Disclaimer : Bleach itu punyanya Pakde saya si Tite Kubo. Saya cuma pinjem nama tokoh yang ga akan mungkin saya ganti lagi ._.
Pairing : IchiRuki all the way :3
Genre : Romance
Rate : M for Save
Warning : Typo, OOC, Gaje dan entah mungkin penyakit semacamnya yang ga bisa menjauh dari saya -_-
KISS SHITE ©_SheWonGirl_
Ketika dua orang manusia berbeda jenis kelamin berduaan didalam sebuah kelas dan mereka melakukan tindakan kriminal – maaf aku mendefinisikan hal ini menjadi sesuatu yang terlihat amat buruk – kalian cukup menyebutnya berciuman dan bodohnya waktu, ini yang bodoh bukan akunya tetapi waktunya. Kenapa aku harus melihat adegan tidak senonoh seperti ini? Aku menyebutnya tidak senonoh tentu saja karena umurku belum genap 18 tahun, uuuggghhh...
Kalian tahu? Jika ciuman itu sedikit lebih biasa dari ini maka aku tidak akan menjadikannya sebuah masalah. Laki-laki berambut rapi tapi sedikit jabrik itu duduk diatas meja, sedang gadisnya berada di depannya, berambut panjang yang diikat ekor kuda, membelakangi dirinya. Walau begitu wajah mereka saling mencari lalu menatap satu sama lain dan memberikan kecupan ringan satu pada yang lainnya. Lalu kecupan itu berubah menjadi ciuman yang menuntut. Laki-laki itu bahkan tidak memberikan ruang bagi gadisnya untuk bernapas tapi sekarang tangannya malah bergerilya di dada gadis itu, memijit lalu meremasnya lembut tanpa melepas ciuman penuh hasrat mereka. Diperlakukan seperti itu, gadis ekor kuda itu sepertinya malah menikmatinya, kentara sekali saat wajah putihnya memerah, bahkan detik selanjutnya dia mendesah dan melepaskan ciumannya dari laki-laki bermata tosca itu.
"Aku yakin kau menikmatinya," ucap laki-laki itu senang, ia menyunggingkan sebuah seringaian. Sedang gadisnya terlihat salah tingkah.
Tidak berhenti disitu saja, mereka malah melanjutkannya. Laki-laki itu menjulurkan lidahnya, menjilati bibir manis gadis berdada besarnya yang berwarna merah muda itu seperti menjilati permen lolipop rasa strawberry, detik selanjutnya gadis itu ganti menjulurkan lidahnya, saling membalas kecupan panas itu dihari yang semakin sore.
"Hoooeeeekkkkkk," ucap gadis mungil bersurai raven pendek itu keras, 'Itu menjijikkan,' pikirnya.
Seketika itu juga dirinya tersadar, dia langsung angkat kaki dari depan pintu kelasnya dan berlarian di koridor sekolah yang sudah terlalu sepi dengan secepat kilat bagai pelari maraton. Laki-laki dan gadisnya itu pasti mendengar suaranya tadi dan tentu saja – kemungkinan – laki-laki itu akan mengejarnya, dia akan menuntut balas pada dirinya karena mengintip kegiatan mereka yang tak sengaja terekam memori otaknya, terlebih lagi dirinya mengeluarkan suara 'hooeeekkk' yang seakan mencemooh perbuatan mereka. Gadis yang berlari itu melihat kebelakang, ingin tahu apakah laki-laki yang memang murid di kelasnya – X 1 – mengejar dirinya atau tidak. Tanpa gadis itu sadari salah satu kakinya tersandung kaki yang lainnya dan menyebabkan dirinya terjatuh saat dia berbelok di pojok koridor. Ia yakin dirinya tadi menabrak seseorang dan mereka terjatuh bersama. Bahkan dirinya berada diatas orang yang ditabraknya, menindih dengan berat tubuh dirinya.
"Urrggghhh..." pekik seseorang bersuara baritone.
'Benar kan aku menabrak seseorang," keluh gadis bersurai raven itu di pikirannya.
Gadis raven itu segera terbangun lalu duduk disamping laki-laki yang baru saja ditabraknya. "Maafkan aku. Apa kau tidak apa-apa?" tanyanya.
"Hahahahahahaha..." laki-laki itu tertawa keras. Tangannya berada di perutnya dan di dahinya.
Gadis raven itu mengerutkan keningnya. Laki-laki yang terbujur dengan tertawaan kerasnya itu aneh, tentu saja aneh, harusnya dia marah karena tertabrak oleh dirinya tapi kenapa dirinya malah tertawa seperti orang gila.
