The Tale of Naruto
Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto.
Rate: T
Pair: Belum tentu.
Summary: Dilanda kesedihan dan kekecewaan pada Konoha, Naruto pergi meninggalkan Konoha dengan tekad akan kembali untuk balas dendam ketika sudah memiliki kekuatan yang cukup. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan keluarga barunya. Yaitu... tiga anggota Akatsuki?
Warning: OOC, AR, Typo(s), OC, Semi-Evil Naruto.
...
Chapter 1: Sadness.
...
Naruto Point of View.
"Kemari kau bocah sialan!"
"Dasar monster!"
"Kau yang membunuh orang tuaku! Sini kuberi kau pembalasan!"
Ya, begitulah makan sehari-hariku. Caci-maki penduduk desa. Aku sendiri tidak tahu apa salahku. Dikejar, dicaci maki, bahkan ada yang pernah melempar kunai ke kakiku ini. Haha, itu sudah biasa. Yang benar saja.. Aku ini anak kecil berumur 6 tahun! Beda dengan anak kecil seumuranku yang lain, aku tida pernah diberi kasih sayang. Teman? Tidak punya. Aktivitas seharianku hanya berlari dari siksaan penduduk desa. Keluargaku? Haha... Ayahku, Minato Namikaze malah menuduhku aku membunuh Kaa-san. Yang rela melindungiku hanya kakakku, Arata Uzumaki. Uzumaki? Ya, karena aku selalu disiksa oleh penduduk desa, kakakku yang dulunya mempunyai marga "Namikaze" rela berganti marga menjadi marga "Uzumaki" sepertiku utnuk menjagaku. Awalnya, Tou-san.. Eh, mungkin aku sebut Yondaime Hokage saja, toh, Tou- eh, Yondaime Hokage tidak menggapku sebagai anaknya. Awalnya Yondaime Hokage menentang keras keputusan Arata nii-san untuk mengganti marganya. Tapi setelah dapat persutujuan dari Sandaime Hokage, atau Jii-san, akhirnya Arata-nii bermarga Uzumaki dan sekarang tinggal bersamaku untuk melindungiku dari penduduk-penduduk itu. Ya walaupun tidak mempunyai teman.. Aku mempunyai orang yang kusayangi. Pertama, Arata nii-san. Kedua, Hokage jii-san. Tentu yang kumaksud Jii-san adalah Sandaime Hokage.
Hari yang melelahkan.
Hari ini aku dikejar oleh sekitar 20 penduduk. 5% dari mereka adalah Chuunin dan Genin. Kau tahu apa hasilnya? Wajahku bonyok dan kakiku berdarah tertusuk 2 Shuriken.
"A-aw.." Aku meringis kesakitan ketika Arata-nii sedang mengobati kakiku. Mulai sekarang, Arata-nii sudah mulai sibuk.. jadi, ia tidak bisa menjagaku seperti yang dulu.. Aku sedih.
"Naruto.. Jangan teriak kesakitan mulu.." Ucap Arata-nii sambil memerban kakiku. Arata-nii sebenarnya adalah orang yang dingin. Sangat dingin. Bahkan pada Tou- eh, Yondaime Hokage, ayahnya, ia sangat dingin. Hanya padaku lah Arata-nii bersikap hangat. Arata-nii mempunyai rambut merah pendek –seperti Sasori—Wajahnya Arata-nii bisa dibilang tampan dan cool.
"Naruto, kau dikejar penduduk lagi? Kenapa lukanya sangat parah? Kau diapain sama mereka?" Tanya Arata-nii padaku selagi mengobati kakiku.
"Ta, tadi yang mengejarku juga ninja.. ia melempari Shuriken ke kakiku hingga aku terjatuh. Setelah aku terjatuh, aku dikeroyok oleh mereka..." Ucapku sedih.
"Hah?! Shuriken?! Itukan berbahaya! Nanti aku laporkan Tou-san!" Seru Arata-nii khawatir padaku. Hm.. Jadi ini ya rasanya bila ada seseorang yang mengkhawatirkan kita..
"Ti, tidak usah.. Lagipula Tou-san kan tidak peduli padaku. Bahkan ia sendiri tidak menganggap bahwa aku adalah anaknya." Tanpa sadar, air mata sudah menghujani pipiku. Ya sakit.. Sakit sekali bukan jika ayahmu sendiri berkata bahwa kau adalah pembunuh dan bahkan tidak sama sekali mengakuimu sebagai anaknya. Itulah yang kurasakan saat ini.
