Title : Love Confession
Author : BaekYeoleuuu
Main casts :
Byun Baek Hyun
Park Chan Yeol
Oh Sehun
Xi Luhan
Genre : Yaoi, Comedy (maybe) Romance, fluff
Rated : T
Length : Chapter
A/N : Hari ini ga banyak bacot lah, cuma mau bilah thanks buat yang review minggu kamaren dan masih sabar nungguin updateannya. Selamat membaca semuanya! :)
.
.
.
"TENANGLAH! ASTAGA!" Chanyeol yang masih berusaha menutupi bagian-bagian tubuhnya yang terekspos berhenti melangkah ketika Baekhyun kembali menjerit histeris. Sungguh, Chanyeol tidak punya niat untuk menakut-nakuti atau menyakitinya. Dia hanya mandi di kamar hotelnya sendiri dan meninggalkan bathrobenya di ranjang. Dia hanya ingin mengambilnya!
Dasar Baekhyun sialan.
Tak mempedulikan Baekhyun yang menarik lututnya ke dada sambil menutup mata dan menjerit heboh, Chanyeol menyambar bathrobe di atas kasur dan memakainya dengan kecepatan kilat. Yang menjadi prioritasnya sekarang adalah menutup tubuhnya.
Chanyeol benar-benar kehabisan kata-kata sekarang ini. Bagaimana Baekhyun bisa masuk ke kamarnya? Dia menguncinya demi tuhan! Dia bisa gila sekarang. Dia itu laki-laki yang sedang marah pada laki-laki lain dan tidak ingin bicara dengan laki-laki yang baru saja disebutkan itu dan apa? Situasi apa ini? Apa dia harus dipaksa berbicara dengan situasi aneh ini?
"Hey tenanglah! Aku sudah memakai sesuatu!" Chanyeol melipat tangan di depan dada dan memalingkan muka. Bagaimanapun daruratnya situasi ini, Chanyeol tetaplah seorang laki-laki yang sedang marah.
Teriakan Baekhyun terhenti.
Syukurlah.
"KENAPA KAU ADA DI KAMARKU?! KELUAR BRENGSEK!"
Mata Chanyeol membelalak kaget mendengar ucapan, atau lebih tepatnya teriakan, Baekhyun. Ia mendecih tidak percaya. Kamarnya katanya? Apa laki-laki ini mulai sinting? Atau dia mabuk? Jelas-jelas ini kamarnya! Dia sadar saat memesan kamar nomor 908 di hotel milik ayahnya. Apa-apaan si pendek ini meneriakinya mengatakan bahwa ini kamarnya? Pasti dia sudah gila, kalau tidak, tidak mungkin dia berbicara seperti barusan.
"Dengar, aku tidak tau apa masalahmu, tapi kamar nomor 908 itu milikku. Aku datang kemari kemarin. Aku tidak mengerti apa lagi yang kalian rencanakan terhadapku, tapi kumohon tolong hentikan karena ini tidak lucu dan keluarlah dari kamarku sekarang."
Baekhyun kebingungan.
Ia bangkit berdiri lalu menatap sekeliling ruangan. Memang warna cat dinding, sofa, dan tempat tidurnya sama namun banyak hal di dalam ruangan ini yang berbeda dengan kamar yang ia ingat menjadi tempat tidurnya kemarin. Contohnya, pakaian-pakain di lemari itu, ketidakberadaan kopernya, dan... laki-laki ini.
Oh sehun.
Brengsek.
Wajah Baekhyun merah hingga ke telinga menahan marah. Berani-beraninya dia berbuat begini terhadap Baekhyun? Apa-apaan anak itu? Dari mana dia mendapatkan kunci kamar Chanyeol? Tentu saja dia akan tahu jika sekarang dia keluar dan membunuh anak sialan itu.
Baekhyun berjalan menuju pintu tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Chanyeol. Yang ada di kepalanya saat ini hanyalah bagaimana caranya keluar dari ruangan itu dan beberapa adegan yang terbayang tentang bagaimana dia harus mengakhiri hidup Sehun.