"Kau tidak gila karena tertabrak olehku kan?" tanya gadis raven itu polos.
"Tentu saja tidak," jawab laki-laki bermata amber itu pasti. Kemudian dia terbangun dari rebahannya lalu duduk disamping gadis raven itu.
"Kau tadi mirip sekali dengan little puppy yang kehilangan ibunya," jawab anak laki-laki itu.
"Terserah itu pujian, gurauan atau ejekan aku tidak peduli, yang penting bantu aku," ucap gadis raven itu sedikit panik.
"Memangnya ada apa? Kau melihat hantu?" tanya laki-laki bermata amber itu.
"Tentu saja bukan, bagaimana aku menjelaskannya ya? Tadi aku melihat sepasang siswa berciuman dikelas, aku pikir salah satu dari mereka mengejarku, kau tahu, laki-laki itu menyeramkan jadi sembunyikan aku!" jawab gadis raven, mata amethysnya memohon dengan sangat.
"Kau mendengarnya kan? Derap kaki dari arahku datang tadi?" tanya gadis bersurai raven itu sedikit takut. Tangannya meraih lengan laki-laki itu, menggoyangkannya sedikit kencang.
Laki-laki yang bersandar pada dinding itu masih menyelonjorkan kakinya kemudian berkata, "Kemarilah, duduklah dipangkuanku, aku berjanji dia tidak akan mengetahui kalau kau yang tak sengaja melihat mereka."
Gadis raven itu sedikit ragu tapi ia lakukan juga langkah praktis yang mungkin bisa menyelamatkan hidupnya.
Tak lama setelah gadis raven itu duduk dipangkuan laki-laki bermata amber, sedikit kaget juga si laki-laki mata amber karena gadis raven itu duduk dipangkuannya dengan cara yang tidak biasa. Laki-laki bermata tosca itu sampai dipersimpangan koridor, sejenak ia melihat kearah berlawanan, tapi detik selanjutnya ia melihat laki-laki bermata amber itu mengecup kulit pipi didekat bibir si gadis bersurai raven. Gadis bersurai raven itu hanya bisa menutup mata dan wajahnya begitu memerah.
"Kurosaki senpai, apa yang kalian lakukan disini?" tanya laki-laki bermata tosca.
"Seks tentu saja," jawab laki-laki bermata amber itu ringan.
"Di koridor? Mencoba suasana baru rupanya?" tanya laki-laki bermata tosca itu tak kalah ringan. "Bukankah kau Kuchiki? Kau salah satu 'gadis' senpai rupanya," lanjutnya.
Gadis yang dipanggil Kuchiki itu segera membuka matanya, tapi senpai yang dipanggil Kurosaki itu langsung menarik wajah Kuchiki itu dan menenggelamkan wajah gadis itu di leher bagian kanannya agar tak terlihat oleh laki-laki bermata tosca.
"Cepat pergilah Grimmy, apa kau ingin terus menonton kami?" tanya Kurosaki.
Laki-laki bermata tosca itu mengalihkan pandangannya, "Aku hanya tidak menyangka, tipe wanitamu berubah. Bagaimana dengan dada besar?" tanya laki-laki yang bernama Grimmy itu.
"Aku bisa membuat milik Kuchiki menjadi lebih besar, jadi segeralah pergi dari sini," jawab Kurosaki.
"Baiklah, dasar senpai cerewet," jawab Grimmjow. Lalu dengan segera ia melangkah pergi dari situ.
"Tentu saja aku cerewet karena kau menggangguku, baka," jawab Kurosaki lantang.
Setelah Kuchiki merasa teman sekelasnya – Grimmjow Jaegerjaquez – pergi dari tempat mereka, dirinya langsung melepaskan tubuhnya yang sempat dipeluk oleh Kurosaki dan langsung memundurkan tubuhnya cepat. Ia berdiri kaku sambil memegangi kemeja bagian bawah lehernya dengan wajah yang masih memerah.Gadis itu menunduk dan berkata, "Terima kasih, eemmmhh... maaf aku tidak mengenalimu sebagai senpai ku, dan juga soal membuat 'milikku' menjadi lebih besar tidak perlu senpai lakukan," ucapnya.
Gadis itu segera mengambil tas sekolahnya dengan cepat kemudian menunduk memberi salam, "Permisi senpai, aku duluan," ucapnya. Kemudian gadis Kuchiki itu segera berbalik, berjalan cepat dan barulah dia berlari menghilang di anak tangga.
