Can i get new Appa, Eomma?
.
Cast : Jung Yunho (30 tahun)
Kim Jaejoong (27 tahun)
Kim (Shim) Changmin (3 tahun)
Other cast : Jung (Choi) Siwon (33 tahun)
Park Yoochun (26 tahun)
Kim Junsu (25 tahun)
Son Dongwoon (24 tahun)
Pairing : Yunjae, Wonjas, Yoosu
Genre : YAOI/Shonen-ai/Family/Humor/MPreg
Chapter : 1 (satu)
Warning : cerita pasaran dan tidak jelas, judul tak nyambung dengan cerita, alur cepat, typo(s)bertebaran, bahasa tidak baku dan tak sesuai dengan EYD.
.
.
Jja, tanoshimi ni oyomi kudasai ^^
.
.
DOUZO
::
::
YUNJAE
::
::
Pagi hari yang cerah disalah satu apartement kota Seoul
Suara gaduh tercipta dari dalam apartement itu. Nampak seorang namja cilik tengah berlari-lari kecil sambil merapatkan handuk berwarna baby blue ditubuhnya. Tetesan air nampak masih terjatuh dari badan montoknya. Dibelakangnya nampak seorang namja dewasa dengan wajah kelewat imut, tengah berlari mengejar namja cilik itu. Mulutnya berkomat-kamit lucu dan wajahnya nampak kesal. Namja cilik itu terus saja melangkahkan kaki kecilnya menjauh dari namja imut itu, melangkah menuju arah dapur tempat dimana seorang namja cantik tengah sibuk dengan kegiatannya memotong bahan makanan.
"Eomma..eomma." teriak namja cilik itu dan tinggal sedikit lagi sudah akan sampai dikaki namja cantik yang dipanggilnya eomma itu.
"Yak, Kim Changmin! Kemari kau! Dasar bocah nakal!" tak berapa lama, terdengar suara nyaring milik namja imut dibelakang namja cilik itu, menggema didalam dapur apartement itu.
"Eomma..eomma." tak menghiraukan seruan namja itu, namja cilik itu terus melangkahkan kakinya menuju dapur, dan setelahnya bergelayut manja dikaki namja cantik yang nampak kaget dengan kelakuannya itu.
"Omo, Minie. Waeyo? Kenapa kemari eoh?"
"KIM CHANGMIN! KEMARI KAU BOCAH NAKAL!" kembali suara nyaring nan melengking milik namja imut itu terdengar mengalahkan suara namja cantik yang tadinya kaget karna tiba-tiba ada yang memeluk kakinya.
"Yak, Kim Junsu! Bisakah kau kecilkan suara lumba-lumbamu itu hah! Kau membuat energi positif dipagi ini menghilang entah kemana." jawab namja cantik itu sedikit berteriak dengan seruan namja manis yang tak lain bernama Kim Junsu.
"Weeekk."
"Tidak sebelum bocah nakal itu mau ikut denganku!" lanjut namja imut itu sambil menahan emosi yang memenuhi dadanya saat melihat namja cilik-yang kini sudah berada digendongan namja cantik itu-tengah menjulurkan lidahnya tanda mengejek dirinya.
"Aigoo, sampai kapan kalian akan seperti ini terus eoh? Tiap pagi selalu kejar-kejaran seperti kucing dan anjing." kata namja cantik itu sambil geleng-geleng kepala melihat aksi dongsaeng dan anaknya yang selalu seperti ini.
"Minie, kajja pakai baju sama Su-ie jussi. Bukankah setelah mandi Minie harus pakai baju dulu eoh? Kalau tidak nanti Minie kedinginan. Dan lagi, bukankah hari ini Minie harus sekolah eoh?" kata namja cantik itu lembut pada anaknya yang kini tangannya tengah berusaha menggapai sebuah apel yang berada didekatnya.
"Chilo. Minie mau makan." jawab namja cilik itu atau lebih tepatnya Kim Changmin sambil menatap namja cantik yang merupakan eommanya dan mempoutkan bibirnya kesal karna tak berhasil menggapai apel itu.
"Aigoo Minie, bahkan eomma belum selesai memasak chagi. Sana pakai baju dulu, kalau tidak, eomma tak akan memberi jatah sarapan pada Minie."
Mendengar ancaman dari sang eomma, seketika Changmin diam dan mulai turun dari gendongan sang eomma. Berjalan pelan kearah namja imut yang sedari tadi menatapnya dengan kesal.
"Kajja Cu-ie jumma, Minie mau pakai baju. Minie nggak mau jatah makan Minie dicita eomma. Kajja." ucap Changmin sambil merentangkan tangannya meminta digendong oleh ahjussinya yang selalu saja dipanggilnya ahjumma.
Junsu mendelik kesal saat mendengar bocah kecil itu memanggilnya dengan ahjumma. "Shireo, sebelum kau berhenti memanggilku ahjumma Kim Changminie."
"Huh, ne Cu-ie jucci yang pantatnya milip bebek. Kajja gendong Minie."
"Aiss, kau! Siapa yang mengajarimu berkata begitu eoh?"
"Jucci jidat lebal."
"Aigoo Park, awas saja kau. Berani-beraninya mengatakan hal seperti itu pada bocah ini." geram Junsu sambil membayangkan dirinya mencekik leher namja yang dipanggil jidat lebar itu.
"Kim Junsu, Kim Changmin. Kenapa masih berdiri disana? Cepat ganti baju dan keluar, atau kalian tak akan mendapat jatah sarapan! Palli!" seketika teriakan menggelegar terdengar dari namja cantik yang tengah menatap Junsu dan Changmin sambil mengarahkan sendok kayu yang digunakannya untuk memasak kearah SuMin. Segera saat menyadari aura gelap yang menyelimuti hyungnya, Junsu menyambar(?)Changmin dan bergegas menggendongnya sebelum sendok kayu itu melayang kearah mereka berdua.
::
::
YUNJAE
::
::
Setelah menyelesaikan rutinitasnya menyiapkan sarapan, kini namja cantik a.k.a Kim Jaejoong tengah menata hasil masakannya itu diatas meja makan. Dirinya berjalan mondar mandir dari dapur menuju ruang makan untuk menata hidangan sarapan itu. Setelah selesai, segera ia memanggil dua namja yang sangat disayanginya, untuk ikut sarapan. Siapa lagi kalau bukan Kim Junsu sang namdongsaeng dan Kim Changmin, anak semata wayangnya.
"Su-ie, Minie, kajja, sarapan sudah siap."
Drap drap drap
Brakkk
Brughhh
Srettt
Duk
"Mali makan!"
Jaejoong hanya bisa melongo dengan bibir membentuk huruf 'O' besar, melihat anaknya kini sudah duduk manis dikursinya. Tak ada satu menit dirinya berteriak dan tiba-tiba saja Changmin anaknya sudah berada dihadapannya.
"Changminie, kau ini. Tak bisakah kau pelan-pelan eoh, tak akan ada yang menghabiskan sarapanmu bocah!" teriak Junsu dari dalam kamar karna kaget Changmin sudah menghilang dari pandangannya. Padahal baru saja ia akan menyisir rambut bocah nakal itu, namun saat didengarnya suara Jaejoong yang menyuruh makan, entah sejak kapan Changmin sudah menghilang dari hadapannya dan malah sudah duduk manis dimeja makan.
"A..aigooo Minie-ah, jadi yang tadi itu suara langkah kakimu? Omo." Jaejoong benar-benar heran dengan tingkah anaknya itu, bagaimana bisa anak itu keluar dari kamarnya-yang terletak sangat jauh dari ruang makan-menuju ruang makan hanya dalam beberapa detik saja. Digelengkannya kepalanya tak percaya.
Sementara sang objek yang tengah dibicarakan seakan tak perduli dengan suara eomma dan ahjussinya itu. Kini ia malah asik menyantap sarapannya dengan kecepatan yang luar biasa. Sampai-sampai beberapa makanan itu berserakan dimeja.
"Aigoo hyung, aku heran dengan kelakuan anakmu itu. Ck, lama-lama aku bisa sakit jantung karna kelakuannya itu." kata Junsu yang sudah ikut bergabung dengan JaeMin dan segera mendudukkan pantat montoknya dikursi sebelah Changmin dan mulai ikut sarapan.
"Nado Su-ie, aku sendiri heran." jawab Jaejoong ikut duduk dihadapan Changmin sambil mulai menyendokkan nasi kemangkok makannya.
"Minie-ah, lain kali kau jangan begitu lagi ne. Kau tahu, kalau sampai tadi kau jatuh kepalamu bisa bocor dan harus dijahit. Kau mau kepalamu itu dijahit eoh?"
