Highschool Romance © Couphie

Hey, Class President! © Kaori Monchi

Disclaimer : All characters isn't mine. The original story of "Hey, Class President!" is belong to Kaori Monchi. Here I just re-write and re-make the story into Kristao version. And of course I try to make the story not too similar with the anime.

Pairing : Kristao as the main pair (slight other official pair)

Warning (!) :

OOC, AU, Yaoi! (Yes. This is Yaoi!), BL, Typos (maybe)

.

.

.

DON'T LIKE? WHY READ?!

I've warned you!

No plagiarism!

.

.

.


Huang ZiTao menyeret kakinya dengan enggan untuk melewati gerbang sekolah.

Hari ini adalah hari Senin. Tao benci hari Senin.

Pertama, karena di pagi yang cuacanya cerah ini pelajaran pertama harus diawali oleh guru yang—menurutnya—paling membosankan sedunia. Guru itu adalah Mr. Choi Siwon, pengajar bahasa Inggris. Bagi ZiTao senyuman milik Mr. Choi sangat mengerikan, karena siswi perempuan pastilah akan menjerit-jerit dengan menyebalkan sesudah melihatnya.

Kedua, Tao masih malas bertemu Kris. Hari minggu kemarin, setelah waktu sarapan, pemuda pirang kelebihan tinggi badan itu tak dapat ditemukannya dimanapun. Ia hilang begitu saja. Tao benar-benar kesal. Ia bertekad akan memberi putra bungsu keluarga Wu itu sebuah silent treatment seharian penuh jika ia bertemu dengannya.

Ketiga sekaligus yang terakhir, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Sebelum berangkat sekolah tadi Tao sudah merasakan jika akan ada hal buruk yang menimpanya. Dan biasanya firasatnya 71% terbukti (lihat sajalah, apakah benar ada yang seperti itu. Si Panda ini mungkin hanya terlalu paranoid).


Couphie

Highschool Romance—

Chapter 4 : Addicted?


.

.

.

.

.

Huang ZiTao tidak main-main akan ucapannya. Ia benar-benar mendiamkan Kris saat bertemu dengan Naga jejadian itu.

Sejak jam pelajaran pertama, saat istirahat bahkan hingga pada pelajaran terakhir (yang sebentar lagi akan dimulai) ia masih tak menghiraukan Kris hingga membuat pemuda jangkung itu jadi kesal tidak karuan.

"Hei! Panda! Yah, berhenti!" suara Kris menggema di koridor yang sepi. Dan sekejap saja, berkat kaki-kaki panjangnya ia dapat menyusul Tao dan mencekal pergelangan tangannya.

"Kenapa kau mendiamkanku seharian ini? Apa salahku, huh?!"

Tao menatap Kris tajam. Bibirnya masih terkatup rapat.

Dengan sebal dihempaskannya tangan Kris dengan sekali sentak, lalu Tao melenggang pergi sambil mengibaskan poninya ke belakang dan mendengus kesal.

Dan Kris?

Dia masih terpaku di tempatnya. Memasang wajah bodoh, tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

.

.

.

"Yak! Selanjutnya bersiap! Nomor absen 11! 12! 13! 14! 15! Henry, Lau! Baekhyun, Byun! Hongki, Lee! Hyunjoong, Kim! ZiTao, Huang!" suara Mr. Shin sang guru olahraga, memantul tidak sempurna pada tembok-tembok tinggi di area kolam renang sekolah bagian utara.

Tao yang mendengar panggilan itu segera bangkit untuk melakukan pemanasan sejenak.

Hari ini merupakan waktu penilaian pada bab olahraga air untuk kelas ZiTao dan 2 kelas lainnya. SM Highschool memiliki dua area kolam renang, yaitu di bagian utara dan tenggara gedung utama sekolah. Pada tiap area memiliki 3 kolam dengan ketinggian yang berbeda-beda. Pada penilaian kali ini siswa-siswi kelasnya akan mempraktekkan renang gaya bebas dengan skor yang diambil berdasarkan teknik dan kecepatan.

Beruntunglah ZiTao adalah pecinta olahraga.

Setelah giliran sebelumnya selesai, ke lima nama siswa yang telah disebutkan mulai berbaris di atas base masing-masing.

Mr. Shin berteriak menggunakan megaphone miliknya, memanggil nama-nama yang mendapat giliran selanjutnya.

ZiTao berdiri tegak di tempatnya dan memasang kacamata renangnya. Pakaian renang wajib dari sekolah (kaus putih dan celana pendek hitam) yang ia kenakan agak berkibar saat tertiup angin, membuat kausnya tersingkap sedikit (membuat beberapa orang langsung ber'aaahhh' ria).

