Love's a game, wanna play?
Disclaimer: Iya, Naruto emang punya Masashi Kishimoto.
Genre: Com-Rom (Comedy-Romance), Hurt/Comfort.
Main Chara: Naruto Uzumaki-Haruno Sakura (NaruSaku) and Shikamaru Nara-Ino Yamanaka (ShikaIno)
Rate: (T+) Teenagers Plus.
Warnings: DLDR. OOCnees and rush, serta seperti kebanyakan peringatan dalam fanfic yang telah ada sebelumnya.
Summary: Saat sebuah rencana absurd butuh back-up yang semakin di luar kendali.
The Back-up Plan
'when the plan need a back-up'
Acara sakral berlangsung dengan sangat meriah, banyaknya tamu yang datang benar-benar di luar dugaan para mempelai. Meski lebih dari setengah di antaranya adalah orang-orang yang tidak mereka kenal, tapi keempatnya tetap tersenyum akrab, tatkala menerima ucapan selamat. Kado-kado yang tak tahu apa isinya menumpuk di bagian resepsionis, suasana meriah yang memang sangat ditunggu-tunggu oleh jutaan wanita – tak peduli dalam kasus pernikahan kontrak sekalipun.
Kedua gadis tirani jadi speechless parah, begitu semua yang ada memuji penampilan mereka sebagai pengantin. Berbeda sekali dengan Shikamaru maupun Naruto, tim duo laki-laki tersebut dianggap sangat beruntung karena bisa mendapatkan istri secantik Ino dan Sakura. Ahahaaa…! Pria-pria yang bersangkutan cuma menanggapi dengan tawa renyah paksaan. Aduh, mendengar lelucon garing yang sama itu membosankan.
Ino beserta temannya sukses dibuat meneteskan air mata, tatkala semua keluarga secara bergantian memeluk mereka. Terutama yang dilakukan oleh nenek Chiyo, menangkup masing-masing pipi cucu-cucunya, mengucapkan terimakasih untuk kado ulangtahun yang sebegitu indah. Riuhnya suara tepuk tangan langsung menggema, untuk moment yang satu ini, Naruto dan kawan baiknya pun ikutan terharu.
Rekan-rekan dari mempelai wanita pun turut meramaikan suasana, jeritan ricuh ala perempuan saat bertemu spesiesnya berhasil memekikkan telinga. Akan tetapi, sekarang giliran Saku-Ino yang dibuat tersenyum kecut, begitu mendengar berbagai ucapan manis, seperti betapa senangnya bisa dinikahi oleh pemuda baik-baik macam Shikamaru dan Naruto. Paradoks, eeh?
Oke, hasil pertandingan di babak ini berakhir seri bagi kedua belah pihak.
Syukurlah, tidak ada hal yang merusak indahnya pesta, segalanya berjalan sesuai rencana. Terimakasih pada keluarga Shikamaru dan Naruto yang sudah bekerja semaksimal mungkin, karena mampu menyiapkan secara apik resepsi pernikahan dalam waktu dua minggu, itu sesuatu yang luar biasa. Apalagi sampai semengagumkan ini, Ino maupun sahabatnya tidak bisa memperkirakan berapa biaya yang habis. Tentunya melebihi nilai materi yang disetujui dari pernikahan kontrak mereka.
"Waah, benar-benar dipamerkan rupanya," ucap Sakura begitu mengamati figura super jumbo berisi foto pre-wedding kemarin, terpajang di samping kiri-kanan pintu masuk acara. Kendati tamu yang berdatangan semakin menjadi, perempuan yang sekarang sudah sah menjadi seorang isteri itu memilih untuk melihat-lihat ke sekeliling. Mungkin dia bosan terus-menerus mengembangkan senyum sok bahagia, maka menghindar pun menjadi pilihan yang tepat.
"Tidak buruk juga," giiliran Ino yang bersuara, tiba-tiba saja berdiri di sebelah teman baiknya. Sebentar ia menghela napas pendek, mengalihkan perhatian pada sekumpulan orang-orang yang menghadiri pesta. Kembali menunjukkan wajah sumringah, tatkala kakak iparnya, nyonya Hatake, melambaikan tangan ke arahnya.
Shikamaru bersama rekan senasibnya mendekat, jujur saja mereka juga lelah dengan semua itu. Namun mau bagaimana lagi, sudah banyak hal yang terjadi, dan mereka sama sekali tidak punya alasan untuk mundur. "Sekarang yang hadir ini rata-rata kenalan dari ayah-ibu kami, " entah kenapa, lelaki yang mengikat tinggi rambutnya sampai menyerupai buah nanas itu langsung memberikan klarifikasi tersebut.
"Mungkin nanti malam tamu yang datang itu kolega bibi Mei dan paman Kakashi," Naruto pun turut berbicara. Ampun, ternyata ini masih jauh dari kata ending? Sakura dan Ino hanya dapat memasang wajah cengo tak tertolong, begitu menyadari fakta, bahwa mereka diharuskan berakting lebih lama lagi. "Kita strong, kok. Kan, Hello Kitty?" pemuda blonde tersebut berlisan setengah ikhlas, ditemani anggukan pasrah dari orang yang ditanya, dan pada detik selanjutnya mendapati delikkan seram – Shikamaru tak terima dipanggil dengan icon imut tersebut.
