Langit kembali menangis, menurunkan ribuan molekul hujan ke bumi seakan ikut berduka dengan sebuah tragedy yang kembali terjadi. Masih basah luka dihatinya karena kehilangan satu kerabatnya, sang namja berlesung pipi harus kehilangan satu-satunya orang yang disayanginya.

"Bummie … aku pasti menemukan siapa yang melakukan ini semua. Lihatlah aku dari atas sana."Tubuh basahnya lunglai di depan sebuah pemakaman keluarga Cho, di depan makam dengan tanggal kepergian yang sangat dekat. Tersenyum perih tak rela. Tak menyangka malaikatnya akan pergi secepat ini.

Di saat satu sisi merasakan duka yang teramat sangat, jauh dari tempat dengan langit yang sama seseorang tengah berteriang keras. Merasakan sakit hingga nyawanya seakan mau terputus dari jiwanya.

"Arrrghhhhttt!"

"Kris hentikan!"

Namja berambut blonde itu menatap nyalang pada seseorang yang baru saja membentaknya. Menarik kakinya yang baru saja mematahkan satu kaki seorang namja manis yang kini mengerang penuh tangis. Melepas tangannya dari rambut sang namja menghentaknya keras.

Mendekati sang namja yang membentaknya, Kris berjalan dengan langkah yang begitu ringan. Seakan apa yang baru saja dilakukannya adalah hal biasa. Mensejajarkan tubuhnya pada sang namja. Mengelus pelan pipinya dengan jari berlumur darah.

"Aku memintamu menjaga Changmin untukku. Bagaimana bisa pelacur kecilmu malah bermain dengan milikku, YiFan?"

.

.

.

Family Tragedy

MinKris Fanfiction aka EvilDragon | Shim Changmin & Wu Yi Fan, Kris

Warning: MxM, AU, typo, bad!Min, Posesif! Kris, rush, bad lang

.

.

.

"Hiks, Gege."

YiFan memeluk tubuh kekasihnya yang sedari tadi bergetar selepas kepergian Kris dari apartemennya. Melepas ikatan di tubuh Tao dan matanya tak bisa miris melihat darah yang mengalir di kepala Tao. Sedetik saja ia terlambat untuk pulang mungkin Tao hanya tinggal nama.

"Kita ke rumah sakit?"

Tao menggeleng, tubuhnya terasa remuk redam. Bahkan ia tak bisa merasakan kaki kirinya. Ia baru saja pulang dari club setelah semalam suntuk mabuk dan ia tak ingat apa pun hingga tiba-tiba namja mirip gege kesayangannya menyeretnya ke apartemen mereka. Memukulinya bahkan menghajarnya habis-habisan tanpa bisa menyela. Sungguh sebuah mimpi buruk yang sangat panjang.

Menggendong tubuh Tao yang terus bergetar, YiFan membawanya ke mobilnya sendiri. Ia tak bisa membayangkan apa yang sudah dilakukan Kris. Salahnya juga yang melupakan janjinya. Lengah sedikit saja semua jadi berantakan.

"Maafkan Gege, Baby. Kau pasti akan baik-baik saja." Mengecup surai kepala Tao, YiFan melajukan mobilnya. Ini salahnya. Salahnya menyanggupi sebuah janji berlatar darah pada setengah jiwanya.

'Aku menyesal mengiyakan permintaanmu, Saengi—Kris."

.

.

.

"Hyung … kau baik-baik saja?" Kris membuka pintu apartemennya buru-buru. Terkejut saat mendapati Changmin dengan tubuh berantakan bahkan wajah yang terlihat skeptis.

Grep

Kris terkejut sesaat Changmin memeluknya, jantungnya kembali berdetak samar. Tangannya hampir saja membalas pelukan Changmin namun terhenti dan kembali menggantung samar.

"Kau membenciku hyung?" tanya Kris lirih. Seminggu ia tak bertemu dengan namja ini. Selama itu ia berpikir apakah Changmin membencinya.

"Kau bau darah, Kris. Apa kau terluka?" Mengacuhkan pertanyaan Kris, Changmin mengendus tubuh Kris. Ada bau yang sangat dibencinya berada di tubuh Kris. Bau samar yang masih sangat baru. Baru darah segar.

Kris mengatur jantungnya yang kini berlomba, bukan karena gerakan kasar Changmin di tubuhnya namun lebih pada apa yang harus dilakukannya bila Changmin bertanya.

"A—aku tak apa hyung. Tadi ada seseorang yang terluka di toko kurasa bau darahnya menempel padaku, padahal aku sudah membasuhnya dengan benar,"jelas Kris memalingkan wajahnya dari maniks Changmin yang menelisiknya.

"Bukan kau yang terluka?"

Kris menyunggingkan sebuah senyum tipis saat ia merasakan Changmin masih sedikit peduli padanya.

Menjauhkan tangan Changmin dari tubuhnya, Kris mengangguk. Ia senang pada akhirnya Changmin mau melihatnya. Hatinya sakit melihat Changmin mengamuk karena orang itu. Ia membencinya. Kulit arinya mulai terkelupas menampakkan sosok seorang Kris sebenarnya.

"Jangan pernah meninggalkanku, Kris."

Changmin berlalu dengan kalimat tipis. Mengusap kepala Kris dan masuk ke kamarnya. Bila dunia menghimpitnya, bisakah ia menerima Kris sebagai satu-satunya keluarga sekarang. Ia sudah kehilangan ayah, ibu, kakak dalam hidupnya bahkan sekarang sahabat baiknya pergi ke tempat yang lebih jauh.

