Yo minna! ^^
Nana hadir dengan cerita baru!
Ide ini nongol saat Nana niatnya mau bikin FnH malah bikin yg ini!
Tapi nggak apalah! Nana udah lama nggak muncul di ffn, jadi ini buat menebus kesalahan Nana!
Eternal... nanti dulu yy... Nana udah lama nggak nulis romance, jadi agak aneh gitu... jadi lagi nyari inspirasi dulu... #gomen...
Yup! Happy Reading~~
Fairy Tail © Hiro Mashima
A Fairy Tail Fanfiction
Is He Really That Nerd?
By Nnatsuki
Warning : High School!AU, Typo(s), OOC, Nerd!Natsu.
.
Fiore Academy.
Sekolah menengah atas yang sangat terkenal di kota Magnolia ini. Sekolah ini selalu mencetak prestasi gemilang dan menjadi sekolah terfavorit di Fiore.
Sekolah yang juga memiliki gedung besar ini hampir menyerupai gedung kantor, membuat sekolah ini menjadi sekolah impian hampir semua siswa siswi yang ingin melanjutkan studi mereka.
Namun, di balik gedung besar ini, terdapat sebuah rahasia yang─bisa dikatakan─umum bagi para pelajar di sana.
Diskriminasi.
Masalah ini memang tidak terlalu terlihat oleh guru. Namun bagi para korban, ini merupakan masalah yang serius.
Para korban adalah orang yang dianggap si pelaku adalah orang lemah, payah, dan tidak populer.
Yap, populer. Hanya siswa dan siswi populer yang tidak mendapat perlakuan yang menentang hak asasi manusia ini. Setidaknya, kau harus menjadi teman dekat dari siswa populer itu.
Di sekolah ini, hanya siswa siswi yang memiliki wajah di atas rata-rata yang termasuk golongan populer. Dan dari sanalah semua berasal, para siswa siswi angkuh itu mulai mengangkat kepala mereka lima cm lebih tinggi.
Para siswa siswi populer itu hanya akan berteman dengan yang menurut mereka memiliki satu iman.
Namun jika menurut mereka kau lebih cantik atau lebih hebat dari mereka, mereka akan melakukan semua cara untuk… melenyapkanmu.
Jadi inilah kenapa masalah ini sangat dihindari oleh para pelajar.
Siswa populer itu menempati tempat terbaik, taman dan lapangan paling luas hanya golongan mereka yang boleh menjejakkan kaki di atasnya.
Seperti yang dilihat di lapangan basket ini.
Hanya si populer yang boleh menempati lapangan basket terbesar ini. Dan bagi yang tidak, menyingkirlah jika masih ingin menghirup udara besok.
"Sting-kun! Ganbatte!"
Terdengar teriakan dan jeritan para siswi kepada seorang cowok blonde bermata biru dengan bekas luka di dekat mata kanannya.
Cowok itu melemparkan seringai kepada para penggemarnya dan berhasil membuat mereka mabuk kepayang.
"KYA! STING-KUN! KAKOI!"
Cowok blonde bernama Sting itu terkekeh pelan sebelum berlari masuk menuju lapangan dan menangkap bola basket yang di lemparkan kepadanya dengan sigap.
Sting mulai men-dribble dengan lincah menuju ring basket musuhnya. Namun tentunya tidak semulus itu karena dia langsung dihadang oleh lawan.
Syat!
Tanpa perhitungan Sting langsung melakukan pivot untuk menerobos musuhnya, berbekal dengan kaki kanannya sebagai tumpuan.
Melihat dia tak lagi di halang, Sting menambah kecepatan larinya dan langsung melakukan lay-up.
Syut!
Bola masuk ke dalam ring membuat papan skor bergerak untuk angka tambah bagi timnya.
"KYAAAA! STING-KUN MEMANG YANG TERBAIK!"
Para penggemar setianya mulai meneriak kalimat pujian yang sangat di nikmati oleh pemuda blonde itu, terlihat dengan senyum kebanggannya.
"Nice Sting!" puji seorang pemuda berambut hitam yang menutupi sebagian wajahnya di bagian kanan.
"Sangkyu Rogue!"
Pemuda bernama Rogue itu mengikuti Sting yang berjalan menuju bangku tempat mereka meletakkan tas pelengkapan.
"Sting-kun!" panggil seorang gadis berambut silver panjang sepunggung datang bersama seorang gadis yang juga berambut silver namun pendek di atas bahu.
"Yo, Angel!" sapa balik Sting kepada gadis berambut silver panjang itu.
"Ne, Sting-kun~ Bisa kau jaga sebentar adikku yang manis ini~?" tanya Angel manja sembari menarik maju gadis rambut silver.
Sting menyeringai, "Tentu saja Angel! Mana mungkin aku menolak untuk menjaga adikmu yang cantik ini," jawab Sting sambil mengedip jahil ke arah adik Angel yang kini merona malu.