"Ooh, iya, kalian latihan apa dengan paman Gui?" Ino bertanya, ketika kembali teringat perkataan Shikamaru di ruang hias sebelumnya. Kontan, kedua lelaki yang ada memperlihatkan raut kaget, mengedip-ngedipkan netra secara berbarengan, bingung harus memberikan jawaban apa. "Challenge aneh-aneh, yaa?" orang yang sama berkata lagi, dan kali ini cuma menerima respon anggukkan tertahan.
"Itu bukan masalah untuk kami, kan?" sambil mengarahkan jari telunjuk antara direksinya dan nona Yamanaka secara bergantian, pertanyaan dari Sakura semakin membuat kikut pada duo pria. Ino berserta kawan baiknya langsung menghela napas lega, ketika para laki-laki tersebut dengan menampilkan ekspresi datar yang aneh menggeleng perlahan, menggigit bibir bawah, lantas angkat kaki begitu saja.
"You're so beautiful. Kalian membuatku sangat iri, sebab aku waktu menikah tidak semanis ini." Demikian kalimat pujian dari nyonya Hatake, ketika sepeninggal Shikamaru dan rekan sena'asnya, perempuan berambut merah itu mendekat. Kakashi mengikutinya dari belakang, berkata kalau ia menyetujui apa yang Mei katakan. Sang walikota City of Water tersebut pura-pura merajuk ke suaminya, "harusnya kau bilang aku tetap yang paling cantik!" spontan Sakura serta sahabatnya tertawa pelan. Untung saja, Ino dan teman baiknya bisa memiliki ipar yang menyenangkan seperti dia.
"Yaa, itu bisa nanti. Sekarang pergilah!" intonasi bicara Mei langsung berubah drastis, dari yang terkesan manja menjadi sangat tegas, saat seorang gadis mendatanginya dan menyampaikan beberapa hal penting. Raut wajahnya juga kaku, membuat Ino serta kawan senasibnya membatu. Begitu asisten malang itu menjauh, senyum lembut kembali terpampang di wajah bibi barunya Sakura.
Sialan, orang ini ternyata memiliki sisi yang menakutkan.
"Ok, ok. I see." Begitulah respon verbal Kakashi, saat sang istri menyuruhnya untuk meninggalkan mereka bertiga, sembari melangkah mundur dengan kedua tangan yang terangkat rendah. Ada urusan khusus perempuan, begitulah alasannya. Hilang satu makhluk, muncul manusia lain, kali ini Kurenai yang bergabung setelah mendapatkan panggilan dari Mei.
"Belum. Mereka bakalan dapat yang lebih spektakuler," demikian jawaban yang diberikan perempuan pemilik mahkota gaya herringbone ini, tatkala istri Maito Gui tersebut membisikkan sesuatu. "Ooh, dia bertanya, apakah aku sudah membawa kalian ke ladies club," ia memberikan penjelasan, waktu dilihatinya Sakura dan Ino memasang mimik penasaran.
Hah, apaan maksudnya?!
"Jangan pikir macam-macam! Itu cuma klub khusus wanita. Dulu waktu kuliah kami sering main ke sana," Kurenai menimpali, bersama tangan yang bergerak memukul angin, kala dua wanita yang mengenakan gaun pernikahan di depannya menunjukkan raut yang sedemikian gagal paham. "Bukan tempat mesum, kok. Yaa, hanya akan menjerit tidak karuan," mengimbuhkan kalimat tersebut di sepuluh detik kemudian.
"Prepare your self, baby. Tengah malam nanti akan ada pertunjukkan seru," itu adalah kalimat terakhir Mei, lalu ia dan temannya bergegas pergi sambil tertawa nakal – mirip tante-tante ganjen. Menyingkir dari hadapan Sakura serta Ino yang tetap tak mengerti, dan setelah dipikir-pikir lagi, jadi semakin bingung sendiri. Daripada mati gregetan, keduanya putuskan untuk bertanya ke laki-laki yang barusan sah menjadi suami mereka.
"Kami diminta untuk bersiap-siap nanti malam. Maksudnya?"
Pergerakkan tangan pemuda Nara yang hendak mengarahkan ujung gelas koktail ke mulutnya batal total, membeku untuk empat-lima detik demi perkataan istrinya. Alih-alih memperdengarkan suara bariton, lelaki muda tersebuh malah menggaruk tengkuk. "Intinya, bukan musibah buat kalian, kok. Ok, ladies?" Naruto yang berlisan, menggigit bibir bawahnya sekali lagi, disertai pergerakan kepala naik-turun dari kawan baik di dekatnya.
"How troublesome," akhirnya kembali terdengar trademark andalan Shikamaru. Cukup sampai di situ, Ino dan sahabatnya memilih untuk tidak memperpanjang masalah tersebut. Toh, yang jelas ini bukan masalah buat mereka. Waktu berjalan cepat, tanpa terasa sesi acara yang sekarang sudah selesai, dan akan dilanjutkan setelah jam enam nanti.