"Tentu hyung. Karena kau milikku." Sebuah senyum indah tadi menghilang berganti dengan wajah seorang namja dingin dengan seringaian mengerikan. Menutup pintu apartemennya sembari melihat langit gelap dengan awan mendung.

"Kalau kalian tak ikut campur mungkin kau masih bisa melihat dunia ini, Sayang kalian terlalu jauh melangkah. Kim Kibum terlebih kau Cho Kyuhyun."

.

.

.

Jepang okt 2005

Suster gila itu memberikan kau pada kami. Katanya lebih baik mengisi benda bodoh ini dengan gambar daripada mencoreti dinding ruangan. Padahal aku tahu ia ketakutan saat selalu dimarahi oleh yeoja cerewet bertubuh gendut saat kami bermain.

Jepang agust 2007

Sakit, mereka memukuliku lagi. Nii-san kenapa kau hanya diam saja. Kumohon bantu aku. Ini benar-benar sakit. Kau kejam. Seharusnya kau menolongku bukankah kau sudah berjanji.

Jepang sept 2007

Nii-san benar kenapa tidak membungkam mulut mereka saja jadi tidak berisik. Memasukkan lem kuat ke dalam makanan benar-benar tepat. Lihat sekarang mulut mereka merapat seperti ubin di kamar mandi.

Jepang okt 2008

Aku senang akhirnya bisa keluar dari tempat terkutuk ini. Suster gila yang mengatakan kalau kau tak ada. Mereka jahat mengurungku seharian tanpa memberiku makan. Mengatakan hal bodoh kalau semua itu ilusi.

Kau benar-benar ada disini kan, Nii-san.

Jepang des 2009

Seorang nee-chan cantik menawari kami sebuah tumpangan saat kami kehujanan. Ia memberikan kami selimut dan juga makanan. Tersenyum manis pada kami. Tapi aku membencinya. Ia menyentuh dan memeluk nii-sanku.

Dan keesokan paginya ia mati. Tertusuk pisau dapur miliknya. Tapi aku tak peduli yang penting dia tak menyentuh nii-sanku. Nii-sanku hanya milikku. Seseorang yang berbagi nyawa denganku sejak lahir.

Korea jan 2010

Kami menemukan uang yang banyak di rumah nee-san itu. Akhirnya kami sepakat untuk pergi ke negara ini. Suster gila itu pernah bercerita kalau ibu berasal dari negara bernama Korea. Yeoja bodoh yang kini membusuk di neraka. Kami ingin melihat negara asal yeoja itu. Termasuk laki-laki brengsek yang kuharap mati dan menemaninya di sana.

Siwon menutup jurnal yang ditemukannya di kamar Kyuhyun. Sepertinya adik sepupu Kibum itu mengetahui sesuatu bahkan Kibum menunjuk tempat dimana ia menemukan jurnal ini. Jurnal lusuh dengan tulisan anak-anak yang sangat kacau balau walau ia berasumsi kalau di tengah hingga akhir adalah tulisan seorang remaja. Tulisannya sedikit blur. Walau ia masih bisa membaca sedikit demi sedikit bagian awalnya.

Kekerasan anak.

Rumah sakit jiwa.

Anak kembar.

Entah apa lagi yang tertulis disana. Ia tak bisa menyimpulkan apa pun dengan tulisan yang acak-acakan bahkan dengan banyak lembaran hanya berisi gambar-gambar khas anak-anak. Setidaknya satu yang ia tangkap kalau anak yang menulis buku ini berasal dari negeri sakura.

"Tapi apa hubungannya dengan kematian Kyuhyun?" bathin Siwon. Kepalanya penat sejak seharian mencoba membacanya. Walau akhirnya ia berhasil walau dengan tanggal yang melompat padahal anak itu menulisnya setiap hari. Bisa dibayangkan berapa tebal jurnal di tangan Siwon.

Puk

Sebuah foto lama terjatuh dari jurnal itu.

Memungutinya Siwon menatap lama dua orang dewasa di dalam sana. Seorang yeoja berambut panjang dengan seorang pria tampan yang rasanya familiar di kepalanya Namun ia tak bisa melihat lebih jelas karena foto itu sudah lama.

"Apa ini orang tua mereka?" bathin Siwon pelan, membalikkan foto itu ia menemukan tulisan lainnya.

"SK & SQ".

Berpikir kalau inisial dibelakangnya adalah dua orang di dalam foto tersebut, Siwon menyimpan jurnal lusuh itu di dalam lacinya. Bila Kibum sampai bersusah payah menunjukkan padanya. Pasti ada sesuatu di dalamnya.

Namun satu yang membuat Siwon penasaran, bagaimana caranya jurnal ini berada di kamar Kyuhyun. Apa yang disembunyikan Kyuhyun sebenarnya. Apa yang dibawa namja manis itu ke surga hingga meninggalkan potongan kebenaran padanya.

"Apa yang ingin kau beritahu Kyunnie?"

.

.

.

Sudah seminggu ini Changmin membolos kampusnya. Ia hanya mengirimkan tugasnya melalui fax tanpa berniat bertemu dengan dosennya. Toh semua tugasnya sudah memenuhi standar kampusnya.

Changmin tak berniat bertemu siapa pun terlebih yang berhubungan dengan Kyuhyun. Mantan calon kakak ipar Kyuhyun—Siwon—selalu mengganggunya seakan mencari sesuatu yang berhubungan dengan dirinya juga Kyuhyun. Padahal Changmin sudah mengatakan ia tak tahu apa-apa, bahkan saat hari Kyuhyun tewas Changmin sedang berada di rumah keluarganya. Melakukan pemakaman appanya.