"Hiho humma, Minhi hahut dihahit. (Shireo eomma, Minie takut dijahit)"
"Telan dulu makananmu baru kau bicara bocah! Aiss." ucap Junsu gemas melihat kelakuan keponakannya itu.
"Ne jumma. Minie tak akan mengulanginya." jawab Changmin setelah menelan habis sarapannya sambil tersenyum penuh arti pada Junsu. Junsu hanya memutar matanya malas, karna tahu omongan Changmin itu hanyalah tinggal omongan.
"Hyung, minggu depan bagaimana kalau kita pergi ke Chungnam, bukankah sudah lama kita tak pergi menemui appa dan eomma?" tanya Junsu mengalihkan pembicaraan, sambil menyendok besar nasi dan memasukkannya kedalam mulutnya, mengunyahnya pelan sebelum akhirnya menelannya.
"Kau benar, sudah lama kita tak menjenguk mereka. Baiklah, akan kuusahakan untuk pergi."
Ketiganya pun kembali menikmati sarapannya. Sesekali nampak Junsu menggerutu pelan saat melihat cara makan Changmin yang sangat berantakan.
::
::
YUNJAE
::
::
Jaejoong-namja dengan ketampanan yang diatas rata-rata hingga menyentuh kata cantik-tengah merapikan penampilannya didepan cermin. Merapikan jas yang dikenakannya untuk berangkat ke kantor hari ini. Kim Jaejoong adalah seorang karyawan swasta disalah satu perusahaan besar yang ada di kota Seoul, Jung Corp. Menjabat sebagai salah satu staf marketing di perusahaan besar itu. Jaejoong sangat bahagia ketika dirinya dinyatakan lulus dalam perekrutan pegawai 2tahun silam, maka dari itu, Jaejoong sebisanya akan berusaha melakukan yang terbaik demi kelangsungan pekerjaannya disana.
"Su-ie, tolong antar Minie ne, aku akan berangkat. Sekalian nanti siang jemput dia. Kalau kalian mau makan siang, panaskan saja makanan yang ada dikulkas, aku sudah memasaknya tadi."
"Ne hyung, arasseo." jawab Junsu dan bertepatan dengan suara seseorang menggema dari arah luar kediaman Kim.
"Annyeong my baby Su-ie."
"Oh Chunie, kau sudah datang!" jawab Jaejoong yang sudah hapal betul dengan suara itu.
"Ne hyung. Ah, baby Su-ie, bogoshipoyo." kata namja itu sambil berjalan pelan dengan merentangkan tangannya hendak memeluk Junsu, namun-
Pletak
"Aww, kenapa malah memukulku Su-ie!" ringis namja itu atau lebih tepatnya Park Yoochun sambil memegangi kepalanya yang baru saja mendapat elusan sayang dari Junsu.
"Ingin saja." jawab polos Junsu tanpa merasa bersalah.
"Hihi, jucci jidat lebal jelek, makanya Cu-ie jumma pukul jucci."
"Yak bocah, kau ini. Sini, cium ahjussi dulu."
Cup~
"Nah begitu jagoan, sebentar lagi kan kau akan jadi keponakanku juga." cengir Yoochun sambil menatap Junsu. "Kau sudah mau berangkat sekolah eoh?"
"Ne jucci, hali ini Minie sekolah." jawab Changmin sambil menaikkan sedikit tas sekolahnya dan nyengir lebar kearah Yoochun. Hari ini ia akan belajar di playgrup.
Park Yoochun adalah sahabat Jaejoong sekaligus namjachingu dari Kim Junsu. Orangnya sangat ramah sampai-sampai semua namja dan yeoja salah mengartikan keramahan dirinya. Walaupun terkenal sebagai cassanova, namun soal hati ia sangat setia pada baby Su-ienya. Sekarang ia juga bekerja di Jung Corp bersama Jaejoong, maka dari itu setiap pagi begini, ia akan datang ke apartemen keluarga Kim untuk berangkat bersama Jaejoong. Karena rumahnya yang memang terletak didekat apartement Jaejoong.
"Kau sudah sarapan Chunie?" tanya Jaejoong. Memang biasanya namjachingu dari dongsaengnya itu sering ikut sarapan bersama dirumahnya.
"Sudah hyung."
"Nah Minie, jangan nakal ne, dengarkan apa kata bu guru dan jangan membuat masalah. Eomma berangkat kerja dulu. Nanti akan eomma belikan cemilan kalau Minie tak nakal."
"Ne eomma, alaceo."
"Jja, eomma berangkat."
Cup~
"Annyeong Su-ie, Minie, kajja Chunie."
"Annyeong Minie, baby Su-ie." kata Yoochun dan mulai mendekatkan diri kearah Junsu.
Cup~
"Yak, Park jidat lebar!" teriak Junsu melengking karna Yoochun menciumnya tanpa permisi. Sementara Yoochun sendiri sudah kabur sebelum Su-ie babynya mengamuk karna ulahnya itu.
::
::
YUNJAE
::
::
Sementara di Jung Corp
Seorang namja dengan tubuh tinggi tegap, tengah berjalan melewati loby Jung Corp. Dengan jas warna hitam yang melekat sempurna ditubuhnya menjadikan dirinya terlihat begitu menawan. Ditambah lagi kaca mata yang bertengger manis diwajah kecilnya menambah pesona dari namja itu.
Jung Yunho, sosok itu kini tengah berjalan tegap menuju lift yang akan mengantarnya menuju lantai dimana ruangan kerjanya berada, dibelakangnya nampak seorang yang lebih muda juga ikut mengekor dibelakangnya.
Ting
Pintu lift terbuka dan mengantarkan Yunho menuju lantai 6 tempat ruangannya berada. Menjadi salah satu manager di perusahaan milik Jung Hankyung appanya, membuat Yunho harus bersikap yang baik, untuk bisa bersaing dengan hyungnya Jung Siwon dalam memperebutkan kursi kepemimpinan Jung Corp kelak.
"Annyeong sajangnim." sapa beberapa orang yang kebetulan berpapasan dengan Yunho. Yunho hanya mengangguk sekilas dan terus melanjutkan langkahnya.
"Emm, Dongwoon-ah, nanti siang apa aku ada jadwal kosong?" kata Yunho sebelum masuk keruangannya.
Dongwoon-namja yang tadi ikut mengekor dibelakang Yunho-segera membuka buku agenda yang selalu dibawanya, mengecek apakah ada jadwal kosong untuk atasannya itu.
"Jam 14.00 kita ada rapat dengan bagian marketing, dan sebelum jam itu jadwal anda kosong."
"Ne, baiklah. Gomawo, kembali bekerja."
"Ne." setelah menutup pintu ruangan Yunho, Dongwoonpun segera berbalik menuju mejanya dan mulai mengerjakan tugas yang kemarin diberikan Yunho namun belum sempat dikerjakannya.
::
::
YUNJAE
::
::
Jaejoong dan Yoochun tiba di Jung Corp. Keduanyapun bergegas turun dari mobil Jaejoong dan segera meluncur masuk kedalam. Dikantor ini, Jaejoong dan Yoochun berada dimanagement yang berbeda. Jaejoong dibagian marketing yang dipimpin oleh Jung Siwon, anak pertama pemilik perusahaan ini. Sedangkan Yoochun, berada dimanagement keuangan yang dipimpin langsung oleh Jung Yunho, anak kedua presdir Hankyung.
"Chunie, minggu depan aku berencana pergi ke Chungnam, sudah lama aku tak menjenguk bumonimku. Aku titip jaga rumah ne."
"Ah jinja, kalian akan pulang ke Chungnam? Jja, sebagai menatu yang baik, aku akan ikut pergi kesana. Sekalian aku ingin menjenguk mertuaku." jawab Yoochun dan mendapat jitakan gratis dari Jaejoong.
Pletakk
"Yak, appo hyung. Kenapa memukulku sih! Kau ini sama saja dengan baby Su-ie, suka memukulku tanpa sebab." kesal Yoochun.
"Pabo! Kau belum menjadi menantu dan adik iparku, jangan seenaknya memanggil bumonimku sebagai mertua. Memangnya kau itu sudah diterima oleh eomma dan appa eoh? Jangan bermimpi!"
"Hyung, ayolah. Bujuk bumonimmu untuk menerimaku, aku sangat mencintai baby Su-ieku. Ne hyung-" kata Yoochun sambil memasang puppy eyes gagalnya.
"Hentikan wajah bodohmu itu Park!"
"Huh, hyung ini. Kalau hyung tak mau membantuku, aku ak-"
"Annyeong Jaejoong, Yoochun."