"Tou-san keterlaluan sih!" Arata-nii sudah emosi sepertinya..
"Gapapa kok nii-san.. Lagipula kan ada Arata-nii yang ngejaga aku!" Ucapku sambil memberikan senyuman khasku pada Arata-nii. Arata-nii hanya membalas senyumku.
"Ohya, Naruto, mulai tahun depan, kau akan masuk akademi ninja!" Seru Arata-nii padaku dengan senyuman khasnya. Aku tentunya terkejut. Lihat saja, mulai tahun depan, aku akan belajar menjadi ninja! Aku akan membalas semua orang yang pernah menindasku! Aku akan menjadi ninja yang hebat seperti Arata-nii! Itulah impianku dari sekarang.
"Baguslah!" Jawabku dengan penuh kebahagiaan pada Arata-nii. Sangking bahagianya, akupun tanpa sadar memeluk Arata-nii. Arata-nii pun langsung membalas pelukanku dengan senyuman di wajahnya.
"Arata-nii tidak pulang? Nanti dicari sama Tou-san lho.." Tanyaku pada Arata-nii. Ya, aku dan Yondaime Hokage pisah rumah. Dia rela membelikan sebuah apartemen untukku agar aku bisa 'jauh-jauh' darinya.
"Tidak. Aku malas sama Tou-san." Jawab Arata-nii singkat sambil merebahkan badannya di sofa.
"Tapikan Tou-san sayang banget sama Arata-nii.. Kasian Tou-san ntar khawatir Arata-nii gak pulang.."
"Ya, tapi dia tidak sayang padamu." Balas Arata-nii, sontak membuatku kaget. "Kalau Tou-san tidak menyayangimu, aku juga tidak akan menyayangi Tou-san." Lanjutnya. Tanpa sadar ada sebuah senyuman di wajahku. Aku mempunayi orang yang tulus menyayangiku!
"Yasudah.. Em, Arata-nii tidur di kasur saja. Biar aku yang tidur di sofa..Arata-nii capek kan abis ngejalanin misi seharian?" Tanyaku pada Arata-nii. Aku sengaja menawarkannya tidur di kasurku. Tidak apa-apa aku sakit, asalkan orang yang menyayangiku tidak apa-apa.
"Tidak usah. Kau saja yang tidur di kamarmu, Naruto. Lukamu itu kan parah." Jawabnya dengan mata yang sudah tertutup pertanda ia berusaha tidur.
"Ta-tapii.."
"Kamu sudah berani membantah kakakmu?" Belum selesai berbicara, omonganku sudah disela oleh Arata-nii. Aku memajukan diriku pertanda sedang marah. Huh, baiklah aku akan nurut sama Arata-nii. Akupun pergi ke kamarku dan langsung menjatuhkan diriku ke kasur. Aku menarik selimutku dan kemudian memejamkan mataku. Hanya memejamkan, tetapi tidak tidur. Samar-samar, aku mendengar suaar langkah kaki menuju kamarku, sepertinya adalah Arata-nii.
"Cup." Arata-nii mencium keningku. "Oyasumi, Naruto." Gumamnya. Akupun tersenyum. Tanpa basa-basi, aku segera tidur.
Keesokan Harinya..
"HOAAMM.." Aku menguap.. Tidurku tadi malam sangat lelap.
"Ohayou Naruto." Ucap Arata-nii dari arah dapur.
"Ohayou Arata-nii!" Jawabku dengan semangat.
Akupun berlari ke arah dapur. Aku melihat Arata-nii memasak. Memasak? Setahuku Arata-nii tidak bisa memasak. "Arata-nii bisa masak?" Tanyaku dengan wajah heran.
"E, eh? Bi-bisa kok!" Jawabnya dengan cengiran yang mengisyaratkan aku-sebenarnya-tidak-bisa. "Waa gosong!" Arata-nii langsung saja mematikan kompor. Yap... Arata-nii sama sekali gak bisa masak.
Normal Point of View
"DUBRAK"
Pintu apartmen Naruto didobrak oleh seseorang.
