LOVE THAT CAN NOT BE FORGOTTEN
Author : Love Panda [Mika]
Pairing : Kris Wu x Huang Zi Tao & Kevin Li x Huang Zi Tao
Cast : EXO
Genre : Romance, Angst
Rated : M
Disclaimer : Semua tokoh milik diri mereka sendiri. Saya tak memiliki hak apa-apa selain cerita ini.
Warning : Yaoi, Boys Love, typo, dll
Summary :
Ingin mengenal lebih jauh tentang kembarannya yang telah terpisah darinya cukup lama, Kris tanpa sengaja mengetahui tentang Tao dan akhirnya jatuh hati pada pemuda panda itu. Dan bagaimana reaksi Tao melihat kembaran dari mantan kekasihnya yang sudah meninggal?
Note :
Oke. Akhirnya aku bikin Kris jadi anak kembar disini. Anggap aja Kris dan Kevin disini itu bukan orang yang sama XD
***TMCY***
Chapter 1
"Aku harap aku bisa memutar waktu kembali agar aku tak lagi menyakitinya."
"Tak membuat hatinya terluka."
"Aku bahkan tak bisa mengucapkan 'Selamat Tinggal' padanya."
***TMCY***
Sudah tiga bulan Kris pulang ke Cina setelah lama menetap di Kanada. Meski begitu, ia masih menolak untuk berada disini. Di rumah ini tepatnya. Kris tak akan pernah sudi kembali kesini kalau saja Ibunya tidak memintanya, kalau saja Kevin tidak meninggal.
Kakak kembarnya tercinta.
Tiga belas tahun yang lalu orangtua mereka bercerai dan membuat mereka terpisah. Kris memilih untuk ikut Ibunya pindah ke Kanada sedangkan Kevin tetap menetap di Cina bersama Ayah. Walaupun begitu mereka tetap saling berkirim kabar meskipun orangtua mereka masih bersitegang apalagi saat sang Ibu menikah lagi. Kris bahkan harus mengganti namanya.
Tapi, tiga bulan yang lalu kabar buruk itu datang. Kevin sakit parah dan membuatnya kembali ke tempat ini. Satu bulan ia menemati hari-hari sulit kakak kembarnya. Satu bulan yang berharga dan menjadi kenangan terakhir bagi Kris tentangnya.
Sebenarnya ada hal yang terus mengusik hatinya setelah Kevin meninggal. Bukan hanya karena ia membenci Ayahnya yang terlalu keras kepala itu, tapi juga tentang saudara kembarnya itu sendiri.
Entah kenapa, Kevin terlihat masih memiliki hal yang terus mengganjal dihatinya. Ada suatu hal yang masih membuatnya menyesal dan membuat Kris berpikir masalah itu membuat Kevin tak begitu tenang diakhir hidupnya.
Kris masih ingat kata-kata Kevin hari itu.
"Aku tidak bisa meninggalkannya seperti ini."
Tentu saja saat itu Kris bertanya tentang siapa yang kakaknya itu maksud. Tapi, Kevin enggan untuk menjawab dan memilih diam. Mengabaikan Kris yang kebingungan.
Bangun dari kasurnya, Kris berjalan keluar dari kamarnya dan masuk ke dalam kamar Kevin yang berada tepat disampingnya. Semenjak Kevin meninggal kamar itu tak pernah terkunci meskipun tak pernah ada yang masuk kesana lagi.
Menatap kamar yang begitu rapi itu, Kris tersenyum kagum. Kakaknya tak berubah sedikitpun, ia masih seperti Kevin yang dulu Kris kenal.
Kamar Kevin selalu lebih rapi dan bersih dibanding kamarnya. Kakaknya itu pun lebih rajin dan penurut dibanding dia. Wajah mereka memang sama, tapi sifat mereka benar-benar berbeda. Kevin adalah orang yang sangat baik, karena itu Kris semakin ingin tahu apa yang membuat orang sebaik itu menyesal.