"Bersiap! Satu! Dua! YAK!"

—BYURR

.

.

.

Kris menatap Tao yang sudah menceburkan diri ke dalam air. Pemuda asal Qingdao itu bergerak dengan cepat, berenang dengan gaya kupu-kupu.

Tak sampai satu menit Huang ZiTao sudah berada di ujung kolam yang lain. Dengan gesit pula tubuh ramping itu menjejak pada dinding kolam, berenang memutar menuju kembali ke arah sebelumnya. Dan berikutnya ia kembali ke tempat semula dan menjadi yang paling pertama sampai.

Didengarnya Mr. Shin berseru "Good job, Mr. Huang!" dengan nada yang terdengar bangga. Lalu Tao tersenyum lebar setelah melepas kacamata renangnya.

Kris terus mengamatinya dengan seksama.

Kini Tao akan naik ke permukaan. Dibantu oleh—

"—eh? KAI?!" seru Kris tanpa dapat ia tahan.

Sepupunya yang memiliki nama asli Kim Jongin itu tampak memegangi pergelangan tangan Tao, sementara pemuda bermarga Huang itu melompat naik.

Dan pemandangan selanjutnya membuat Krisnyaris lupa bagaimana cara bernafas.

Disana.

Huang ZiTao.

Basah.

Dengan pantat bulat yang tercetak jelas bagaimana bentuknya, karena celana pendek hitamnya basah.

Lalu pinggang ramping itu. Terlihat samar karena kausnya juga basah.

Dan nipples miliknya...

Leher jenjang yang basah...

Rambutnya yang basah...

Basah...

AAARRRRGHH! KRIS INGIN MENERJANGNYA SEKARANG JUGAAAAAA!

.

.

.

"Eh? Jongin-ssi? Ternyata kau juga sekolah di sini rupanya?" Tao menerima handuk yang disodorkan Jongin padanya.

"Kris hyung tidak pernah cerita padamu ya?"

Tao menggeleng.

"Kelasku ada di bagian timur, dan ini adalah pertama kalinya kita berada pada jam yang sama. Jadi wajar saja kau tak pernah bertemu denganku."

"Oh begitu." Tao mengangguk-angguk mengerti. "Eoh, aku haus sekali~" keluhnya kemudian, sambil mengalungkan handuk tadi di leher.

"Aku bawa minuman. Tunggu dulu, akan kuambilkan." Jongin tersenyum lebar, lalu berjalan menuju sebuah kursi panjang dan mengambil sebuah botol minuman yang masih utuh.

Tao menatap Jongin yang mulai mendekat kembali dengan canggung. "Eh, sebenarnya aku bawa minum sendiri. Kau tidak perlu repot-repot, Jongin-ssi."

"Tidak apa-apa. Tidak usah formal begitu. Kita seumuran bukan?"

"Umm..." Tao menenggak air mineral yang diberikan Jongin padanya.

Jongin sendiri mengamati Tao dengan penuh minat. Oh, wajar sajalah. Kondisi Tao saat ini memang sangat menggoda iman!

Jongin menatap ke seberang kolam yang lain. Disana ada kakak sepupunya, Kris, sedang sibuk menebarkan tatapan tajam mematikan pada siapapun yang menatap tubuh ZiTao sambil meneteskan air liur. Jika saja ia tidak sedang berada di tempat ramai, Jongin pastilah sudah tertawa terbahak-bahak.

Tatapan mereka bertemu.

Jongin menyeringai lebar pada Kris sambil menaik-turunkan alisnya.

"Ayo kesana Tao-ah! Lebih baik kita duduk dulu. Giliranku masih lama." Pemuda berkulit tan itu dengan seenaknya melingkarkan lengannya di pinggang Tao, lalu menuntun si jelmaan Panda itu menuju bangku panjang tak jauh dari tepi kolam.

Jongin menoleh kembali ke arah Kris dan menjulurkan lidah.

"YAAAAA! KIM ITEM! AWAS KAUUUU!"

.

.

.

.

.

"Wow. Lompatan yang bagus, Jongin!" puji Tao sambil bertepuk tangan saat Jongin selesai penilaian.

"Kau juga, Tao-ah. Seharusnya kau masuk klub renang saja. Kau sangat cepat tadi."

Tao hanya tersenyum sambil menyerahkan handuk pada Jongin. "Belajar wushu sudah tradisi keluargaku. Jadi eh, walaupun teknik wushuku tak terlalu baik aku tetap harus mempelajarinya."

