I can't believe It!
Disclaimer :
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Genre(s) :
Romance and Hurt/Comfort
Pairing :
Akashi Seijurou x Kuroko Tetsuya
Rated :
T
Chapter 1 : Undiscovered
Di sebuah apartemen sederhana, tinggallah seorang pemuda tampan yang memiliki surai secerah birunya langit musim semi. Namanya Kuroko Tetsuya, seorang siswa dari SMP Teiko yang tergabung dalam team reguler basket di sekolah itu. Dia juga merupakan anggota keenam dari Kiseki no Sedai alias Generasi Keajaiban karena kemampuannya dalam mengoper bola. Baik tidaknya peran bola Kuroko tergantung pada hebat atau tidaknya kemampuan bermain basket pemain yang menjadi pasangannya sehingga dia disebut kage atau bayangan.
Suatu pagi, pemuda beriris senada dengan rambutnya itu bangkit dari ranjang empuk miliknya lalu bergegas ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia keluar dari shower, lengkap dengan seragam sekolah SMP Teiko. Bergegas dia menuju ke bawah untuk sarapan bersama paman dan bibinya.
Kuroko sudah diangkat menjadi anak dari pasangan Kuroko Takumi dan Kuroko Megumi yang merupakan saudara jauh dari orangtua Kuroko. Ibu Kuroko meninggal dunia ketika melahirkan Kuroko ke dunia karena leukimia yang dideritanya sejak lama itu. Leukimia adalah penyakit yang membuat darah seseorang sulit membeku. Sebelum mereka memiliki anak, dokter sudah memperingati mereka akan hal ini. Namun, tekad sang istri yang ingin memiliki keluarga lengkap meluluhkan hati sang dokter serta suaminya. Ujungnya, saat proses kelahiran Kuroko, beliau mengalami pendarahan hebat lalu meninggal karena kekurangan darah.
Sang suami pun pasrah akan hal ini dan merelakan kepergian istrinya. Dia telah bersumpah akan merawat Kuroko sampai akhir hayatnya. Namun takdir berkata lain. Ketika Kuroko berusia 10 tahun, sang ayah mengalami kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawanya. Kuroko selamat akan hal itu – hanya mendapatkan luka gores yang tidak begitu parah meski dirinya hampir terlihat seperti mumi dengan perban yang hampir membungkus seluruh tubuhnya.
Mendengar kejadian itu, paman dan bibinya mengangkat Kuroko sebagai anak mereka, karena mereka sendiri tidak dikaruniai anak seorang pun. Dan sejak saat itu, Kuroko tidak bisa berekspresi seperti sebelum kecelakaan itu terjadi. Dia selalu saja tergiang akan kenangan tentang ayahnya sebelum dan pada saat kecelakaan itu terjadi. Dalam hati dia berjanji pada dirinya sendiri akan menemukan siapa orang yang dianggapnya pembunuh ayahnya. Untungnya, sebelum kecelakaan itu terjadi, Kuroko sempat melihat dan mengingat plat nomor kendaraan yang menabraknya saat itu.
"Ohayou gozaimasu." Kata Kuroko begitu sampai di dapur.
"Ara.. Ohayou mo Tetsu-chan. Ayo duduk kita makan bersama ya." Balas sang bibi ramah.
"Ohayou Tetsuya. Ayo kita segera makan," balas sang paman.
"Baik." kata Kuroko datar.
Setelah acara sarapan pagi itu, Kuroko segera memakai sepatunya, namun sebelum keluar sang bibi memberikan sekotak bento untuknya. Kuroko menerima kotak bento tersebut lalu membuka pintu rumah sang paman – yang sekarang juga adalah kediamannya juga dan berkata "Ittekimasu." Sebelum menutup pintunya dan mendapat balasan dari paman dan bibinya yang berkata "Itterashai."
Kuroko pergi ke sekolah dengan berjalan kaki karena tidak ingin merepotkan pamannya yang harus mengantarnya ke sekolah tiap pagi lalu pergi ke kantor tempat sang paman bekerja dengan jalan yang memutar. Dan dia berkata 'Aku ingin menghemat dan tidak mau merepotkan bibi' ketika ditawari sang bibi untuk naik kendaraan umum. Alhasil bibi dan pamannya hanya bisa mengiyakan keinginan Kuroko.