Tapi kenapa pintu ini tidak mau bekerjasama dengannya?
Hello pintu sialan, terbukalah!
Sekeras apapun Baekhyun menarik gagang pintu sialain itu, tetap saja pintunya tertutup rapat. Ia mencoba membuka dengan kuncinya tapi tidak berhasil. Ada apa dengan kunci ini? Jelas-jelas tadi dia bisa membuka pintu dengan kunci yang sama? Astaga, perasaan Baekhyun tidak enak.
Dasar Oh sehun kurang ajar.
Dengan wajah semakin merah Baekhyun berbalik menghadap Chanyeol yang menatapnya dengan mengerutkan dahi. Sebenarnya Baekhyun merasa dia lebih baik mati sambil menggigit lidahnya sampai berdarah daripada harus berbicara dengan Chanyeol. Dia malu sekali.
"Bisa kupakai kuncimu? Pintunya tidak bisa terbuka dengan kunci yang kubawa."
"Gunakan cara apa saja untuk keluar dari sini."
Baekhyun langsung membalikkan badan lagi menghadap pintu. Tangannya menyambar kartu milik Chanyeol lalu menempelkannya di screen kecil di bawah gagang pintu.
Satu detik.
Dua detik.
Tidak ada yang berubah.
Sialan.
Kenapa tidak sekalian saja Baekhyun mati di tempat sekarang juga?
"Tidak bisa?"
Baekhyun tidak mau memalingkan wajah menghadap Chanyeol yang berjalan ke arahnya. Saat Chanyeol meraih gagang pintu dan mencoba membuka pintu, Baekhyun mundur tanpa berkata apa-apa.
Apa-apaan sih ini? Apa ini juga rencana Sehun dan Luhan? Mengunci mereka berdua di kamar ini? Sungguh? Baekhyun ingin membunuh mereka berdua.
Mereka berdua hanya diam melihat ke arah pintu yang masih terkunci. Suasananya sangat canggung. Mereka berdua merasa sangat aneh dan terlalu canggung untuk memulai mengatakan sesuatu.
Chanyeol berjalan ke arah telepon di meja.
Ya, mungkin menelepon resepsionis bisa memecahkan masalah ini.
Tapi
TELEPON ITU MATI.
Bagaimana bisa?
Chanyeol mulai panik.
Tapi dia tidak mau menunjukannya apalagi harus berbicara dengan Baekhyun maka dia diam saja dan mulai mencari ponselnya. Dia harus menghubungi Luhan dan menyuruhnya mengeluarkan Baekhyun dari sini tidak peduli bagaimana caranya.
Chanyeol mondar mandir ke sana kemari mencari ponselnya. Dia tidak ingat di mana persisnya dia meletakkan benda itu namun Chanyeol adalah tipe orang yang simpel. Dia hanya menaruh ponsel di tempat tidur, di meja, dan di sakunya. Namun kenapa setelah menggeledah semua tempat, ponsel itu masih tidak ada?
Kepala Chanyeol sudah mau pecah rasanya.
"COBALAH TELEPON SEHUN DAN SURUH DIA MENGATAKAN PADA LUHAN AGAR MENGELUARKANMU DARI SINI!"
"KENAPA KAU BERTERIAK?! AKU TIDAK TULI, KAU TAU?!"
"TELEPON SAJA!"
"KALAU BISA PASTI SUDAH KULAKUKAN!"
"...apa?!"
"Ponselku ada di kamarku."
Chanyeol seperti terhantam batu besar.
Jadi mereka terjebak di sini? Berdua? Sialan kalau hubungan mereka masih seperti dulu pasti tidak masalah!
"Wah, aku kagum sekali dengan kalian. Jujur saja, apa rencana kalian kali ini? Kau juga terlibat kan? Kau tau ini kamarku kan? Apa maumu kali ini? Siapa lagi yang ingin kau cari tau hubungannya?"
Baekhyun mendelik tidak suka.