Seketika sebuah suara menginterupsi omongan Yoochun, membuat Jaejoong dan Yoochun serempak menolehkan kepalanya menuju asal suara. Dan segera mata mereka menemukan obyek tersangka yang tengah menatap JaeChun dengan senyum yang errr sangat manis.
"Aa, sajangnim. Annyeonghaseyo."
"Annyeonghaseyo sajangnim."
"Kalian kompak sekali, apa ada yang kalian bicarakan? Kelihatan sangat seru?" tanya orang itu lagi sambil menatap Jaejoong dan Yoochun bergantian.
"Ani sajangnim. Kami hanya mengobrol biasa." jawab Jaejoong sambil menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, kalau begitu kajja kita masuk. Sebentar lagi jam kerja akan dimulai. Aku tak ingin ada karyawanku yang terlambat."
Seketika Jaejoong dan Yoochun tersentak dan menyadari kalau ternyata mereka masih berada diluar gedung Jung Corp, dan segera setelahnya mereka mengikuti atasan mereka itu masuk kedalam.
"Gara-gara kau kita hampir terlambat!"
"Kenapa menyalahkanku hyung. Hyung sendiri yang mengajakku bicara."
"Huh!"
Sang atasan hanya tersenyum manis melihat tingkah dua karyawannya itu, entah polos atau apa namun kedua bawahannya itu terlihat manis jika sedang bertengkar. Senyum terpasang diwajah tampannya sehingga menampilkan lesung pipit dikedua pipinya.
::
::
YUNJAE
::
::
Pagi berganti siang, kini jam sudah menunjukkan waktunya makan siang. Semua karyawan Jung Corppun berhenti sejenak dari kegiatannya masing-masing, lalu dengan serempak menuju satu tempat. Yaitu, kantin kantor.
Tak beda jauh dengan namja cantik yang kini tengah merapikan meja kerjanya sebelum pergi ke kantin. Kim Jaejoong tengah merapikan mejanya sebelum pergi makan siang, kebiasannya dari semenjak bekerja di Jung Corp.
"Jaejoong-ah, kau tak makan siang?" tanya Hyunseung teman satu timnya dimanagement ini.
"Sebentar lagi, aku ingin merapikan mejaku dulu. Lihatlah, ini sungguh berantakan." jawab Jaejoong sambil tersenyum pada Hyunseung.
"Baiklah kalau begitu aku duluan ne. Jja."
"Ne."
Sepeninggal Hyunseung, Jaejoongpun kembali melanjutkan pekerjaannya. Merapikan tumpukan kertas dan memasukkannya kedalam laci mejanya. Saking sibuknya merapikan kertas-kertas itu, tak sadar Jaejoong kalau sekarang dihadapannya sudah berdiri sang atasan yang heran melihat karyawannya belum turun makan siang.
"Jaejoong-ah, hei, Jaejoong-ah, kenapa tak turun makan siang?"
"Eh? A..ah, sajangnim. Kau mengagetkanku sajangnim." jawab Jaejoong sambil mengelus dadanya. "Sebentar lagi sajangnim, aku masih merapikan berkas-berkas ini. Ini sunggu berantakan." lanjutnya sambil terus merapikan mejanya.
"Baiklah aku akan menunggumu, agar kita bisa makan siang bersama." jawab Siwon sambil tersenyum memandang Jaejoong.
Semua karyawan dimanagement marketing memang sudah mengetahui hubungan antara atasan mereka dengan namja cantik a.k.a Kim Jaejoong. Jung Siwon sekarang sudah berhasil menaklukkan hati namja cantik itu, setelah dua tahun usahanya menaklukkan hati Jaejoong. Dari awal ia bertemu Jaejoong, ia memang sudah jatuh pada pesona seorang Kim Jaejoong. Mata besar Jaejoong seakan menarikanya masuk ikut kedalam mata indah itu. Jangan lupakan wajah cantik Jaejoong yang membuatnya kerap disalah sangka sebagai yeoja. Jadi tak heran kalau Siwon sampai jatuh hati padanya.
"Jja, sudah selesai. Mian sajangnim jadi menunggu lama. Kajja kita makan, aku yakin sajangnim sudah kelaparan ne?" kata Jaejoong dan mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Walaupun sudah resmi berpacaran, namun jika masih berada dikantor, sebisa mungkin mereka akan bersikap layaknya atasan dan bawahan. Tak pernah mengumbar kemesraan.
::
::
YUNJAE
::
::
Jaejoong dan Siwon sampai dikantin Jung Corp, bisa dilihat tempat itu sudah ramai terisi oleh karyawan yang juga tengah menghabiskan waktu makan siang mereka. Merekapun sedikit kebingungan mencari tempat duduk, padahal mereka sudah mengambil menu makan siang mereka. Disaat mereka tengah kebingungan mencari tempat duduk, tiba-tiba teriakan dari seseorang membuat mereka terlonjak kaget.
"Hyung, Jaejoong hyung. Kemari." teriak Yoochun menggema didalam kantin itu. Serentak semua orang yang ada disana menolehkan wajah kesal kearah Yoochun, namun Yoochun sama sekali tak menghiraukan tatapan itu, ia malah terus memanggil Jaejoong hingga Jaejoong benar-benar sudah ada di hadapannya.
"Aiss Chunie, bisakah kau tak berteriak seperti tadi? Kau membuatku malu." kata Jaejoong dan mulai mendudukkan pantatnya dikursi sebelah Yoochun. Siwon sendiripun ikut duduk disebelah Jaejoong karna tadi Jaejoong sudah menyuruhnya untuk ikut bergabung.
"Ah, mian hyung. Aku takut kau tak melihatku, jadinya aku berteriak seperti tadi. Ah, sajangnim, mianhae atas ketidaksopananku." kata Yoochun sambil membungkuk sedikit saat berbicara pada Siwon.
"Gwencanhayo, kalau kau tak berteriak mungkin sampai sekarang kami belum mendapat tempat." jawab Siwon sambil mulai memakan makan siangnya.
Merekapun mulai makan bersama, sesekali nampak mereka mengobrol membicarakan sesuatu dan tak jarang tertawa. Inilah salah satu yang membuat Siwon sangat ingin untuk makan bersama Jaejoong, karna namja itu bisa membuatnya tertawa lepas. Sedikit melupakan pekerjaannya yang menumpuk. Ditambah kehadiran Yoochun yang juga membuat suasana tambah ceria.
Sementara itu, disaat Siwon tengah menikmati makan siangnya, Jung Yunho yang merupakan adiknya baru saja memasuki kantin perusahaan. Entah apa yang ingin dilakukannya, karna biasanya ia tak akan mau makan dikantin perusahaan, ia lebih senang makan diluar atau makan didalam ruangannya saja. Sangat berbeda dengan Siwon hyungnya.
Sekarang, Yunho tengah berdiri diam didepan pintu kantin. Saat hendak masuk tadi, entah kenapa dirinya malah terpaku ditempat. Diam berdiri disana dengan pandangan mata tertuju kesatu arah. Mata musangnya membulat lebar saat melihat pemandangan dihadapannya itu. Tak berkedip, seakan dirinya terhipnotis oleh pemandangan itu.
Dongwoon yang sedari tadi diam dibelakang Yunhopun tak mengerti kenapa atasannya itu malah diam tak jadi masuk kedalam. Dongwoon sudah akan menegur Yunho saat Yunho tiba-tiba saja Yunho bergumam.
"Yeopo."
"Eh? Sajangnim, Yunho sajangnim?" ucap Dongwoon sambil menoel pundak Yunho. "Sajangnim." ucapnya lagi karna tak mendapat respon apapun dari Yunho.
"Yunho sajangnim!" kini Dongwoonpun malah sudah berteriak karna kesal melihat atasannya itu seperti tak mendegar suaranya.
"Eh? N..ne. Waeyo Dongwoon-ah?"
"Apa sajangnim akan terus berdiri disini dan tak ingin masuk? Jam makan siang sebentar lagi akan berakhir dan aku sama sekali belum makan siang sajangnim." kesal Dongwoon dan sesaat melupakan kenyataan Yunho adalah atasannya.
"Ah, mian aku tak bermaksud. Kajja kita makan diruanganku saja, aku akan menyuruh office boy untuk mengantar makanan untuk kita. Kajja."
Gubrakk
Ingin rasanya Dongwoon membenturkan kepalanya ke tembok saat ini juga. Kalau memang Yunho sudah berencana untuk menyuruh OB mengantarkan makanan, untuk apa pula dirinya datang kekantin? Aigoo, atasannya itu memang benar-benar ajaib.
