Srak! Srak!

Semak belukar di hadapan gedung tua itu bergerak liar bersamaan dengan petir dan kilat yang mengamuk di langit yang kelabu Seoul. Malam musim dingin itu semakin dingin dengan keberadaan angin yang berhembus kencang tak kenal henti.

CTAR!

Suara kilat yang menyambar bumi terdengar kencang bersamaan turunnya hujan. Tiba-tiba tanpa di ketahui siapa 'pun sebercak cahaya yang makin lama semakin terang muncul dari balik semak-semak itu. Hanya sejenak, mungkin hanya 30 detik cahaya terang itu menghilang berganti dengan erangan kecil dan pekikan kesakitan.

Srak!

Kini semak-semak itu terbagi dua dan memperlihatkan seorang namja berpakaian aneh dari balik semak-semak. Namja itu beranjak dari semak-semak dan mendongak menatap langit.

Namja itu terdiam sejenak lalu menatap benda yang berbentuk seperti jam tangan yang melingkar di tangannya. Ia menekan salah satu tombol di benda itu, tak lama hologram muncul membentuk 4 angka dan sebuah peta Dean dua titik merah yang berkedip-kedip di atas benda itu.

Senyum—yang terlihat seperti seringai itu muncul di wajah namja itu.

"Appa, Umma, aku datang."

.

.

.

BLUE DAFFODIL

Han Rae

Mianhae...

Warning :: Typo (s), YUNJAE Couple as Main Character, Shonen Ai, Pointless, Gaje.

Rate :: T

Jung (U-Know) Yunho dan Kim (Jung) (Hero) Jaejoong milik GOD, Their Parents, DBSK, TVXQ, Tohoshinki, JYJ dan YJS

Park (Micky) Yoochun, Kim (Park) (Xiah) Junsu dan Shim (Max) Changmin as Supporting role

Dont Like Dont Read

Please press back button...

Flame Allowed* but with solution too...

Jika kalian merasa ini adalah JUNK fic / Tidak pantas berada di Sub Screenplay, dengan lapang dada saya akan menghapusnya...

Review Please...

.

Now Playing;

SCREAM Full Ver – TVXQ | Empty - JYJ

.

.

.

Future Child

[Chapter 1]

.

.

.

"KIM JAEJOONG! CEPAT BANGUN!"

Teriakan tak sedap di dengar menggelegar di salah satu rumah sederhana di kompleks perumahan Ocean.

Kim Hye Ya—atau biasa disapa Nyonya Kim itu mendecakkan lidahnya saat tak mendengar respons dari anak semata wayangnya—Kim Jaejoong.

"Anak itu benar-benar..."

Nyonya Kim menaruh semangkuk sup hangat yang baru saja Ia buat sembari menatap nyalang kamar Jaejoong. Kim Jong Hwa—suami dari Hye Ya, hanya tersenyum kecil menenangkan istrinya dan mulai menikmati sup buatan istrinya tercinta.

"Hye ya-ah, sudahlah. Jangan buang tenagamu, kau tahu sendiri kalau anak kita tidur sudah seperti orang mati 'kan?" Tuan Kim berucap santai sembari menyuap sup ke dalam mulutnya. Nyonya Kim mendelik kesal ke arah suaminya yang kelewatan santai itu.

Nyonya Kim menghela nafas berat. Walau berat Ia membenarkan ucapan suaminya itu.

Nyonya Kim mendudukan dirinya di samping sang suami sembari menuangkan sup ke dalam mangkuknya. Namun kegiatannya itu terhenti ketika Ia melihat seekor kucing berbulu abu-abu yang tengah memakan makanannya tak jauh dari meja makan itu.

Seringai—yang bagi Tuan Kim memesona itu, terpatri di wajahnya. Ia bangkit dari duduknya lalu menarik nafas dalam.

"JAEJOONG! JIJI SEKARAAT! MULUTNYA BERBUSAA!"

Tuan Kim yang hampir memasukan suapan sup itu ke dalam mulutnya menautkan ke dua alisnya heran. Nyonya Kim tersenyum senang lalu kembali duduk dan menatap Tuan Kim.