"Arata!" Teriak seseorang berambut kuning jabrik dan memakai jubah bertuliskan 'Yondaime Hokage' "Arata! Bodohnya kau! Ngapain kau mesti nginap seharian di rumah monster ini hah?!" Bentak Minato kepada Arata.
Arata terdiam dan menunjukan muka kesal. "Memangnya kenapa hah kalau aku menginap di rumah adikku sendiri?!" Arata balas membentak Minato.
"Dia bukan adikmu! Dia monster yang sudah membunuh ibumuu bodoh!"
"Tetap saja dia adikku!"
"Err kau! Jangan membantah ayahmu sendiri!"
"Jangan anggap aku adalah anakmu!"
"KAU!" Minato berlari ke Arata dan kemudian memukul Arata sangat keras sehingga membuat Arata terjatuh.
"Arata-nii!" Teriak Naruto sambil berlari ke arah Arata.
"Kau! Jangan dekat-dekat dengan Arata!" Bentak Minato kepada Naruto dan kemudian menendang perut Naruto dengan sangat keras. Tanpa rasa kasihan. Narutopun terlempar dan menabrak dinding sampe dinding itu retak.
"Grr.. Teganya kau! Ayah macam apa yang tega menyakiti anaknya sendiri hah?!" Arata kembali membentak Minato sambil menyeka darah yang keluar di mulutnya.
"Dia itu monster yang sudah membunuh ibumu, Arata! Ingat itu!"
"Grr.." Arata menggeram kesal.
"Ikut aku!" Minato menarik tangan Arata. Arata menepisnya.
"Mulai sekarang, jangan anggap aku anakmu!" Teriak Arata sambil berlari keluar dengan air mata berlinang.
"Dan, kau! Apa yang kau lakukan untuk menghasut Arata, hah?!" Bentak Minato kepada Naruto yang terduduk lesu karena menerima tendangan yang sangat keras dari Minato. Ia berjalan mendekati Naruto. "Setelah membunuh Kushina, sekarang kau mencoba menghasut kakakmu lalu membunuhnya hah?!" Lanjut Minato dan kemudian ia memukul wajah Naruto.
Naruto hanya diam saja. Menahan rasa sakit. Rasa sakit dari luar.. dan rasa sakit dari dalam..
"Kau!" Minato kembali menonjok wajah Naruto. "Jangan pernah kau menyentuh Arata lagi!" Minato mengeluarkan kunainya dan kemudian menusuk kunainya ke pundak Naruto. "Atau kau akan menerima yang lebih dari itu!" Bentak Minato sambil menusuk kunainya lagi agar menimbulkan luka yang lebih dalam.
Naruto hanya diam dan mengerang kesakitan..
"Mulai sekarang kau jangan pernah ada disini lagi!" Bentak Minato. Iapun kemudian pergi dan mencari Arata.
3 Jam Kemudian, Di Ruangan Rapat Hokage.
"Minato! Kau Sungguh keterlaluan!" Bentak Sandaime Hokage kepada orang disebelahnya, Yondaime Hokage.
"Biar saja! Monster itu tak seharusnya dapat kehidupan yang enak!" Minato balas membentak.
Naruto dan Arata yang sedang 'dibicarakan' di ruangan rapat hanya diam saja. Naruto dilanda kesedihan. Sedangkan Arata dilanda kemarahan kepada ayahnya itu.
"Tetap saja Sandaime benar, Minato-sama. Bagaimana pun juga, Naruto adalah anakmu daging darahmu sendiri." Ucap Shikaku Nara.
"Tapi dia monster yang menghancurkan Konoha 6 tahun yang lalu! Dia tidak pantas ada disini!" Ucap salah satu petinggi dengan nada marah.
"Dia juga manusia. Dia memerlukan kasih sayang juga. Jangan hanya karena Kyuubi yang ada di dalam tubuhnya, kau jadi memperlakukannya seperti hewan." Ucap Inoichi.
Semuanya di ruangan memperdebatkan perilaku warga kepada Naruto.
"CUKUP!" Teriak Naruto dan kemudian ia berlari ke luar ruangan dengan berlinang air mata. Ia lari. Entah kemana ia tak peduli. Ia terus saja berlari.
"Naruto!" Teriak Arata setelah melihat Naruto keluar. Ia mencoba menyusul Naruto.