::
::
YUNJAE
::
::
Siang berganti senja, kini sudah waktunya pulang kantor. Jaejoong tengah bersiap-siap untuk pulang. Diluar, nampak Yoochun tengah menunggunya sambil memainkan ponsel ditangannya.
Ceklek
"Jaejoong-ah? Kau belum pulang?" tanya Siwon yang nampaknya bersiap untuk pulang juga.
Jaejoong yang tadinya sibuk merapikan tasnya, menolehkan kepala saat didengarnya Siwon memanggil. "Nde sajangnim? Sebentar lagi aku pulang. Yoochun sudah menunggu diluar." jawabnya sambil tersenyum manis kearah Siwon. Tak tahu saja dirinya, kalau ia tersenyum begitu, hati namja tampan didepannya berdetak tak karuan.
"Sudah kubilang, jangan memanggilku begitu. Jam kantor sudah berakhir dan sekarang aku bukan atasanmu lagi." Jaejoong hanya tersenyum dan terus melanjutkan kegiatannya.
"Bagaimana kalau hari ini aku yang mengantarmu pulang? Sudah lama aku ingin bertemu dengan anakmu Jaejoong-ah."
Jaejoong seketika menatap atasan sekaligus namjachingunya itu, sebelum akhirnya tersenyum dan menjawab, "Ania gwencanha, aku membawa mobil dan aku tak percaya pada Yoochun untuk membawanya pulang. Karna terakhir kali aku menyuruhnya membawa mobilku, ia malah membuatku bangkrut dengan membayar jasa bengkel." jawab Jaejoong sambil tersenyum masam mengingat kejadian itu.
"Baiklah, aku mengerti. Tapi lain kali aku harap aku bisa bertemu dengan anakmu Jaejoong-ah." kata Siwon dan perlahan berjalan mendekat kearah Jaejoong, lalu memeluknya dari belakang.
"Tentu, aku harap ia bisa menerimamu. Karena aku lebih mengutamakan orang yang disukai anakku untuk kelak menjadi pendampingku." jawab Jaejoong sambil membalas pelukan Siwon dipinggangnya. Senyum mengembang diwajah keduanya.
"Ehemm, hyung apa kau masih lama?" tiba-tiba suara Yoochun menginterupsi kegiatan intim dua namja itu. Segera setelahnya Jaejoong tersadar dan mulai melepaskan rangkulan Siwon.
"Ne Chunie, aku sudah selesai. Nah, hyung aku pulang dulu ne."
"Baiklah, kajja aku antar sampai depan." Siwonpun menggandeng tangan Jaejoong sambil terus tersenyum disepanjang perjalanan. Nampak jelas kebahagiaan diwajah Jung muda itu, entah kenapa ia selalu merasa bahagia ketika dirinya bisa bersama dengan Jaejoong. Mungkin benar, ketika kita jatuh cinta dunia serasa hanya milik kita berdua.
Ting
Pintu lift terbuka dan mengantarkan Siwon, Jaejoong dan Yoochun kelantai dasar Jung Corp, disaat yang bersamaan, dari arah samping, nampak juga seseorang tengah berjalan pelan menuju pintu keluar. Bisa dipastikan kalau mereka akan berpapasan nantinya.
"Yunho sajangnim." pekik Yoochun kencang saat matanya menangkap sosok Yunho yang berjalan pelan kearah pintu keluar sambil sibuk memainkan ponselnya. Siwon dan Jaejoongpun menolehkan kepala mereka serempak menoleh kearah Yunho.
Merasa ada yang memanggil namanya, Yunhopun mendongakkan wajahnya, dan-
Deg
Jantung Yunho berdetak kencang saat matanya kembali melihat sosok itu didepannya. Mata musangnya tak berkedip melihat sosok itu, seakan dirinya tersedot kedalan pesona alami dari sosok itu.
"Sajangnim, apa anda akan pulang?" tanya Yoochun lagi karna tak melihat pergerakan dari atasannya itu. Masih ingat bukan kalau Yunho adalah atasan Yoochun dalam management keuangan?
Seakan tersadar, Yunhopun berdeham pelan. "Ne aku akan pulang." jawabnya singkat dan mulai berjalan mendahului rombongan itu.
"Hyung, bukankah dia itu dongsaengmu? Kenapa sama sekali tak menghormatimu eoh? Lihatlah ia bahkan berjalan duluan tanpa mengucapkan salam padamu." Jaejoong yang sedari tadi memperhatikan Yunhopun seketika mengutarakan pendapatnya mengenai dongsaeng namjachingunya yang menurutnya sangat tidak sopan itu.
Yunho yang memang belum berjalan jauhpun bisa mendengar gerutuan Jaejoong, seketika ia berbalik dan menatap Jaejoong.
"Apa urusanmu dengan sikapku ini. Memangnya kau ini ibuku? Ck, dasar yeoja aneh!" ucap Yunho dan menatap Jaejoong semakin tajam.
Merasa kalau Yunho sudah mengejeknya, Jaejoongpun tak tinggal diam, "Yak apa katamu! Kau buta eoh? Jelas-jelas aku ini namja tahu!"
"Ah ya, aku lupa. Kau itu namja dengan wajah seperti yeoja kan?" jawab Yunho sambil kini menyeringai.
"Kau, benar-benar menyebalkan." kesal Jaejoong dan mempoutkan bibirnya kebiasaan ketika ia tengah kesal. Satu hal yang tak akan pernah bisa dibantahnya, kalau ia memiliki wajah sangat cantik bahkan melebihi yeoja, maka dari itu saat ada orang yang mengatainya mirip yeoja ia tak akan bisa melawan.
Gluppp
Yunho berusaha mati-matian menenangkan degup jantungnya yang berdetak kencang melihat pemandangan itu. Bagaimana ia bisa tahan jika ia dihadapkan pada pemandangan yang sangat menggoda imannya. Melihat bibir cherry itu mempout dengan imutnya. Andai saja sekarang tak ada hyungnya dan karyawannya disini, bisa dipastikan kalau ia sudah kehilangan kendali dan menyerang bibir cherry yang menggoda itu.
"Kau kalah kan, sudahlah, terima saja kalau kau itu seperti yeoja. Wajahmu itu sangat cantik dan manis." ucap Yunho lagi sambil mulai berbalik dan berjalan menjauh dari Jaejoong. Senyum terpasang diwajahnya. Bukankah tadi ia secara tak langsung sudah memuji Jaejoong?
Dan Jaejoong? Ah, rupanya namja cantik itu sekarang tengah berblushing ria, entah kenapa. Tapi ia merasa sangat nyaman saat Yunho-musuh bebuyutannya dikantor ini-sudah memujinya cantik. Ada perasaan hangat menjalar dihatinya saat mendengar kata itu keluar dari bibir hati Jung Yunho.
Yoochun dan Siwon pun hanya bisa melongo saat Yunho mulai beradu mulut dengan Jaejoong, memang sudah menjadi rahasia umum kalau Jaejoong sangat tak akur dengan anak kedua pemilik Jung Corp ini. Entah apa yang membuat keduanya seperti anjing dan kucing, namun itu menjadi hiburan tersendiri bagi segelintir orang.
::
::
YUNJAE
::
::
Jaejoong dan Yoochun tiba dengan selamat sampai dirumah keluarga Kim. Segera setelahnya Jaejoong mematikan mesin dan mulai berjalan masuk ke rumahnya. Yoochun sendiri sudah sedari tadi masuk kerumah, alasannya karna ia rindu dengan Changmin, namun Jaejoong sudah tahu sebenarnya siapa yang dirindukan namja jidat lebar itu.
Ah ya, kalian pasti bertanya-tanya anak siapa Changmin sebenarnya. Changmin memang merupakan anak KANDUNG dari Jaejoong dan dilahirkan langsung dari rahimnya. Jadi sudah pantas bukan kalau Jaejoong dipanggil eomma oleh Changmin. Sedangkan kalau kita berbicara mengenai appa dari Changmin, ah itu hanya akan mengorek kembali luka lama yang dialami Jaejoong. Bukan, bukan karna ia dihianati atau semacamnya, namun lebih dari itu, ia kehilangan satu-satunya orang yang mencintainya dengan tulus. Disamping keluarganya, hanya appa Changminlah orang yang disayangi Jaejoong, hingga akhirnya mereka menikah dan Jaejoong mengandung Changmin. Namun suatu musibah harus dialami Jaejoong, disaat dirinya tengah mengandung Changmin, sebuah kecelakaan dialami oleh suaminya dan merenggut nyawa dari orang yang sangat dicintainya itu. Bahkan suaminya berpulang sebelum anak mereka lahir ke dunia. Jadi sampai sekarangpun, Changmin memang tidak mengetahui siapa appanya.