Membuka pintu lemari Kevin, Kris mengacak-acak isinya. Mencari benda yang mungkin disembunyikan kakaknya itu. Ia yakin sekali pasti ada. Dulu sekali, saat mereka masih kecil, Kris senang sekali mengejek Kevin yang suka menulis di Buku Harian. Melihat kakaknya yang masih sama, Kris percaya kebiasaan Kevin yang satu itu belum kakaknya tinggalkan.
"Tidak ada."
Kris terus mencari. Meski begitu ia belum menemukan apapun. Memutar kepalanya yang pegal karena terus menunduk, mata Kris tanpa sengaja menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya.
Menaiki kursi belajar Kevin, Kris berhasil mensejajarkan kepalanya dengan sebuah boneka panda yang berada diatas lemari pakaian kakaknya itu. Seingatnya Kevin bukanlah orang yang suka dengan boneka. Dan tentu saja keberadaan benda itu dikamar kakaknya bukanlah hal yang wajar.
Boneka itu cukup besar dan terlampir sebuah tas selendang anak kecil di bahunya.
Kris ambil tas selendang itu dan kemudian melihat isinya. Dan disana ia menemukan sebuah kertas. Sketsa wajah seorang pemuda cantik berambut hitam. Ia balikkan kertas itu dan menemukan barisan kata tetulis disana.
'Huang Zi Tao
Ini sketsa dirimu yang pertama kali aku buat
Kau begitu terlihat bersinar kalau tersenyum seperti ini'
Disana juga tertulis sebuah alamat dan nomor telepon.
Kris bingung. Siapa pemuda ini? Ada hubungan apa diantara mereka? Tapi, apapun itu, mungkin saja ia tahu penyesalan terakhir kakaknya. Ya, ia harus menemui pemuda itu dan menanyakan tentang hal ini padanya.
***TMCY***
Semenjak hari itu, Tao tidak pernah bisa tidur dengan tenang.
Melangkahkan kakinya keluar dari kamar, pemuda itu berjalan menuju dapur. Ia buka pintu lemari es dan mengambil botol berisi air putih dari sana. Ia tuangkan isinya kedalam salah satu gelas yang ada diatas meja makan. Dan kemudian ia minum air dingin itu dalam satu tarikan nafas.
Wajah Tao begitu pucat, begitu terlihat berantakan. Lingkaran hitam disekitar matanya pun terlihat semakin jelas.
'Aku mencintaimu.'
Bohong.
'Kau adalah segalanya untukku.'
Bohong.
'Aku tak akan pernah pergi meninggalkanmu.'
Bohong!
Dengan sekuat tenaga Tao melempar gelas yang sedari tadi ia pegang kearah dinding dan membuatnya pecah.
Tao jatuh terduduk. Ia tekuk kedua kakinya dan kemudian memeluknya. Sebuah isakan pun terdengar.
Mendengar suara gaduh, Baekhyun terbangun dari tidurnya. Dengan terburu-buru ia langkahkan kakinya menuju sumber suara. Dan disanalah ia melihat Tao menangis dengan pilu.
Ia sempat melirik pecahan gelas yang berserakan dilantai sebelum akhirnya berjalan menuju Tao dan kemudian memeluk pemuda itu.
"Kau tidak sendirian, Tao. Masih ada aku disini."
Dan suara tangis pemuda panda itu pun terdengar semakin keras dimalam yang sunyi ini.
***TMCY***
Kris mengetuk pintu kayu didepannya. Tak ada respon, Kris mengetuk dengan lebih keras. Masih tidak ada jawaban, Kris semakin mempercepat ketukannya. Sudah habis kesabaran, Kris hendak beranjak pergi ketika tiba-tiba pintu itu akhirnya terbuka.
"Tidak bisakah kau lebih tenang?! Aku…"
Kris terpaku. Ia yakin sekali pemuda yang baru saja membuka itu adalah orang yang sama dengan pemuda cantik disketsa itu. Meskipun kini keadaan pemuda ini terlihat begitu berantakan. Wajahnya terlihat lebih pucat, lingkaran hitam disekitar matanya semakin terlihat jelas, tubuhnya pun terlihat lebih kurus.
"Kevin?" Tao langsung jatuh terduduk. Matanya melebar menatap sosok laki-laki dihadapannya.