"Arata! Diam disitu! Kau tidak diperbolehkan menyentuh Naruto!" Bentak Minato pada Arata. Arata hanya menggeram kesal.
"Cih! Kalian semua bilang kalian itu petinggi hah?! Apa ada petinggi yang tega warganya disakiti oleh warganya yang lain?! Dan Minato Namikaze, kau bilang kau Hokage hah?! Mengurus anak saja tidak bisa! Hanya modal kekuatan saja kau bisa menjadi Hokage! Hokage itu bukan soal kuat atau lemah. Hokage itu yang bisa memimpin desanya! Kalian semua hanyalah orang-orang bodoh yang mempunyai pangkat sehingga bisa menjadi petinggi! Aku tak akan memaafkan kalian!" Bentak Arata dan kemudian berlari menyusul Naruto.
"ARATA!" Panggil Minato. Panggilannya sama sekali tidak digubriskan oleh Arata. Ia pun ingin mengejar Arata, tetapi lengannya dipegang oleh Sandaime. "Tetaplah disini Minato!" Bentak Sandaime. Minato hanya menurut sambil menggeram kesal.
.
.
"Hiks.. Kenapa aku.. Hiks.. Kenapa semua membenciku..." Isak Naruto sambil berlari entah kemana. Ia telah berhenti di sebuah danau. Ia pun duduk di tepi danau itu sambil menangis.
Naruto Point of View
Kenapa... Kenapa semua membenciku... Kenapa aku begitu dibenci... Bahkan ayahku sendiri tega menonjok, menendang, bahkan menusukku dengan sebuah kunai.. Argh.. Aku memegangi pundak kiriku. Kurasa luka bekas tusukan tadi memang dalam.. Ditusuk Shuriken 2 kali.. Ditusuk kunai 1 kali.. Haha, kenapa aku tidak mati saja? Hidupku hanya menyusahkan orang lain.. Dibenci. Dihina. Dihajar. Dipermalukan. Itulah hidupku.. Aku hanya membuat hidup Arata-nii menderita karenaku.. Ada apa dengan diriku? Kenapa semua membenciku... Aku... lebih baik aku mati saja daripada hidup begini..
Kulihat danau di depanku. Luas. Dan sepertinya cukup dalam untuk membuat orang mati kelelap. Ya, mungkin inilah saatnya. Daripada hidup seperti ini, lebih baik aku mati saja.
Aku melangkah mendekati danau. Kebetulan, ada sebuah jembatan. Ujung jembata itu tepat di tengah danau. Akupun berjalan mengikuti arah jembatan sambil berlari. Setelah di ujung, aku melompat dan membiarkan diriku tenggelam.. Aku sekarang telah berada di dalam air. Ya, inilah akhir hidup menyedihkanku. Aku tak bisa bernafas.. Aku malah menghirup air. Aku tutup mataku dan membiarkanku tenggelam di danau.
.
.
TES TES
TES
Suara butir air terjatuh membuatku terbangun. Aku dimana? Ini terlihat seperti sebuah lorong bawah tananh yang dipenuhi air..
"Hei bocah!"
"Waa! Suara apa tadi!" Aku tersontak kaget mendengar sebuah suara berat.
"Aku dibelakangmu bocah!"
Kuputar tubuhku, terlihat sebuah penjara besar. Di dalamnya ada sebuah rubah besar. Berekor 9.. "Waa! Siapa kau?! Apa kau shinigami monster yang akan mencabut nyawaku?!" Aku masih tersontak kaget ketika melihat sebuah rubah besar yang dikurung di dalam penjara. Rubah itu tertawa. Apanya yang lucu?
"Dasar bodoh. Aku adalah Kyuubi. Monster yang ada di dalam tubuhmu."
APA?! Kyuubi?! Dia... dia monster yang menghancurkan hidupku!
"Kau.. kau yang membuatku hidup penuh penderitaan! Kau.. kau yang membuat aku menderita! Kau.." Aku menangis karena tiba-tiba mnegingat perlakuan penduduk padaku.
"HAHAHAHAHAHAHA. Ya aku yang membuatmu hidup dalam penderitaan. Apa kau ingin keluar dari hidup penuh penderitaan dan membalas dendam ke semua penduduk?" Tanya Kyuubi padaku. Tentu saja aku mau. Akupun mengangguk pelan.