Ngomong-ngomong, seberapa menyulitkan challenge yang dimaksud untuk kedua mempelai pria, yaa?
O
o
O
Pesta selanjutnya dilaksanakan di kompleks perumahan keluarga Naruto, tepatnya pada sebuah ballroom megah yang mampu menampung hingga seribu orang, dan bangunan itu sudah sering digunakan pula untuk acara pernikahan. Namun dari sejarah gedung tersebut digunakan, banyak yang mengakui bahwa ini salah satu resepsi terbaik yang pernah ada. Dominasi warna ungu nan menawan, pernak-pernak indah, serta elegannya mawar putih merupakan perpaduan yang sangat tepat
Kebanggaan tersendiri bagi tuan rumah tentunya, Kakashi selaku kepala koordinator terus-menerus memasang senyum penuh makna ke direksi adik dan keponakannya. Isyarat netra yang menyipit memiliki arti, kalau dua pemuda yang bersangkutan harus mengucapkan banyak-banyak terimakasih atas kerja kerasnya. Menambahkan ujaran yang sangat menyebalkan, "meng-handle segalanya dalam waktu yang singkat itu sulit banget, loh. Aku sampai kena insomnia."
"Fine, fine. Thanks you so much," Shikamaru dan Naruto mengucapkan kalimat itu berbarengan.
Sayang, alih-alih merasa ada utang budi atau bagaimana, wajah dua kawanan itu semakin carut-marut saja. Seharusnya keluarga besar mereka tak perlu susah-susah begini, yakin saja seluruh total pengeluarannya menghabiskan dana yang tidak main-main. Ini sama saja besar pasak daripada tiang, uang pernikahan kontrak yang mereka terima tidak ada apa-apanya bila dibandingkan semua ini. Apalagi mengingat perceraian bisa terjadi kapan saja, rasanya kerugian yang didapat meningkat hingga tiga kali lipat.
Mimik muka memang dapat dimanipulasi agar terlihat exited, tapi dalam hati Naruto maupun teman senasibnya serius ingin melarikan diri ke dimensi lain. Terserah nyasar di dunia fairytale yang mana, setidaknya bisa membuat mereka mampu bernapas lega untuk semenit saja. Aah, sudahlah, percuma berkhayal yang aneh-aneh, cukup jalani sekuat tenaga. Saling mengambung-ambungkan buket bunga di tangan, yang karena itu keduanya sukses menerima tatapan tajam Kakashi.
Sebenarnya yang jadi raja sehari itu, siapa? Kok, malah tuan Hatake yang sedari tadi menerima banyak perhatian – pengantin pria yang asli terlupakan. Akan tetapi itu tidak lama, ketika para brides memasuki ruangan utama, berjalan pelan melewati red carpet. Semua yang ada, tentu saja, kontan dibuat takjub akan penampilan Ino dan Sakura yang sangat stunning. Untuk sesaat, mereka yang menjabat sebagai suami baru pun dibuat berdecak kagum.
Applause meriah langsung membahana, ketika Shikamaru dan Naruto mengulurkan tangan pada mempelai mereka. Bahkan lelaki blonde itu dibuat gagal untuk tidak terkesan, sudut-sudut bibirnya meruncing penuh arti, seraya mengarahkan pandangan naik-turun ke Sakura yang memang begitu cantik. Wanita yang bersangkutan mengenakan long dress warna peach dan bergaya deep scoop, tatanan rambut yang dibuat bervolume dengan adanya aksen braid di sisi kiri, hiasan bando gold ukuran medium, serta riasan wajah yang natural.
Setali tiga uang, Shikamaru pun jelas tidak bisa menyembunyikan raut terpana begitu menemukan sosok istrinya. Ino yang saat ini memakai gaun panjang berwarna ivory, material tulle yang dihiasi aplikasi border serta taburan kristal, belum lagi asesoris dedaunan di kepalanya, membuat dia bak dewi-dewi Yunani saja. Helaian pirang yang biasa lurus dan terikat ponytails, sekarang terurai bebas dan menjadi ikal, ditambah warna nude yang menyapu bibir sang nona.
Kedua pria itu menyerahkan buket bunga pink-rose yang dibawanya pada pasangan masing-masing, yang sedikit rusak akibat kelakuan iseng mereka sebelumnya. Lantas melangkah bersama menuju singgasana yang telah dipersiapkan, sekali lagi terdengar suara tepukkan tangan nan meriah, beberapa di antara banyaknya tamu bahkan menggelengkan kepala karena terpesona.
Salah satu tradisi yang wajib dilakukan seorang mempelai wanita, adalah melemparkan bouquet flower ke arah gadis lajang lainnya. Siapapun yang mendapatkan buket tersebut, dipercaya akan jadi pengantin berikutnya. Akan tetapi, hal yang sama sekali tidak terduga pun terjadi, tatkala Kushina membawa seorang gadis yang tak asing lagi bagi Ino dan Sakura.