Pemuda Kurosaki itu hanya tersenyum simpul, "Untuk ukuran gadis semungil dia, larinya cepat juga," ucapnya. Dia masih menatap kearah hilangnya si Kuchiki barulah ia berdiri. Saat membersihkan celananya, secara tak sengaja dirinya menemukan handphone milik Kuchiki. Ia menyeringai nakal, "Kesempatan," celetuknya senang.
KISS SHITE ©_SheWonGirl_
Malamnya si gadis Kuchiki itu baru menyadari jika handphone Do Co Mo nya tidak berada di dalam tasnya lagi. Dia kebingungan, mengobrak-abrik isi tasnya. Mengetahui kenyataan bahwa didalam tas itu ia tidak menemukan handphonenya, dengan segera gadis itu langsung berlari keluar dari kamarnya dan menuju ruang tamu.
"Rukia, kenapa kau berlarian seperti itu?" tanya kakak perempuannya. Ia sedang duduk sendirian di ruang tamu sambil memegangi koran dan secangkir teh yang terdapat didepannya.
"Sepertinya aku menjatuhkan handphone-ku nee-chan," jawab gadis yang dipanggil Rukia itu.
"Coba saja kau hubungi nomormu, siapa tahu ada yang menemukannya," jawab kakaknya.
"Enhhh.. nee-chan," Jawab Rukia, ia mengangguk setuju, "Aku akan mencobanya," lanjutnya. Ia lalu menuju meja kecil diruang tamu yang diatasnya terdapat telepon rumah. Rukia memencet tuts-tuts angka nomornya. Tak lama kemudian, handphone miliknya diangkat.
"Sumimasen. Selamat malam, sekarang aku sedang berbicara dengan siapa?" tanya Rukia.
"Aku yang menolongmu tadi sore, kau lupa?" tanya suara diseberang sana.
"Kurosaki senpai?" tanya Rukia memastikan
"Memangnya siapa lagi? Aku akan ke kelasmu besok," jawab Kurosaki.
"Ke kelasku? Memangnya kenapa senpai?" tanya Rukia gugup.
"Memangnya kau tidak ingin aku mengembalikan handphone-mu?" tanyanya.
"Oh, ah baiklah," jawab Rukia.
"Kau takut padaku?" tanya Kurosaki to the point, "Atau kau ingin aku menitipkannya pada Grimmy? Dia tetangga depan rumahku," lanjutnya.
Rukia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia sedikit bingung. "Jika tidak merepotkan senpai, bisakah senpai titipkan pada Grimmjow?" tanya Rukia.
"Tentu saja tidak. Tutuplah teleponmu dan belajarlah," jawab Kurosaki, "Dan juga, panggil saja aku dengan Ichigo," lanjutnya.
"Strawberry?" tanya Rukia memastikan.
"Bukan strawberry tapi Ichigo," jelasnya lagi.
"Oh, maaf. Baiklah senpai, selamat malam dan terima kasih," jawab Rukia lagi.
Sambungan telepon itu tertutup ketika mematikan telepon rumahnya terlebih dahulu. Ia sedikit merasa lega mengetahui Kurosaki senpai lah yang menemukan handphonenya, ya walaupun baru hari ini dia mengenalnya dan meenrima bantuan darinya, tapi itu lebih dari cukup.
"Jadi namanya Kurosaki Ichigo? Tapi kenapa Grimmjow menyebutku salah satu gadis dari senpai?" tanyanya pada dirinya sendiri. Tak menunggu waktu lebih lama lagi Rukia menuju kamarnya dan sebelumnya dia sudah memberi tahu kakaknya jika handphonenya sudah ketemu.
KISS SHITE ©_SheWonGirl_
Pagi itu sekolah sudah ramai, kelas Rukia juga sudah ramai. Sedikit takut Rukia memasuki kelasnya. Tapi tepat sebelum Rukia membuka pintu kelasnya, Grimmjow sudah ada didepannya.
"Dapat titipan dari si strawberry," ucap Grimmjow, ia mengulurkan hp ditangannya pada Rukia.
Rukia segera menerimanya dan mengucapkan terima kasih, Grimmjow hanya mengangguk dan berucap, "Jangan kau pikirkan," ucapnya lalu dia masuk ke dalam kelas.
Rukia juga mengekornya masuk ke dalam kelas, baru kemudian Rukia menuju bangkunya. Belum juga pantatnya ia dudukkan, Rukia sudah dihadang pertanyaan oleh beberapa temannya.