"Hahaha baiklah. Kemari kesini." Akupun menuruti perintahnya dan berjalan ke arahnya. "Aku akan memberimu seperempat kekuatanku." Lanjutnya. Aku hanya menurutinya. Setelah itu, tiba-tiba saja air di pijikanku warnanya berubah menjadi hitam. "Ini kekuatan kebencian." Kata Kyuubi sambil menyeringai. Air hitam ini tiba-tiba saja menyelimutiku. Aku merasakan kekuatannya. Aku merasakan kebencian.
End of Naruto POV.
Air berwarna hitam itu menyelimuti tubuh Naruto. Menutupi seluruh tubuh Naruto. Setelah beberapa detik, air itu turun. Nampaklah Naruto. Tapi beda, mata biru yang menandakan kesedihan kini terganti oleh mata onyx yang menandakan kebencian (Seperti mata onyx-nya Sasuke). Ia kini sedang menyeringai. Merasakan sebuah kekuatan, ya walaupun ini hanya sekedar kekuatan untuk melindungi diri.
"Bocah, apa kau benci penduduk-penduduk sialan itu?" Tanya Kyuubi dengan sebuah seringai.
"Ya." Jawab Naruto disertai seringai.
"Apa kau ingin menghancurkan Konoha dan orang-orang yang membencimu?"
"Ya."
"Bagus. Sekarang keluar dari danau sialan ini, dan kembali."
"Heh. Seenaknya saja memerintahku." Naruto menyeringai meremehkan. Iapun menutup kembali matanya dan berkonsentrasi ke dunia nyata.
.
.
Naruto membuka matanya. Ia berada di dasar danau, dia menahan napasnya dan mencoba menyelam ke tepi danau. Dengan susah payah, iapun sampai di tepi danau. Ia duduk di sana dengan seringaian penuh kebencian. 'Dalam beberapa tahun, desa ini hanya debu.' Batin Naruto.
"Hei! Lihat itu! Itukan bocah monster!" Terdengar suara anak berumur 13 tahunan dari belakang Naruto. Naruto yang panas mendengar itu menengok kebelakang. Ia melihat tiga orang anak memakai hitai-ate* Konoha. 'Genin.' Batin Naruto. Ia kemudian berdiri untuk menyambut ketiga anak itu. 'Heh. Pemanasan untuk mencoba kekuatan baruku.' Lanjut Naruto dalam Hati. 'Hm, bunuh atau tidak? Bunuh saja.'
"Yo, ada apa?" Ucap Naruto tenang dengan wajah menyiratkan kebencian.
"Lihat ini bocah monster! Kami adalah Genin!" Ucap bocah pertama sambil memamerkan hitai-ate-nya.
"Lalu?" Jawab Naruto dengan wajah tidak peduli.
"Kami akan membunuhmu! Kata Kaa-san, kamuu yang membunuh Tou-san ku!" Ucap bocah kedua dengan emosi.
"Ya. Aku yang membunuh Tou-sanmu. Kau tahu? Tou-sanmu payah sekali. Dia terbunuh oleh anak kecil sepertiku. Cih." Jawab Naruto santai sambil membuang ludah ke arah bocah-bocah itu.
"Sialan kau!" Bocah kedua maju sambil melempar kunai ke arah Naruto. "Rasakan itu!" Ucap Bocah kedua dengan keras.
Naruto hanya menghindar dengan wajah tenang. "Hanya itu kehebatan genin Konoha? Pantas saja Tou-sanmu kalah." Ucap Naruto yang ingin memancing emosi bocah kedua. Dan ya, bocah kedua terpancing.
"Rasakan ini!" Bocah kedua mengambil kunai dengan kertas peledak. Dia melemparkan kunai kertas peledak itu ke arah Naruto.
Naruto hanya menyeringai. Ia menangkap Kunai itu lalu meremas kertas peledak sehingga tidak meledak. "Ah, ayolah. Masa kemampuanmu hanya seperti ini?" Ucap Naruto.
Kedua bocah genin itu menyerang Naruto dengan Taijutsu. Naruto menhindarinya tanpa bergerak dari posisinya. Iapun kemudian menendang bocah pertama hingga mental ke pohon yang jauh dari situ. Bocah kedua yang diejek Naruto daritadi melayangkan pukulan, Naruto menangkap pukulan itu. Lalu memelintirkan tangan dia. Bocah kedua meringis kesakitan. Naruto masih memelintirkan tangan bocah kedua.