"Tenang saja. Dalam 5 detik dia akan keluar sambil berteriak." Nyonya Kim tertawa sembari menatap jam dinding di hadapan meja makan.

"Empat... tiga... dua... sa—"

BRAK!

"ANDWAEEE! JIJI JANGAN TINGGALKAN AKUUU!"

Nyonya Kim tertawa girang sementara sang suami hanya menggeleng tak habis pikir. Jaejoong yang akhirnya terbangun langsung berlari dan menatap seluruh ruangan panik. Mata bulatnya menatap bingung seekor kucing yang tengah bermain dengan bola bulu. Dia terdiam sejenak lalu akhirnya mendelik kesal.

"YAK! EOMMA MENIPUKU!?"

Nyonya Kim menatap Jaejoong lalu mengangkat bahu acuh, "Kalau tidak seperti itu kamu tidak akan bangun."

Jaejoong mengerucutkan bibirnya dan mengembungkan pipinya kesal, "Appa~, masa Eomma tega padaku Appa," adu Jaejoong sembari memeluk lengan tuan Kim manja. Tuan Kim tertawa lalu mengusap rambut Jaejoong.

"Itu salahmu sendiri, Joong-ie baby. Coba kalau kamu tak buat Eommamu kesal dan langsung bangun pasti kejadiannya tidak seperti ini."

Nyonya Kim tertawa senang ketika sang suami membela dirinya, sedangkan Jaejoong semakin mengerucutkan bibirnya kesal.

"Tapi, kamu sebaiknya tidak membohongi Joong-ie, Hye ya-ah. Kalau Joong-ie jadi tukang bohong karena mengikutimu bagaimana?"

Kini giliran Jaejoong yang tertawa senang sedangkan Nyonya Kim mengerucutkan bibirnya.

"Jong Hwa~" Nyonya Kim merengek tak terima, Tuan Kim hanya tersenyum dan mengelus wajah istri tercintanya itu. Nyonya Kim tersenyum dan memeluk lengan suaminya itu sayang.

"Joong-ie baby cepat mandi terus makan ne?"

Jaejoong tersenyum lebar lalu mengangguk dan melenggang ke kamar mandi.

. . .

Rumah sederhana yang hanya di tempati oleh sepasang suami istri yang saling mencintai dan melengkapi, seorang anak lelaki yang kini menduduki kelas 2 di Dong Bang High School yang walaupun selalu membuat onar tapi tak pernah sekalipun menghilangkan sifat manjanya di hadapan kedua orang tuanya dan seekor kucing yang di pungut dan di rawat oleh keluarga kecil itu. Mereka hanya keluarga kecil yang berkecukupan namun selalu berkelebihan dengan kehangatan dan kasih sayang.

Berkebalikan dengan...

Sebuah rumah—yang bahkan bisa disebut mansion, di beberapa kompleks di samping kompleks Ocean.

Cklek...

Sebuah pintu terbuka pelan. Seorang namja tampan terlihat menguap lebar sembari melangkahkan kakinya ke dapur.

"Ah! Annyeonghaseyo, Tuan." Tiga orang maid dan seorang Butler membungkuk hormat ketika namja itu masuk ke dapur. Namja itu tersenyum singkat lalu membuka kulkas besar yang ada di dapur itu.

"Ini gelasnya tuan." Namja itu mengambil gelas yang diberikan oleh Butler dan menuangkan susu vanila yang baru saja Ia ambil dari kulkas ke dalam gelas itu.

"Eomma, Appa?"

"Mereka baru saja berangkat ke bandara 2 jam yang lalu, tuan."

Jung Yunho—namja itu melirik jam tua yang tergantung tak jauh dari dapur lalu menghela nafas.

"Jam 4 mereka berangkat ke bandara? Memangnya mereka mau ke mana lagi? Bukannya mereka baru pulang dari Jepang."

"Ye, Tuan Jung harus rapat di New York sedangkan Nyonya Jung harus mengurus pembangunan cabang baru di Kanada."

Yunho kembali menghela nafas lalu menyerahkan gelas itu pada sang Butler.

"Tuan, apa tuan ingin sarapan?"

