"Ge, mandilah. Kita harus berkumpul lagi pagi ini untuk mendapatkan instruksi."

Kyungsoo menatap Luhan yang masih setia menjaga Baekhyun yang sedang demam. Ia secara teratur mengganti handuk yang sudah mulai dingin dengan handuk yang hangat, terkadang juga menenangkan Baekhyun yang sering mengigau aneh-aneh.

"Aku tidak ingin meninggalkan Baekkie Kyungsoo, aku ingin menjaganya sampai sembuh." Luhan tetap pada pendiriannya membuat Kyungsoo menghela nafasnya lelah.

"Kita harus mengabsen setiap paginya, lalu kali ini kita harus melaporkan kondisi Baekhyun pada songsaenim untuk medapatkan pengobatan yang cukup."

"Tapi Kyung~ Baekhyun akan sendirian." Luhan menatap Kyungsoo dengan memohon, namun Kyungsoo tersenyum simpul.

"Tenang saja, aku juga tidak akan membiarkan Baek hyung sendirian kok!"

.

.

Because of Love Chapter 6

Present by : Niel Hill

.

.

Seorang wanita paruh baya tampak sedang merapihkan pakaian dan rambut pria kecil dihadapannya, sedangkan bocah laki-laki kecil bermata bening itu hanya menatap polos wanita yang berperan sebagai ibunya.

"Umma? Kita mau kemana?" Bocah kecil itu menatap heran ummanya yang terus terusan mempersiapkan kebutuhan dirinya untuk berpergian.

"Baek lupa? Kita akan jalan-jalan ke Beijing, bukankah umma dan appa sudah membicarakannya semalam?"

'Beijing? Baek tidak mendengarkan apa yang appa katakan umma, mianhae."

Wanita yang dipanggil umma itu tersenyum wajar, lalu mengusap lembut kepala putranya. "Arra arra. Cha, sekarang Baek turun dan ke mobil bersama hyung, umma akan membawa barang kalian dulu."

"Ndeee" si kecil Baekhyun pun berlari keluar rumah menghampiri hyungnya yang juga sudah rapi.

.

.

.

"Woaaahh~" Mata sipit si kecil Baekhyun berbinar-binar melihat awan-awan bertebaran di langit begitu dekat dengannya. Jikalau bisa, sudah dipastikan akan digapainya awan itu.

"Indah bukan?" Ryeowook tanpa sadar ikut tersenyum melihat adiknya yang begitu senang menaiki pesawat terbang.

"Umm!"

Semua begitu terasa tenang dan lancar, hingga suatu kesalahan terjadi.

Guncangan besar tiba-tiba terjadi di pesawat yang mereka tumpangi, guncangan itu membuat barang-barang yang diletakan di atas berjatuhan.

"Umma! Umma!" Baekhyun kecil menangis tersedu-sedu memanggil ummanya meskipun ia sendiri sudah dipeluk erat oleh Ryeowook .

Pesawat itu oleng dan berputar-putar, hingga satu tubrukan pada dataran tinggi disertai ledakan besar membuat semuanya gelap.

.

.

.

"Erghhh..."

Satu erangan lolos dari bibir mungil Baekhyun membuat Ryeowook segera memeluk namsaengnya lebih erat.

Si kecil Baekhyun pun terbangun karena selain merasakan sakit di sekujur tubuhnya, ia juga merasakan sesuatu membasahi pipinya.

"Umma?" Ia sedikit meringis saat bibirnya bergerak, bahkan ketika ia ingin mengangkat tangan untuk mengucek mata pun, ia tetap merasakan sakit.

Baekhyun ingin menangis kencang saat itu juga, tapi menyadari tubuhnya dipeluk seseorang dengan badan bergetar membuatnya penasaran.

Itu hyungnya, dan hyungnya menangis. Kenapa?

"H-hyung? Ssh" Ia kembali meringis merasakan sakit.

"Hmm?" Ryeowook menjawab, tapi Baekhyun tahu ada yang tidak beres dengan hyungnya, dan lagi ia tidak bisa melihat apapun.

"Umma dan Appa, dimana?"

Baekhhyun dapat merasakan kepalan tangan Ryeowook pada kepalanya, dan juga isak tangis.

