baginya pesta adalah kebahagiaan, dan menurutnya dengan berpesta kita bisa 'sedikit' melupakan masalah yang kita hadapi. Ck, pendapat yang aneh.

"Memangnya kapan kau berangkat?" tanya Changmin yang sedari tadi sibuk mengunyah 'kekasihnya'.

"Besok. Jadi malam ini kita akan bersenang-senang. Umm... Bagaimana kalau di rumahmu Jae?"

"Mwo? Andwe... Nunaku sedang ada di rumah, dia akan pergi tiga hari lagi" tolak Jaejoong. Namja cantik itu memang hanya tinggal sendiri di rumah sederhananya. Namun terkadang Kakak perempuannya yang tinggal bersama suaminya di Seoul akan mengunjunginya sewaktu-waktu.

"Jinjja? Sayang sekali.." desah Yunho kecewa.

"Memangnya malam ini kau tak akan melakukan sesuatu yang panas dengan istrimu eoh?" Yoochun mengerling sambil terkekeh.

"Benar! Bukankah yang ditunggu-tunggu setiap pengantin baru adalah malam pertama?" timpal Changmin menaik- turunkan alisnya.

Plak!

Plak!

"Ouch!"

Dengan tidak elitnya Junsu menggeplak dahi Yoochun dan Changmin. "Kalian berdua memang mesum!"

"Yya dolphin! Kau bosan hidup eoh? Awas saja... jika dahiku jadi lebar seperti Yoochun, akan ku kembalikan kau ke laut!" sungut Changmin mengusap dahinya, namun sebelum rasa sakitnya hilang. Dua buah jitakan kembali ia dapatkan. Kali ini Yoochun dan tentu saja Junsu yang menjadi pelaku.

"Yya!"

"Geumanhae! Kalian ingin membuat pestaku kacau eoh?" Yunho mencoba melerai. Namun ketiga sahabatnya masih terus saja beradu mulut.

"Dasar anak-anak..." Jaejoong menggelengkan kepalanya tak habis pikir, padahal usia mereka sudah 22 tahun dan baru saja lulus universitas, tapi kelakuan mereka masih tak berbeda jauh dengan siswa Junior High School.

"Dia duluan yang mulai" ucap Changmin membela diri.

"Itu karena kau mesum" Junsu tak mau kalah.

"Kau juga sama saja jidat lebar!"

"Yya! Apa kau tak sadar kalau bibirmu juga lebar huh?!" balas Yoochun tak terima Changmin mengatainya.

"Yya, yya! Kalian ini...aishh..." Yunho kehabisan cara untuk melerai.

"Shikuro!" Hardik Jaejoong jengah karena keempatnya masih terus beradu mulut, bahkan semakin memanas. "-Apa kalian tidak malu eoh? Lihat, semua memperhatikan kita, aigoo..." Jaejoong menunduk menutupi wajah dengan telapak tangannya. Meskipun suara pertengkaran mereka tidak terlalu keras, namun tetap saja mereka menjadi pusat perhatian. Bahkan sang pemilik acara- duo Jung, dan Jessica pun ikut melihat ke arah mereka.

Setelah sadar jika mereka menjadi pusat perhatian, Yunho, Yoochun, Changmin dan Junsu pun segera membungkukan badan mereka meminta maaf.

"Jeosunghamnida... Jeosunghamnida... Jeosunghamnida..." ujar pelan keempatnya dengan kompak. Sedangkan Jaejoong hanya tersenyum canggung pada semuanya.

.

.

.

~*It's Fated by nickeYJung*~

Seoul, January 2013

Sepasang mata bulat itu mengerjap dan perlahan terbuka saat dirasakan tiupan hangat di telinganya.

Jaejoong mencoba meraih kesadarannya. Bibirnya menggerutu pelan karena tidur nyenyaknya terganggu.

"Chagya~ Ireona~...apa kau tak malu pada Jaeyoon hum? Dia sudah siap di meja makan..."

Bisikan itu membuat Jaejoong terpaksa membuka mata indahnya.

"Aish.. Aku masih ngantuk Shim!" Jaejoong menarik selimut dan menutup matanya kembali.