Bersyukur Kris berada di apartemennya jadi Changmin bahkan tak perlu mencari makan untuk keluar. Namja itu akan dengan senang hati membelikannya. Hanya saja Kris sedikit berubah, adik tirinya itu menjadi sedikit pendiam. Bahkan Changmin acap kali memergoki Kris menatapnya diam-diam dan bila ketahuan Kris akan pergi menjauh darinya.

"Siapa sebenarnya kau Kris?" bathin Changmin heran. Jujur baru hari ini ia penasaran darimana namja itu berasal. Sedangkan seseorang yang bisa menjelaskan semua ini sudah berbaring di dalam tanah—appanya. Karena Kris tak pernah mau membuka mulut saat Changmin menyinggung hal ini.

"YiFan. Benar kalau aku menemukan dia, aku bisa menanyakan semua ini."

Changmin mengambil jaketnya, ia harus tahu apa yang disembunyikan oleh orang-orang disekitarnya. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tengah berjalan di luar pengetahuannya. Namun bila melibatkan dirinya, Changmin akan memastikan ia akan menghabisi orang itu,

"Hyung mau kemana?" tanya Kris heran. Seingatnya Changmin tak pernah mau keluar rumah sejak beberapa hari yang lalu. Dan sekarang namja itu tengah bersiap keluar bahkan dengan cuaca mendung dan sedikit gerimis seperti ini.

"Aku keluar sebentar, tak usah siapkan makan malam. Kau beli untukmu sendiri saja." Changmin memasang sepatunya sebentar lalu beranjak keluar meninggalkan Kris yang kini menatapnya tanpa ekpresi.

"Apa lagi yang ingin kau kejar hyung. Tak cukupkah aku melenyapkan dia dari hidupmu? Apa perlu kubunuh semua orang yang kau kenal hanya agar kau bisa berada di sampingku?"

Cho Kyuhyun. YiFan mengetahui namja itu saat ia berhasil mendapatkan informasi di mana Changmin berada. Mencari semua hal tentang Changmin membuatnya mengetahui tentang satu teman yang berada di samping Changmin bagai perangko. Keduanya bahkan tak terpisahkan. Jangan salahkan Kris kalau akhirnya ia menyadari kalau ada tatapan yang berbeda di maniks milik Kyuhyun. Namja itu menyukai miliknya.

"Kau benar-benar sudah memulai ini, YiFan?"

Malam dimana ia melihat Kyuhyun dan Changmin bertengkar, Kris menyeringai diantara wajah sedihnya. Ingin merengkuh namja jangkung itu ke dalam dirinya dan meyakinkan kalau ia hanya butuh dirinya tapi Kris tak sebodoh itu melakukan tindakan konyol bila berakhir Changmin membuangnya.

Jaejoong … Kris juga mengetahui hyung kandung Changmin itu. Memanfaatkan kebencian Changmin pada kamu gay dan juga hyungnya sendiri, Kris membuat luka milik Changmin kembali memburai keluar. Mengurai sebuah luka yang pastinya akan membuat Changmin mencarinya.

"Saa … semua sudah dimulai, Shim Changmin. Apa yang akan kau lakukan saat satu persatu orang yang kau sayangi menghilang? Dan kau hanya akan punya satu sandaran nantinya—dan itu adalah aku—Kris."

Kris akan melakukan apa pun hanya untuk membuatkan sangkar untuk Changmin. Ia akan memastikan kalau Changmin hanya akan melihat dan berada di tangannya. Bahkan bila itu harus melenyapkan nyawa seseorang, mematahkan kakinya, atau mungkin mempermainkan perasan bersalah saudara kembarnya sendiri—Wu Yi Fan.

.

.

.

YiFan baru saja membantu Tao untuk makan saat bel di apartemennya berbunyi. Tergesa ia menuju pintu depan, berharap kalau orang di depan sana bukan seseorang yang sangat tak diharapkannya untuk datang saat ini. Namun saat menemukan Changmin di depan pintu ia merasakan sedikit rasa terkejut walau tak heran kalau suatu saat Changmin akan mendatanginya. Mencarinya tepatnya.

"Masuklah hyung."

Changmin sedikit heran dengan nada getir yang diberikan YiFan. Seakan tembok keangkuhan yang ditunjukkan akhir-akhir ini menghilang. Sosok namja ini sedikit berbeda dengan seseorang yang berada disekelilingnya. Apa YiFan dan Kris tak tertukar. Walau Changmin sedikit sendiri kurang yakin dengan keberadaan keduanya.

"Aku tahu ada yang ingin kau tanyakan, Hyung. Hanya saja bisakah kau tunggu sebentar, aku sedang menemani kekasihku makan. Ia sedang sakit."

Changmin mengangguk dan memberikan waktu untuk YiFan, salahnya sendiri yang berkunjung mendadak. Walau ia berhasil mendapatkan alamat namja ini dari temannya yang sedang entah beruntung atau rugi menjalani hukuman di ruang tata usaha.

Maniks Changmin menelisik seisi ruangan yang cukup rapi. Berpikir kalau kekasih Kris mungkin tipe gadis yang menyukai kerapian hingga ruangannya menjadi seapik ini. Tak tahu kalau sosok gadis yang dibayangkanya adalah partner one night standnya yang terbaring lemah karena pertemuan mereka.

"Siapa yang datang, Gege?" tanya Tao lirih, bibir namja penyuka panda itu sedikit pucat. Tao seharusnya dirawat di rumah sakit, namun ia menolak. Tao tak menyukai rumah sakit dimana ia mungkin akan berjauhan dengan YiFan. Terlebih Tao masih trauma dengan namja berwajah sama dengan gegenya.

