YE...YE... YE...MY SECOND FIC... Happy reading minna..

Summary: Hinata keluar dari cafe dengan wajah kesal. Dimana-mana dia selalu melihat pasangan yang mengumbar kemesraan , Hinata sedang single. Di perjalanan pulang dari cafe, Hinata bertemu dengan seekor kucing berwarna orange. Hal aneh pun mulai terjadi. Apa hinata akan percaya dan bisa menjalaninya?

title: CAT?

Author: Hyuuga Divaa Lavender-Hime

Pair: NaruHina

Disclaimer: naruto belong masashi kishimoto. Just this story belong Hyuuga Divaa Lavender-Hime

Rated: T

Genre: romance, fantasy

Warning: abal-abal. Gaje. Tidak masuk akal. Typo's. Alur ceritanya kecepetan. Dan warning-warning lainnya

-DONT LIKE DONT READ- (Remember it)

CHAPTER 1

Bosan. Bosan. Bosan. Itu yang terus terngiang-ngiang dikepalaku. Bagai mana tidak? Aku seharian hanya tidur dan bermalas-malasan. Sekarang hari minggu dan sudah pasti sekolah libur sekarang. Siaran di TV pun tak ada yang bagus. Aku sendirian diapartemen ini. Kalau mengajak temanku untuk kesini pun percuma. Karna setiap hari minggu mereka akan pergi jalan-jalan dengan kekasihnya. Sementara aku? Aku belum mempunyai kekasih. Kebanyakan laki-laki enggan didekatku karna mereka menganggap aku terlalu cuek dan dingin. Bukannya aku terlalu cuek atau dingin. Cuma sifat pemalu dan gugupku yang membuatku seperti itu. Apalagi mereka hanya mempermainkan aku. mereka hanya mempermainkan aku. Aku bisa saja berubah menjadi monster kalau ada cowok yang berani-beraninya berbuat seperti itu. Dasar cowok menyebalkan!

Satu ide terlintas dikepalaku begitu saja. Bagaimana kalau aku berjalan-jalan sebentar? Itu ide bagus bukan? Aku lalu mengambil tas kecilku dan keluar dari apartemenku.

Diluar tidak terlalu panas, bisa dikatakan udara lumayan sejuk sekarang. Aku melangkahkan kaki jenjangku menuju sebuah cafe bernama sora. Sesekali aku bersenandung kecil untuk menghilangkan rasa suntukku. Aku terus berjalan sampai aku berhenti disebuah bangunan yang aku rencanakan untuk aku kunjungi. Aku lalu memasuki cafe tersebut. Aku lalu mengambil sebuah meja dengan dua kursi yang menghadap kejalanan. Aku lalu memesan ice cream choco vanilla yang menjadi ice cream favoritku. Iris ku mulai menjelajahi setiap meja yang ada dicafe ini. Ya ampun! Hampir semua tempat diisi oleh sepasang kekasih. Hanya aku yang datang sendiri kesini. Aku lalu melihat sebuah papan yang berisi sebuah pengumuman dicafe ini.

Special food for couple

Free: ice cream banana fruit with honey

Spaghetti meatball

Pizza special for couple

*kamu dan pasangan kamu dapat memilih

salah satu dari yang diatas! Free

Apa-apaan itu! Masa Cuma untuk yang punya kekasih saja. Emangnya gak ada apa menu makanan buat orang-orang single. Huh. Aku hanya meratapi nasibku. Ice cream ku sudah datang. Aku lalu memakannya dengan perlahan. Padahal ini ice cream favoriteku, tapi kenapa aku jadi tak bersemangat begini memakannya? Sepertinya keluar apartemenku tadi adalah ide yang buruk. Aku harus menghabiskan ice creamku secepatnya. Setelah selesai, Aku membayar ice creamku dan keluar dari cafe. Aku tak menghiraukan penjaga kasir yang berkata 'semoga datang kembali' hn. aku akan pergi kesini jika aku sudah dapat kekasih. Gerutuku. Langkahku tak sebersemangat tadi waktu aku pergi.