"Apa aku harus memandikanmu hum? Baiklah, kkajja.."

Grep!

"Yya! Shim Changmin mwoaneungoya?!"

"Aku akan memandikanmu"

"MWO? Shirreo! Ok, aku bangun! Cepat turunkan!

Changmin terkekeh melihat wajah sangar 'istrinya' itu. Ia menurunkan Jaejoong. Dan dengan sedikit terseok karena sibuk melilitkan selimut untuk menutupi tubuh polosnya, Jaejoong berjalan ke kamar mandi yang ada di kamar itu setelah sebelumnya memberikan tatapan tajamnya pada Changmin.

BLAM!

Melihat pintu yang ditutup kasar, Changmin tertawa lebar. Ia memang sangat senang menggoda istrinya itu. Kemudian namja tinggi nan tampan itu keluar dari kamar, menemui anaknya yang sudah siap menyantap sarapan di meja makan.

"Morning my princess..." Sapa Changmin mendudukan tubuhnya di depan sang anak.

"Papa zao..." balas yeoja cilik yang bulan depan nanti genap berusia tiga tahun itu dengan bahasa mandarin yang ia pelajari dari 'pujaan hatinya'.

Changmin tersenyum dan mengacak rambut anaknya gemas. Kemudian namja tinggi itu menyambar roti yang dipanggangnya sebelum ia membangunkan Jaejoong tadi. Mengolesnya dengan selai nanas, lalu menggigit dan mengunyahnya lahap.

"Umma mana Pa?" Tanya Jaeyoon dengan mulut penuh. Remah dan selai cokelat menempel di pipi tembemnya.

Dengan penuh sayang Changmin membersihkan remah dan selai itu dengan tissu yang tersedia di sana.

"Mungkin sebentar lagi turun. Semalam Umma tidurnya sangat pulas, makanya jadi kesiangan" Jawab Changmin berbohong. Yeah, berbohong. Karena kenyataannya semalam ia dan Jaejoong habis melakukan 'olahraga malam' hingga mengakibatkan Jaejoong kelelahan dan berakhir dengan kesiangan.

Tak lama kemudian terdengar derap langkah seseorang menuruni anak tangga di rumah sederhana namun elegan itu.

"Pagi semua..." Jaejoong menghampiri Changmin dan Jaeyoon yang tengah sibuk melahap sarapannya seakan sedang berlomba.

"Pagi honey..."

"Mama zao..."

Mendengar sahutan itu Jaejoong langsung melemparkan tatapan tajamnya pada anak serta suaminya.

"Hahahaha arrasseo..." Ujar Changmin tertawa, sedangkan Jaeyoon terkikik melihat ekspresi sebal sang ibu.

Dengan perlahan Jaejoong duduk di samping Changmin. Ia bisa merasakan sedikit perih saat pantatnya menyentuh permukaan kursi. 'Shim Changmin sialan! Awas saja kalau aku tak bisa berjalan. Akan ku jual kulkas raksasa miliknya itu!' Rutuk Jaejoong dalam hati. Ia jadi sedikit menyesal karena semalam telah menuruti namja tinggi itu yang memintanya untuk melakukan kewajiban suami- istri di tempat tidur.

"Apa sangat sakit?" Khawatir Changmin yang melihat raut wajah kesakitan Jaejoong. Bagaimanapun ia merasa sedikit bersalah karena perbuatannya semalam yang sedikit err kasar.

"Lebih baik kau tak usah bertanya jika sudah tahu jawabannya" Jawab Jaejoong ketus. Sementara Changmin hanya menggaruk tengkuknya innocent.

"Emangnya Umma cakit apa?"

"Jaennie..."

"Wo zhi dao le... Daddy! (aku tahu...Daddy)" ujar Jaeyoon menekan kata 'Daddy' sambil mengerucutkan bibir cherry-nya.

"Joha..." Jaejoong tersenyum puas. Namja cantik itu memang paling enggan dipanggil Umma, Mommy, Mama atau semacamnya yang berhubungan dengan panggilan untuk yeoja. Meskipun ia yang mengandung dan melahirkan Jaeyoon, namun ia tetaplah seorang laki-laki yang memiliki Mr. P, jadi sangat tidak cocok jika ia dipanggil Umma atau sebagainya. Terlebih wajahnya tampan, ingat TAMPAN, hingga menurutnya panggilan seperti itu terdengar sangat aneh.