"Bukan siapa-siapa," ujar YiFan menyendokkan bubur terakhir dan menyodorkan obat yang harus diminum Tao. Hatinya sedikit miris melihat kaki Tao yang digips karena patah bahkan di tubuh namja itu banyak luka memar. YiFan mengutuk dirinya sendiri yang membiarkan satu-satunya orang yang disayanginya terluka tanpa bisa dicegahnya.

"Maafkan gege, Tao." YiFan memeluk tubuh Tao, mengusap punggung namja itu yang mulai bergetar. Sebenarnya bukan hanya pada Kris, Tao bahkan sempat menolak disentuhnya. Reaksi alami saat melihat bayang Kris di tubuh YiFan. Walau otaknya mengatakan mereka berbeda tubuhnya memberikan reaksi berbeda.

"Lepaskan Tao, Ge. Tamu gege menunggu di depan sana."

YiFan melepaskan pelukannya, mengecup lembut dahi Tao. Mengurai poni Tao yang menjutai di dahinya.

"Gege tinggal sebentar, Tao harus istirahat." Menjatuhkan tubuh Tao pada ranjang, YiFan menutupi tubuh Tao dengan selimut, mengecupnya sekali lagi sebelum menutup pintu kamar mereka menuju ruang tengah dimana Changmin menunggunya.

.

.

.

"Apa yang membawamu kemari, Hyung?" tanya Kris menyodorkan satu kaleng kopi pada Changmin. Duduk di depan Changmin sembari meletakkan kopi miliknya di atas meja. Keheningan ini terasa sedikit mencekam.

"Apa kau mengenal Kris? Namja blonde yang sangat mirip denganmu. Kalian benar-benar seperti pinang di belah dua. Andai saja rambut kalian berwarna sama."

Kris menyesap kopinya sekali lagi, mensedekapkan tangannya di atas meja tanpa berniat berbicara sedikit pun.

"Dan apa maksud semua perkataanmu padaku." Changmin menatap tajam pada namja yang masih terdiam didepannya, "ucapkan sesuatu Wu YiFan!"

"Apa kau juga menggunakan nada yang sama pada Kris, Hyung?"

Maniks Changmin sesaat membeku saat YiFan menatapnya tajam. Tak menyangka kalau perkataan itu yang keluar dari bibir namja dingin itu.

"Sudah kuduga pasti kau tak akan bisa," ujar YiFan menurunkan nada bicaranya, "sudah kukatakan padamu Hyung, aku tak bisa mengatakan apa-apa saat ini. Kau sendiri yang harus mencarinya … kenapa kau tak paksa Kris untuk berbicara saja."

"Apa maksudmu, YiFan?"

"Jika kau mencurigaiku yang merusak tatanan hidupmu kau salah besar. Lebih baik curigai orang terdekatmu. Kau membuat orang-orang menderita Shim Changmin. Jangan berpikir kalau kaulah korban di dalam ceritan ini."

"Apa yang kau katakan YiFan. Aku tak mengerti. Dan jangan berteriak padaku!"

"Aku tak berteriak padamu. Hanya saja aku muak padamu. Kau seakan menyimpan semua kebencianmu sendiri. Menempatkan dirimu ke dalam posisi orang yang merasakan sakit. Apa kau tahu sikap brengsekmu itu melukai orang lain?"

"Siapa? Siapa yang kulukai YiFan. Aku bahkan tak tahu apa-apa. Dan jangan terlalu sok tahu di dalam hidupku!"

Kedua namja jangkung yang tengah adu urat itu tak menyadari kalau ada seseorang yang menyaksikan perdebatan mereka. Maniks namja manis itu melebar mengetahu siapa lawan bicara Kris. Membuat tubuhnya menggigil mengingat malam panasnya berganti dengan pemandangan seorang namja tanpa ekpresi melukainya.

"Gege," bisiknya pelan.

YiFan menahan kalimat yang hampir keluar dari tenggorokannya. Ia tak bisa. Tak bisa membeberkan semuanya. Ia tak bisa.

"Kau sudah berjanji padaku, nii-san."

Bahkan bila ia kembali melihat Kris menyiksa kekasihnya ia tak akan bisa melepaskannya. YiFan sudah berjanji. Janji berlatar sebuah ikatan keduanya.

Menghempaskan tubuhnya ke atas sofa, YiFan menarik napasnya pelan. Tak seharusnya ia melampiaskan kemarahannya pada orang yang salah. Changmin benar dia tak tahu apa-apa dan YiFan yang tak bisa melakukan apa-apa.

"Maafkan aku hyung. Aku hanya sedikit emosi. Hanya saja maukah kau mendengarkan satu nasihatku? Aku tak tahu apa aku bisa bertemu lagi denganmu."

Changmin mengangguk, walau ia sendiri sedikit heran dengan permintaan aneh YiFan. Tak bertemu lagi, apa YiFan berniat untuk kembali ke China.

"Jangan dekati siapa pun hyung untuk kebaikan mereka. Hiduplah sendiri seperti kau yang dulu tanpa siapa pun dan dia juga tak akan bergerak."

"Apa maksudmu, YiFan?"

YiFan tersenyum samar, ia tahu ia mungkin sendiri dalam bahaya bila mengatakan ini. Namun dosa ini terasa sakit bila dipikulnya seorang diri.

"Kau akan mengerti nanti, Hyung. Bisakah kau pergi sekarang aku masih harus menemaniku kekasihku. Maaf kalau ini sedikit tak sopan."

Changmin beranjak pergi dari apartemen milik YiFan dengan seribu tanya terlebih dengan semua sifat YiFan yang berubah begitu drastis. Apa ada yang sudah terjadi pada namja itu. Ck, tapi itu bukan urusan Changmin. Bila semua harus kembali seperti semula berarti tak ada yang perlu dipedulikannya. Seperti kata YiFan lebih baik ia sendiri toh pada akhirnya semua orang akan meninggalkannya.