"Kau!" Naruto menunjuk ke arah bocah ketiga yang daritadi diam saja karena ketakutan. "Bunuh bocah yang disana dengan kunai atau kupatahkan tangan anak ini." Ucap Naruto dengan nada mengancam. Bocah ketiga hanya diam saja dan berkeringat dingin. "Kau tak memilih keduanya? Baiklah." Ucap Naruto santai. Iapun mematahkan pergelangan tangan bocah kedua. Lalu dia mengambil kunai dari kantong bocah kedua lalu melemparkannya ke arah bocah pertama tepat di kepalanya. Kini kepala bocah pertama sudah tertancap kunai dan mati. Lalu bocah kedua meringis kesakitan sambil memegangi tangannya. Narutopun berjalan ke arah bocah ketiga. Bocah ketiga yang melihat Naruto mendekatinya dengan wajah menyiratkan dendampun hanya ketakutan.
"To-Toshira da-dan Ha-hayate ya-yang menganggumu. A-aku sa-sama sekali ti-tidak me-menganggumu." Ucap bocah ketiga tergagap-gagap. Ia ketakutan.
"Baiklah-baiklah. Hadap kebelakang." Perintah Naruto pada bocah ketiga. Bocah itupun hanya menurut saja. "Berikan shurikenmu." Naruto kembali memerintah. Bocah ketiga hanya menyerahkan Shurikennya. Matanya kini menangis. Naruto yang mendapat Shuriken itu berjalan mundur beberapa langkah. "Hm, 4 meter. Sasarannya kepala saja." Gumam Naruto dan kini bersiap untuk melempar Shuriken.
Naruto melempar Shurikennya dan, "JLEB" Shuriken itu tepat menancap di kepala bocah ketiga. Naruto hanya menyeringai. Bocah kedua yang melihat kedua temannya mati mengenaskan sekarang menangis. Siapa suruh cari gara-gara?
Narutopun berjongkok di samping bocah kedua yang kini masih meringis kesakitan. "Hm, 3 orang genin kalah dengan seorang sampah masyarakat. Begitu kan, hm.. kau Hayate atau Toshira?" Naruto mencoba basa-basi dengan bocah kedua.
"To-tolong jangan bunuh aku.. Aku tak akan menganggumu lagi. Aku minta maaf.." Ucap bocah ketiga itu sambil menangis.
"Yah, yah.. pemuda cengeng yang tadi ingin membunuhku sekarang malah menangis dan minta diselamatkan. Kau ini Shinobi bukan sih?" Ucap Naruto dengan wajah tenang. Bocah kedua masih meringis kesakitan. "Uh, ayolah. Kau ini bukan Shinobi. Hm, kuberi kau dua pilihan. Kau ingin mati atau kedua tangan dan kakimu tak bisa kau gunakan lagi?" Tanya Naruto dengan jengkel. Bocah kedua hanya diam saja sambil menahan tangisnya. "Kau tahu? Sepertinya kau sudah tahu. Setiap hari aku yang mestinya menangis. Disiram dengan minyak, hampir mati terbakar, hampir mati dan sebagainya karena penduduk. Kau akan kubiarkan hidup. Agar kau bisa melihat beberapa tahun kedepan aku...
Akan menghancurkan desa ini."
Narutopun berdiri. Ia berjalan ingin meninggalkan ketiga bocah itu. Atau mungkin, dua mayat dan satu bocah. Tiba-tiba saja dua orang ANBU menghandangnya.
"Uzumaki Naruto. Kau dalam masalah besar." Ucap seorang ANBU bertopeng kucing sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
"Uh, ayolah. Mereka yang memulai." Jawab Naruto malas.
"Tapi kau tidak usah sampai membunuhnya." Ucap ANBU bertopeng anjing.
"Lalu apa? Membiarkan mereka membunuhku? Lagipula, kalau mereka yang membunuhku kalian tidak akan memperingatkan mereka sama seperti kalian memperingatkanku, 'kan? Kakashi Hatake dan Yamato?" Ucap Naruto dengan nada malas. Ia memasukan kedua tangannya ke saku celananya.