Dara cantik yang memiliki corak mahkota senada dengan nyonya besar Namikaze itu tersenyum ramah, Karin, yang mereka kenal sebagai kekasih Sasuke sekarang berada di depan keduanya. Setengah mati Sakura mencoba untuk dapat tersenyum manis; berusaha menghilang pandangan shock ke direksi yang bersangkutan.
"Dia ini sepupu jauhnya Naruto, tapi mereka bertemu cuma beberapa kali. Itupun saat masih balita," demikian introduksi dari ibu mertua si rambut buble gum. Ditemani anggukkan kepala pelan, helaan napas Sakura terdengar memaksa. Pemilik nama yang sebelumnya dibawa-bawa juga tidak tahu-menahu, pemuda Namikaze tersebut memilih untuk bungkam dan membalas sunggingan.
Duh, bagaimana kalau sang pembuat patah hatinya datang juga?
Mempelai yang bersangkutan sudah sempat berkeringat dingin, tapi akhirnya bisa bernapas lega, ketika Karin mengkonfirmasikan kalau ia ke sini hanya dengan keluarganya saja. "Selamat atas pernikahannya, yaa? Maaf datang terlambat," ucap dara itu tulus, dan keadaan kikuk makin menjadi, saat gadis tersebut memeluk kedua mempelai wanita secara bergantian.
"Kenapa tidak bilang kalau kau ada hubungan darah dengannya, hah?!" seusai Kushina menggiring keponakannya menjauhi mereka, Sakura melontarkan kalimat itu bersama dengan cubitan sadis ke perut suaminya. "Aku mau pingsan tahu, tidak?" dia sekali lagi memasok oksigen banyak-banyak, sebelum kesadaran benar-benar hilang.
Apalagi sempat mendengar mertuanya menyarankan Karin untuk ikutserta dalam menangkap bouquet pengantin, sekarang giliran wanita itu yang hendak melarikan diri ke planet seberang. "Apa perlu aku mengulang penjelasan ibuku tadi? Kami cuma bertemu saat masih ba-li-ta," mengaduh sebentar, lisan tersebut Naruto tuturkan guna membela dirinya, bahkan ia sengaja memberikan tekanan ucap pada kata yang terakhir.
"Sudahlah, itu urusan nanti. Ayo!"ajak sahabat baiknya, sembari menarik lengannya untuk berdiri pada tempat yang sudah disediakan khusus sesi melempar bunga. Kendati sudah mencoba untuk meregulasi emosi, Sakura tetap saja terlihat kesulitan untuk tenang. Benda yang dimaksud masih bertahan di tangan, sedangkan dari beberapa detik yang lalu buketnya Ino sudah jadi rebutan.
Sampai di mana Shikamaru mendekat, "how troublesome," bertutur begitu, seraya mengambil ikatan bunga dari genggamannya. Membuang objek itu ke direksi belakang, menggantikan tugasnya. Sakura tetap di posisi semula, belum berani mengarahkan atensi pada sekumpulan wanita yang mencoba mendapatkan buket miliknya. Hingga indera auditoriknya menerima satu suara yang sangat dia kenal…
"I got it, I got it!" nona Haruno ancap menoleh pada sumber suara, mendapati Naruto di tengah-tengah gerombolan para gadis penangkap bouquet. Tangannya melambai-lambaikan serumpun bunga cantik yang saling terikat itu, menyerahkannya kembali pada Sakura. "Special for you, my fair lady. Aku mendapatkannya dengan perjuangan keras," ucapan ini berhasil membuat istrinya tertawa ringan. Sakura tanpa ragu mengambilnya, ditemani kedipan mata sang suami, ia melemparkan buket tersebut ke arah Karin.
So romantic.
"Sebenarnya tadi aku mau bilang my fail lady, tapi nanti kau pasti memukulku lagi." Bukannya tersipu, seusai mendengar perkataan jujur Naruto tadi, pengantin wanita manapun terang saja akan masuk ke mode Hulk – raksasa hijau yang suka mengamuk. Menepuk pundak suaminya cukup kuat, senyum manisnya betul-betul paksaan, lalu begitu seenaknya meninggalkan si korban seorang diri.
Sesuai prediksi, tamu yang hadir kali ini lebih didominasi oleh kolega pasangan Hatake. Tak ayal, tuan-nyonya yang bersangkutan secara bergantian mengenalkan orang-orang baru pada keponakkan dan adiknya. Ino maupun Sakura tentu saja berterimakasih sekali pada mereka, sebab telah memberikan acara pernikahan yang sebegitu indah.
Namun ingatlah satu hal penting, bahwa suami-istri tersebut merupakan wakil dari keluarga Nara dan Namikaze untuk tantangan super absurd yang wajib keempatnya lakukan. Tiap-tiap sunggingan kalem disertai netra yang menyipit tajam, pertanda pasti akan ada challenge aneh yang harus diselesaikan. Seperti sekarang, mendadak Mei berdiri di atas podium kecil, mengetes suara dari microphone yang berada di genggaman, lalu meminta untuk semua yang ada menempatkan perhatian ke arahnya.