"Tidak. Nafsu makanku hilang." Yunho menjawab dingin sembari melenggang kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Yunho tak berniat membersihkan tubuhnya, Ia malah menidurkan tubuhnya di atas ranjang king sizenya. Helaan nafas terdengar berat dari mulut Yunho.

"Bisakah kalian melupakan pekerjaan kalian dan tinggal di rumah barang untuk sehari saja?"

. . .

Jelas berbeda kehidupan Jaejoong dan Yunho. Sangat berbeda bagaikan siang dan malam. Kehidupan Jaejoong sangatlah hangat dan lembut sedangkan kehidupan Yunho sangatlah dingin dan kasar. Dari sudut manapun tak terlihat kedua orang itu bisa bersama. Tapi... siapa yang tahu apa yang di takdirkan tuhan untuk mereka berdua 'kan ?

. . .

Teng! Teng! Teng!

PRIIIIIITTT! PRRRIIIIITTTT!

Kim Jaejoong yang baru saja menginjakkan kakinya memasuki Dong Bang High School saat bel tepat berbunyi mendelik kesal menatap seorang namja yang berjalan cepat ke arahnya.

"YAK! BISA TIDAK KAU TIDAK MENIUP PELUIT SIALAN ITU TIAP KALI AKU DATANG!?" Jaejoong berteriak kesal tepat saat namja itu berdiri di hadapannya. Namja itu memutar bola matanya bosan.

"Itu salahmu kenapa kau selalu datang terlambat!"

"TAPI AKU TIDAK TERLAMBAT KALI INI!"

Namja itu menyilangkan tangannya lalu menggeleng, "Ani. Kau terlambat 40 detik."

Jaejoong menggeretakkan giginya kesal, "Seterah apa maumu! Sekarang aku mau ke kelas!"

Jaejoong bergerak cepat melewati namja di hadapannya namun namja itu dapat dengan mudah menghalau Jaejoong.

"Tidak bisa semudah itu."

"YAAAK!"

Beberapa siswa yang terjebak di balik pagar memutar bola mata mereka bosan. Sudah pemandangan biasa bagi siswa yang terlambat—maupun seluruh murid di Dong Bang High School itu melihat Kim Jaejoong sang berandalan sekolah berwajah cantik beradu mulut dengan Jung Yunho—namja itu yang menjabat sebagai ketua OSIS sekaligus ketua kedisiplinan.

"Babo Jung-sshi! Bisakah kau tidak merusak pagiku yang tenang barang untuk sekaliiiiii saja?"

"Dengar ya, Stupid Girly Kim-sshi! Kau pikir hanya kau yang merasa terganggu dengan ini? Aku juga sama! Aku juga bosan tiap hari mengurusi namja jadi-jadian sepertimu."

"YAK! SIAPA YANG KAU BILANG NAMJA JADI-JADIAN 'EOH!?"

"Memangnya siapa lagi selain kau."

"YAAK AP—"

"Yaaa~ Kalian berdua bisa tidak berhenti? Jangan pacaran terus." Salah satu dari siswa yang terlambat mencetus geli.

CRANG!

Dengan garang Jaejoong menendang pagar pembatas dirinya dengan siswa yang sekarang menciut ketakutan melihat tatapan membunuh Jaejoong. Lewat sela-sela pagar Jaejoong mencengkeram kerah baju siswa tadi.

"Apa kau bilang? Pacaran? Matamu buta 'huh!? Mana sudi aku pacaran dengan orang gila itu! Dan ingat AKU NORMAL! Camkan itu baik-baik!"

Siswa itu mengangguk anggukan kepalanya takut. Jaejoong mendengus lalu melepas cengkeramannya dari kerah siswa itu dan membiarkan siswa itu jatuh terduduk dengan lemas di luar pagar.

Jaejoong membalik badannya kembali menatap kesal Yunho. Yunho hanya tersenyum meremehkan sembari menyilangkan tangannya. Jaejoong baru saja ingin kembali berteriak di hadapan Yunho kalau saja tidak terdengar seseorang menyerukan namanya dari belakang Yunho.

"Huh? Yoochun?"