Tidak mungkin. Dia pasti bukan Kevin. Kevin sudah pergi meninggalkannya. Kevin sudah meninggal!
"Kau tidak apa-apa?" Kris memegang lengan kiri Tao dan kemudian membantunya untuk kembali berdiri.
"Kau Huang Zi Tao, kan? Maaf karena sudah membuatmu kaget. Namaku Kris Wu, adik kembar dari Kevin Li."
Tao tersentak. Ia kembali teringat kata-kata Kevin dulu.
'Sebenarnya aku punya saudara kembar. Tapi, kami terpisah karena perceraian orangtua kami. Sekarang dia tinggal bersama Ibu di Kanada.'
Ya, dia bukan Kevin. Laki-laki ini hanyalah kembarannya. Hanya?
"Ah. Silahkan masuk."
Mereka berdua kini sudah duduk diruang tamu. Begitu sunyi, tak ada satupun yang berbicara. Bahkan Tao terus menunduk menolak menatap kearah Kris.
"Kemarin aku tidak sengaja menemukan sketsa wajahmu dikamar kakakku," Kris tiba-tiba memulai pembicaraan. "Sepertinya kau dulu dekat dengan Kevin. Jadi aku pikir. Kau mungkin tahu apa yang terus ia sesali diakhir hidupnya."
"Sesali?" Tao melirik kearah Kris namun, sedetik kemudian ia kembali menunduk.
"Ini hanya pendapatku sebenarnya, hari itu aku merasa dia pergi dengan tidak tenang. Ada hal yang masih membuatnya menyesal didunia ini. Apa kau tahu hal apa itu?"
Masih menatap kakinya, Tao menggeleng. Membuat Kris semakin heran melihat sikap pemuda itu.
"Dan apa hubunganmu dengan Kevin?"
Tanpa sadar Tao mengeratkan kepalan tangannya, dadanya semakin terasa sesak. "Aku hanya temannya."
"Benarkah hanya teman?"
"Ya!" Entah kenapa suara Tao tiba-tiba meninggi. "Maaf, apa kau bisa pulang sekarang? Aku sedang sibuk. Ada yang harus aku lakukan."
Kris menghela nafas dan kemudian berdiri. "Kalau begitu aku pergi."
Laki-laki itu pun berjalan keluar dari dalam rumah itu meninggalkan Tao yang kini sudah menangis dengan keras.
'Tuhan. Kenapa jadi seperti ini?'
***TMCY***
"Astaga. Anak itu berulah lagi," Luhan membuka bungkus rotinya sembari menatap keluar kelas.
Kevin pun refleks ikut menatap kearah sana dan melihat Guru Olahraga mereka tengah menarik seorang murid. Penampilan murid itu berantakan dan sudut bibirnya terluka. Kevin tak perlu lama mengenali siapa murid itu dan apa yang sebenarnya baru saja terjadi. Murid satu ini memang sudah sering membuat masalah bahkan semenjak hari pertama ia menginjakkan kakinya di sekolah ini.
"Aku selalu heran melihatnya yang senang berkalahi itu. Apa sih bagusnya melukai orang lain untuk main-main seperti itu. Tak berguna," Luhan memakan rotinya sedangkan tangan kanannya sibuk menulis.
"Silahkan berkomentar sesukamu tentang orang lain kalau kau sudah berhenti menjiplak PR temanmu. Demi Tuhan, tak bisakah kau mengerjakan PR-mu dengan kemampuanmu sendiri?"
Luhan langsung tersenyum dengan anehnya. "Berhenti melihatku seakan-akan aku ini orang paling bodoh sedunia. Aku bukannya tidak mengerjakan PR karena aku tak bisa, tapi karena aku tak punya waktu untuk mengerjakannya."
"Selalu? Setiap hari? Oh, akui saja Luhan. Kau lebih senang menyibukkan diri bersama pacarmu dibanding mengerjakan PR."
Setelah mengucapkan kata-kata itu Kevin berdiri dan mendapat tatapan bingung dari Luhan. "Kau mau kemana?"
"Ke kantin."