"Emm... Tao-ah?"

"Ya?" Tao menatap Jongin dengan pandangan bertanya.

"Pulang sekolah nanti kau ada waktu?"

Tao berpikir sejenak. "Kurasa ada. Kenapa?"

"Anu—ehm—maukah kau—"

"—YA! Huang ZiPanda!"

Tao merasakan hawa dingin menguar di sekitarnya saat Kris mendekat, membuatnya menggigil.

Dengan panik Tao bangkit. "Ah, rasanya aku ingin ganti baju sekarang. Dingin sekali Jongin-ah. Dah~" lalu ia melesat pergi begitu saja.

"HEI! PANDAAAAAAA!" dengan langkah kaki yang lebar Kris berlari mengejar Tao yang mulai jauh.

"..."

Putra bungsu keluarga Kim itu kini memasang wajah ditekuk-tekuk.

"Shit. Kris hyung sialan."

.

.

.

.

.

.

.

.

BRAK!

Suara pintu ruang ganti yang menjeblak terbuka membuat Tao terkejut bukan main.

Sementara di ambang pintu sana terdapat Kris dengan wajah berkeringat, nafas terengah-engah, lalu posisi badan membungkuk dengan sebelah tangan berpegang pada pintu tadi.

Tao hanya menatapnya datar. Selanjutnya ia memilih mengabaikan Kris dan melanjutkan mengancingkan kemejanya.

Setelah itu, Tao bergegas pergi dari sana, mencoba menganggap Kris tak ada dan berjalan melewatinya dengan langkah mantap.

Tapi Kris mencengkeram pergelangan tangannya.

"Jangan pergi." Kris berujar dengan suara yang sarat akan keputusasaan.

"..."

"Aku tidak mengerti. Sungguh. Jika kau marah padaku, kau boleh memukulku sekarang. Tapi jangan diamkan aku seperti ini, Panda..."

"..."

"Akan kukabulkan apapun permintaanmu, asal kau memaafkanku..."

Tao masih tak bergeming.

"Kumohon..."

Oke. Tao merasa ia sudah keterlaluan sekarang. Seorang Kris Wu tidak pernah memohon, dan kali ini pemuda pirang itu memohon padanya demi sebuah kata maaf.

"Tao?"

Menghela nafas, Tao menatap Kris dengan pandangan datar.

"Aku memaafkanmu."

"—eh?! Benarkah?!"

Tao menganggukkan kepalanya lucu.

"Tapi!" seru Tao, mencoba terlihat menyeramkan—atau mungkin mengintimidasi—dengan memelototkan mata pada Kris. "Kau harus mengabulkan permintaanku!"

"Oke... oke... Tidak masalah~" Kris tersenyum lebar. "memang kau mau apa? Tas Gucci? Es krim? Boneka panda? Tongkat wushu yang baru? Katakan saja, nanti akan kuberikan!"

Ah, Kris memang yang terbaik.

"Emm... apa yaaa~"

Kris terus mengingatkan dirinya untuk tetap sadar dan tidak kehilangan kontrol.

Salahkan saja Tao. Kenapa dia harus memasang pose berpikir seperti itu?!

"Ah." Tao memutar bola matanya, "nanti saja akan aku pikirkan. Sekarang aku mau pulang!"

Tepat pada saat Tao menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara dering ponsel.

"Ponselmu bunyi tuh, ge!"

Pemuda bermarga Wu itu merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Melirik layarnya sekilas, kemudian mengetuk layar ponselnya.

"Halo?"

[YAAAA!] Kris menjauhkan ponsel dari telinganya. Suara Luhan sangat memekakkan telinga. Tao saja bisa mendengarnya, padahal Kris tidak mengaktifkan loudspeaker-nya.

[Kemana saja kau?! Aku tau jam sekolahmu sudah selesai! Kai sudah pulang dari tadi! Kali ini kau main kemana huh?! CEPAT PULANG!]

Kris berdecak kesal. "Aku ada urusan dengan ZiTao. Sebentar lagi aku pulang!"

[Eoh? Kau dengan si anak panda itu?] suara Luhan terdengar melunak saat menyebut Tao.

"Ya."

[BAWA DIA KEMARI KRIS! BAWA DIA KEMARIIII!]

Kris kembali menjauhkan ponsel dari telinganya, lalu menatap alat komunikasi yang canggih itu dengan pandangan ngeri. Sedangkan Tao hanya terheran-heran karena suara Luhan bertambah keras.