Membuka wacana dengan intro yang manis, "selamat datang di keluarga besar kami, nona-nona cantik!" Mereka yang dimaksud cuma dapat senyum wanti-wanti. Lisan selanjutnya ini dipastikan membuat Sakura dan Ino hampir jantungan, "sebagai imbalan untuk pertunjukan hebat nanti, sekarang katakan sesuatu pada suamimu."
Wedding speech, eeh?
"Salah satu dari kalian tidak masalah, kok. Kemarilah!" bukan pilihan yang tepat untuk saling suruh dengan adegan dorong-mendorong, terutama Kakashi sudah mendekat sambil mengulurkan sebelah tangan – menanti gadis manapun yang akan menyambut tautan jemarinya. Ino menepuk-nepuk pelan dadanya, dia putuskan untuk mengalah. Lagipula, Sakura sudah cukup terbebani karena persoalan Karin tadi. Diantar oleh kakak iparnya, dia berdiri sok tegar menggantikan posisi Mei.
Menghembuskan napas lumayan kencang, memainkan mic di tangan, serius tak tahu apa yang harus diucapkan. Kepalanya tertunduk sesaat, menyiapkan seluruh kemampuan mental. "Pada dasarnya, aku bingung memilih kata yang tepat untuk disampaikan pada suamiku, " demikian lisan yang ia tuturkan, Ino menggigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan. Otak sang gadis berpikir keras, mencari-cari quotes romantis yang bisa dijadikan inspirasi. "Aku punya kalimat manis yang kudapatkan dari bukunya Asher. Well…" ujarannya mengawang begitu saja, memejamkan mata agar dapat mengais ingatan.
Aduh, kenapa bisa lupa di bagian pentingnya, sih?!
Akan tetapi sebelum mempermalukan dirinya lebih daripada ini, tanpa ia ketahui, suaminya berjalan memupus jarak. Sama seperti apa yang telah dilakukannnya terhadap Sakura, tanpa pemberitahuan apapun, Shikamaru langsung mengambil objek yang berada di genggaman Ino. Lantas, melanjutkan lisan si pengantin wanita…
If my love were an ocean, there would be no more land.
If my love were a desert, you would see only sand.
If my love were a star-late at night, only night.
And if my love could grow wings, I'd be soaring in flight.
Iya, itu dia, kutipan dari bukunya Jay Asher yang berjudul Thirteen Reasons Why. Bagaimana mungkin Shikamaru tahu apa yang Ino pikirkan? Entah lelaki ini asper atau cuma faktor keberuntungan. Seluruh umat manusia di ruangan itu terdiam, hening menguasai keadaan, sampai terdengar satu tepukkan tangan yang dipelopori oleh Kakashi, dan pelan-pelan diikuti applause meriah dari semua tamu. Benar apa kata orang, bahwa hal unpredictable bisa jadi sesuatu yang sangat berkesan.
Sayang, scenes selanjutnya sama sekali tidak bisa digolongkan dalam kategori so sweet. Shikamaru langsung meninggalkan panggung begitu saja, tanpa ada niatan untuk bertindak gentle seperti yang Kakashi lakukan sebelumnya. "Jackass," gerutu Ino pelan seorang diri. Tidak pekanya udah kelewat batas, memang. Seluruh netra yang memandang cengo berjama'ah, berpikir apa sekiranya yang salah pada mempelai pria satu itu. Ooh, kasihan, mungkin dia malu!
Maybe, just maybe.
O
o
O
Surprise yang dinanti-nantikan Sakura-Ino sebentar lagi tiba, makin dibikin penasaran saat si nyonya Hatake hanya memanggil Shika-Naru, lantas membawa keduanya tanpa permisi. Awalnya mengira kalau mobil yang mereka tumpangi akan mengantar pulang ke rumah, ternyata malah menuju destinasi lain, dan tahu-tahu berhenti di depan hotel Namikaze. Mei sudah menunggu di bagian resepsionis, senyum ambigu kembali terpampang nyata di wajahnya.
Kalimat introgatif mematikan lagi, "kalian siap?" membuat si penerima tanya kicep sendiri.
Ino maupun teman senasibnya diarahkan pada satu kamar yang paling sudut. Awalnya mereka mengira, bahwa tidak ada siapa-siapa di sana. Akan tetapi begitu pintu terbuka, yang keduanya temui ialah sanak-famili dan orang-orang terdekat keluarga Nara-Namikaze. Menduduki bangku yang sudah disediakan, dan para mempelai wanita ini menyadari satu hal, kalau ruangan tersebut cendrung lebih banyak perempuan.
Tanda tanya di kepala semakin membesar, pasca mengamati keadaan sekitar. Meja bar dan bartender yang lincah meracik minuman, musik dansa mengalun, ditambah pula bola disko yang menyala-nyala redup, cahaya di sinipun sengaja dibuat tidak terlalu terang, serta gorden besar berwarna hitam yang mencurigakan. Semua ini mengarahkan konklusi ke… ladies club. Maito Gui mendekat dengan gelas sampanye, berdiri di tengah-tengah kedua brides. "Kalian akan sangat berterimakasih padaku," mengucapkan deretan kata rancu tersebut, lalu pergi begitu saja.