"Hali ini Yoon ikut ke lestolan ne, Yoon kangen Xiao Zhong, xixixixi..." Kikik Jaeyoon malu-malu menutup mulut dengan kedua tangan mungilnya.

"Aigooo... Ternyata anak Appa sedang jatuh cinta eoh?" Goda Jaejoong

"Xiao Zhong? Nuguya? Apa dia koki dari Taipei itu?" Tanya Changmin.\

"Um, Zheng Yuan Chang aka Joseph atau Joe.." Angguk Jaejoong. Semburat merah tercetak di pipi putih namja TAMPAN itu.

Melihat itu Changmin memicing. "Kau menyukainya?" Terkanya.

"Nde? Naega?... A-aniyo... Kau ini bicara apa?... Aku hanya kagum saja. Ya, kagum..lagi pula dia namja, jadi aku tak menyukainya" jawab Jaejoong cuek.

"Apa kau pikir aku bukan namja?" Dengus Changmin. "-Jelas sekali kalau kau menyukainya"

"Lalu, masalah buatmu?"

"Aniyo.. Aku tak peduli, hajiman... Aku belum menemukan belahan jiwaku, jadi rasannya tidak adil saja.."

"Untuk apa kau mencarinya jika mereka sudah ada di sekitarmu?"

"Huh?"

"Semua macam makanan di dunia ini, belahan jiwamu bukan?"

"Tks..." Changmin mendengus, sedangkan Jaejoong tertawa puas.

Melihat itu Jaeyoon hanya menghela nafas. Selalu saja seperti ini. Bumonimnya senang sekali memperdebatkan hal yang tidak penting. Pemandangan yang seperti itu memang sudah tak asing lagi bagi Jaeyoon. Namun bukannya takut atau jengah, justru Jaeyoon merasa terhibur. Bagi yeoja cilik itu, melihat pertengkaran kecil bumonimnya lebih seru ketimbang menonton kartun Tom and Jerry. Ck! Jaeyoon sendiri merasa heran, padahal bumonimnya sering beradu mulut, tapi entah mengapa keluarganya terkesan harmonis. Well, meskipun usianya masih balita -masih tiga tahun, namun cara bicara dan cara berpikir Jaeyoon, tidak seperti anak seusianya. Dia terlihat seperti anak-anak yang tengah menginjak remaja(?).

A/n : Sepupu saya juga umur 3 thn udh jelas ngomongnya,cuma ucapin huruf 'R' masih cadel.

.

.

.

~*It's Fated by nickeYJung*~

Seorang namja tampan tengah berdiri di depan pintu sebuah apartement yang tergolong cukup mewah di kawasan kota Seoul. Namja tampan bermarga Jung itu terlihat ragu saat hendak menekan bel yang terdapat di samping pintu bercat putih itu.

"Aishh apa si jidat itu masih tinggal di sini?" Gerutunya berbicara sendiri. "-Bagaimana kalau dia sudah pindah?... Tapi... Tak ada salahnya bukan jika aku coba?" Seperti orang setengah gila, ia terus berbicara sendiri.

Ting tong~ Ting tong~

"Mmckpckpmh...mhhh.. Ahh.. Chunnie-yah... Suddahh...ada yang datangh.. Eunghh..."

"Biarkan saja Su Baby.. Siapa suruh bertamu pagi-pagi..." Namja tampan yang tak lain Park Yoochun itu terus saja menciumi leher jenjang istrinya. Sesekali pria berjidat indah itu menggigit pundak istrinya hingga sang istri melenguh nikmat.

"Tapih, ini sudah hampir siang... Apa kau tak pergi ke kantor...ughh..." Kim, ani- Park Junsu mendongkakkan kepalanya mendesah nikmat.

Ting tong~ Ting tong~

Brughh..

"Arghh..."