"Kenapa ge?"

Kris mendengus pada ponselnya sebelum menanggapi Tao. "Luhan hyung mengundangmu main ke rumah."

[HEI! AKU TIDAK BILANG BEGITU!]

"Eh?" Tao mengerling ke arah ponsel Kris dengan bingung. "Benarkah? Luhan ge, sebenarnya aku mau-mau saja main ke rumah, tapi jika ternyata kau tidak ingin aku berada di sana..."

[—EI! EI! MAKSUDKU BUKAN BEGITUUUU!] kali ini Luhan terdengar panik. Kris sangat ingin tertawa sambil berguling-guling membayangkan ekspresi kakaknya saat ini yang pastilah tidak awesome. [Eemm... Tao-ie mainlah ke rumah. Aku punya banyak kue untukmu—ehm—dan juga es krim. Aku ingin memberikannya padamu, karena Kris tidak suka makan makanan manis berlebihan.]

Bukannya senang, Tao malah membelalakkan matanya tidak percaya. Ia merebut ponsel Kris dari tangan pemiliknya dan mendekatkan benda persegi berwarna hitam itu ke telinganya.

"Ya! Aku memang suka makan! Tapi aku tidak mau jika diundang hanya untuk menampung makanan manis yang terbengkalai! HUH!"

[EH?! KAU SALAH PAHAM! SANGAT SALAAAAAAHHH! BUKAN ITU MAKSUDKU! YAK! KRIS! AKU TIDAK MAU TAU, POKOKNYA KAU HARUS BISA MEMBAWA SI ANAK PANDA ITU KE RUMAH! JIKA KAU PULANG TANPANYA AKU TAK AKAN MEMBUKAKAN PINTU! TITIK!]

—beep beep beep

Sambungan terputus.

"Kau dengar itu?" Kris bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

Tao memutar mata bosan, lalu mencibir, "Ya. Aku dengar. Terdengar jelas malah."

"Bukan itu, Panda." pemuda jangkung itu mengusak helai rambut ZiTao dengan gemas. "Ayo ke rumah. Kalau kau tidak mau maka aku terancam tidur di luar malam ini. Kau tega membiarkan aku kebingungan mencari tempat untuk bernaung, eoh?"

Secara refleks Kris meraih jemari lentik Tao ke dalam genggaman telapak tangan lebarnya yang hangat. Lalu perlahan ia membawa tangan itu dalam tarikan pelan, mengajak sang pemilik untuk berjalan menuju tempat parkir sekolah.

Ah, andai Kris menoleh ke belakang. Ia pasti akan mendapati Huang ZiTao dengan kedua pipinya dihiasi semu merah yang begitu manis.

.

.

.

.

.

.

.

Tao berada di sebuah ruangan berukuran sepuluh kali delapan meter dengan dinding yang berlapis wallpaper berwarna baby blue. Di atas ranjang king size itu tergeletak begitu saja sebuah joystick, PSP dan ponsel putih dengan case bergambar panda yang lucu—kalian tau jelas, itu milik ZiTao.

Pemuda bermata panda itu memutar-mutar rubik ditangannya dengan ekspresi kesal.

Sudah tiga puluh menit ia berdiam di kamar Luhan seorang diri.

Sedangkan Kris? Tao tidak tau apa yang ia lakukan sejak berpamitan ke kamar mandi, bahkan ia pergi sudah satu jam yang lalu!

Bosan? Sudah pasti. Apalagi Huang ZiTao bukanlah tipe orang yang mau memainkan sesuatu yang membutuhkan kinerja otak berlebih.

Maka dengan wajah memelas dan bahu yang membungkuk ia berjalan keluar kamar sambil menyeret kaki menuju dapur.

"Luhaaaaaaaaaannnn geeeeeeeeegeeeeeeeee... Mana kuenyaaaaaaaaaaaaa...? Mana es krimnyaaaaaaaaaaa...?"

Luhan mengerling ke arah pintu dapur dan mendapati Tao sudah berdiri di sana, memasang wajah merajuk dengan bibir plum yang terus merengek. Putra sulung keluarga Wu itu hanya tersenyum geli menatapnya.

"Maaf menunggu lama Tao-ie. Duduklah. Aku sudah menyiapkan kue untukmu~"

Tao memandang meja panjang yang sebagian permukaannya telah ditempati piring-piring lebar yang menyajikan aneka kue manis nan menggiurkan.