Begitu sampai dikelasnya, Kuroko tidak terbiasa untuk mengatakan 'Ohayou Gozaimasu' pada teman sekelasnya karena dia yakin bahwa dia tidak akan mendapatkan balasan dari teman sekelasnya kecuali...
"Ohayou Tetsuya."
... sang kapten team basketnya, Akashi Seijurou
"Ohayou mo, Akashi-kun." Balas Kuroko dengan nada dan wajah datarnya
"Ohayou Kurokocchi~" sapa seorang pria memiliki surai secerah mentari dan bermata kuning madu yang memeluk Kuroko gemas dari belakang. Sedetik kemudian pemuda kuning itu ditarik oleh seorang sosok tinggi berkulit gelap – siapa lagi kalau bukan kekasih dari pelaku yang memeluk Kuroko. "Urusai na, Kise!" kata pemuda itu.
"Aominecchi jahat-ssu! Masa aku tidak boleh memeluk Kurokocchi?!" kata pemuda berambut pirang tersebut yang ternyata bernama Kise Ryouta. Dia berprofesi sebagai model remaja yang sedang naik daun, merangkap juga sebagai pangeran sekolah.
Aomine Daiki – Ace dari klub basket Teiko yang memang berkulit seperti cokelat batangan itu hanya menatap Kise dengan pandangan cemburunya. "Ohayou Tetsu." Sapa Aomine dengan senyumannya.
"Ohayou Kuro-chin." Sapa teman satu kelasnya yang memiliki tinggi diatas rata-rata dan bersurai ungu.
"Ohayou Kuroko." Sapa pemuda berambut hijau yang mengenakan kacamata. Sang pemakai kacamata – Midorima Shintarou dan Murasakibara Atsushi yang menyapa duluan tersebut baru berjalan masuk kelas.
"Ohayou mo Murasakibara-kun, Midorima-kun." Balas Kuroko.
"Karena Kurokochi sudah datang bagaimana kalau kita melakukan hal sebelum bel masuk berbunyi?" saran Kise
"Ryouta, apakah kau bisa membaca jam? 5 MENIT LAGI bel berbunyi." Balas Akashi dengan sikap emperor-nya.
"Aku tau-ssu. Ayolah daripada ki-" perkataan Kise terputus karena sebuah gunting mereh melesat melewati samping wajahnya dan sedikit menggores wajah tampannya itu.
"Kau dengar perkataanku Ryouta? Jatah latihanmu kutambah 3 kali lipat kerena telah membantah perkataanku." Kata sang kapten bermanik merah cerah itu. Kise hanya diam membatu membayangkan beratnya latihan yang akan dia jalani hari ini. Latihan dengan porsi biasa saja sudah membuatnya nyeri dibagian betis apalagi ditambah 3 kali lipat? Bisa - bisa badannya kram seminggu penuh.
.
Setelah bel tanda berakhirnya rutinitas belajar mengajar, para anggota Kiseki no Sedai itu segera menuju ke gym yang berada tepat disebelah gedung belajar dan segera mengganti seragam dengan kaos berlengan pendek serta celana pendek selutut. Tak lupa juga mengenakan sepatu kets. Setelah memasang nomor dada, mereka lalu menuju ke gym dan menjalani latihan bagaikan di neraka baik dari pelatih mereka maupun dari emperor Kiseki no Seidai, Akashi Seijurou.
"Tetsuya, setelah latihan kita pulang bersama," kata (baca:perintah) Akashi
"Kau tidak perlu repot-repot mengantarku, Akashi-kun," balas Kuroko.
"Aku rasa, baru saja ada yang menolak perintahku," kata Akashi yang sudah siap dengan gunting merah keramatnya itu.
"Baiklah," balas Kuroko yang masih ingin hidup lebih lama lagi – tetapi, apakah benar? Hal inilah yang dipertanyakan dirinya.