"Hyung! Jangan menangis? Aku hanya bertanya dimana appa dan umma." Baekhyun memberontak dalam pelukan Ryeowook, sulit memang, tapi ia terus berusaha hingga akhirnya berhasil.

Baekhyun menghapus air matanya dengan pergelangan tangan meskipun sakit, lalu berbalik.

Air mata yang tadi hilang kini tumpah kembali, kobaran api berkibaran didepan matanya. Burung besi raksasa yang tadinya mulus kini sudah nyaris tak berbentuk. Dan puncaknya adalah ketika melihat kedua orang tuanya yang sudah tak bernyawa, dan lebih mengenaskan lagi baju ayahnya berlumuran darah karena luka robek yang cukup besar di dada, serta bagian kaki ibunya yang memiliki luka robek yang menganga dengan lebar.

"U-u-UMMAAAAAA! APPAAAA HUWEEEE! JANGAN TINGGALKAN BAEKKIE! HUWAAAAAAAA!"

Baekhyun terus-terusan berteriak menjerit memanggil orang tuanya yang sudah meninggalkannya di dunia ini. Ia berlari mengguncang-guncang tubuh Ryeowook yang sudah lemas tak bertenaga.

"HYUUNG! HYUUUNG! UMMA DAN APPA! HYUUUUNGG! TOLONG UMMA DAN APPA! HYUUUUUNG!" Baekhyun terus berteriak dan menjerit, mengguncang tubuh Ryeowook dan menangis atas kematian kedua orang tuanya. Ryeowook pun tak dapat berbuat banyak, semua sudah terlambat. Dan yang bisa dilakukannya hanyalah satu, menjaga dan membesarkan adiknya yang kini menjadi keluarga satu- satunya.

"Hyuung~ Selamatkan hiks umma hiks~ selamat-hiks-kan appa hiks. Hyuuung~ Appa~ Umma~ Saranghae~ um-ma-"

Lirihan-lirihan kecil Baekhyun semakin lama semakin mengecil hingga kesadarannya hilang, dan saat itu juga ia bersumpah bahwa Baekhyun adalah satu-satunya alasan untuk ia tetap meneruskan hidup. Ia tak tahu bagaimana jadinya, tapi ia akan tetap berusaha sampai akhir.

~NH~

"-hyun-"

"Baek-"

"Baekhyun!"

Baekhyun sontak membuka matanya, nafasnya terengah-engah, keringan membasahi seluruh tubuhnya.

"C-cha yeol-" tangannya bergetar, seperti meminta seseorang untuk menggenggamnya.

Chanyeol begitu terlihat khawatir pada Baekhyun semenjak pemuda itu mengigau dan menangis dalam tidurnya. Ia menggenggam tangan Baekhyun, tangannya begitu dingin dan berkeringat, getaran di tangannya juga begitu kuat meskipun kini mulai berkurang.

"Ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?"

Baekhyun menggeleng khawatir, ia membawa tangan Chanyeol ke atas perutnya, dan menggenggamnya dengan kedua tangan.

"Tetaplah disini. Kumohon."

Chanyeol tak mengerti apa yang terjadi pada Baekhyun, tapi ia tetap berusaha untuk membuat pemuda itu tetap tenang.

"Aku takkan kemana-mana. Aku janji." Chanyeol tersenyum sambil mengelus kepala Baekhyun dengan sayang.

"Eum, gomawo." Baekhyun memejamkan matanya, sentuhan tangan Chanyeol di kepalanya membuat dirinya merasa tenang.

"Ngomong-ngomong Chanyeol, kenapa kau bisa ada disini?"

"Eh? Emm, aku dipinta oleh Kyungsoo dan Luhan untuk menjagamu sementara mereka melaksanakan emm.. apa ya namanya..."

Baekhyun terkekeh, "Oke-oke aku tahu apa maksudmu. Sudahlah jangan dipikirkan lagi."

"Uh? Oh, oke."

Baekhyun hanya tersenyum sambil membenarkan letak bantalnya.

"Emm, Baekhyun? Bolehkah aku bertanya?"

"Apa?"

"Saat kau tidur, apa yang kau mimpikan?"

Baekhyun tak berkutik, ia pikir Chanyeol tak akan menanyakan hal itu padanya.