Sakura bertanya sopan, "apa ini tempat yang bibi Kurenai bilang tadi siang?"
"Ooh, klub khusus wanita? Bukan! Ini hanya replikanya saja. Lagipula, mana boleh aku ke sana membawa Kirei, kan?" pertanyaan retoris balik ia berikan, sembari menciumi gadis kecil yang duduk diam di pangkuannya. Dari tadi siang anak itu memang lebih sering tidur, jadinya meski sudah tengah malam begini, dia masih tampak segar. Menanyakan keberadaan Shikamaru dan Naruto, yang dijawab sang ibu untuk bersabar sebentar lagi.
Klik!
Seluruh penerang yang ada dipadamkan, hanya menyisakan lampu sorot yang terdireksi pasti ke arah tirai. Kening Ino dan Sakura ancap mengkerut, mencoba menebak apa yang yang bersembunyi di balik objek tersebut. Masih tidak ada tanda-tanda akan segera menemukan jawaban, kedua nona tirani itu melirik-lirik ke sekeliling, antisipasi apabila ada yang sengaja membuat mereka jantungan – semacam dikagetkan oleh cosplay seram ala halloween.
"Ingat, yaa, tidak boleh merekam ataupun mengambil gambar kecuali Kakashi!" semuanya makin apa-apaan, tatkala Mei berdiri lalu mengucapkan larangan demikian, seraya menunjuk ke direksi suaminya yang menyahuti dengan lambaian pelan. "Kalau tidak…" kalimat itu sengaja dibuat menggantung, lantas melanjutkannya dengan satu evil smirk, dan langsung menerima yel-yel protes dari seluruh massa.
Setengah menit berlalu, tirai terbuka secara mengejutkan, di sana terlihat jelas dua orang yang menundukkan kepala. Blazer dan celana hitam, sepatu kulit, rompi baju, dasi panjang, topi fedora, kemeja berwarna putih, serta walking stick, merupakan esensi dari penampilan mereka – yaa, bisa dibilang mirip Charlie Chaplin. Dan di waktu mengangkat wajahnya, seketika suara jeritan macam gadis yang sedang fansgirling-an membahana.
Kyaaa…!
Ternyata, pelakunya adalah Shikamaru dan Naruto. Duo lelaki itu menyeringai penuh makna, mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Ino maupun sahabatnya bungkam seribu bahasa, cukup shock dengan apa yang mereka lihat, bahkan indera visualnya sama sekali tidak berkedip. Pemuda yang berambut pirang bergaya terlebih dahulu, jari telunjuknya tertuju pada Sakura. Gerak bibirnya mengucapkan tiga kata kramat, "focus on me."
Saxophone terdengar sebagai intro, diikuti bunyi drum dan alat musik lain yang menjadi harmonisasi yang serasi. Mereka yang sudah mendapatkan semua atensi pun memulai aksi, memutar-mutarkan tongkat yang sedari tadi diam di depan tubuh, melangkah saling berseberangan arah satu sama lain, mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama. Apalagi tatkala menggerakan pundaknya secara bergantian, makin menjadi jeritan alay di ruangan tersebut.
What the hell was that?!
Gerakkan mereka seperti penari profesional, terdengar suara sepatu yang beradu dengan lantai dansa. Memainkan walking stick, melempar topi lalu menangkapnya kembali, menjentik-jentikkan jari, serta hentakkan kaki yang lincah. Ini persis seperti rave-dance, hanya saja dibuat jauh lebih santai. "Ooh, my, my, my!" seru Ino dan Sakura berbarengan, jawsdrop detik itu juga, saat suami mereka meletakkan tongkat di atas bahu, lalu melakukan backwards khas mendiang Micheal Jackson.
Tepat pada satu tempo, Shikamaru melonggarkan dasi, membuka dua kancing baju, membuang topinya ke sembarang tempat, lantas mengacak ikatan rambutnya. Jemari tangan kiri di kepala mengibas kasar, panorama hot ini untuk ke sekian kali berhasil menyita perhatian besar, teriakkan lebay persis anak remaja yang jatuh cinta menggema di berbagai penjuru. "Damn you, Hello Kitty! Kau ambil sexy moment itu sendirian," gumam Naruto pelan.
"Thanks," cuma morfem itu yang Sakura tuturkan, kala meminta penjelasan Mei dari maksud tantangan absurd tersebut, dan orang yang bersangkutan menjawab dengan nada jahil, bahwa ini hanya untuk bersenang-senang semata. Keadaan heboh semakin menjadi, di kala Naruto tebar-tebar beberapa kiss bye, salah satunya tertuju pada Ino. Dia langsung menangkap ciuman abstrak tersebut, dan tanpa ragu menyelipkannya di perbelahan dada.
Menerima delikkan tak suka dari sahabatnya, yang dimaksud pun ancap memberikan alasan logis, "uups, sori, terbawa suasana." Sakura hanya menggeleng mendapati rasionalisasi tersebut, kembali mengarahkan netra ke tempat suaminya beraksi, sebentar-sebentar menahan tawa seorang diri. Hal yang serupa pun terjadi pada Ino, diam-diam sunggingan bibirnya tercipta, tiga-empat kali memijat pelipis, telapak tangannya beberapa kali menutup mulut yang sempat ternganga. Benar, keduanya harus berterimakasih pada Maito Gui nanti.