Aku berjalan sambil melihat jalan yang telah diisi sepasang kekasih yang sedang berusaha memamerkan kemesraan mereka didepan umum. Aku membuang nafas ku secara kasar. Tiba-tiba langkahku berhenti karna mendengar suara kucing. Aku melihat disekitarku. Ternyata ada sebuah kardus disisi kiri ku. Aku melihat isinya. Ternyata seekor kucing. Badannya tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Kucingnya berwarna orange kekuning-kuningan . bulunya bersih dan lebat, matanya berwarna biru langit.

"kucing yang bagus." aku lalu mengeluarkannya dari kardus. Ternyata kucing itu mempunyai kalung.

"Na-ru-to" aku mengelus-ngelus kalung kucing tersebut. Kucingnya ternyata sudah jinak. Buktinya dia tidak melawan sedikitpun ketika aku ambil. Aku lalu membawanya pulang.

"kucing sebagus ini siapa yang tega membuangnya ya?" aku masih saja memperhatikan kucing yang bagus ini. Tega sekali pemiliknya membuang kucing ini. Kucing itu hanya mengeong-ngeong dalam pelukanku. Padahal tadi aku sedang marah, tapi sekarang aku sudah merasa lebih baik. Akhirnya aku tiba diapartemenku. Aku lalu membuka pintunya dan menurunkan kucing itu. Kucing itu ternyata sangat hyperaktif. Baru aku lepaskan dia langsung mengelilingi apartemenku. Aku tertawa melihat kucing yang sangat lucu ini. Sepertinya Aku memang harus menjaganya.

.

.

.

.

Aku melihat isi kulkasku.

"ketemu!" aku lalu mengambil sekotak susu dari kulkasku. Aku mengambil mangkok dan menuangkan susu tersebut. Aku melangkahkan kaki ku menuju kucing tersebut. Aku meletakkan mangkok berisi susu itu kehadapan kucing yang bernama Naruto itu.

"ayo diminum." kataku sambil berjongkok. Susu persediaanku habis dan aku pun tak memiliki makanan untuk kucing. Sepertinya aku memang harus keluar. Aku melihat jam berwarna levender yang melingkari tanganku. Jam 17.20 hampir malam. Aku mengelus-elus kepala kucing tersebut. "aku akan pergi membeli makanan. Jangan nakal ya" aku segera berdiri dan menyambar tasku.

.

.

.

.

Aku telah selesai membeli apa yang aku butuhkan. Aku melihat jam ternyata sekarang sudah menunjukkan pukul 18.50. "hampir jam 7 malam." aku berjalan menuju apartemenku.

"memang punya kucing sedikit merepotkan. Tapi aku senang. Setidaknya aku bisa tertawa melihat tingkah lakunya.". Aku membuka kunci apartemenku dan langsung masuk.

"tadaima." aku mengucapkan salam, padahal aku tau tak kan ada orang yang membalas.

"okaeri." aku masuk kedalam apartemenku. Okaeri? 1 detik 2 detik 3 detik.

"siapa yang menjawab salamku?" aku melangkahkan kakiku lebih kedalam apartemenku. Mungkin neji-nii, dia dulu memang sering keapartemenku. Dia bahkan memiliki kunci apartemenku. Tapi dia sekarang kuliah di Amerika. Apa dia sudah kembali? Semakin dalam, Aku melihat seorang pria sedang duduk didekat dapurku dan menghadap kejendela. Aku menjatuhkan belanjaanku. Terkejut! Itu yang aku rasakan sekarang. Dia bukan neji-nii san.

Aku takut kalau dia pencuri. Aku takut kalau dia mau berbuat hal aneh terhadapku.

"k-kau siapa?" ucapku terbata. Dia melihatku. Pemuda yang tampan. Rambutnya kuning jabrik. Kulit tan, ada 3 garis seperti kumis kucing yang terdapat dikedua pipinya, matanya berwarna biru langit. Biru langit? Sepertinya aku pernah melihat mata itu!

"hay! Aku naruto!" dia melambai kearahku.

"Na-naruto? Naruto bu-bukannya kucing?" ini tak mungkin. Apa aku sedang terditur dan bermimpi sekarang? Tapi ini mimpi yang aneh sekali.

"aku memang kucing itu." aku terduduk dan menutup mulutku.

"i-ini tidak mungkin. Ma-mana ada ku-kucing jadi manusia! Ini mimpi!" dia mendekatiku.

"ittai..." dia mencubit pipi chubbyku.