"Kenapa kau bertanya?" Ia berusaha untuk bersikap dan berbicara sebiasa mungkin.

"Yah, kau tahu. Aku err mengkhawatirkanmu. Kau tampak sedih saat itu, dan emm menangis."

Baekhyun terhentak. Ia menangis? Sampai seperti itukah?

"Jika kau tidak keberatan, ceritakanlah padaku." Chanyeol memegang tangan Baekhyun erat, ia ingin meyakinkan bahwa Baekhyun bisa bercerita padanya apa saja.

"Tidak ada. Hanya... memimpikan kematian orang tuaku."

Saat itu Baekhyun mengatakannya dengan mata yang berkaca-kaca, membuat siapapun yang melihatnya pasti mengerti bagaimana perasaannya.

"Jangan sedih. Aku disini, kami semua selalu disisimu. Karena kami menyayangimu. Tolong jangan merasa bahwa kau sendirian Baekhyun. Kyungsoo, Luhan, dan yang lainnya menyayangimu, begitu pula aku. Ingatlah bahwa kau tak sendiri."

Chanyeo mengecup tangan Baekhyun yang diganggamnya, sedangkan Baekhyun hanya menatap kaget Chanyeol. Ia baru saja menyadari kalau ia masih mempunyai orang-orang yang menyayanginya, ia tak sendiri.

"Eum! Terima kasih Chanyeol, terima kasih." Baekhyun mendekap tangan Chanyeol di dadanya erat-erat, menangis meluapkan betapa sedihnya dia, dan juga betapa beruntungnya dirinya karena masih memiliki orang-orang yang disayanginya.

~NH~

Luhan memandang langit, burung burung yang cukup besar -entah apa namanya- berterbangan dengan bebasnya. Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya. Pikirannya sekarang itu entah ada dimana.

"Ge! Jangan melamun terus! Ayo bantu aku memungut sampah ini!"

Kyungsoo berdecak malas sambil menyumpah serapahi Luhan yang lebih banyak melamun daripada membantunya memungut sampah.

Tak memperdulikan omelan Kyungsoo, Luhan tetap menatap langit sambil sesekali bergumam.

"Apakah Baek akan baik-baik saja ya?"

Kyungsoo mendengus, Luhan sudah mengatakan itu berkali-kali dan ia sudah menjawabnya berkali-kali pula.

"Ge, Baek hyung pasti baik-baik saja. Aku sudah mengatakan itu berkali-kali bukan?"

Luhan menoleh, wajah imutnya menatap berharap pada Kyungsoo. "Benarkah?"

Ah, wajah itu... cantik?

Kyungsoo menggeleng.

Tidak, tidak. Masih ada yang lebih pas. Imut?

Kyungsoo menggelengkan kepalanya lagi.

Arghh harusnya ada yang lebih tepat.

Kyungsoo menyipitkan matanya untuk menatap Luhan, berusaha mendeskripsikan ekspresi Luhan saat ini dengan tepat.

Ah! Aku menemukannya!

"Rusa yang memelas!"

"Ha? Apanya yang rusa?" Kali ini ganti Luhan yang menatap Kyungsoo tak mengerti.

Kyungsoo mengayunkan tangannya."Aniyo! Bukan apa-apa!"

Luhan memang masih tak mengerti, tapi itu tak penting. "Ngomong-ngomong Kyung, kenapa kau bilang Baek akan baik-baik saja?"

"Oh, kalau itu. Itu karena aku sudah memanggil Chanyeol untuk menjaganya."

"Chanyeol? Maksudmu si tiang itu? Kenapa Chanyeol? Aku lebih mempercayakan Baekhyun pada Sehun."

"Karena kau percaya pada Sehun? Tidak, Ge. Kau tidak boleh semudah itu percaya pada orang yang baru kau kenal."

"Hoo? Bukankah kau sendiri juga sangat memperhatikan si Kkamjong itu? Apa aku salah?" Luhan menyipitkan matanya untuk meledek Kyungsoo.

Wajah Kyungsoo memerah, "T-t-tidak! Aku tidak memperhatikannya! I-i-itu karena saat itu ia menolongku! Y-ya! Karena itu saja."