Tiba-tiba saja, Naruto maupun Shikamaru mendatangi kedua pengantinnya, menarik lengan pasangan masing-masing, dan membawanya ke tengah lantai dansa. Musik berakhir bersamaan dengan mereka yang berlutut satu kaki di depan Ino-Sakura, sembari menyerahkan buket bunga tulip putih yang entah didapatnya dari mana.
Applause ramai kontan terdengar untuk yang ke sekian kali, kedua pemuda yang didaulat sebagai pemeran utama atas kemeriahan tersebut membungkukkan badan, isyarat hormat dari apresisasi yang mereka terima. Tanpa menunggu sampai suara tepukkan tangan mereda, Shika-Naru berlari menuju backstage, rasa letih tampak tilas di muka mereka.
"Kalau bukan karena paksaan bibi, aku takkan melakukan hal bodoh itu," di tengah kepayahan karena ngos-ngosan, Naruto pertama yang berbicara. Kalimat itu untuk sementara hanya ditanggapi Shikamaru dengan pergerakan kepala naik-turun, menyandarkan punggungnya ke tembok ruangan, masih belum bisa menyebutkan satu katapun. "Maksud semua ini apaan, sih?" si blonde kembali bertanya, dan mendapatkan gelengan polos sebagai jawaban.
Belum hilang rasa capek barusan, ada lagi sumber kelelahan yang lain. Yaa, siapa juga yang punya banyak tenaga untuk bisa selalu kuat menghadapi duo nenek sihir tirani itu? Sakura dan Ino datang dengan senyum-senyum aneh yang susah didefinisikan, ditambah pula kerlingan mata genit yang membuat otak kedua pria di sana memberikan warning-sign level satu.
"Perhatikan si blonde!" tunjuk Sakura ke suaminya, "ia belajar untuk menyukai saat didominasi wanita."
Ino membalas, "coba kau lihat yang di sebelah." Lantas melanjutkan kalimat setelah menerima anggukan paham dari seseorang di sampingnya, "he loves… lady on top!" ada tekanan berlebih pada tiga kata terakhirnya tadi. Anggap ini balas dendam dari perbuatan kedua pemuda itu, sebab sering kali merusak so sweet moment yang tercipta di acara resepsi sebelumnya.
Mungkin inilah yang disebut dengan senjata makan tuan. Sungguh, Shika-Naru menyesali ucapan mereka yang sok-sok waktu itu. Keduanya memasang tampang carut-marut, napas terdengar patah-patah, bibir miring-miring tak menentu. Dikarenakan masalah harga diri, maka ambil langkah seribu bukanlah pilihan yang tepat. Kebanggaan mereka sebagai lelaki mau dititip ke mana, coba?
Pantas saja, pride menjadi dosa mematikan manusia yang di urutan pertama.
Untunglah, sebelum semuanya semakin menggila, Mei dan Kakashi menghampiri keempatnya. Mengajak mereka untuk memasuki salah satu kamar hotel, yang katanya sudah dipersiapkan khusus untuk pengantin baru. "Shika-chan, ajari aku menari seperti itu," pinta si nona mungil, Kirei, yang sekarang berada dalam pelukan Naruto. Gadis kecil inipun sengaja meniru gerakan Shikamaru dengan memegangi rambut panjangnya.
Sampai di sebuah ruangan yang terlihat sangat istimewa, dari jarak lima puluh meter ke arahnya sudah ada taburan bunga mawar kuning. Ketika pintu dibuka, pemandangan yang ditemukan masing-masing pasangan adalah, ranjang ukuran king size berbentuk hati, serta sepreinya berwarna merah menyala. Tercium pula wangi aromaterapi, samar-samar cahaya yang berasal dari lilin menambah impresi honey-moon nan liar.
Bilik cinta tersebut katanya spesial buat pasangan baru keluarga Nara, sementara tuan-nyonya Hatake keluar sebentar untuk melihat persiapan kamar pengantin satunya. Mungkin karena terlalu shock, Naruto sama sekali tidak sadar kalau Kirei sudah turun dari dekapannya, hingga gadis kecil yang bersangkutan memanggil.
"Naru-chan."
Kyaaa…!
Kontan, detik ini juga sang pemilik nama yang dipanggil dan Shikamaru menjerit super, ketika melihat Kirei memanjat sebuah tiang besi berwarna abu-abu. "No, don't, itu bukan untuk gadis innocent sepertimu, nak!" sedangkan si lugu yang bersangkutan tetap bersenang-senang. Merasa sudah bosan, sepupu kecil Naruto tersebut sekarang berlari ke arah kasur, bergulung-gulung di situ, dan saat menemukan sebuah remote control, tanpa ragu menekannya.
"Shi-shi-shi-shi-shi-kaaa…" efek getar pada ranjang membuat suaranya mirip alien.
Kyaaa…! Kyaaa…!