Dengan kasar dan terpaksa, Junsu mendorong tubuh Yoochun hingga terhempas ke lantai. "Mian Chunnie, tapi aku harus melihat siapa yang datang... Bagaimana jika Presiden Korea Selatan? Bukannya beliau tamu penting?" ucap Junsu 'lebay'. Namja manly namun imut itu buru-buru memakai jas(?) tidurnya. "-Cepat bangun dan mandi! Aku akan menyiapkan sarapan.."

Blamm!

Yoochun meringis sambil mengusap-usap bokongnya yang tadi sempat mencium lantai.

"Ughh si bebek itu tega sekali membuat pantatku cidera, awas saja kalau pantatku sampai amnesia" rutuknya berlebihan. Ck! Ternyata sepasang suami istri itu mempunyai tingkat ke 'alayan' yang tinggi. -_-

Brukk!

Yoochun menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Namja chubby itu kembali menutup matanya. Dan tak lama kemudian terdengarlah suara dengkuran husky di kamar bernuansa biru laut itu.

.

.

.

Yunho menyandarkan tubuhnya ke pintu. Jujur saja ia merasa sangat lelah dan mengantuk karena perjalanan panjangnya dari Paris ke negara kelahirannya yang memakan waktu cukup lama, belum lagi jet lag yang dirasakannya membuat ia ingin segera menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Matanya yang sipit semakin sipit karena menahan rasa kantuk.

Yunho melipat tangannya di dada. Ia yakin jika apartement yang didatanginya ini masih ditempati oleh sahabatnya. Yeah, meski sudah hampir empat tahun ia dan Yoochun tak pernah bertatap muka dan jarang berkomunikasi, namun ia yakin Yoochun akan memberitahunya jika namja jidat itu pindah rumah. Pikirnya 'pede'.

Cklekk..

Brugg...

"Ommo! / Akh!"

Dengan tidak elitnya Yunho terjengkang saat Junsu membukakan pintu. Mereka berdua pun sama-sama terkejut.

"Yya! Kenapa kau membuka pintu tiba-tiba?" Sembur Yunho berusaha bangun sambil mengusap-usap belakang kepalanya yang sempat membentur lantai.

"Ju- ju- Jung Yunho?" Junsu menatap kaget sahabatnya yang hilang bak ditelan bumi itu kini tiba-tiba saja muncul di hadapannya.

"Kim -Junsu? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah ini apartement Yoochun?" Seru Yunho tak kalah terkejut.

.

.

.

~*It's Fated by nickeYJung*~

Jaejoong memasuki restoran yang ia kelola bersama Changmin dengan menuntun Jaeyoon.

Setelah perdebatan panjangnya dengan sang anak, akhirnya Jaejoong terpaksa membawa Jaeyoon ke restoran dengan syarat Jaeyoon tidak boleh mengganggu Joe atau Xiao Zhong yang bekerja sebagai koki utama di sana.

Selain pemilik, Jaejoong dan Changmin memang bekerja di restoran yang tergolong cukup mewah itu. Changmin mengambil posisi Direktur Utama, sedangkan Jaejoong lebih memilih sebagai Manager dan Koki, meski bukan koki utama.

Setelah menikah, Jaejoong dan Changmin memilih merintis usaha di bidang kuliner. Padahal mereka berdua lulusan sekolah bisnis yang akan terlihat lebih keren jika bekerja di sebuah perusahaan. Namun karena Changmin sangat menyukai bahkan terkesan gila jika sudah dihadapkan dengan makanan jenis apapun, dan Jaejoong yang sangat menyukai memasak, maka keduanya sepakat membuka sebuah Restoran untuk mata pencaharian mereka.

Dan setelah empat tahun bekerja keras, akhirnya restoran yang diberi nama 'Dream Restaurant' itu kini maju pesat, bahkan sudah memiliki dua cabang di kawasan Gangnam dan Myeongdong. Dan ketiga restoran itu hanya dikelola oleh mereka berdua saja.

"Daddy... Yoon mau ke panti (pantry) yah..."

"Ok. Tapi ingat, jangan ganggu Joe atau yang lainnya ne..."

"Neeeee..."

Setelah mendapat ijin, yeoja cilik itu langsung saja melesat pergi untuk menemui sang pujaan hatinya. Sedangkan Jaejoong sendiri memilih pergi keruangannya. Sepertinya hari ini ia akan absen memasak, karena tidak memungkinkan dirinya memasak dengan keadaan 'sakit'.