"Kau baru saja menyangkalnya Kyung. Itu menjadi semakin tidak meyakinkan, hmm." Luhan mengelus-elus dagunya bak detektif yang sedang menyudutkan pelaku, dan sejujurnya bagi Kyungsoo dirinya itu benar-benar sedang terpojok.

"Y-yah! Hentikan ge! Pokoknya menurutku lebih baik Baek hyung ditemani Chanyeol daripada siapapun!" Ucap Kyungsoo mengalihkan pembicaraan mereka.

"Hoho, kau mengalihkan pembicaraan Kyung~ Tapi memang benar mereka berdua akhir-akhir ini sangat dekat, kuharap mereka berteman dengan baik."

Kyungsoo mengangguk setuju, ia ikut menatap langit. "Atau mungkin lebih dari itu?"

"Apa?" Luhan berada di jaran radius satu meter di depannya, wajar kalau Luhan tak mendengar apa yang ia katakan.

"Bukan apa-apa."

"Sejak tadi kau selalu bilang 'bukan apa-apa' Kyung." Luhan cemberut, kalimat apa dibalik kalimat 'bukan apa-apa' itu? Ia penasaran.

"Hey kalian berdua! Ayo lanjutkan memungut sampah! Kita masih dalam kegiatan bersih-bersih!" Itu suara ketua osis, dan Luhan beserta Kyungsoo langsung saja melanjutkan kegiatan mereka.

~NH~

Chanyeol memasuki kamar Baekhyun dan meletakkan susu strawberry hangat yang dipesan Baekhyun sebelumnya. Pemuda itu mengambil benda yang Baekhyun sebut Thermometer di mulut Baekhyun.

"Jadi angka disini adalah suhu badanmu? Ini melewati angka merah! Kau masih demam Baekhyun!" Ucap Chanyeol yang masih sibuk mengagumi Thermometer ditangannya.

"Ne, ne aku tahu Chanyeol. Akupun masih merasa seperti itu." Baekhyun menenggelamkan kepalanya ke dalam selimutnya, badannya masih panas dan ia tahu itu.

"Aku harap demam ini cepat hilang." Ucap Baekhyun lirih.

Chanyeol mendengarnya, tentu Chanyeol mendengarnya, ia memiliki pendengaran yang sedikit lebih bagus dari orang biasa.

"Emm, Baekhyun? Kau tahu? Beberapa para ibu-ibu warga desa sering bilang ada teknik cepat untuk menghilangkan demam."

Baekhyun merasa tertarik, mungkin ara itu akan berhasil. "Teknik apa itu?"

"Entahlah, aku tidak yakin. Tapi mereka bilang dengan berbagi err air liur akan membuat demam hilang."

Wajah Baekhyun memerah hingga ketelinga, apa maksudnya? Dan kenapa Chanyeol mengatakan itu dengan santai?

"Ma-maksudmu berbagi liur apa?"

Chanyeol menggedikkan bahunya. "Aku tidak pernah melihat mereka melakukan teknik itu, tapi kabarnya itu sangat ampuh."

Lagi, Baekhyun merasa daranya mendidih lebih panas. Chanyeol itu memang tidak tahu caranya atau hanya ia saja yang berpikiran mesum?

"M-m-maksudmu... ciuman?" Baekhyun mengecilkan suara saat mengatakan kalimat yang agak mesum itu.

"Ha? A-a-apa?" Chanyeol kaget, Baekhyun juga kaget. Chanyeol tak senorak itu untuk mengetahui arti dari kata ciuman. Tapi...

"Bu-bukankah itu tekniknya?" Baekhyun sedikit malu mengatakannya, ia merasa seperti orang mesum sekarang.

"Benarkah? Tapi-tapi aku tak bermaksud seperti itu." Chanyeol gugup sekarang, mereka membahas hal itu.

"Bukankah memang seperti itu caranya? Maksudku, bukankah para warga memang melakukannya dengan ciuman, teknik bertukar liur itu." Ah, Baekhyun merasa bodoh sekarang. Ia terlalu bicara terbelit-belit.

"Benarkah? Tapi kalau dipikir benar juga." Tiba-tiba Chanyeol jadi kepikiran tentang kejadian di gubuk malam itu, dan itu sukses membuat wajahnya memerah.