"Minie-ah, changy, eomma pulang."
"EOMMA."
"Aigoo anak eomma, apa Minie tadi nakal eoh?"
"Ania eomma."
"Kau sudah pulang hyung?" kata Junsu tiba-tiba sudah berdiri dibelakang Jaejoong sambil menenteng sebuah boneka paha ayam ditangan kanannya.
"Omona, Su-ie, wajahmu kenapa?" tanya Jaejoong kaget saat melihat wajah Junsu yang sangat berantakan. Rambut acak-acakan dan pakaian yang tak kalah berantakannya.
"Tanyakan saja pada anak kesayanganmu itu hyung, apa yang sudah dilakukannya." jawab Junsu masih dengan suara dingin dan menahan emosi.
"Ne hyung, marahi saja bocah evil itu, berani-beraninya dia membuat baby Su-ie ku seperti ini. Lihat saja, apa yang akan aku lakukan kalau tahu bocah itu menjahili baby Su-ie ku lagi." kini Yoochun ikut ambil suara sambil menatap marah pada Changmin.
"Kau, kalau sampai berani berbuat macam pada Minie, bisa ku pastikan kau tak akan melihat hari esok, Park!" desis Junsu berbahaya. Walaupun ia dan Changmin tak pernah akur sama sekali, namun jangan tanyakan betapa sayangnya Junsu pada keponakannya itu. Walaupun kadang ia merasa kesal dengan tingkah keponakannya, tapi tak mengurangi rasa sayangnya pada bocah tampan itu.
Gluppp
Yoochun menelan saliva gugup saat menyadari aura hutam dari namjachingunya itu. Ia lupa, seberapapun marah dan kesalnya Junsu pada Changmin, namun jika ada yang berniat melukai keponakan tersayangnya itu, justru ialah yang paling dulu bertindak.
"N..ne, a..aku hanya be..bercanda baby. Tak serius. Sungguh!"
"Aku pegang kata-katamu Park!" satu lagi kebiasaan Junsu, ia hanya akan memanggil marga Yoochun ketika ia merasa kesal dengan namjachingunya itu.
"Nah Minie, karna Minie tadi sudah berbuat salah pada Su-ie jussi, sekarang Minie harus minta maaf ne. Kau tak ingin membuat Su-ie jussi marah kan?"
"Ne eomma." Changmin pun mulai berjalan kearah Junsu, setelahnya dipeluknya ahjussinya itu sambil meminta maaf.
"Cu-ie jumma, mianhaeyo. Minie tak akan mengulangnya." jawab Changmin sambil tersenyum manis kearah Junsu.
"Terserah kau saja." jawab Junsu asal dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar.
"Yaa, baby Su-ie mau kemana? Aku ikut ne!" Yoochunpun bergegas mengikuti Junsu.
"Siapa yang mau kue?" pekik Jaejoong tiba-tiba saat dilihatnya Changmin tak bergeming ditempatnya. Dan bisa ditebak, mendengar kata kue, radar Changminpun bereaksi dan mulai tersenyum kearah Jaejoong.
"Minie mau!" teriaknya heboh dan mulai berlari kearah eommanya. Begitulah Kim Changmin, tak pernah sedetikpun melewatkan makan.
::
::
YUNJAE
::
::
Sore berganti malam. Mataharipun sudah kembali ke peraduannya, digantikan oleh sinar redup rembulan dan ditemani cahaya bintang. Kini, di kediaman keluarga Kim, nampak tiga namja beda karakter itu tengah menikmati makan malamnya. Yoochun sendiri sudah sedari tadi kembali ke kediamannya. Berbagai macam menu makanan tersaji dimeja makan. Memang namja cantik yang merupakan kepala keluarga di rumah itu sangat pandai memasak. Bahkan rasa masakannya lebih enak daripada masakan restoran, setidaknya itu versi Changmin anaknya.
"Eomma, Minie mau itu!" kata Changmin sambil menunjuk telur gulung dihadapan Jaejoong.
"Telur gulung? Jja, sini eomma ambilkan." Jaejoongpun mengambilkan telur gulung itu pada Changmin, dan segera setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Changmin dengan lahap memakan telur gulung itu.
Setelah selesai makan malam, Jaejoong terlebih dulu membersihkan piring kotor sebelum akhirnya ikut bergabung dengan Changmin dan Junsu di ruang keluarga.
"Minie, apa ada tugas dari bu guru di sekolah?" tanya Jaejoong memulai percakapan. Memang menjadi kebiasaan bagi kekuarga kecil itu untuk menghabiskan waktu bersama dengan duduk diruang keluarga sambil berbincang atau menonton.
"Tidak ada eomma." jawab Changmin sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari acara kartun favoritnya.
"..."
Tak ada percakapan yang terjadi, semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Changmin sibuk dengan acara tvnya, Junsu sibuk memainkan ponsel ditangannya, sedangkan Jaejoong sibuk dengan laptopnya.
"Eomma, Minie ngantuk." lapor Changmin setelah kartun favoritnya berakhir. Dilangkahkannya kaki kecilnya menuju Jaejoong lalu duduk dipangkuan eommanya itu.
"Eh, Minie waeyo? Kau sudah ngantuk?" tanya Jaejoong yang rupanya tak mendengar seruan anaknya tadi.
"Ne eomma, kajja tidul. Minie, hoahhmmm, ngantuk." jawab Changmin dan mulai membenamkan wajahnya didada hangat sang eomma.
"Aigoo, kajja kita ke kamar. Su-ie, aku menidurkan Minie dulu ne."
"Ne, jaljayo Minie."
"Jaljayo jumma."
Jaejoongpun segera menggendong tubuh montok Changmin dan berjalan menuju kamar Changmin. Segera setelah di dalam kamar, Jaejoong menghempaskan tubuh montok anaknya diatas kasur.
"Eomma~" rengek Changmin lagi, rupanya anak itu belum sepenuhnya tertidur.
"Ne changy, waeyo?"
"Eomma, apa Minie punya appa?" tanya Changmin sambil menatap mata bulat eommanya. Entah apa yang tengah dipikirkan anaknya itu, karena tiba-tiba saja menanyakan tentang appanya.
"Nde? Kenapa Minie tiba-tiba bertanya seperti itu hmm? Apa ada yang menanyakan itu pada Minie?"
Changmin menggeleng pelan, "Ani eomma. Tadi waktu pulang cekolah, Minie lihat Kyunie dijemput cama appa dan eommanya." jawab Changmin pelan mengingat tadi Kyuhyun temannya di sekolah dijemput oleh kedua orang tuanya.
"Lalu?"
"Minie juga ingin dijemput cama appa dan eomma, jadi Minie bica tunjukkan pada Kyunie, kalau Minie juga punya appa dan eomma."
Jaejoong tertegun saat mendengar kata appa keluar dari bibir kecil Changmin, memang selama ini ia tak pernah memberitahu tentang appa dari anaknya itu. Ia berfikir kalau Changmin masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya. Namun sekarang nampaknya Changmin sudah cukup besar untuk bisa mengerti semuanya.
"Ne Minie, tentu saja Minie punya appa." jawab Jaejoong sambil mengelus pelan rambut tebal anaknya itu. Diusapnya lembut sebelum mengecupnya pelan.
"Jinja eomma? Lalu, appa eodiya?" tanya Changmin lagi, kini ia sudah duduk diatas kasurnya. Nampaknya ia lupa kalau tadinya ia tengah mengantuk.
"Appa Minie sudah bahagia diatas sana." jawab Jaejoong sambil menunjuk langit malam yang nampak dari jendela kamar Changmin.
"Diatac cana?" jawab Changmin heran. Dimiringkannya wajanya tak mengerti maksud dari eommanya itu.
"Ne chagi. Appa Minie sekarang sudah berada diatas sana. Mengawasi Minie dan eomma dari tempat para dewa diatas sana."
Changmin masih tak mengerti dengan maksud eommanya itu, dirinya pun tak bergeming dan masih terus menatap Jaejoong meminta penjelasan lebih lanjut.
"Minie chagi, dengarkan eomma ne. Appa Minie sekarang berada ditempat yang sangat jauh, dan kita tak akan bisa bertemu dengannya. Appa sekarang sudah bahagia ditempatnya yang baru itu. Namun satu hal yang harus Minie ingat, walaupun Minie tak pernah melihat wajah appa, tak pernah bertemu dengan appa, namun percayalah, appa sangatlah menyayangi Minie. Dan appa akan selalu melindungi Minie walaupun Minie tak pernah tahu keberadaan appa dimana."
"Tapi kenapa appa tak mau beltemu Minie? Kalau appa cayang Minie halucnya appa datang dan belmain belcama Minie."