Angel mendelik galak, "Biarpun begiitu jangan harap kau bisa mendekatinya!"
"Hai! Hai! Nona Angel! Selamat bersenang-senang dengan─pacarmu yang ke berapa?"
"Emm…." Angel diam seraya menerka-nerka, "Yang… ke-11 minggu ini!"
Sting tekekeh, "Okelah! Sampai jumpa lagi!"
Angel tersenyum manis lalu berbalik menghadap adiknya, "Nah, Yukino! Aku akan pergi kencan, kau akan dijaga Sting selama aku pergi. Ingat! Jangan mau didekati Playboy satu ini!" Angel melirik galak ke arah Sting, sedangkan yang disebut hanya pura-pura tidak mendengarkan.
"Tentu saja Nee-san. Jangan terlalu lama," ujar Yukino sambil tersenyum manis.
Angel mencubit kecil pipi Yukino, "Aih! Tentu saja! Aku tak akan mau meninggalkanmu yang manis ini dengan cowok seperti dia! Tapi jangan khawatir! Ada Rogue!" Angel menunjuk ke arah Rogue yang mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Kalau begitu, aku pergi dulu! Jaa~" pamit Angel seraya mencium pipi adiknya dan pergi.
"Jangan dengarkan kata-kata bohong kakakmu, Yukino!" timpal Sting, "Ah! Duduklah! Tak perlu takut denganku! Aku tak akan menyakiti gadis cantik kok!"
"Sayangnya Sting, kata-kata Angel-senpai benar." Balas Rogue kalem yang membuatnya mendapat death glare dari Sting.
Mendengar perkataan Rogue, Yukino mundur beberapa langkah dari tempatnya berasal.
"Tak apa, Yukino-san. Aku tak akan membuat Sting mendekatimu." Rogue menarik pelan Yukino untuk duduk di sebelah Sting, sedangkan dirinya tetap berdiri.
Sting mendecih pelan, tak terima dengan perkataan Rogue, yang sebenarnya… benar.
Berarti dia harus mencari korban yang lain.
"Minna!"
Sting, Rogue dan Yukino menoleh ke arah sumber suara yang memanggil mereka. Seorang gadis berambut blonde berjalan ke arah bangku tempat mereka duduk.
"Yo, Lucy!" sapa Sting sambil menyeringai lebar.
"Hai, Sting! Dan… Yukino!" Yukino menganguk, "Hai, Rogue!" Rogue tersenyum.
"Kemana saja manis? Kau tahu pangeranmu ini merindukanmu…?" Sting mulai melancarkan serangannya.
Gadis bernama Lucy itu mendelik tajam. Seketika Sting berhenti menyeringai melihat Lucy telah menolak godaan mautnya.
"Kemana saja Lucy-san? Aku tadi tidak melihatmu," tanya Rogue.
"Habis dari perpustakaan. Aku meminjam buku untuk tugasku minggu depan," jawab Lucy riang sambil menggiyang pelan tas tenteng yang dipegangnya.
"Cih! Tugas minggu depan nanti saja buatnya! Mumpung hari ini sabtu kita harus bersenang-senang! Hei! Mau pergi kencan denganku Lucy?" tanya Sting tiba-tiba.
"Tidak! Aku mau mnegerjakan tugasku!" tolak Lucy tegas.
Sting mendecak kecewa, namun sebuah ide muncul dari kepala blonde-nya.
"Hei! Kau mau kuajari main basket?" tanya Sting.
Lucy mengernyitkan dahinya, sebenarnya itu hanya siasat Sting agar dia bisa bermain dengannya. Namun Lucy juga ingin mencoba bermain basket.
"Baiklah."
Seketika wajah cemberut Sting berubah cerah, "Yosh! Ayo kemari manis!"
"Berhenti memanggilku manis!" seru Lucy galak.
Sting melengos. Tidak seperti gadis lain, Lucy sangat sulit untuk dilumpuhkan.
Walaupun baru dua bulan bersekolah, Lucy berhasil masuk golongan populer hanya dalam waktu seminggu. Itu jelas karena Sting telah menargetkan Lucy sebagai mainannya yang baru. Namun rupanya tidak semudah itu.
Lucy memiliki banyak penggemar. Mulai dari perempuan sampai laki-laki. Karena berbeda dengan siswi populer lainnya, Lucy tidaklah besar kepala. Selain cantik, dia bersikap baik dan ramah kepada semua orang!
Yah…. Bagi Sting bukan masalah.
Tapi sampai pengecut─yang dia anggap─pun diperlukan ramah! Bagi Sting, mereka tak pantas menghirup udara yang sama dengan para murid populer!
"Nah! Pertama, kita coba passing!"
"Passing?"
"Yup! Cobalah untuk chest pass! Lemparkan bola ke arahku tepat di depan dada."
"Baiklah." Lucy memposisikan diri seperti yang diperajarinya di buku―kedua lututnya agak ditekuk dan membentuk kuda-kuda. Lucy yakin dia benar karena Sting juga melakukan hal yang sama dengannya.