.

.

.

Yunho membuka mulutnya lebar-lebar setelah tadi Junsu dan Yoochun menjelaskan kenapa mereka bisa tinggal serumah. Dan jawaban kedua sahabatnya itu membuat Yunho terkejut setengah hidup.

Well, dengan sangat terpaksa Yoochun bangun saat Junsu menyeretnya dan memberitahu jika Yunho datang. Bahkan namja Park itu sampai melupakan jika hari ini ia harus pergi ke kantor.

"Hoaaamm..." Yoochun menguap lebar. Matanya ia paksakan tetap terbuka, rasa kantuk masih menguasainya.

"Ka- Kalian serius 'kan? Tidak sedang bergurau 'kan? Bagaimana bisa kalian meni...kah... kalian-"

"Sama-sama namja maksudmu? Ck, lagu lama..." Potong Yoochun dengan wajah datarnya. Namja cassanova itu kembali menguap.

"Serius Yoochun-ah..."

"Apa kau melihat kebohongan di mataku Tuan Jung?" Tanya Yoochun malas.

"Apa perlu aku ambilkan akta nikah kita?... Ah, ini..." Junsu menunjukan cincin mas putih yang tersemat di jari manisnya dan jari manis Yoochun. "-Ini cincin pernikahan kami... indah bukan? Kau pasti iri... ini mahal loh... Yoochunie membelinya di Virginia.. Hoho... iya kan Chunnie?" Junsu tersenyum bangga, sedangkan Yoochun mengangguk setuju. Dan Yunho? Namja tampan itu hanya mengerjapkan matanya bodoh.

"Ok, aku percaya, tapi maksudku..bagaimana bisa? Sejak kapan kalian err... berbelok?"

"Sejak kami saling mencintai" Jawab Junsu sekenanya.

"Aku serius bebek!" hardik Yunho. Namja tampan itu memijat pelipisnya. Dua temannya ini sungguh membuatnya naik darah.

"Nado..." balas Junsu tak mau kalah.

"Baiklah... lalu kenapa kalian tak memberitahuku eoh? Padahal saat aku menikah dulu, aku mengundang kalian. Ck! Tidak adil..." Sungut Yunho.

"Bukankah kau sudah melupakan kami? Bahkan kau tak pernah membalas email dari kami... Aku pikir kau sudah mati" Sindir Yoochun sarkastik

Mendengar itu Yunho jadi salah tingkah dan sedikit merasa bersalah. Kesibukannya sebagai CEO memang membuat ia melupakan sahabat-sahabat baiknya, bahkan hanya untuk sekedar menanyakan kabar. "Itu... Aku minta maaf..." Sesalnya.

"Sudahlah... sekarang kenapa kau pulang dan tiba-tiba muncul di rumahku?" Tanya Yoochun lagi. Melihat wajah kusut Yunho membuat ia tak tega untuk memarahi namja Jung itu. Walau bagaimanapun Yunho masih sahabatnya.

"Nanti akan ku ceritakan alasan kepulanganku. Sekarang aku ingin mendengar cerita kalian setelah aku pergi. Sepertinya aku ketinggalan banyak hal menarik" sahut Yunho penasaran. Namja tampan itu masih belum percaya jika Junsu dan Yoochun ternyata sudah memendam rasa saling menyukai dari dulu. Tapi, kenapa ia tidak sadar?

"Yeah... Kau juga pasti tidak tahu 'kan, kalau Jaejoong dan Changmin juga sudah menikah?" Tanya Yoochun membuat Yunho yang sedang minum jadi tersedak.

"Uhuk! Apa?"

"Nde, mereka bahkan sudah mempunyai anak" imbuh Junsu.

"What?"

"Mereka sama seperti kita.." timpal Yoochun lagi.

"Tu -tunggu, maksudmu sama..? Jaejoong dan Changmin..."

"Nee.. Mereka saling mencintai dan memutuskan untuk menikah..."

PRANG!

.

.

.

.

.

.

~*It's Fated by nickeYJung*~

TBC