"Gege," Tao berbisik pelan pada YiFan yang sedari satu menit yang lalu memasuki kamarnya hanya terus memeluknya.

"Maafkan gege Tao, gege tak bisa menjagamu dengan baik. Bahkan kau sampai terluka seperti ini. Seharusnya gege tak membawamu serta ke Korea."

Tao menggeleng, mengusap surai hitam milik kekasihnya, ia yang memaksa ikut bahkan membuat orang tuanya memaksanya mengizinkan YiFan membawanya. Dan kalau sekarang ada hal seperti ini terjadi maka anggap saja hukumannya sendiri.

"Ini bukan salah gege, dua bulan lagi Tao juga bisa berjalan seperti semula lagi. Jadi hentikan wajah gege ini. Gege terlihat jelek sekali."

"Terima kasih Tao."

Tao tahu ada yang disembunyikan YiFan darinya. Bahkan dari percakapan yang didengarnya barusan YiFan bahkan tak bisa memberitahu siapa pun tentang apa yang diketahuinya. Sesuatu yang harus disimpan dan ditanggungnya sendiri. Rasanya kemarahan dan ketakutannya pada namja ini menguap begitu saja. Bukan gegenya yang salah tapi dia.

'Tao akan membantu gege, menyelesaikan semua ini dan kita bisa kembali ke China secepatnya. Tao pasti akan membalas semua ini pada dia,' bathin Tao pelan menggigit bibirnya sendiri tak menyangka kalau YiFan akan serapuh ini.

'Gege akan membawamu pergi jauh, Tao. Ini semakin berbahaya untukmu.' YiFan berbisik pelan sembari tersenyum pahit.

.

.

.

Semua seakan kembali seperti semula seakan apa yang sudah terjadi pada dua orang yang telah pergi hanya sekedar masa lalu. Bahkan Changmin menutup mata dan telinganya dari apa pun yang terjadi. Ia tak peduli lagi terserah apa yang akan dilakukan Siwon yang terus membututinya karena ia sendiri kini memiliki tanggung jawab.

Changmin tak pernah menyangka kalau saham perusahaan Shim sudah dialih nama padanya. Padahal dipikirkan sejak ia memutuskan keluar dari rumah, appanya akan menghapusnya namanya. Dan sejak sebulan yang lalu Changmin resmi menduduki kursi direktur setelah pengacara ayahnya berhasil menemukan persembunyiannya. Semua kembali seperti keadaan di titik nol. Hanya ada Shim Changmin tanpa seorang pun bahkan seorang Cho Kyuhyun juga.

Bukankah ini seperti pertanda, Changmin-ah. Pasti ada badai besar setelah laut yang tenang.

.

.

.

"Yun … bisakah kita melihat Minnie?"

Seorang namja cantik tampak bersandar pada bahu kekasihnya. Duduk di samping seorang namja tampan yang tengah asyik bermain laptop di tangannya. Kacamata yang bertengger manis dihidungnya tampak membuat sosoknya semakin sempurna.

"Kenapa? Apa kau tak ingat apa yang dilakukan adikmu saat terakhir kali kau menampakkan diri. Aku tak mau kau terluka, Joongie."

Jaejoong menegakkan kepalanya, menatap ke depan ke arah televisi yang menyala walau pandangannya sedikit kosong.

"Perasaanku tak tenang Yun. Rasanya ada firasat aneh yang terus menerus menghantui sejak Kibum dan Siwon datang ke club. Bahkan aku tak pernah melihat kehadiran Kibum lagi. Padahal ia biasa datang setidaknya satu kali sebulan bukan?"

Mengelus pelan surai pirang milik Jaejoong, Yunho menjauhkan laptop di pangkuannya. Menggantikannya dengan kepala Jaejoong yang diletakkanya di sana.

"Mungkin mereka sibuk. Kau tahu kalau Kibum juga harus menjaga Kyuhyun bukan?"

"A—aku lupa mengatakan padamu, Yun. Kyuhyun sudah tak ada."

Tangan Yunho yang sedang mengelus kepala Jaejoong terhenti. Ia menatap tak percaya pada wajah Jaejoong yang seakan menahan tangis. Karena bagaimana pun juga Jaejoong menyayangi Kyuhyun seperti ia menyayangi Changmin.

"Kedatangan Kibum waktu itu juga membahas masalah ini. Mereka merasa kalau Kyuhyun bukan bunuh diri melainkan dibunuh seseorang. Dan mereka mencurigai Minnie. Aku takut Yun kalau nanti malah Changmin menjadi obyek salah sangka mereka. Adikku tak akan pernah membunuh orang. Tak akan pernah."

"Aku tahu, Minnie-mu tak akan pernah menyakiti siapa pun." Yunho menyudahi percakapan mereka saat air mata Jaejoong hampir tumpah. Sepertinya ia akan berbicara dengan Siwon saja. Ia juga mengenal namja berlesung pipi itu.

"Besok kita lihat, Minnie?"

"Baiklah, sekarang istirahatlah. Kau terlihat makin kurus akhir-akhir ini, Sayang."

Yunho menggendong Jaejoong ke kamar mereka. Tersenyum kecil saat Jaejoong memeluk erat lehernya. Kadang kala ia sedikit cemburu pada adik kecil Jaejoong yang mengambil terlalu banyak dunia kekasihnya. Bahkan Jaejoong selalu melihat keadaan Changmin dari jauh. Dan bila Jaejoong merasakan firasat buruk itu mungkin bukan tak mungkin terjadi. Karena firasat Jaejoong pada Changmin selalu tepat.

.

.