Syut!
Bola oranye itu di olakkan oleh Lucy dan ditangkap dengan mudah oleh Sting.
"Bagus!" Sting kembali mengembalikan bola basket ke Lucy. Namun dengan sedikit tenaga sampai Lucy hampir gagal menangkapnya.
"Sting!" Sting tertawa terbahak-bahak.
Kesal, Lucy melemparkan bola basket malang itu kuat-kuat ke arah pemuda blonde yang masih menertawakannya itu dan…
Meleset.
Mata Lucy membesar melihat peluru andalannya gagal membidik kepala blonde Sting. Justru karena kuatnya lemparan Lucy, bola basket itu terlempar sampai keluar lapangan dan…
Dak!
…. mengenai kepala orang lain yang tengah lewat di luar area khusus murid populer.
Lucy yang menyadari kesalahannya segera berlari ke arah korban kemarahannya.
"he-hei! Kamu baik-baik saja?" tanya Lucy cemas sambil membantu orang itu berdiri.
Saat itu Lucy baru saja sadar bahwa korban pelemparan-bola-basket-mengamuk adalah seorang pemuda dengan rambut…
Pink?
"A-anu… aku benar-benar minta maaf! Aku tak sengaja! Sungguh!" ucap Lucy sambil membungkuk berkali-kali untuk minta maaf.
"Ahaha… tak apa. Ini bukan kesalahan nona kok!"
Lucy yang lega akan korbannya tak marah menegakkan badannya. Dan… terkejut.
Pemuda itu, walau Lucy tahu tak sopan, adalah pemuda paling tidak memahami apa yang disebut fashion.
Mengapa?
Dia memakai sweater berwarna cokelat yang Lucy yakin sepertinya dia pernah melihat neneknya memakai sweater seperti itu. Sweater yang dipakai si pemuda dua kali lebih besar dari ukuran yang cocok dengannya, membuatnya terlihat seperti orang yang terbungkus selimut kuno yang ketinggalan zaman. Celananya pun demikian, sangat kebesaran. Dan kacamata yang tebalnya sama dengan pantat botol susu sapi, yang membuat iris mata pemuda ini tak terlihat akan tebalnya kacamata.
"Emm…. Nona?"
Lucy tersentak, merutuki dirinya akan memandangi orang lain. Tidak sopan!
"Ah! Anu… aku-"
Pemuda itu tersenyum, "Lain kali berhati-hatilah Nona! Mungkin orang lain tidak akan kuat menerimanya," timpal pemuda itu sambil memunguti buku-bukunya yang terjatuh.
Lucy berusaha menahan semburat malunya. Walau pemuda itu bukan bermaksud mengejeknya, tapi perkataanya benar-benar mengena hatinya.
"Aku sungguh-sungguh minta maaf! Apa ada yang bisa kulakukan untuk… menebusnya?"
Pemuda itu hanya tersenyum, "Tidak masalah. Saya bisa melupakannya," tanpa berbicara apa-apa lagi, pemuda misterius itu pergi meninggalkan Lucy.
"Lucy!" Ppnggil Sting.
Lucy menoleh ke arah Sting sambil memberikan death glare-nya.
"Jangan mau didekati pengecut tadi," kata Sting tiba-tiba.
"Eh?" Seketika death glare Lucy lenyap.
"Si pengecut Dragneel! Kutu buku paling kuper di sekolah! Jangan berteman dengannya Lucy! Dia orang aneh yang selalu berdiam di perpustakaan membaca buku. Mungkin dia pikir kacamatanya belum cukup tebal untuk mengalahkan pantat botol sapi?" Sting mendengus sebelum menarik tangan Lucy.
"Saatnya pulang! Aku akan antarkan kau dan Yukino!"
Namun Lucy tak mendengarkan kalimat terakhir Sting.
Kepalanya terus memutari pertanyaan yang sama.
Siapa pemuda itu?
Dan… Apa benar yang diucapkan Sting itu?
~To Be Continue~
Huwaaaa... selama bikin chappy ini Nana nggak berhenti nge-glare si Stiky! Dasar blonde! Beraninya ngatai ichiban-ku!
Sting : kan lu yang bikin gua ngomong gitu? gimana sih... -_-"
Nana : tetep aja gua nggak suka sama lo!
Lupakan si Stiky itu, yang jelas ini fic karena Nana suka banget sama ide yg tentang Natsu yg biasanya jadi cowok populer, sekarang jadi kutu buku! XD
Tapi... Natsu is still Natsu, right?
pokoknya... lihat aja lu Sting! #huwaahahha pembalasan atas dendam pribadi gua sama lu!
Sting : emang gua salah apa sih sampe ditimpain masalah sama si Nana...? -_-
Nana : diem lo!
Sting : iya deh..
Oya? Jelekkah cerita ini? Perlu Nana menghapusnya?
Okelah! Sampai nanti di next chappy!
Mind to Review~~?
Matta ne!