"Appa bukannya tak mau bertemu Minie, tapi appa tak bisa menemui Minie. Sekarang appa sudah berada bersama Tuhan, karena Tuhan sayang pada appa, maka dari itu beliau memanggil appa Minie lebih dulu."
"Tapi Minie ingin beltemu appa." jawab Changmin akhirnya sambil menahan sesak didadanya. Menahan airmata yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Mungkinkah Changmin tengah merindukan sosok appa?
Jaejoong sedikit merasa sesak saat melihat keinginan Changmin yang ingin bertemu dengan appanya, sebagai seorang ibu Jaejoong pasti bisa merasakan apa yang tengah dirasakan oleh anaknya itu.
"Minie, changy. Dengarkan eomma. Minie harus mengerti ne apa kata eomma, appa sudah tak ada disisi kita, appa sudah bersama Tuhan diatas sana. Sekarang yang Minie harus lakukan adalah, selalu berdoa untuk appa dan percaya kalau appa akan menjaga Minie dari atas sana. Arrachi?" kata Jaejoong sambil menarik Changmin kedalam dekapannya.
Changmin hanya mengangguk mencoba memahami semua perkataan eommanya itu. Jaejoongpun sendiri sangat bingung sekarang. Memang sulit menjelaskan hal seperti ini pada anak-anak. Memberikan pengertian yang bisa dipahami oleh anak-anak.
"Jadi cekalang Minie tak bica beltemu dengan appa?" tanya Changmin lagi. Jaejoong hanya tersenyum menjawab pertanyaan Changmin.
"Eomma~" rintih Changmin pelan memanggil eommanya.
"Ne chagi, waeyo hmm?"
"Apa Minie boleh punya appa lagi? Bicakah Minie punya appa lagi, eomma?"
::
::
YUNJAE
::
::
Setelah memastikan kalau Changmin sudah terlelap, Jaejoongpun keluar dan berjalan pelan menuju ruang keluarga. Direbahkannya tubuhnya disofa sebelah Junsu.
"Waeyo hyung? Kau terlihat lesu?" tanya Junsu yang heran melihat hyungnya lesu setelah menidurkan Changmin.
"Junsu-ie, apa yang harus kulakukan? Apakah sekarang sudah waktu yang tepat eoh?"
Junsu semakin tak mengerti dengan omongan Jaejoong, "Kau bicara apa hyung? Aku tak mengerti." tanyanya sambil membenarkan tempat duduknya lalu memandang Jaejoong.
"Minie, tadi ia bertanya mengenai appanya."
"Jinja? Memang cepat atau lambat ia akan menanyakannya hyung. Kurasa memang sudah waktunya memberitahu yang sebenarnya pada Minie."
"Ne, tadi aku juga sudah memberitahu hal yang sebenarnya pada Minie."
"Lalu? Kenapa kau masih lesu begitu?"
"Kau tahu? Minie, ia bertanya padaku, apa ia bisa mempunyai appa lagi."
"Oh jadi Minie ingin appa."
Loading please
1 detik
2 detik
3 detik
"Mwo? Minie ingin appa?" teriak Junsu saat baru menyadari maksud perkataan Jaejoong.
Jaejoong sendiri sudah menutup telinganya karna kaget mendengar suara nyaring dongsaengnya itu. "Pelankan suaramu, Minie baru tidur pabo!"
"Mian hyung, aku hanya kaget. Kenapa Minie bisa meminta hal itu ne hyung?"
"Mollayo, tapi sepertinya ia hanya iri dengan teman-temannya disekolah. Tadi ia sempat bercerita kalau teman sekolahnya yang bernama Kyunie dijemput oleh appa dan eommanya. Mungkin saja ia ingin juga dijemput oleh eomma dan appanya."
"Kyunie? Maksud hyung Kyuhyun?"
"Eh? Kau tahu anak itu?"
"Ne, tadi siang saat aku menjemput Minie, dia memang sedang mengobrol dengan anak itu."
"..."
"Lalu, apa rencanamu hyung? Bukankah sekarang kau juga sudah memiliki kekasih? Siapa namanya? Simson? Sidong?"
"Siwon!"
"Ah ya Siwon. Lalu, apa kau tak ingin mengenalkannya pada Minie. Bukankah sekarang Minie sendiri yang menginginkan memiliki appa?"
"Mollayo. Aku juga sangat ingin mengenalkan Siwon hyung padanya, namun aku takut ia tak menerimanya. Aku belum siap jika Minie menolak kehadiran Siwon."
"Kau belum mencobanya hyung. Siapa tau Minie menyukai Siwon hyung nantinya."
"Ne. Kau benar, aku belum mencobanya. Baiklah, aku akan mengatur waktu supaya bisa mempertemukan mereka berdua. Kuharap, Minie mau menerima kehadiran Siwon."
"Tentu hyung, aku juga berharap yang terbaik untuk kalian."
"Gomawo."
::
::
YUNJAE
::
::
Suasana pagi dikediaman Jung nampak berbeda pagi ini. Tak biasanya pagi ini dua Jung junior a.k.a Jung Siwon dan Jung Yunho duduk berdua menikmati secangkir kopi ditemani koran pagi di teras belakang kediaman Jung itu. Entah siapa yang memulai duluan, tapi ini menjadi suatu pemandangan yang sangat langka yang pernah terjadi.
Siwon sebenarnya merasa agak heran dengan dongsaengnya itu, karena semenjak kemarin malam-setelah pulang dari kantor-Yunho sepertinya sering membuntutinya. Entah apa yang diinginkan dongsaengnya itu, tiap saat Yunho akan selalu mengikutinya tanpa pernah mengungkapkan apa yang diinginkannya.
"Kau tahu, kau terlihat aneh sekarang." itulah kata pertama yang diucapkan Siwon untuk memulai percakapan dengan Yunho, ia sudah jengah karna sedari tadi Yunho selalu mengikutinya. Persis seperti penguntit.
"Aneh? Aku?" jawab Yunho sambil menunjuk diri sendiri.
"Ne, kau terlihat aneh. Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Siwon to the point.
Yunho diam sebentar sebelum menjawab, "Yeoja kemarin, ah maksudku namja yang sangat mirip yeoja itu, apa hubungan dirinya denganmu?" tanya Yunho to the point juga.
"Maksudmu Jaejoong? Dia salah satu staf marketingku, dan dia salah satu pegawai terbaikku. Waeyo?" tanya Siwon balik sedikit tertarik dengan perbincangan ini. Agak aneh memang jika Yunho menanyakan hal ini, karna bukankah ia dan Jaejoong adalah musuh bebuyutan?
"Ania, aku hanya ingin tahu saja. Apakah ada hubungan special antara kau dan dia. Karna dari yang kulihat, kau sangat perhatian padanya."
Siwon hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Yunho. Ia belum ingin mengungkapkan hubungannya dengan namja cantik itu. Cukup hanya tim marketingnya saja yang mengetahui fakta itu.
"Baiklah kalau kau tak mau berkata jujur padaku." setelah mengucapkan itu, Yunhopun beranjak dari duduknya dan tanpa mengucapkan apapun lagi, ia segera melangkah keluar.
::
::
YUNJAE
::
::
Jaejoong dan Yoochun baru saja tiba di Jung Corp, hari ini hampir saja mereka terlambat karena Changmin merengek ingin diantar oleh Jaejoong. Butuh kesabaran extra untuk menenangkan anaknya itu, sebelum akhirnya ia berjanji untuk mengajak Changmin pergi ke kebun binatang saat hari libur tiba. Setelahnya, Changminpun mau untuk diantar Junsu seperti biasanya.
Kini, Jaejoong dan Yoochunpun segera meluncur masuk kedalam kantor, sebelum mereka benar-benar terlambat.
"Tunggu!" teriak Jaejoong saat melihat pintu lift sebentar lagi akan menutup, segera ia melangkahkan kakinya lebih lebar untuk bisa mencapai lift itu. Sepersekian detik, hampir saja ia benar-benar terlambat. Segera setelah dirinya dan Yoochun masuk lift, Jaejoong mengatur nafasnya yang sedikit tersengal.
"Jika semua pegawai Jung Corp seperti dirimu, bisa-bisa Jung Corp akan mengalami kemunduran. Memiliki pegawai dengan tingkat kedisiplinan yang sangat rendah."
Jaejoong yang masih mengatur nafasnya, seketika naik darah saat seseorang secara langsung megatainya tak disiplin. Segera diangkatnya wajahnya melihat siapa orang yang sudah menceramahinya tersebut. Dan Jaejoongpun semakin gerah saat melihat siapa orang itu, dipelototinya orang itu merasa sangat kesal.