"Dari mana kau tahu identitas kami?" Tanya ANBU bertopeng anjing, Kakashi.
"Tentu saja. Rambut perakmu terlihat mencolok, Kakashi. Dan Yamato, kau adalah partner Kakashi. Masalah selesai."
"Apa kau tahu apa hukumanmu dari Hokage-sama?"
"Ya ya... Jika Hokage ketiga yang memberi hukuman, maka aku hanya akan diperingatkan. Tapi jika Hokage keempat yang memberiku hukuman, hukumanku jauh 10 kali lebih berat daripada hukuman yang seharusnya."
"Baiklah. Kami akan membawamu ke ruangan Hokae-sama." Ucap Kakashi dan langsung mengikat kedua tangan Naruto.
.
.
"Apa?! Membunuh dua orang genin dan satu orang terluka?!" Teriak Yondaime Hokage dengan raut wajah kesal. "Siapa ketiga korban itu Kakashi?!" Tanya Yondaime masih dengan nada membentak.
"Toshira Hatakagi, Hayate Amatsu, dan Yokoma Harui." Jawab Kakashi.
"Sialan kau! Apakah kau menyaksikan bagaimana bocah ini membunuh mereka?!" Tanya Yondaime lagi sambil menunjuk ke arah Naruto.
"Tidak. Kami baru lihat ketika Naruto melempar Shuriken ke anak yang bernama Yokoma." Jawab Kakashi lagi.
"Sialan kau! Apakah kau tidak puas sudah membunuh Kushina ha?!" Minato mengangkat kerah Naruto.
"Ayolah, mereka duluan yang ingin membunuhku." Jawab Naruto singkat dengan muka tenang.
"Kenapa kau tenang saja dan tidak mempunyai rasa bersalah?!" Bentak Minato.
"Lalu kenapa kau tenang saja dan tidak mempunayi rasa bersalah ketika anakmu hampir mati karena keroyokan warga?" Jawab Naruto simpel.
"Grrr.." Minato melempar Naruto. Untung saja Kakashi masih bersedia menangkap Naruto.
"Bagaimana kau membunuh mereka?!" Minato masih membentak Naruto.
"Uh ayolah, aku bahkan bisa membunuhmu dalam sekejap."
"Apa?! Kau berani pada ayahmu sendiri?!" Minato masih membentak.
"Ayahku? Kau sendiri yang bilang bahwa aku bukanlah anakmu." Naruto masih tenang.
"Sialan kau anak kecil!" Minato menendang Naruto. Kini Naruto terpental sampai pintu dan mengeluarkan darah di ujung bibirnya. Naruto meringis kesakitan. Kakashi hanya menatap kasihan pada Naruto. "Kau dihukum penjara seumur hidup!" Bentak Minato.
"Ho, Hokage-sama, saya tahu ia membunuh 3 orang genin, tapi itukan sebagai perlindungan diri. Apakah tidak terlalu berat hukumannya?" Tanya Kakashi. Yamato hanya mengangguk.
"Diam kalian! Kalian kububarkan!" Bentak Minato. Kakashi dan Yamato terpaksa keluar dari ruangan Hokage.
Setelah Kakashi dan Yamato keluar, kini ia menatap tajam pada Naruto. Iapoun menyeringai. "Kubunuh kau Kyuubi." Gumam Minato. Ia pun mendekat. Ke arah Naruto. Naruto hanya diam saja. Minato mengambil kunai. "Ada kata-kata terakhir, monster?" Tanya Minato yang kini tepat ada di hadapan Naruto.
"Persetan kau." Jawab Naruto sambil menyeringai.
"Cih." Minato mengayunkan kunainya ke arah jantung Naruto.
"JLEB"
Kunai itu menancap tepat di atas jantung Naruto. Atau tepatnya di bahu Naruto. "Kau akan mati perlahan-lahan." Ucap Minato santai. "Sana pulang. Besok kau akan dipenjara seumur hidup."
Naruto meringis kesakitan. Ia mencoba mencabut Kunai yang tertancap di bahunya. Tapi tidak bisa karena kunai itu menancap terlalu keras dan tangan Naruto terlalu lemah. Dengan terpaksa, Naruto berjalan ke rumahnya dengan kunai yang menancap di bahunya.