"Ada apa Grimmjow mencarimu?" tanya si sexy Rangiku.
"Kau tidak membuat masalah dengan laki-laki menakutkan itu kan?" tanya si gadis imut, Riruka.
Rukia duduk, meletakkan tasnya kemudian membuka hp flip ungunya, "Tidak, dia hanya mengembalikan hp ku yang kemarin berada di tangan Kurosaki senpai," jawab Rukia.
Rukia mengaktifkan tombol hpnya tapi temannya menyela lagi, "Hah? Kau kenapa bisa berurusan dengan playboy itu? Kau tidak diapa-apakan oleh dirinya kan?" tanya Rangiku.
Rukia sedikit tertarik, dia tak berkonsentrasi pada hpnya, lalu, saat ia hampir angkat bicara, Riruka menyelanya, "Atau jangan-jangan kau sudah jadi sex friend nya?" ucapnya.
"Jangan bercanda," pekik Rukia. Beberapa teman sekelasnya menatapnya aneh. Karena kesal dia memencet cepat untuk mengaktifkan papan tombol hpnya, tapi yang terjadi malah ia diminta memasukkan kata sandi, Whut da hell, kemarin hp nya masih baik-baik saja. 'Jangan-jangan aku dikerjai,' pikir Rukia.
"Kalian tahu dia di kelas berapa?" tanya Rukia cepat.
"Memangnya kenapa? Kau ingin kesana?" tanya Riruka.
"Dia di kelas XI III, cobalah kesana! Tapi aku yakin kau tidak akan menemukannya," sergah Rangiku.
Tanpa memperdulikan perkataan Rangiku yang terakhir, Rukia langsung angkat kaki dari duduknya dan berjalan cepat keluar kelas.
"Ran, aku yakin dia marah," ucap Riruka terpana.
"Oke, setuju. Aku tidak pernah melihat dia seperti itu sebelumnya," jawab Rangiku. Kemudian mereka berdua bertukar pandangan dengan wajah terpana lalu masing-masing dari mereka melihat ke arah hilangnya Rukia.
KISS SHITE ©_SheWonGirl_
Rukia terlihat sedikit geram. Tak disangkanya si rambut orange itu ternyata musuh perempuan, bacalah playboy, bahkan beberapa teman-teman di kelasnya sudah berfikir kalau dirinya itu sexfriend dari pemuda bersorot mata teduh itu. 'Benar-benar tidak kusangka dia pemanfaat wanita, makanya si Grimmjow kemarin begitu kaget melihatku bersamanya,' pikir Rukia kalut, akan banyak orang yang bergosip murahan tentang dirinya sekarang.
Rukia berjalan cepat menuju kelas XI III. Sesampainya disana ia menghadang beberapa murid pria yang berasal dari kelas itu.
"Senpai, bisakah aku minta tolong untuk memanggilkan Kurosaki senpai?" tanyanya.
"Wow, kau 'gadis' barunya? Tapi bukan tipenya sekali," jawab salah satunya.
Sedang salah satunya berteriak ke dalam kelas, "Iinchou*, apa kaichou ada didalam?"
'Kaichou? Dia kaichou di sekolah ini?' batin Rukia
"Tidak, dia masih di ruang dewan siswa," jawab seseorang dari dalam kelas.
Rukia segera menunduk memberi salam, "Terima kasih senpai atas bantuannya," ucap Rukia, dia segera berbalik berlari dari hadapan mereka.
"Gadis itu aneh sekali," ucap murid laki-laki yang pertama.
Rukia berlari secepat yang ia bisa, tidak disangkanya si rambut orange itu memegang peranan penting disekolah itu. 'Jadi kaichou yang sering dibicarakan orang itu dia?' pikir Rukia.
Pantas memang jika Rukia tidak pernah mengenalnya, saat upacara penerimaan murid baru dia tidak bisa hadir karena terserang flu, padahal saat itu kaichou di sekolahnya memberi pidato sambutan. Belum lagi jika murid perempuan dikelasnya memang sering bergosip tentang kaichou itu, Rukia tak pernah ambil pusing. Tapi sekarang masalahnya laki-laki itu mengerjainya, dan dengan polosnya dia, atau Rukia menganggap dirinya bodoh karena tertipu tampang baik laki-laki yang baru diketahuinya kalau dia ternyata kaichou disekolahnya. Oh dan juga dia ingat, kenapa kaichou nya itu berambut orange coba? Ergg... memang itu masalahnya apa?