"Mwo? Kenapa kau melihatku seperti itu?"
"Aku malas berdebat denganmu, ini masih sangat pagi. Aku tak mau tenagaku terbuang sia-sia dengan meladeni orang macan dirimu." jawab Jaejoong dan memalingkan wajahnya.
"Kau hanya mencari alasan saja bukan, katakan saja yang sebenarnya kau itu takut kalah berdebat denganku." jawab Yunho-orang yang mengatai Jaejoong itu-sambil memasang wajah kemenangan.
Sementara pasangan YunJae itu mulai berdebat, orang-orang yang kebetulan satu lift dengan merekapun hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah pasangan itu. Termasuk Yoochun dan Dongwoon. Rata-rata yang ada dipikiran mereka adalah 'Mereka itu sangat serasi, namun sayang seperti anjing dan kucing' atau 'Lebih baik mereka menjadi sepasang kekasih saja, daripada setiap hari beradu mulut. Ingatlah, dari benci bisa jadi cinta.'
Ting
Pintu lift terbuka dan mengantar Jaejoong kelantai dimana tempatnya bekerja. Tanpa mengatakan apapun lagi, segera ia keluar dengan wajah yang tak bersahabat. Sementara Yunho sendiri sangat puas, senyum terpasang diwajah tampannya, kala melihat Jaejoong keluar lift sambil menghentakkan kakinya kesal. Entah kenapa ia sangat senang membuat nama cantik itu kesal. Baginya, wajah Jaejoong yang cemberut dan kesal itulah yang menjadikan harinya sedikit berwarna.
Shrak
Jaejoong dengan kasar menghempaskan tubuhnya dikursi kerjanya. Nafasnya masih memburu mengingat tingkat kekesalannya memang sudah mencapai batas.
"Sehari saja, bisakah aku tak bergemu dengan namja sok itu. Akh, aku sangat kesal padanya."
"Jaejoong-ah, waeyo? Kenapa kau terlihat sangat kesal eoh?" tanya Hyunseung yang heran melihat Jaejoong mengomel sendiri.
"Ania, gwencanha." jawab Jaejoong cepat.
"Oh ya, tadi Siwon sajangnim berpesan kalau kau datang kau disuruh masuk keruangannya. Ada hal yang ingin dibicarakannya denganmu."
"Ne gomawo Hyungseung-ah. Aku masuk kalau begitu." kata Jaejoong dan mulai melangkah masuk keruangan Siwon.
"Ne, cheonma."
Ceklek
"Anda memanggil saja sajangnim?" tanya Jaejoong ketika sudah masuk keruangan Siwon.
"Ne, masuklah."
Jaejoong masuk dan duduk dibadapan Siwon, "Ada yang harus kukerjakan sajangnim?"
"Ne, ini adalah laporan penjualan bulan ini. Aku ingin kau mengeceknya ulang dan buatkan aku ringkasan dari laporan itu." kata Siwon sambil menyodorkan sebuah map kepada Jaejoong.
Jaejoongpun mengambil map itu dan perlahan membukanya. "Baiklah, ada hal lain yang harus saya kerjakan sajangnim?"
"Ania, itu saja. Sekarang kau boleh keluar."
"Ne sajangnim." Jaejoong perlahan bangkit, "Oh ya sajangnim, ada hal yang ingin kukatakan." kata Jaejoong lagi sebelum benar-benar keluar dari ruangan Siwon.
"Mwo?"
"Hari minggu nanti, aku harap sajangnim mau meluangkan waktu untuk menemani anakku pergi ke kebun binatang." jawab Jaejoong dan tersenyum memandang Siwon. Memang bukan waktu yang tepat untuk mengatakan hal ini, namun apa boleh buat, ia takut lupa mengatakannya jika ia sudah sibuk bekerja.
Siwon sepertinya masih mencerna ucapan Jaejoong, karena sekarang dirinya nampak masih bengong menatap namja cantik itu.
"Baiklah saya permisi sajangnim." ucap Jaejoong lagi dan berjalan pelan keluar.
::
::
YUNJAE
::
::
Seorang namja tampan yang kita ketahui bernama Jung Yunho, tengah sibuk memperhatikan laptopnya. Matanya bergerak seirama dengan arah kursor dihadapannya. Terlihat ia sangat serius dengan kegiatannya, memperhatikan deret diagram yang tergambar di layar laptopnya.
Drrtt drrtt drrtt
Suara ponsel yang bergetarlah yang akhirnya mengembalikan dirinya ke dunia nyata. Diambilnya ponsel touchscreennya lalu melihat siapa yang menelpon. Setelahnya segera ia menyentuh tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu.
"Yeoboseyo." ucap Yunho setelah menempelkan ponselnya ditelinganya.
"Yeoboseyo, Yunho-ah? Ini aku Dujun."
"Ah, ne Dujun-ah, waeyo?"
"Aku akan mengadakan pesta perpindahanku, pesta kecil-kecilan yang aku adakan diapartement baruku." kata Dujun-sahabat Yunho sewaktu SMA.
"Kau baru pindahan?"
"Ne, tepatnya seminggu yang lalu." jeda sejenak, "Jika ada waktu, datanglah. Aku juga mengundang Leeteuk, Gikwang dan yang lainnya. Sekalian kita adakan reuni, bukankah sudah lama kita tak berkumpul bersama? Kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu."
"Baiklah akan kuusahakan. Dimana alamatnya?"
"Apartement Bolero di daerah Gangnam. Apartemenku no 307."
"Wow, bukankah itu salah satu apartement elit didaerah sana? Kau nampaknya sudah sukses eoh?"
"Ania, kebetulan saja tempat kerjaku yang baru berada didaerah sana."
"Baiklah, kapan pestanya berlangsung?"
"Hari minggu jam 10. Aku ingin kita makan siang bersama dan menghabiskan waktu hingga malam."
"Ne arraseo."
"Ajak sekalian istri atau pacarmu Yunho-ah, aku sungguh penasaran siapa pasanganmu. Bukankah dulu kau sangat terkenal playboy?"
"Hah, aku sudah bertaubat. Baiklah, jika tak ada lagi yang kau ingin bicarakan, sebaiknya aku tutup telponnya. Pekerjaanku sungguh banyak."
"Aigoo, dasar workaholic. Baiklah, jangan lupa untuk datang hari minggu nanti."
"Ne arraseo."
::
::
YUNJAE
::
::
Hari minggu tiba
Jaejoong sudah bersiap untuk menepati janjinya kepada Changmin. Kemarinpun Siwon sudah menyanggupi ajakannya untuk pergi bersama. Kini, Jaejoong terlihat sangat sibuk mendandani Changmin. Changmin sedari tadi sudah sangat bersemangat, karna akhirnya ia bisa pergi bersama dengan eommanya.
"Eomma, eomma. Apa nanti Minie boleh belmain cepuacnya?" tanya Changmin sambil melompat-lompat kecil diatas kasurnya-setelah mandi-tanpa mengenakan apapun-handukpun tidak.
"Tentu Minie-ah, sudah kajja turun dan pakai pakaianmu. Eomma akan berubah pikiran jika Minie tak mau menuruti eomma." kata Jaejoong sedikit mengancam anaknya.
"Ne eomma, Minie tulun."
"Kajja pakai bajumu dan rapikan penampilanmu."
"Eomma, apa kita hanya pelgi beldua? Cu-ie jumma apa tak ikut?" tanya Changmin sambil memakai bajunya.
"Ania, Su-ie jussi tak ikut. Bukankah tadi pagi ia sudah pergi bersama Chunie jussi eoh? Kau lupa?"
"Omona, Minie lupa. Hihi, Minie cangat cenang kalena bica pelgi bercama eomma. Minie jadi lupa kalau Cu-ie jumma cudah pelgi." jawab Changmin yang kini sudah memakai lengkap pakaiannya. "Lalu kita akan pelgi dengan ciapa eomma?"
"Kita akan pergi bersama teman eomma, apa Minie keberatan?" tanya Jaejoong sedikit was-was. Ia takut kalau Changmin tak akan menerima kehadiran Siwon nantinya.
"Teman eomma? Apa ia cantik?" tanya Changmin sambil menatap mata bulat eommanya.
"Ck, kau ini! Sudah bisa bertanya seperti itu eoh? Siapa yang mengajarimu?"
"Chunie jucci." jawab Changmin polos sambil mendekatkan dirinya kearah eommanya.
"Dasar Chunie. Sudah, kalau nanti Chunie jussi mengatakan hal aneh pada Minie, jangan didengarkan ne. Nah, kajja sini eomma rapikan rambutmu, kau harus tampil tampan." kata Jaejoong dan mulai menarik Changmin duduk dipangkuannya sambil menyisir rambut tebal Changmin.