Kevin pun melangkahkan kakinya keluar kelas. Tak sengaja ia berpapasan dengan murid bermasalah itu dilorong. Tatapan mereka berdua pun bertemu, lalu entah kenapa ada yang berdesir dihatinya saat kedua manik indah itu melihat kearahnya. Tanpa sadar Kevin menghentikan langkah kakinya dan menatap murid itu yang berjalan menjauh menuju tangga.
'Kenapa?'
***TMCY***
Sepulang sekolah Kevin memutuskan untuk mampir dulu ke taman sebelum kembali ke rumah. Mendudukkan dirinya di salah satu bangku taman, ia mengeluarkan sketch book dan pensil dari dalam tasnya. Mengedarkan pandangannya untuk mencari objek untuk lukisannya, mata Kevin berhenti pada satu sosok yang sedang berdiri dekat tempat permainan anak. Itu si murid bermasalah, Tao.
Kevin sedikit merasa was-was saat ia sadar Tao sedari tadi menatap kearah anak-anak kecil yang tengah bermain disana. Tao tidak akan melakukan hal buruk pada bocah-bocah itu, kan?
Dan Kevin malah menjadi lebih khawatir saat melihat Tao mulai mendekati anak-anak itu. Tapi, perasaan itu tiba-tiba berganti ketika ia kini melihat Tao yang tengah tersenyum.
Tiba-tiba saja Kevin terpesona melihat Tao yang sedang sibuk membantu membuat anak-anak itu membuat istana pasir. Melihat Tao yang tengah tertawa dengan lepasnya. Pemuda itu telihat begitu indah.
Pensil pun mulai bergerak lincah diatas sketch book itu. Dan ketika semakin banyak goresan Kevin buat disana, semakin banyak pula rasa suka itu merasuk kedalam hatinya.
***TMCY***
Kevin tidak pernah berpikir akan melakukan hal semacam ini selama hidupnya. Ia kini tengah menguntit adik kelasnya. Dan ini sudah hari ke-5 dia melakukan ini.
Ia jatuh cinta pada Tao. Ia ingin melihat dan memandangi pemuda itu. Ingin mengobrol dengannya. Tapi, segala hal terasa sulit baginya. Kevin kelas 3 dan Tao kelas 1. Jarak kelas mereka sangat jauh dan susah untuknya bila ingin menemui panda satu itu. Saat istirahat pun Tao selalu berkumpul dengan teman-temannya di atap, tidak mungkin untuk didekati. Dan saat tiba waktunya pulang sekolah, Tao selalu langsung pergi dan kemudian sibuk berkelahi. Seperti sekarang ini.
Tao itu sungguh kuat. Dia bisa mengalahkan 3 orang sekaligus bahkan dengan tangan kosong. Tapi, hari ini rasanya ada yang berbeda. Tao jatuh tersungkur hingga punggungnya menabrak dinding. Melihat hal itu lawan-lawannya hanya tertawa dan kemudian pergi.
"Sialan!"
Kevin sempat ragu untuk menolong Tao, meskipun pada akhirnya ia berjalan mendekati pemuda itu.
"Parahkah? Kau bisa berjalan?" Kevin mengulurkan tangannya ke hadapan Tao. Tapi, tangan itu malah ditepis dengan kasarnya.
"Menyingkir dari hadapanku! Kau mengganggu!"
"Mengganggu bagaimana? Aku ingin menolongmu."
"Menolongku?" Tao berdiri. Luka dikakinya tidak terlalu parah ternyata. "Kalau begitu beri aku uangmu!" Tao menarik tas milik Kevin dengan kasar.
"Tunggu," Kevin menahan tasnya. "Aku akan memberimu uang," ia buka tasnya. Namun, Tao yang tidak sabar malah langsung menariknya dan membuat tas itu terjatuh hingga isinya tersebar berantakan.
Mengambil dompet milik Kevin yang terjatuh tak jauh dari kakinya, Tao tak sengaja melihat sebuah sketch book yang halamannya terbuka dan juga berada didekatnya. Tiba-tiba saja matanya melotot sempurna.