"AKU TIDAK TAU APA-APA SOAL INI!"
Chanyeol mendengus.
"Kalian semua sama saja." Chanyeol menggumam sambil berjalan ke arah lemari, membelakangi Baekhyun. Dia membuka pintunya untuk mencari sepasang pakaian untuk dipakai. Dia tidak bisa berlama-lama hanya memakai bathrobe.
"Aku tau kau marah dan aku tidak menyalahkanmu. Tapi aku tidak menipumu mentah-mentah. Aku bahkan tidak tau kau akan menerimaku begitu saja. Bukan begitu rencanaku waktu itu."
Chanyeol hanya diam dan menarik sebuah sweater, memakainya dengan sebuah jeans. "Apa mereka menyuruhmu mengatakan begitu?"
"DASAR BRENGSEK!"
Sebuah bantal melayang ke kepala Chanyeol.
"APA-APAAN KAU?!"
Baekhyun hanya melotot kesal padanya.
"APA?!" Tanya Chanyeol lagi.
"Kau menyebalkan!"
"Kau lebih menyebalkan!"
"Kau yang lebih menyebalkan!"
"Kenapa juga aku terjebak di sini bersamamu?!"
"Kenapa kau tanya padaku? Tanya pada kakakmu!"
"Tanya pada temanmu si ingusan itu!"
Mereka berdua memalingkan wajah dari satu sama lain bersamaan.
Astaga.
Apa mereka ini anak SD?
.
.
.
"Jadi hyung hotel ini benar milik ayahmu?"
Luhan mengangguk.
"Hebat. Tidak kusangka kalian sekaya ini!"
"Lebih tepatnya ayah Chanyeol sih. Orang tua kami sudah cerai tapi entah bagaimana kekerabatannya masih terjaga."
"Pokoknya itu hebat sekali! Lihat apa yang bisa kita lakukan! Kita bisa mengunci pintu seenaknya dan memblokir kunci mereka dan bahkan mematikan sambungan telepon! Aku penasaran aa yang mereka lakukan sekarang di sana! Mereka tidak akan mati kelaparan kan?"
Luhan meletakkan gelasnya di meja. "Tentu saja tidak. Tadi aku sudah menaruh pizza dan beberapa minuman kaleng di sana. Lagipula kita bukannya akan mengurung mereka seminggu di sana Oh Sehun."
Sehun menyengir lebar. Dia terlihat puas sekali dengan rencananya yang sangat matang ini. "Semoga begitu keluar dari sana Baekhyun sudah kesusahan berjalan." Sehun terkikik dengan pikirannya sendiri sementara Luhan menatapnya jijik.
"Apa hanya itu yang bisa kau pikirkan? Yang penting itu mereka keluar dari sana sudah baikan. Bergandengan tangan kalau bisa. Jadian lagi secara resmi?" Luhan mengangguk puas dan Sehun mendecih.
"Logika saja hyung. Mereka itu sesama gay yang terkurung di sebuah kamar. Ada tempat tidur. Mereka hanya berdua. Mereka saling menyukai. Kau pikir apa lagi yang bisa terjadi?"
Luhan melayangkan sebuah pukulan ke kepala Sehun. "Diam kau anak kecil sialan."
Tiba-tiba dering sebuah ponsel menginterupsi keduanya.
Sehun mengernyit dengan nada deringnya yang terdengar asing.
Itu bukan ponselnya.
Bukan juga ponsel Luhan karena dia tau mereka berdua memiliki nada dering yang sama.
"Ponsel siapa itu?" tanya Sehun mengernyit saat Luhan mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya.
"Chanyeol." Ucap Luhan dengan seringaian.
Sehun ikut menyeringai.
Yang barusan menelepon ponsel Chanyeol itu adalah Jongdae.
Mereka puas sekali.
Rencana mereka sempurna.
Selamat bersenang-senang Chanyeol dan Baekhyun.
TBC
Update pendek!Scene super hemat! Yang penting update haha. Terima kasih sudah membaca, ditunggu reviewnya!