.

"Shit! Sebenarnya apa yang terjadi?" Siwon meremas lembaran kertas di tangannya. Kepalanya hampir pecah memikirkan omong kosong di benaknya. Semua yang diseledikinya seorang diri hanya menemui jalan buntu.

Kepolisian menutup kasus Kyuhyun karena tak ditemukan bukti apa pun sedangkan kasus kekasihnya masih berjalan namun tak menghasilkan apa pun dengan alasan yang sama. Tak ada bukti tak ada saksi bahkan hipotesis Siwon hanya membuat ia dianggap membual.

Korea, Maret 2011

Akhirnya kami menemukan pria brengsek itu. Rasanya ingin memotong kepalanya dan memasukkan ke dalam blender. Sepertinya ia tak sadar kalau tengah diamati. Nii-san bilang aku harus mendekatinya perlahan lagi pula aku bisa sambil mencari 'dia' disini bukan.

Korea, Juni 2011

Kami tak terkejut saat tahu kalau pria brengsek itu ditinggalkan istrinya. Itu sesuatu yang pantas. Kau bahkan meninggalkan yeoja bodoh itu di Jepang sendirian bahkan mengirimnya ke tempat paling laknat.

Korea, Desember 2011

Aku menemukannya, dia ada di sini. Aku memeluk nii-san erat saat tahu kalau orang yang lama kutemukan ada di sini. Aku pasti mendatanginya nanti, Nii-san tak boleh tahu nanti ia malah menyukai calon suamiku. Karena kami selalu menyukai hal yang sama sejak di dalam kandungan. Tapi dia hanya milikku.

Korea, April 2012

Bohong, dia bohong. Nii-san hanya satu. Kenapa dia mengaku menjadi nii-sanku. Kenapa! Aku benci dia. Dia pembohong aku tidak sendirian aku bersama nii-sanku. Dia bohong.

Siwon mengerutkan dahinya menyadari ada yang aneh di dalam jurnal ini. Terlebih ada halaman yang dicoret-coret dengan parah seakan mengisyaratkan kalau pemilik jurnal ini membencinya.

Satu yang ditangkap oleh Siwon ada yang tak benar dengan pemilik jurnal ini. Bila Siwon bisa membaca semua ini jurnal ini berurutan ia pasti bisa sedikit mengerti. Bila ia tak bisa membuat Shim Changmin berbicara, satu-satunya cara adalah bertemu dengan Jaejoong. Ia tak mau ada lagi korban di tangan pembunuh itu.

Siwon menutupi jurnal lusuh itu dan beranjak pergi, tak menyadari kalau bahkan bayang malaikat kematian berdiri di belakangnya. Menunggu kapan waktu yang tepat menulis namanya di buku kematian.

.

.

.

"Hentikan. Bukankah Changmin sekarang ada disisimu. Untuk apa lagi kau harus mengotori tanganmu lagi."

"Berisik! Ini salahmu menjatuhkan jurnalku sampai didapatkan namja brengsek itu dan sekarang berada di tangan namja sok tahu itu. Bahkan mengambilnya kembali tak bisa sampai aku yang harus turun tangan sendiri."

Grep.

Namja berambut hitam itu memeluk sang namja berambut blonde, ia memeluknya erat walau sang blonde memberontak keras.

"Aku tahu salah karena meninggalkanmu bahkan tak mencarimu. Haruskah kau menghukumku seperti ini, Kris."

Duk

Mendorong tubuh sang namja berambut hitam, Kris menyalang marah padanya.

"Ini salahmu! Salah pria brengsek itu! Salah yeoja bodoh itu! Jadi kenapa aku tak bisa mengambil milikku sendiri?"

"Tapi tidak dengan cara begini."

"Berisik YiFan! Kau sudah berjanji dan sekali lagi kau menghalangiku pelacur kecilmu yang menjadi target berikutnya."

Kris meninggalkan YiFan yang masih tak bisa mengatakan apa-apa. Selama satu jam mereka berada di dekat apartemen milik Siwon. Mengawasi namja itu membuka celah kosong dan mengambil jurnal milik YiFan. Jurnal mengerikan yang berisi kisah sang namja.

"Seandainya dulu aku lebih cepat mencarimu. Apa semua akan berbeda, Kris?" YiFan tak tahu sejak kapan ia berubah. Ia bisa menampilkan wajah dingin dan datarnya pada semua orang. Tapi bila sudah berhadapan dengan namja yang berbagi jiwa dengannya sejak di dalam kandungan semua seakan menjadi berbeda.

"Kau bisa berwajah manis di depan dia. Kenapa kau tak bisa membuat hatimu sama seperti saat bersama dia, Kris?"

.

.

.

"I—ini."

Jaejoong sedikit tak percaya melihat foto yang disodorkan Siwon padanya. Walau buram, tak mungkin Jaejoong salah mengenali orang. Tak mungkin ia tak mengenali appa kandungnya sendiri. Walau ia sedikit asing dengan wajah sang yeoja walau sedikit familiar juga.

"Kau mengenalnya, Joongie?" tanya Yunho khawatir melihat raut pucat kekasihnya.

"Ini appaku Yun. Tapi aku tak mengenal yeoja ini."

"Sepertinya ini ibu dari dua anak kembar mereka yang menulis jurnal ini. Melihat latar belakangnya ini di Jepang, Hyung."

Jepang? Jaejoong tak bisa mengingat apa pun yang ia tahu memang dulu ayahnya sering bepergian keluar negeri entah berapa lama. Bahkan sejak ia kecil ia jarang bertemu ayahnya. Hanya ibunya yang berada di rumah. Mungkinkah sejak saat itu rumah tangga orang tuanya sudah retak namun mereka berhasil menutupi bertahun-tahun. Dan Jaejoong juga pernah mendengar kata perselingkuhan saat ia mencuri dengar orang tuanya yang sedang bertengkar.