Jaejoong menatap bingung namja berjidat lebar yang sedang tersenyum simpul sembari berlari pelan ke arahnya. Sejenak Ia menatap Yunho namun Ia kembali menatap Jaejoong.

"Kau terlambat lagi 'huh?" tanya Yoochun sembari menatap geli Jaejoong. Jaejoong mendengus kesal.

"Tidak! Aku tidak terlambat! Tapi gara-gara Beruang sialan itu aku jadi tertahan di sini!" Jaejoong mendelik kesal ke arah Yunho.

"Sudah kubilang 'kan kalau kau terlambat 40 detik."

Yoochun segera menahan Jaejoong ketika Ia menyadari kalau Jaejoong benar-benar ingin melayangkan tinjunya ke arah Yunho.

"Jae sudahlah. Sekarang mending kita cepat ke kelas mumpung Han Ssaeng belum datang."

Jaejoong mendengus kesal lalu mengangguk. Jaejoong melangkah cepat menabrak Yunho dan berlari ke kelasnya. Yunho yang di tabrak oleh Jaejoong meneriaki Jaejoong namun Jaejoong tak ambil pusing dan semakin mempercepat langkahnya.

Yoochun menggeleng pelan lalu menatap Yunho.

"Kau suka padanya ya?"

Yunho mengerutkan alisnya tak mengerti, tak lama tawa mengejek keluar dari mulutnya.

"Suka padanya? Jangan bercanda!"

Yoochun terdiam sejenak lalu menunjuk Yunho dengan seringai di wajahnya, "Kau akan termakan omonganmu sendiri."

"Tidak akan! Sudahlah! Kau lebih baik cepat ke kelas dan sudah berapa kali ku bilang lepaskan anting-anting itu dari kupingmu Park Yoochun!"

Yoochun memutar matanya tak peduli, "Ah~ Bisa tidak kau seperti Su-ie yang diam saja tak protes akan penampilanku? Lagipula aku tak membuat onar walaupun aku menggunakan anting-anting ini kan?"

Yunho melirik seorang namja yang tengah mengabsen murid-murid yang terlambat lalu kembali menatap Yoochun.

"Kau suka padanya?"

Yoochun tersenyum lalu mengangkat bahunya dan berjalan santai melewati Yunho. Yunho menghela nafas pelan.

"Hahaha, kau aneh Yunho!"

Yunho mendengus kesal sembari mendekati namja yang tengah asik tertawa itu.

"Berhenti tertawa, Junsu-ie."

Kim Junsu—namja yang kini menjabat sebagai wakil Ketua Kedisiplinan menatap Yunho geli.

"Kau berlebihan padanya. Tapi, tumben kamu tak mengejarnya, ada apa?"

Yunho merapikan bajunya yang sedikit kusut karena di tabrak Jaejoong dengan bibir yang melengkung terbalik.

"Hanya malas. Nanti siang saja aku adili dia."

. . .

Yoochun menghela nafas berat sembari menutup buku yang tengah di bacanya. Ia mendelik kesal ke arah pasangan namja—yang menurutnya, sangat bodoh itu.

"SUDAH BERAPA KALI AKU KATAKAN PADAMU UNTUK TIDAK MENGGANGGU MAKAN SIANGKU!" Namja cantik merangkap sahabatnya itu berteriak geram sembari menunjuk namja di hadapannya dengan sumpit yang tengah dipegangnya.

"YA! AKU JUGA TERPAKSA MENGGUNAKAN JAM MAKAN SIANGKU UNTUK MENGADILI NAMJA TAK PUNYA OTAK SEPERTIMU 'TAU!" Namja di hadapan Namja cantik itu balas berteriak.

Yoochun menghela nafas berat, berkali-kali Ia mengalami kejadian teriak-teriakan-di-saat-makan-siang tapi Yoochun sama sekali tak bisa membiasakan diri dengan prilaku kedua namja itu.

"Yoochun-ah kau tidak makan?"

Yoochun menatap seorang namja bersuara lumba-lumba yang tengah menatapnya penasaran. Seulas senyum terlihat di wajah Yoochun.