Rukia berjalan cepat kearah ruangan dewan siswa, sebelum bel berbunyi dia harus sudah mendapat kata sandi untuk membuka ponselnya. Rukia seketika berhenti didepan pintu dewan siswa dengan segera. Pemandangan didalamnya tak kalah menakjubkannya dengan pemandangan kemarin yang dilihatnya. Oh, well, bahkan pemandangan itu lebih menantang dari sebelumnya – aku ingatkan akan Grimmjow dan gadis ekor kuda yang ternyata memang sudah menjadi kekasihnya, Nelliel Tu – gadis yang bersama dengan laki-lagi bernama strawberry itu sekarang duduk diatas meja sedang dirinya berdiri sambil menjilati aerola sebelah kanan gadis yang ada diatas meja, gadis itu hanya bisa melenguh merasa kenikmatan. Yakinlah, ini salah pintunya yang tidak tertutup rapat. Oh my god, baru berapa bulan Rukia sekolah disini tetapi hanya dalam dua hari dia disuguhi pemandangan mematikan seperti itu.
'Aku sungguh tidak peduli, tidak peduli,' jerit batinnya.
Rukia langsung mengetuk pintu dewan siswa itu tidak sabar, begitu kerasnya sampai dua orang yang ada didalamnya begitu kaget. Tak lama, seperti bayangan Rukia, Ichigo segera keluar, memang dengan pakaian yang sedikit berantakan tapi itu malah menambah ke-sexy-annya, dua buah kancing kemejanya terbuka, ia tidak mengenakan dasi dan juga jas sekolahnya, yang ia kenakan malah kaca mata berframe kotak sambil menyunggingkan senyum termanisnya.
'Sejak kapan matanya minus, kemarin dia tidak memakainya, tapi apa peduliku,' runtuk Rukia dalam pikirannya.
KISS SHITE ©_SheWonGirl_
Rukia segera melempar tas sekolahnya dengan kesal, ternyata si orange itu benar-benar menyebalkan. Dengan segera Rukia berjalan menuju kamar mandi, menhidupkan keran dan memenuhi bath up kamar mandinya dengan air hangat, ia butuh berendam untuk mengikis beberapa lapisan emosinya yang semakin menebal. Tidak biasanya dia marah seperti ini. Rukia elucuti satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya lalu ia segera memasukkan tubuhnya ke bath up. Sedikit lama ia berbuat seperti itu sampai ponselnya berdering begitu keras. Beberapa kali ponselnya mati sendiri tapi itu tak berselang lama karena ponselnya berbunyi lagi dan itu terjadi beberapa kali. Rukia langsung berdiri dan memasuki kamarnya tanpa memperhatikan lantainya yang basah akibat air yang menetes. Rukia menjawabnya.
"Ada apa meneleponku! Kau menggangguku senpai," jawab Rukia tak senang.
"Datanglah kerumahku, sebutlah ini tugas pertamamu," jawab Ichigo dari seberang.
"Jika kau ingin mati di tangan kakak laki-lakiku, aku akan menurutinya dengan sepenuh hatiku," jawab Rukia, "Jangan menggangguku, aku sedang mandi," lanjut Rukia.
"Kau manis sekali mengangkat teleponku saat sedang mandi, kalau begitu lupakan soal datang kerumahku, aku minta kau mengirim fotomu saja, yang sehabis mandi," jelasnya.
"You want me to show up my body and you thought I will do it as you wish?" kesal Rukia
"Tentu saja, kau tidak punya pilihan lain, kau kan pelayanku," jawab Ichigo, dan yang Rukia yakin laki-laki itu mengangkat seringaian nakal.
'Hell yeah, kenapa tadi siang aku setuju menjadi pelayannya,' umpat Rukia di pikirannya.
Maunya reader gimana nih? Fic ini dilanjut engga xD
Aku upload fic ini karena BT, hiatus kelamaan bikin jariku gatel ._. #Pletag
Tapi bukan berarti masa hiatusku udah kelar #DilemparMenyan
Yaudah q tunggu Reviewnya aja buat Fic rate M ke duaku :3
Little explanation :
* Kaichou : Ketua / presiden
* Iinchō (委員長?) :Singkatan dari gakkyū iinchō (学級委員長?), ketua kelas di sekolah Jepang (Aku sertakan untuk memperjelas, bahwa kedudukan Ichigo disini memang lebih tinggi dari ketua kelas)