"Minie celalu tampan eomma. Hihi."
"Kau terlalu percaya diri." jawab Jaejoong sambil terus merapikan rambut anaknya itu. "Nah, sudah selesai. Hemm, kau memang tampan. Jja, cium eomma dulu eoh?"
Cup~
"Anak pintar. Nah, sekarang kajja kita tunggu teman eomma."
"Kajja." JaeMin pun bergegas menuju ruang tengah untuk menunggu kedatangan Siwon, tanpa tahu apa yang akan terjadi pada diri mereka nanti.
.
.
Sementara itu, Yunho kini sudah bersiap untuk pergi kerumah Dujun. Jam masih menunjukkan pukul 9.30 pagi, namun memang kebiasaan dari seorang Jung Yunho untuk selalu datang lebih cepat dari jam yang dijanjikan.
"Tuan muda Yunho, mobilnya sudah siap. Apa tuan muda akan berangkat sekarang?"
"Ne, gomawo Hwang ahjussi. Dan sampaikan pada appa kalau aku mungkin akan pulang larut."
"Baik tuan."
Setelah berpesan pada Hwang ahjussi, Yunhopun bergegas menuju mobilnya dan segera meluncur menuju apartemen Bolero tempat tujuannya.
Sepeninggal Yunho, nampak Siwon juga keluar dari kamarnya dengan dandanan yang terlihat rapi. Masih ingat bukan kalau hari ini Siwon akan pergi bersama keluarga dari kekasihnya?
"Yunho pergi kemana Hwang ahjussi?" tanya Siwon saat tak sengaja mendengar percakapan Yunho dan kepala pelayan dikediamannya itu.
"Ah, tuan muda Yunho akan pergi kerumah temannya tuan."
"Ah begitu."
"Apa tuan muda juga akan pergi?" tanya Hwang ahjussi karna melihat Siwon yang juga nampak rapi.
"Ne, aku ada janji. Tapi sebelumnya aku akan pergi ke kantor, ada beberapa berkas yang tertinggal. Padahal besok akan diadakan rapat."
"Baik tuan muda."
"Jja, kalau begitu aku pergi. Tolong jaga rumah dan sampaikan pada appa kalau kami nampaknya akan pulang malam."
"Ne, arraseo tuan muda." Siwon pun bergegas keluar rumah dan segera meluncur menuju kantornya.
.
.
Tak butuh waktu lama bagi Yunho untuk menemukan alamat apartement Dujun. Sekarang bahkan dirinya sudah berada di depan apartement mewah itu.
"Apartemen Bolero nomor 307." gumam Yunho disepanjang perjalanannya masuk ke apartement itu.
Ting
Pintu liftpun terbuka dan membawa Yunho kelantai 3 gedung apartement itu, segera setelahnya Yunho berjalan pelan dan menuju kamar 307 sesuai dengan nomor kamar yang diberitahu Dujun kemarin.
Drrtt drtt drrtt
Sebuah panggilan dari ponselnya, membuat Yunho berhenti sebentar untuk menerima panggilan itu. Setelahnya ia mengangkat panggilan itu dan mulai melangkahkan kakinya lagi.
"Yeoboseyo?"
"Yeoboseyo hyung, ah mian hari minggu begini mengganggumu hyung." kata Dongwoon diline seberang. Memang jika sudah bukan dikantor, Dongwoon memanggil Yunho dengan sebutan hyung.
"Ne Dongwoon-ah, waeyo?" tanya Yunho sambil terus melangkahkan kakinya mencari kamar nomor 307.
"Aku hanya ingin memberitahumu hyung, kalau besok akan diadakan rapat ulang dengan tim marketing. Aku lupa memberitahumu kemarin hyung."
"Ne gwencanhayo. Kalau begitu kau siapkan saja bahan yang akan kita gunakan rapat besok. Setelah itu tolong kau kirimkan ke rumahku, dan titipkan saja pada Hwang ahjussi. Aku sedang diluar dan pulang malam." jawab Yunho sambil berhenti disalah satu kamar-tanpa benar melihat nomor kamar itu. Merasa kalau kamar itu sudah benar, Yunhopun dengan cepat memencet bel yang ada disana lalu kembali melanjutkan telponnya.
"Ne hyung arraseo. Mian sekali lagi mengganggu hari minggumu. Kalau begitu aku akan tutup telponnya. Selamat siang hyung."
Klik
Ceklek
Yunho mematikan ponselnya bertepatan dengan pintu kamar dihadapannya terbuka dan menampakkan seorang namja cilik yang melihatnya dengan pandangan yang sulit diungkapkan. Antara kagum, terpesona dan kaget.
Yunho yang menyadari pintu kamar terbukapun lalu menengokkan kepalanya kedalam dan heran mendapati hanya ada namja kecil yang membukakannya pintu.
'Apa Dujun sudah menikah dan memiliki anak eoh? Seingatku bahkan ia tak memiliki kekasih setelah putus dari Jihyun tahun lalu'
.
.
Jaejoong dan Changmin tengah menunggu kedatangan Siwon, dua namja beda usia itupun tengah duduk sambil sesekali bercanda.
"Minie-ah, eomma kebelakang sebentar ne. Kau diam disini, kalau ada yang memencet bel, kau lihat dulu siapa yang datang, kalau kau tak mengenalnya tunggu eomma datang dulu, arrachi?" kata Jaejoong sambil melangkah pergi menjauh dari Changmin. Changmin hanya mengangguk tanpa menjawab eommanya.
Ting tong
Bel rumah berbunyi, Changminpun segera berlari mendekat kearah pintu. Ditengoknya dari celah pintu siapa yang datang itu, dan seketika Changmin membulatkan matanya kaget. Tanpa pikir panjang, segera dibukanya pintu kamar apartementnya. Bukankah tadi ia sudah dilarang membukakan pintu jika ada yang datang?
Setelah membukakan pintu, segera Changmin menghambur keluar menemui orang yang datang itu. Dan dirinya seketika diam ditempat saat orang itu benar-benar sudah ada dihadapannya. Ditatapnya orang itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Antara kagum, terpesona dan kaget. Segera ia tersenyum manis pada orang itu.
"Apa ajucci teman olangtuaku?" tanya Changmin masih dengan tatapan kagum.
"Ne, apa orang tuanmu ada didalam?"
Changmin hanya mengangguk sebagai jawaban, segera tanpa mengatakan apapun lagi Changmin menarik tangan namja yang dipanggilnya ahjussi itu masuk kedalam, benar-benar lupa akan larangan eommanya tadi.
"Siapa yang datang Minie?" teriak Jaejoong karena mendengar suara bel dari arah kamar mandi. Segera ia keluar menemui Changmin.
"EOMMA-" teriak Changmin heboh sambil terus menyeret tangan namja yang ditemuinya didepan tadi.
"Ne chagi, waeyo?" teriak Jaejoong sambil terus melangkahkan kakinya mendekat keruang tengah.
"EOMMA, MINIE PUNYA APPA. MINIE MAU AJUCCI INI JADI APPA MINIE, EOMMA, MINIE MAU APPA BARU." teriak Changmin menggelegar bertepatan dengan Jaejoong yang juga sampai diruang tamu.
Deg
Jantung Jaejoong berdetak kencang saat matanya melihat Changmin tengah menyeret seorang namja. Bukan, bukan terkejut dengan teriakan Changmin tadi, tapi dirinya terkejut dengan kehadiran namja yang tengah diseret Changmin itu.
"Neo! Apa yang kau lakukan disini?" teriak Jaejoong kencang sambil menunjuk wajah namja itu.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Annyeong yeorobeun, readers, chingudeul, eonnideul, dongsaengdeul...
Saya datang lagi membawa cerita baru... Hohoho
Bagaimana, apa tanggapan kalian mengenai FF saya kali ini? Saya nggak buat cerita yang berat,, saya juga mau menyajikan humor dalam FF kali ini.. Tapi entah humornya berhasil atau malah gagal.. ^^
Apa masih ada yang berkenan saya melanjutkan FF ini? Kritik dan komennya ditunggu dalam bentuk review ^^
Bisa kalian tebak siapa namja yang diklaim Changmin sebagai appa barunya itu? Dan kenapa reaksi Jaejoong seperti itu?
Jja, daripada banyak omong, lebih baik saya lanjutkan membuat chap 2nya, dan jangan lupa kalian juga tinggalkan jejak ne. Supaya saya bisa semangat buat lanjutannya dan mudah-mudahan bisa update cepat chap selanjutnya,. ^^
Jja, onegaiitashimasu minnasan..,