"Aku tak sempat ke kantin dan aku tak membawa bekal Su-ie."

Junsu—namja itu mengangguk mengerti lalu memberikan sepasang sumpit pada Yoochun. Yoochun menyerit heran.

"Su-ie, aku tidak bisa menjadikan sumpit ini sebagai makan siangku, kau tahu?"

Junsu sejenak terdiam namun tak lama suara tawa khasnya terdengar renyah di antara teriakkan tak jelas dari dua namja yang tidak ada bosannya beradu mulut itu.

"Aniyo. Maksudku, ayo kita makan bekalku berdua. Kebetulan aku membawa bekal banyak hari ini."

Yoochun terdiam sejenak lalu kembali memamerkan senyum mematikannya. Mungkin Ia tak pernah nyaman dengan keadaan makan siangnya yang selalu direcoki dengan adegan teriak-teriakkan kedua namja itu namun dengan keberadaan Junsu di sampingnya entah mengapa bisa membuatnya menyukai waktu makan siang yang tak nyaman ini.

. . .

"YA! Bisa tidak kau cat ulang rambutmu! Itu melanggar peraturan tau!" Yunho memijit pelipisnya yang mengerut kesal.

"Biarkan saja sih! Toh aku mengecat rambutku tidak akan merusak sekolah 'kan!?" balas Jaejoong sengit.

"APANYA YANG TIDAK MERUSAK SEKOLAH!? Image sekolah bisa hancur jika tahu kalau siswa sekolah diperbolehkan untuk mengecat rambutnya!"

"Tidak ada yang membicarakanku kok! Mereka tak peduli padaku kok!"

"Tak peduli kepalamu! Mereka semua membicarakanmu setiap kali kau lewat depan mereka!"

"Aku tak pernah mendengar mereka membicarakanku kok!"

"MAKANYA LEPAS EARPHONEMU SAAT BERJALAN, BABBO!"

"Heh!? Siapa yang kau bilang Babo, hah?"

"Tentu saja kau siapa lagi, coba!?"

"KAU YANG BABO!"

"ENAK SAJA! KAU LAH!"

"KAU!"

"KAU!"

"NAMJA JADI-JADIAN!"

"BERUANG JELEK!"

"AKU BUKAN BERUANG YA!"

"AKU JUGA BUKAN NAMJA JADI-JADIAN!"

"Tidak, kau itu namja jadi-jadian!"

"ANIYO! DASAR KAU BER—"

Bruk!

Adegan teriak-teriakan dan saling tunjuk menunjuk itu sontak terhenti ketika mereka berdua terdiam membatu melihat tiang listrik—eh salah, maksudnya, melihat seorang namja tinggi yang tiba-tiba ambruk di samping mereka. Namja yang membawa tas besar dan mengenakan pakaian serba alumunium(?) itu meraung sembari memegangi perutnya.

Jaejoong menatap Yunho bingung, juga sebaliknya—Yunho menatap Jaejoong bingung. Mereka berdua lalu menatap namja yang—sepertinya, sedang kesakitan di hadapan mereka.

Namja itu perlahan mendongak, memperlihatkan wajah imut ke evil-evilannya(?) ke hadapan Yunho dan Jaejoong yang masih setia menatapnya bingung tanpa ada sedikit pun tindakan.

"Ugh~ Jae Umma, Appa Yun~ Tolong minnie~ Minnie lapaaar~"

.

.

.

TBC or Delete

.

.

.

Ok, APA INI!? Gaje sumpah -_-

Ini kali ke dua saya nulis FF genre Comedy, padahal saya sadar diri kalau saya ga ada bakat geladak sama sekali ORZ -_-

Jujur saya gak ngerti kenapa bisa dapet ide ga jelas gini, chaptered lagi, Ahh~ saya takut pada FF chaptered! D:

Ah, saya memang tipe yang sangat males ngelanjutin atau nulis FF chaptered, tapi saya usahain update cepet kalau saya mendapat Review positif dari reader-deul~

Singkatnya: Makin banyak review, kemungkinan saya update cepet makin ada. /kicked

Well, YJS and Reader-deul mind to review? *puppy eyes bareng Changmin*