"Maksudmu, appaku memiliki istri lain dan mereka memiliki dua anak?"

"Aku tak tahu sejauh itu. Hanya saja kemungkinannya besar dan kita tak tahu apa yang terjadi pada ketiganya. Tapi melihat jurnal ini aku bisa memastikan kalau yeoja ini tak bersama anak kembar mereka."

Kepala Jaejoong ikut berdenyut sakit mendengarnya. Ia mengkhawatirkan Changmin saat ini. Ia tak bisa menghubungi siapa pun untuk mencarinya bahkan apartemen Changmin kosong dan tak tahu ada dimana adiknya itu. Firasatnya bertambah buruk.

"Satu lagi, apa kau kenal dia?" Siwon menyerahkan ponselnya dimana ada foto seorang namja berusia sekitar 17-18 tahunan berambut blonde dengan wajah datar.

"Dia—"

"Kau mengenalnya? Namja ini bernama Kris dan ia tinggal bersama Changmin saat ini."

Jaejoong menggeleng walau ia rasanya pernah bertemu dengan namja ini. Tapi bukan dalam wujud sebesar ini. Rasanya dulu—Jaejoong menutup mulutnya sendiri saat ia ingat dimana bertemu dengan namja ini.

"Yun … Yun … aku ingat siapa Kris."

Yunho menenangkan tubuh Jaejoong yang bergetar seakan memori yang akan dikatakannya adalah sebuah hal yang menakutkan untuknya.

"Dia … dulu saat aku berumur sepuluh tahun dan Changmin masuk rumah sakit aku bertemu dengan seorang anak berambut pirang yang tak terawat dengan wajah datar dan dingin. Namun saat kuajak bertemu Changmin ia kelihatan sangat senang dan aku—" Jaejoong menghentikan kalimatnya, "aku memintanya untuk menjaga Changmin seumur hidupnya kala ia besar dan menjanjikan ia menjadi 'pengantin' Changmin bila ia menjadi anak baik."

Siwon dan Yunho terlihat tak percaya saat sebuah benang merah dari semua ini mulai terlihat dan akan mengambang ke luar secepat ini. Namun mereka juga tak menyadari kalau sesuatu ini akan membunuh mereka sendiri.

"Tepatnya saat kami berlibur ke Jepang di liburan sekolah. Appa mengajak kami kesana tanpa umma. Meninggalkan kami di hotel dan ia pergi entah kemana. Changmin merasa bosan dan mengajakku melarikan diri namun kami tak melihat mobil yang melaju kencang hingga Changmin tertabrak mobil kakinya patah dan dilarikan ke sebuah rumah sakit di samping sebuah rumah sakit jiwa Yun. Dan di sana kami bertemu dengan anak berusia sekitar 5-6 tahun menatap Changmin".

"Kau tak salah Sayang? Korea Jepang bukan jarak yang dekat untuk seseorang anak terlebih tanpa uang."

"Tidak. Bila kita konklusikan semuanya. Tujuan mereka ke Korea bukan mencari Changmin. Mendengar ceritamu hyung, mereka mencari ayahmu."

"Dari mana kau tahu Siwon?"

Siwon menunjukkan baris kalimat yang berhasil dibacanya. Membuat YunJae terkejut tak menyangka.

"Yeoja ini." Jaejoong memperhatikan lebih lekat foto yang berumur tahunan itu. Rasanya ia pernah melihat potret yang sama.

"Nanti kukabarkan Siwon. Bolehkah aku menyimpan foto ini ada yang sedikit mengganggaku."

"Baiklah. Kalau ada yang kau ketahui tolong hubungi aku." Siwon berdiri memasukkan jurnal tersebut ke dalam tasnya. Ia berbalik pamit dari club Jaejoong.

"Siwon tunggu, Kibum kemana? Apa dia sedang sibuk sampai tak bisa kemari?" tanya Jaejoong menahan langkah Siwon yang kemudian memandangnya sendu.

"Kibum sudah pergi. Tepat tiga hari setelah pemakaman Kyuhyun. Dibunuh seseorang—mungkin."

Jaejoong menutup mulutnya tak percaya. Apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Kenapa orang-orang terdekatnya mulai pergi satu persatu.

"Jadi berhati-hatilah. Kita masih tak tahu semua ini. Permisi."

"Kau juga Siwon, berhati-hatilah," ujar Yunho membawa Jaejoong ke kamar atas. Namja cantiknya itu masih tak berhenti menangis.

"Joongie jangan menangis lagi. Kita akan mencari Changmin secepatnya," ujar Yunho menenangkan Jaejoong. Ia tahu apa yang dipikirkan kekasihnya saat ini. Disaat terjadi peristiwa aneh seperti ini Changmin malah menghilang. Ia tak bisa menemukan dimana adik Jaejoong itu bahkan dikampusnya.

"Bagaiamana kalau dia membunuh Changmin juga, Yun?"

"Tidak. Changmin pasti baik-baik saja. Kita juga tak bisa menyimpulkan apa pun. Lagi pula belum tentu anak di dalam jurnal itu sama dengan anak yang berada di ceritamu. Seseorang bisa berubah seiring waktu. Jadi hapus air matamu."

Jaejoong mengangguk, membenarkan hatinya sendiri mencoba meredakan kekhawatirannya. Semoga Kris, anak itu juga pemilik jurnal bukanlah orang yang sama. Dan Changmin tak terikat dengan peristiwa kematian Kibum maupun Kyuhyun.