Teriakkan heboh sesi kedua, para kaum Adam yang ada semakin stress saja. Memegangi kepala mereka sendiri-sendiri, nanar pilu tertuju pada anak kecil yang belum mengerti maksud dari semua mainan itu. "Pulang, aku harus pulang," ujar Shikamaru depresi, yang menerima dukungan Naruto dengan mengangguk yakin.
"Tidak akan, "tolak mentah-mentah Ino, dia tiba-tiba berjalan mendekati Kirei yang melompat-lompat di atas ranjang, turut melakukan hal yang sama seperti nona mungil Hatake tersebut. "Ini menyenangkan, Sakura. Ayo, sini!" ajaknya, dengan tubuh yang sesekali melayang di udara, teman yang dipanggil sudah tidak mampu lagi menahan tawa lebih lama.
Bruuk!
Akibat terlalu ber-euphoria, tanpa sadar badan Ino mendarat di lantai. Terjatuh cukup keras, membuatnya mengaduh kesakitan. Ia harus dibawa ke rumah sakit segera, sebab tangan kanannya sulit digerakkan. Tapi dengan adanya musibah ini, Naruto dan Shikamaru bisa bernapas lega, setidaknya mereka bisa jauh-jauh dari kamar nista tersebut. Jangan bilang kalau itu juga merupakan salah satu syarat menikah dari keluarga, yaa?!
Inilah yang akan terjadi, ketika rencana absurd membutuhkan back-up plan yang semakin di luar kendali.
To Be Continued…
Pertama, terimakasih untuk semua yang mau memberikan review pada chapter sebelumnya: Saladin no jutsu, Shiroe Ino, Arata Aurora, Al Blue Blossom, Rikushiki, Uzumaki 21, Sora Hanase, Evil Smirk of the Black Swan, Kei Deiken, Ae Hatake, GazelE VR, Naomi Cho, Namikaze Sholkhan, Cherry Foxy 13, Gray Arayder, betmenpengangguran, Zero Kiryuu 1, NamikazeARES, Lazynit Kajitani, Khamya Uchiha, xoxo, Endimutiara, Luca Marvell, MysteriOues Girl, Jio, anonim, andypraze, dindachan06, Yola-Shikaino, Indri, Zaky Uzumo, Kietamy, Hana, RBlo, Hiwamari zuifa, uzoutom07, siskasla45, SetiaKyu, Narusaku27, Aulia 1299, fan de Shaa, anonymous.
Dan izinkan saya untuk membalas semua review secara garis besar.
Terimakasih sekali, senangnya banyak yang menyukai dan menunggu fic ini. TBuP masih lama tamatnya, dilihat dari perkembangan hubungan mereka. Masalah lime, gak bakal selalu ada di tiap chapter, tapi yang menjurus ke arah sana, bisa sering-sering ada. Pesta ini atas keinginan keluarga Shika-Naru, jadi bisa dikatakan Saku-Ino gak tahu-menahu. HinaTema bakalan dapet peran tentunya, tapi gak sekarang. Soal rated, saya ada pikiran untuk mengubahnya jadi mature, karena tema dan sexual-content di sini udah bisa dikatakan bukan range remaja lagi. Fic ini dibuat gak pure romance, saya juga memperhatikan unsur komedinya dan genre lain.
Dan saya ucapkan terimakasih juga, bagi yang sudah memberikan icon favorite dan follow pada fic ini.
Author's Notes:
Akhirnya ini ter-update juga, setelah melewati empat musim. Hip, hip, horeee…!*dia senang sendiri.
Ngerjain fic ini lebih sulit daripada fic-fic multi-chapter saya yang lain, untuk bagian ini saja saya kira tidak lebih dari 3K, tahu-tahunya begitu eksekusi, malah lebih daripada dugaan. Awalnya mau buat mereka sampai liburan bulan madu. Mungkin chapter ini kelewat maksa, tapi entah kenapa saya suka sama adegan-adegan konyolnya.
Well, karena di Foolish Heroic saya buat adegan pengantin cowok nyanyi sambil main alat musik, maka baik kalo Shika-Naru sekarang dibikin nge-dance. Tadinya mau ngebuat yang lebih gimana-gimana lagi di bagian itu, cuma saya ngerasa sangat menjahati mereka. Jadi, buat saja cowok-cowok itu keren. Ehehhee…!*aslinya dia sudah puas menista chara segitunya.
Saya berpikir untuk mengubah rated fic ini menjadi mature, karena kontennya sudah bukan untuk range remaja lagi, sih. Dan ditinjau dari segi usia para karakter utama, fic ini memang dikategorikan dewasa . Lagian, setahu saja, yang implicit pun sudah bisa dikatakan masuk dalam ratem. Cuma saya agak gimana nanti kalau kalau terus-terusan ditanyain soal yang asem-asem. Ahahahhaa…! *hanya gak kuat mental untuk ke lemon.
Cukup sekian. Terimaksih bagi yang sudah meluangkan waktu untuk membaca fic saya yang ini, maupun cerita sebelum-sebelumnya.
Bersediakah untuk menyempatkan review? Saya tunggu.
Salam,
Pixie Yank Velvet.