"ini bukan mimpi! dan Aku memang kucing itu-ttebayo! Ceritanya panjang kenapa aku bisa menjadi seperti itu!" ucapnya.

"sudahlah! Jangan dipikirkan! Aku lapar, apa ada makanan?" dia mengambil barang belanjaanku. Aku masih syok atas kejadian ini. Aku lalu berdiri. Tapi kakiku masih bergetar.

"waah.. ada ramen-ttebayo!" dia riang sekali.

"Na-Naruto?" dia melihat kearahku.

"ehm. Ada apa umm..."

"hinata. Panggil saja aku hinata." sela ku.

"bi-bisa kau ce-ceritakan bagaimana kau b-bisa menjadi manusia?" dia berhenti membongkar-bongkar barang belanjaanku.

"aku tidak berubah menjadi manusia-ttebayo. Aku memang manusia. Tapi berubah menjadi kucing. Waktu itu aku meminum ramuan aneh, makanya aku seperti ini." dia menghela nafas.

"kalau matahari terbit aku akan berubah menjadi kucing dan ketika matahari terbenam, aku akan menjadi manusia lagi!" aku menangguk-angguk.

"a-apa ramuan itu ada pe-penawarnya?" tanyaku. Dia menggeleng.

"entahlah. Aku pernah membaca sebuah buku tentang berbagai penawar ramuan ajaib. Katanya aku bisa kembali seperti semula karna cinta. Tapi aku tak tau cinta itu apa-ttebayo!"aku langsung sweatdrop mendengarnya.

"ma-masa kau tak tau cinta itu apa?" dia menggeleng. dia lalu duduk dikursi.

"a-apa kau punya orang tua?" dia menggeleng. wajah naruto berubah menjadi menyedihkan.

"gomen naruto. Aku tidak bermaksud.." dia hanya mengangguk. "tak apa."

"a-apa kau punya···" aku menjeda kalimatku. "pu-punya kekasih?" dia memasang tampang bingung.

"kekasih itu apa-ttebayo?" masa dia tidak tau kekasih itu apa? Dia itu terlalu polos atau memang tidak tau. aku mulai berpikir.

"kekasih itu··· bisa dibilang lawan jenis orang yang ada disisimu. Dekat denganmu. Dan juga∙∙∙ mencintaimu"

Apa dia mengerti? Jujur, aku belum bisa menerima kenyataan kalau dia itu bisa berubah menjadi kucing. Dia memang memiliki 3 garis seperti kucing dimasing-masing pipinya, tapi.. masa pria ehem, setampan dia bisa berubah menjadi kucing?

"oh, aku mengerti." dia mengangguk ngangguk. Senangnya dia bisa mengerti.

"orang yang dekat denganku ya? umm∙∙∙ yang dekat denganku ya Cuma kamu Hinata. Hanya kita berdua yang ada disini. Berarti kamu sekarang menjadi kekasihku!" katanya riang! mendengarnya kau langsung sweatdrop. dia memperlihat cengirannya. Aku menghela nafas panjang.

"ma-maksudnya bukan ja-jaraknya yang de-dekat naruto. begini∙∙∙ kekasih itu adalah orang yang me-mencintai kamu dan k-kamu juga mencintainya! Biasanya sih kamu b-berdebar ka-kalau didekatnya." dia mendekat kearahku. Wajahku dan wajahnya hanya berjarak beberapa cm.

"aku∙∙∙ aku mencintai mu Hinata!" wajahku memerah.

"e-eh? Ba-bagaimana bisa, ki-kita kan baru ke-kenal" ucapku terbata.

"entahlah. Tapi jantungku berdebar dengan cepat sekarang!" dia memegang dadanya. sebenarnya jantungku juga. Tapi aku tak tau ini bisa dikatakan perasaan cinta atau apa.

'ting nong ting nong' aku melangkahkan kakiku menuju pintu apartemenku. Aku lalu membuka pintu tersebut. Tiba-tiba saja seorang gadis berambut pink memelukku.

"Sa-sakura-chan?" dia memelukku dengan erat.