"Yun …"

"Kenapa?"

"Yeoja ini … aku pernah melihatnya saat itu appa sedang berbicara tentang rumah sakit jiwa—" Manik Jaejoong melebar mengingat apa yang dibicarakan appanya kala itu.

"Apa kau sudah meninggalkannya di sana? Bagus … yeoja bodoh itu lebih cocok berada di tempat itu. Rumah sakit jiwa sesuai dengan otaknya yang sudah tak waras. Memintaku bertanggung jawab? Jangan harap."

'Jangan-jangan—'

"Yun … mungkinkah kalau yeoja ini selingkuhan appa dan ia dibuang di rumah sakit jiwa? Aku melihat foto yang diremas appa di tong sampah. Foto yeoja ini sama."

"Hey, tenanglah Jae."

Jaejoong menggeleng, kepalanya mulai sakit. Alasan sebenarnya ia keluar dari rumah bukan karena hubunganya dengan Yunho melainkan karean ia mengetahui sesuatu yang disembunyikan appanya sejak lama. Dan ia bungkam hanya tak ingin menyakiti ummanya terlebih menghancurkan harapan Changmin. Mengubur rahasia itu dan sekarang otaknya kembali harus mengingatnya.

"Ti—tidak Yun itu benar. Yeoja ini hamil dan appa tak mau bertanggung jawab—"

"Tenanglah Jae!" Yunho terpaksa berteriak saat Jaejoong mulai meremas kepalanya sendiri. Keadaan yang sama saat Jaejoong tiba-tiba muncul di depan apartemennya di tengah malam beberapa tahun silam.

"Jadi Kris adalah—"

"Bukan Jae … bukan. Demi Tuhan kita bahkan tak tahu apa yang terjadi."

"Tidak."

"Jae."

"Dan aku tak tahu kalau dia adalah anak dari SELINGKUHAN APPA YANG DILAHIRKAN DI RUMAH SAKIT JIWA YUN. TAPI WAJAH YEOJA ITU MIRIP KRIS YUN. MIRIP."

"SHIM JAEJOONG! Hentikan semua ini!"

Grep

Yunho memeluk tubuh Jaejoong erat, ia tak mau melihat Jaejoong seperti saat itu lagi. Hati anak mana yang tak hancur saat ia bersusah payah menyembunyikan keburukan appanya dan menguburnya hingga dewasa malah berbalik dituduh sesuatu yang tak dilakukannya.

"Kumohon tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Tenanglah."

"Bagaimana ini Yun. Bagaiaman kalau Kris menuntut balas dan ia menyakiti Changmin. Bagaimana ka—ummhnpp—"

Yunho terpaksa membungkam mulut Jaejoong dengan ciumannya, saat bibir kekasihnya menggumam yang tidak-tidak. Jaejoong benar-benar terlalu menyayangi Changmin. Brother complex parah.

"Yun—" Tubuh Jaejoong lunglai di pelukan Yunho. Menutup matanya yang teramat lelah. Ingatan yang ingin di kuburkanya terpaksa dibukanya. Ingatan yang selama ini disimpannya. Membuat Jaejoong lelah. Sangat lelah.

"Tidurlah. Aku akan menjagamu. Dan akan kupastikan Changmin akan baik-baik saja."

Mengangguk, Jaejoong membiarkan Yunho membawanya ke kamar mereka. Hari ini sepertinya club akan tutup sementara sampai Jaejoong menemukan Changmin.

'Kuharap ini bukan seperti yang kupikirkan.'

.

TBC

.

A/N:

Gimana? Tambah bingung? Mizu udah buka satu-satu tuh … Tapi malah Changminnya yang menghilang fufufu …

Special Thanks:

Kim Jaerin yjs| hyona21| Re kangen si kcl| guest| askasufa| guest| jisaid| bluefire0805| manize83| frea chan exotic shipper| MimiJJW| Yamanaka Aya| M.F|Augesteca| theAKTF| pandaMYP| karuru-chan| LYS ARR| adilia taruni

Chat Room:

Kris Pyscho? Simpulin sendiri dari isi jurnal di atas ya #smirk| mau dibunuhi satu-satu? Fufufu belum tahu sih, mau dimatiin semua gak?| Tao ke Korea ma siapa? Di atas udah tahu ya| siapa yang gila di sini? Ini udah dibuka ya, cerita lengkapnya di chapter selanjutnya xDD| Yang bunuh semua Kris? Udah dijawab di atas ya, Kris emang ketahuan anak appa Cangmin tapi YiFan gak soalnya mereka Cuma tahu Kris bukan YiFan| ceritanya makin mbulet? Yup … disini emang rada ngelingker-ngelingker ceritanya| Lucifer itu Kris? Lucifer itu Cuma pengandaian ya, genre ff ini kan Family Tragedy sama kek judulnya xDD| Banyak yang salah sangka siapa yang nc-can ya, hehehe mian ne kalau mau main tebak-tebak ama Mizu jangan Cuma main dengan prasangka. Kadang yang kemungkinannya tipis bisa jadi benar. Otak Mizu rada random sih fufufu …

Mian buat updatean ini yang rada lambat banget. Moodnya gak ketemu sih malah keasyikan maen sama MiFan -_-. Mizu update marathon hari ini ampe besok. Mau ff apa yang diupdate?

Mungkin banyak yang agak susah akses ffn terutama yang pakai speddy dan telkom karena FFN masuk web yang kena blokir di indo sekarang. Apa gegara banyak ff maturenya ya o.o. Kalau kartu Mizu ntar kena juga positif Mizu pindah ke wp =_=

No spoiler buat chapter depan yah fufufu kalau penasaran wait for next chapter ok^^

_Thanks for Reading_