.
.
"Ta, Tadaima..." Ucap Naruto ketika ia membuka kenop pintu rumahnya. Di bahunya masih menancap kunai.
"Na-Naruto?!" Arata yang kaget melihat adiknya berdarah dengan kunai yang tertancap di bahunya pun kaget. Ia langsung berlari ke arah Naruto. Sayangnya, Naruto sudah pingsan.
.
.
"U, uh..." Naruto membuka matanya. "Dimana ini?" Gumamnya pada diri sendiri. Iapun melihat sekeliling. "Di kamarku.." Ia mencoba berdiri. Tapi ada sesuatu yang berat yang menahannya. Ia melihat ke sesuatu itu. Kepala Arata. Arata tertidur dan menjadikan pundak Naruto sebagai bantalnya. 'Arata-nii...' Batin Naruto. Iapun 'menyingkirkan' kepala Arata perlahan. Setelah itu ia berdiri dari kasur. 'Aku harus meninggalkan Konoha..' Batin Naruto. Setelah itu ia mengambil tas ranselnya. "Uh, sudah malam. Waktu yang tepat untuk meninggalkan Konoha.." Gumam Naruto.
'Apakah itu keputusan yang bagus, tuan Kyuubi?' Naruto berusaha berbicara dengan Kyuubi melalui pikiran.
'Kau benci Konoha, kan?' Jawab Kyuubi di pikiran Naruto.
'Tentu. Tapi.. Aku tak rela meninggalkan Arata-nii..'
'Kau akan bertemunya nanti. Coba kutanya, apa tekadmu?'
'Aku.. Ingin menghancurkan Konoha.' Naruto mengepalkan tangannya.
'Untuk apa kau menghancurkan Konoha?'
'Untuk membalas apa yang mereka perbuat padaku.' Kepalan Naruto makin keras.
'Apakah Arata berbuat yang penduduk lakukan padamu?'
'Tidak.'
'Lalu, ketika kau kembali kau akan bertemu Arata, kan?'
'Aku akan menghancurkan Konoha. Dan melindungi Arata-nii.'
'Bagus. Sekarang persiapkan barang-barangmu. Kita pergi dari sini.'
'Ba, baiklah.'
Setelah mengobrol dengan Kyuubi, Naruto mempersiapkan barangnya. Memasukan beberapa kunai untuk memburu. Makanan, dan baju untuk beberapa hari. 'Aku tinggalkan surat untuk arata-nii tidak ya?' Naruto memasang pose berpikir. 'Ah, sudahlah. Aku kasih surat saja.' Narutopun mengambil secarik kertas dan menuliskan surat untuk Arata. 'Untuk Arata-nii, maaf ya aku sudah membebani Aniki. Aku sudah meninggalkan Konoha. Aku tidak ingin membebani Aniki. Lagipula, penduduk dan Tou-san akan senang bila aku meninggalkan Konoha. Aku berencana mengembara. Tinggal pindah-pindah. Aku sudah tidak mau tinggal di Konoha. Hanya menyusahkan orang-orang saja. Sampai sini saja ya obrolan kita. Sampai jumpa, aniki ku tercinta, Arata Uzumaki! Tertanda, Naruto Uzumaki.' Batin Naruto ketika menulis surat untuk kakaknya. Tanpa sadar, air mata mengalir mengenai surat itu. Narutopun meletakan surat itu disamping Arata.
"Na, Naruto.." Gumam Arata ketika tidur. Mengigau..
Naruto hanya tersenyum. Iapun meninggalkan rumahnya.
.
.
Di Gerbang Depan Konohagakure.
"Saatnya.." Gumam Naruto. Ia melangkahkan kaki keluar gerbang Konoha. Ia sekarang sudah berada di luar Konoha. "Lihat saja, akan kubalas kalian!" Ucapnya ketika melihat Konoha untuk yang terakhir kalinya.
To Be Continued.
Author's Note: Duh! Belum selesai fic yang lain, udah bikin fic lagi. Author kebanyakan ide sih #plak kini author tengah menulis 3 cerita dan kalian tahu bahwa itu berat. Lalu ditambah lagi dengan kesibukan author. Chapter 2-nya akan update sekitar 2 atau 3 hari lagi! Update kilat!
Last, Review? Ga terima flame yaa.