"Wow, kupikir gege hanya bercanda soal kuenya. Tapi... ah! Ini surgaaaaaaaaaa~!" si pemuda Huang menghampiri Luhan dengan langkah riang, lalu duduk di salah satu kursi dan meraih piring kecil dan garpu.

"Mulai dari yang mana yaaaaa~?" gumam Tao sambil mengigit garpu dengan gemas.

"—WHOA! Panda?! Kau disini?!"

Kim Jongin tiba-tiba muncul di depan pintu dapur, tanpa ada peringatan suara apapun sebelumnya. Seperti jin saja.

"Eoh? Jongin?" Tao memperhatikan Jongin yang mendekat lalu duduk di sampingnya. "Aku kemari karena Luhan gege mengajakku makan kue dan es krim. Gege bilang ia punya banyak kue yang tak mampu ia habiskan."

"Oh? Benarkaaaah?" Jongin menatap Luhan dengan mata menyipit. "Aku tidak pernah dengar soal kue berlebih?"

"Ehm. Bicara apa kau ini, Kai?" Luhan melotot pada Jongin dengan bibir bergerak-gerak sebal. "Diamlah dan bantu kami memakan kuenya!"

"Uh. Aku ingin ke toilet dulu." si panda bangkit dari kursinya dengan tergesa-gesa. "Eoh, jangan dihabiskan! Aku belum memakannya sema sekali!" serunya sambil berlari kecil keluar dapur, menuju toiler terdekat di sebelah ruangan.

"..."

"..."

Suasana berubah hening seketika. Jongin dan Luhan saling menatap dengan mata menyipit tajam.

"Ah. Aku haus." Jongin berdiri dari tempat duduknya menuju lemari es.

"Piringnya kurang satu." Luhan bangkit dan berjalan menuju lemari kaca berisi piring-piring yang tersusun rapi.

Dapur itu terasa dingin secara tiba-tiba.

Sebuah tangan terjulur. Dalam genggamannya yang melonggar terlihat mengintip sekilas, sebuah botol kecil bening, berisi serbuk halus berwarna putih.

Sebuah tekad telah ditetapkan.

.

.

.

.

.

.

Because you're addictive.

.

.

.

.

.

To be continued

.

.

.

Couphie's Note :

Oke, maaf untuk updatenya yang lama. Sebelumnya saya sempat sakit. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa dan bahkan sudah bisa ngepost lanjutan ff ini. Chapter depan lemon, buat yang udah nungguin lemonnya :P. Masih saya kerjakan, sengaja tidak saya jadikan satu dengan chapter ini karena perbedaan situasi/character's side.

Lanjutannya saya usahakan tidak akan terlalu lama, lagipula mood saya sedang bagus dan sebentar lagi libur. Sekolah saya tidak ada ulangan semester jadi saya tidak terlalu sibuk karena praktek sudah selesai, tinggal menunggu akhir tahun saya akan mulai prakerin *yah malah curcol*.

Balasan review (not login):

KrisPanda : Siapa hayoooo~? Jangan-jangan KAMU yaaaa?! Saya tau kok, kamu kan yang nganuin(?) Tao?! Cepet ngaku! (O.O)9 #plok

kim hyun soo : wks, kenapa sehun? Kasian tuh anak, padahal wajahnya lumayan innocent (u,u) *pitonah itu* #ngek

kristao baby : mau NC? Ckckck... *geleng-geleng* wani piro...? #ngek *dilempar panci*

ia : kalo kamu maunya gimana? Enaknya Kyungsoo dimunculin gak yaaa? *mikir*

anyifantao : bukan saya kok yang nganu-nganuin(?) Tao. Walopun pengen sih (u,u) #plok

Guest : ini udah dilanjut ya, bby~ ;) #plak

Albert Kai : hahaha, salam kenal juga~ (^w^)/

Big thanks to:

zhe, Jin Ki Tao, jettaome, KrisPanda, dia. Huang91, Vicky98Amalia, KTHS, chikakyumin, kim hyun soo, NaughtyTao, oraurus, UruRuBaek, kristao baby, flamintsqueen, ia, Uchiha Tachi'4'Sora, LovePanda2T, Aswhsn, anyifantao, arvita. kim, zee konstantin, blueacacias, Guest, Albert Kai

Btw chapter ini sudah saya ubah berulang kali dan saya tetap merasa tidak puas entah kenapa. Jika kalian merasakan hal yang sama, bilang ya kekurangannya pada bagian apa saja. saya menerima kritik kok. Tenang, saya juga gak gigit :P. Ditunggu responnya~ see you in the next chapter~ (^w^)/