"Itu gambarku, kan? Bagaimana bisa?" Tao mengambil sketch book itu dan membuat wajah Kevin memucat.
"Aku tidak sengaja melihatmu di taman hari itu. Karena saat itu kau terlihat cantik, tanpa sadar aku sudah melukismu," dan kata-kata barusan tanpa sadar membuat kedua pemuda itu memerah pipinya.
"Kau,,, kau itu bodoh atau apa? Aku ini laki-laki, tidak mungkin aku cantik! Berengsek!" Sekuat tenaga Tao mencoba menutupi wajahnya yang masih merona.
"Tidak! Kau memang laki-laki, tapi kamu cantik! Aku serius!"
"Berhenti mengatakan itu, bodoh! Kau terdengar seperti seorang gay!"
"Aku memang gay karena kau!"
Mulut Tao pun menganga dengan sempurna.
"Menjauh dariku!" Tao pun melempar sketch book itu kearah Kevin dan segera berlari bersama dompet laki-laki itu ditangannya. Meninggalkan Kevin yang masih shock ditempat.
"Astaga."
Ia kelepasan bicara.
***TMCY***
Besoknya, tepatnya sekarang, Kevin dan Tao bertemu dibelakang sekolah.
"Kenapa memanggilku kemari?"
Tao tidak menjawab pertanyaan Kevin dan malah membawa laki-laki itu ke dalam gudang yang sudah tidak terpakai.
"Aku hanya ingin mengembalikan dompetmu," Tao memberikan benda itu kembali pada pemilikknya. "Terima kasih. Berkat kau, tas ini akhirnya bisa kubeli," pemuda panda itu pun menunjukkan punggungnya dan memperlihatkan tas yang kini tergantung dibahunya.
"Hanya untuk ini kau memanggilku?"
"Hah? Memangnya apa yang kau harapkan?"
"Itu tas mahal. Setidaknya lakukan sesuatu untukku sebagai tanda terima kasihmu."
Tao mumutar matanya malas. "Terserah. Jadi, apa maumu?"
Kevin pun tersnyum, ia buka tasnya lalu mengeluarkan pensil dan sketch book dari dalam sana kemudian memberikannya pada Tao. "Tulis alamat rumah dan nomor telepon-mu disana."
"Untuk apa aku memberinya?"
"Tulis saja dan aku akan meminjamkan dompetku lagi padamu."
Menghela nafas berat, akhirnya Tao menuruti kemauan Kevin. "Besok aku ingin berbelanja, pastikan kau menemaniku. Kau yang bayar," Tao menyerahkan kembali sketch book itu pada Kevin dan kemudian pergi meninggalkan laki-laki itu disana.
Tak melihat Kevin yang kini tengah menyeringai.
***TMCY***
Sekali lagi Kris masuk ke dalam kamar kakaknya. Ia simpan kertas bergambar sketsa wajah Tao kembali kedalam tas selendang si boneka panda dan hendak mengambil boneka itu saat tiba-tiba ia melihat sesuatu dibawahnya.
Itu sebuah buku dan Kris yakin sekali kalau itu Buku Harian! Kakaknya ternyata memang masih melakukan kebiasannya satu ini.
Turun dari kursi, Kris kemudian duduk di kasur milik Kevin dan mulai membuka halaman pertama buku itu.
'10 Oktober
Hari ini Tao mengecup pipiku.
Wajahnya yang memerah begitu terlihat manis.
Aku semakin suka padanya.'
Mata Kris terbelalak lebar. Ia baru tahu kalau kakaknya itu sama-sama menyukai laki-laki sepertinya. Dan Tao? Pasti yang dimaksud pemuda yang ia temui kemarin.
Kalau seperti ini, Tao pasti berbohong saat ia berkata bahwa ia hanya temannya Kevin. Dan hal ini membuat Kris berpikir mungkin saja pemuda panda itu yang membuat kakanya tidak tenang di Surga.
Dan Kris pun kembali membuka lembar demi lembar Buku Harian Kevin.
To be continued
Ya ampun, disini Yifan jago gambar XD
Yang udah baca, minta Review nya dong : D