"Nah.. Itu yang aku ingin dengar darimu, Tetsuya," ujar Akashi terhadap dirinya sebelum memberi perintah keliling lapangan sepuluh kali untuk semua anggota Kiseki no Seidai.
.
After exercise
Setelah melewati latihan basket yang bagai di neraka, semua anggota Kiseki no Sedai mengganti kembali seragam mereka setelah membasuh diri di shower yang tersedia.
"Sungguh.. aku.. hampir mati.." racau sang pemuda bersurai pirang yang terkulai tak berdaya di kursi dalam ruang ganti.
Aomine yang sedang berganti sepatu lantas menjawab. "Itu salahmu sendiri kan, bodoh.." ujarnya. Namun, tangannya menyodorkan sebotol Pocaro Swead untuk kekasihnya.
"..Kau memang yang terbaik, Aominecchii!" Pemuda pirang itu lalu memeluk Aomine tiba-tiba hingga membuatnya hampir terjatuh dari kursi pendek yang mereka duduki.
Pemuda berkulit gelap itu spontan meninju lengan Kise. "K-kau, bodoh! Aku kaget, tahu!"
"Sudah hentikan adegan mesra kalian. Segera ganti baju dan pulang." Sang kapten menutup pintu lemarinya sambil menekankan kalimatnya pada sang sejoli.
"BAIK!"
.
10 minutes later
"Tetsuya, ayo ke sebelah sini.." ajak sang kapten sambil berjalan ke arah sebuah mobil Merci hitam mulus yang terparkir di samping sekolah.
Kuroko hanya mampu terdiam mengikuti perintah temannya itu. Dalam hati dia berteriak kagum, bertanya-tanya sekaya apakah kapten basketnya itu.
"Kau kenapa, Tetsuya? Apa kau sakit, daritadi kau sering terdiam.." ucap pemuda beriris merah yang duduk di samping sang bayangan. Dia menempelkan punggung tangannya yang besar pada dahi Kuroko.
"Ah, tidak apa-apa, Akashi-kun. Aku mungkin hanya perlu istirahat." Kuroko menjawab dengan ekspresi masih sedatar kertas HVS.
"Baiklah aku tidak akan bertanya lagi," jawab Akashi cuek walaupun pandangan matanya menunjukkan kekhawatiran. Sambil menarik tangannya, pemuda tampan itu balik memandangi rumah-rumah yang terlewat.
.
In front of Kuroko's house
"Baik, terima kasih Akashi-kun. Kau baik sekali mau mengantarkanku pulang." Pemuda bersurai biru langit itu membungkukkan badan tanda terima kasih. Dia berdiri di samping mobil, di sebelah Akashi yang tidak keluar dari tempatnya.
"Tidak masalah Tetsuya. Memang aku sudah ingin mengantarmu sejak lama. Rumahmu jauh namun kau selalu berjalan kaki. Perhatikan dirimu lebih baik, atau kau tidak berguna saat pertandingan berlangsung." Akashi yang duduk tenang sambil melipat kedua tangannya di depan dada itu dengan sangat tidak biasanya menceramahi Kuroko.
Kuroko yang tercengang lantas kembali berdiri tegak dan meminta maaf.
"Buat apa minta maaf? Aku sudah seharusnya bertanggung jawab atas kondisi fisikmu baik di lapangan maupun sehari-hari sebagai kapten. Ingat, jaga dirimu baik-baik Tetsuya. Aku pulang dulu. Sampai jumpa besok," dengan itu dia menutup jendela dan mobil mulai berjalan.
"Sampai jumpa besok." Sang pemuda berwajah manis yang ditinggalkan itu lalu membalas salam dengan suara pelan. Ia memandangi benda kotak elegan yang melaju itu, menyadari sesuatu..
'Mataku pasti salah..' Kuroko kembali memandang plat nomor mobil tersebut. Setelah memandangi kembali, Kuroko tersentak dan mempererat pegangan pada tas sekolahnya.
'Mengapa harus dia?'
-TO BE CONTINUED-