"Jadi kita akan melakukannya?"

"Huh?" Chanyeol kaget, Baekhyun menginginkan itu?

"Kita tidak melakukanya?"

Oh entah kenapa Baekhyun terlihat sangat imut dimatanya. "Bukan seperti itu."

"Jadi?"

Chanyeol menatap bibir Baekhyun. Meski agak pucat, bibir itu masih terlihat mengkilap dan menggiurkan.

Ah, lagi lagi aku berdebar.

"Emm, kita akan melakukanya." Chanyeol meneguk ludahnya, "Agar kau cepat sembuh!" Tidak, jangan percaya. Itu hanyalah alibinya!

"Umm." Baekhyun mengangguk ragu-ragu. Antara kehilangan keperawanan bibirnya, atau menghilangkan demamnya.

-Bahkan keperawanan bibirmu sudah hilang ByunBaek-_-

"Aku akan melakukannya." Chanyeol meletakkan kedua tangannya di samping kepala Baekhyun, seolah memenjarakan pandangan matanya agar tertuju di satu titik.

"N-ne." Seiring dengan sepercenti majunya kepala Chanyeol, maka irama jantung Baekhyun dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

"Akan ku lakukan." Udara terasa sesak bagi Chanyeol, dan suhu di kamar Baekhyun terasa semakin panas.

"Emm, Chanyeol? Apa- apa kau pernah melakukan ini sebelumnya?" Tanya Baekhyun ragu.

"Pernah! Aku pernah melakukannya sekali sebelumnya!" Jarak mereka semakin dekat, kira-kira sekitar lima puluh centi lagi.

Baekhyun merasa agak kecewa karena Chanyeol sudah pernah melakukannya sebelumya, sedangkan ia belum. Baginya, itu sedikit curang. "Dengan siapa?"

Kini tinggal 10 centi dan nafas mereka mulai beradu.

"Denganmu."

CUPP

Chanyeol dengan cepat menghapus jarak mereka, Baekhyun bahkan belum sempat berkedip ataupun menutup mata. Ia sendiri masih kaget. Kaget dengan ucapan Chanyeol dan kaget dengan bibir tebal Chanyeol di bibirnya.

"Hnggmm~"

KRIEETT

Chanyeol adalah tipe agresif. Dalam beberapa detik, ia sudah mampu memimpin 'teknik' itu. Dan kini seluruh tubuh Baekhyun sudah dipenjarakan olehnya.

Baekhyun sudah kehabisan nafas, dan Chanyeol memberikan waktu tiga detik untuk kembali menghirup oksigen setelahnya mereka kembali ke permainan.

Chanyeol sudah benar-benar diselimuti hawa nafsu, ditambah lagi Baekhyun yang merespon seluruh tindakannya.

Hingga tanpa sadar, mereka berbagi lebih dari bertukar liur.

TBC

Yahoo Minna! Kekekeke~ Chapter kali ini sedikit nyerempet ke adegan uhum -you know that- hehehehe.

Gomen ne, otak author sedang agak mesum pas buat ini.

Gimana menurut kalian? Romancenya kena gak? Di chapter ini juga banyak fluff ChanBaek loh! Juga satu rahasia terungkap! Yahoo!

Oh iya, pas di bagian Flashback itu menurut kalian gimana? Kurang gak sih feelnya? Author pikir ada yang kurang.

Oh iya, di fanfic terakhir yang author update. Author bilang author mau cuti alias Hiatus selama beberapa bulan. Tapi ternyata, ada beberapa kesempatan luang untuk melanjutkan fanfic-fanfic author ini hehehehe. Jadi mungkin author akan tetep update meski ngaret -emang si author kerjaannya ngaret pas update -_-

Maaf deh maaf, author tahu author emang ratunya ngaret. Tapi gak bermaksud ngaret beneran kok!

BOL udah update, mungkin selanjutnya 'You and I' yang udah setengah jadi atau 'The forgotten Memories' yang gak sabar pengen author update. Yang jelas bersabarlah menanti karya abal author ne T^T

Sayonara! Sampai bertemu di chapter selanjutnya ;)

REVIEW KUDASAI~ -'v'-