"kau tau, pernyataan cintaku tadi diterima oleh Sasuke-kun! Sekarang hanya kau yang jomblo diantara kita bertiga. Kau juga harus mencari pacar hinata!" dia lalu melepaskan pelukannya dan masuk keapartemenku. pacar? Satu pemikiran baru saja terlintas dikepalaku. Gawat Naruto! Bagaimana nanti kalau Sakura tau ada seorang cowok diapartemenku?

"hai!" seseorang menyapa dengan riang. Aku memutar badanku perlahan. Kami-sama, apa yang dia lakukan? Dia menyapa Sakura. Sakura menganga melihat seorang pria tampan diapartemenku dan dengan riangnya menyapa sakura.

"ka-kau siapa?" tanya sakura terbata karna terkejut.

"aku Namikaze naruto. Kekasihnya Hinata!" sakura melihatku dengan tatapan –kau- harus –menceritakan- semuanya-

"Na-Naruto, apa yang kau lakukan?" aku erbisik ketelinganya.

"aku hanya memperkenalkan diri kok!" dasar baka! dia menggaruk-garuk kepalanya. Aku mengajak sakura untuk duduk disofa.

"Jadi, sejak kapan kalian pacaran?" tanya sakura to the point.

"se-sejak∙∙∙" aku masih berpikir.

"baru saja∙∙∙ aku baru menyatakan cintaku pada hinata-chan. Dan dia menerimanya" chan? kami-sama tolong aku. Aku bahkan baru tau namanya. Aku tak tau umurnya berapa, asal usulnya atau semua yang menyangkut tentang dirinya.

"begitu∙∙∙ kau tinggal dimana naruto?"

"aku~"

"di-dia akan menginap disini se-sementara, karna dia ti-tinggal diluar ko-kota!" aku memotong perkataan naruto.

"apa kalian tak akan berbuat sesuatu yang mencurigakan?" *blush* mencurigakan? Dia bahkan tak tau kekasih itu apa? Apa lagi 'sesuatu' yang mencurigakan seperti itu.

"ti-tidak Sakura-chan. Na-naruto itu orang baik-baik. Dia tak a-akan mungkin me-melakukan hal yang buruk terhadapku." Naruto tertawa.

"aku mencintai Hinata-chan. Mana mungkin aku berbuat buruk padanya-ttebayo!" *blush* wajahku sudah semerah tomat sekarang.

"ya ya ya. Sepertinya ada seseorang yang dengan tulus menjagamu Hinata-chan, sekarang aku bisa sedikit tenang. Oh ya hari sudah malam. Aku pulang dulu. Jaa Hinata-chan, Naruto." sakura melambaikan tangannya kearah kami berdua dan keluar dari apartemenku.

Aku menutup pintu dan menghela nafas lega. Aku melihat jam dinding, sudah jam 21.00 aku juga sudah mengantuk sekarang. Aku melangkahkan kakiku menuju tempat tidurku. Aku merebahkan badanku yang cukup letih sekarang. Aku lalu menutup mataku. Tapi tiba—tiba mataku terbuka kembali, karna tangan seseorang sedang memeluk pinggangku.

"KYAA! Apa yang kau lakukan?" dia terkejut mendengar suaraku dan tersungkur kebawah tempat tidur.

"ittai!" pekiknya.

"Hinata-chan ada apa?" dia masih menggosok-gosok kepalanya yang mungkin terasa sakit.

"kenapa kau tidur dikasur ku?" dia berdiri.

"kasur disini Cuma satu Hinata. Aku tak tau harus tidur dimana lagi!" dia memelas.

"tu-tunggu sebentar." aku beranjak dari kasur dan membuka lemariku. Aku lalu mengeluarkan selimut tebal.

"ka-kau tidur dibawah ya Naruto! Aku sudah mempersiapkan selimut tebal dibawah." dia melihatku.

"kenapa hinata-chan? Kenapa kita tidak tidur berdua saja?" katanya dengan tampang watados. Dia memang polos. Sabar hinata! Dia tidak tau apa yang diucapkannya.

"be-begini naruto! A-aku tak bisa tidur be-berdua denganmu, ka-karna tempat ti-tidurnya tidak cu-cukup besar. Jadi kamu ti-tidur dibawah ya!" wajahnya terlihat kecewa tapi dia mengangguk mendengar perkataanku. Syukurlah dia mengerti dengan perkataanku yang asal-asalan barusan.

TBC

Haha... gimana minna..

R&R