warning: CACAT, OOC, BANYAK BANGET AU, OOC
disclaimer: snk © hajime isayama; saya membuat fanfiksi ini tanpa mengambil keuntungan material.
catatan soal keseluruhan fanfiksi: nggak tahu kenapa bikin fic ini. mungkin buat eksperimen genre. maaf cacat. like seriously. sob.

fanfiksi ini meliputi semua genre kecuali genre general. total 20 chapter dan setiap kali update, itu mesti empat genre aka empat chapter so god please bless me. kumpulan drabble doang tapi ya.

catatan chapter: well im going to file this under crack because I suck at humor/parody so yup this is not funny im warning you wink wink. and anyway hanji is here its relevant right right. oh dan ini chapter pertama karena gua selesein yang ini pertama SOOOO YEP maaf nggak lucu ihi


crack — alternate universe: modern setting


Sasha memasang wig di kepalanya, lalu memakai daster dengan motif wajah titan sebagai pusat bunga matahari. Untuk Halloween, kata Sasha. Jean hanya menatap Sasha dari kepala dan kaki, lalu memutuskan bahwa ia harus menciptakan klausa bahwa beda antara konyol dan horor itu setipis kertas.

"Apa aku terlihat cantik?" tanya Sasha, memutar tubuhnya. Jika ia memakai gaun musim panas, mungkin ia terlihat cantiknya. Sayangnya tidak.

"Tidak," gumam Jean, menarik sebotol bir dari pintu kulkas, lalu menendang pintu kulkas hingga tertutup. "Kau terlihat buruk rupa."

Sasha mengerucutkan mulutnya, tapi tak melepaskan kostum entah-apa-itu-demi-kewarasan-Tuhan. Jean mempertanyakan selera Sasha di tengah sesapan bir. Merasa sulit untuk memilih membuat Sasha menemui terapis atau ia biarkan menggila di tengah pengaruh teman-temannya. Jean, sejujurnya, tidak tahu. Bagaimanapun juga, ia dikelilingi oleh orang aneh dengan wajah yang tidak segagah wajahnya.

Hanji, yang berada di sini dengan alasan melihat kurva tubuh Sasha dibalut kostum yang ia buat dengan nama sains, berkicau, "Kau terlihat sempurna, Sasha! Kau seperti pembantu seksi yang bakal ditiduri laki-laki ganteng kalau saja istrinya tidak memasang kamera tersembunyi."

Jean menggumam, ew, pembantu seksi, tidak, dan menduga jiwa Sasha tambah terpuruk dan ia ingin tidur di dalam kuburan dengan bantal gulingnya, mungkin ditambah dengan bantal kepala berbentuk baguette yang merupakan hadiah dari Mikasa ketika Sasha berulang tahun dan menghabiskan satu kue bertingkat lima sendirian. Ekspetasinya salah.

Kedua pipi Sasha malah diisi dengan semburat merah. Serius? Sasha malah menambah lagi fakta bahwa Jean sebenarnya sama sekali tak dapat menebak isi otak Sasha—selain makanan, yeah—ketika Sasha mengucapkan terima kasih pada Hanji yang sudah memujinya. Otak Jean hanya dipenuhi oleh kalimat: kau sebut pembantu seksi itu pujian, ya ampun, BRAUS, berhentilah makan mi instan.

Kemudian Hanji memeluk segumpal bola-bola kertas yang seharusnya bisa dipakai untuk hal-hal penting, tapi entah kenapa dibuat jadi sampah dan dikumpul menjadi bola besar yang diselotip asal-asalan. Ia kira Hanji adalah seorang ilmuwan jadi seharusnya ia memikirkan pemanasan global, bukan berkontribusi menambah faktor-faktor penyebab pemanasan global. Demi Tuhan. Kemudian, ketika ia mengangkat botol dan membiarkan likuid bir masuk melewati celah bibirnya untuk kesekian kali, Hanji memasukkan segumpal bola kertas raksasa itu ke dalam daster Sasha, menonjol tepat di perut.

Jean, mewakili kewarasan Tuhan, memuncratkan birnya. Rinai-rinainya mengotori tehel.

"Kau terlihat seperti pembantu yang habis ditiduri sama lelaki ganteng itu," dekut Hanji, menahan pipi dengan kedua tangannya. "Pembantu seksi yang hamil."

"Oh, aku tidak mungkin hamil," kata Sasha dengan serius. "Terakhir kali aku tidur dengan Jean, ia menggunakan proteksi."

SASHA. BRAUS.

Hanji terkikik-kikik saat menatap ekspresi horor di muka Jean, membaca kalimat yang tersembunyi di balik tiap kerutan yang muncul di kulit remajanya sebagai berikut: aku berharap kau mati dan semua orang menginjak kacamatamu seakan kau dan kacamatamu adalah mayat hidup. Hanji sama sekali tidak takut dengan ancaman tersirat Jean.

Jean menaruh mukanya di atas meja, menggosok-gosokkan keningnya ke kayu yang membuat kulitnya terasa perih. Oh, itu tidak masalah bagi Jean. Yang jadi masalah adalah fakta bahwa yang berhasil mengetahui rahasia antara Jean dan Sasha adalah saintis gila yang diam-diam mesum yang membuktikan bahwa rahasia dapat dibongkar dengan pujian dari segala hal.

"F—k you," umpat Jean pada Hanji. Hanya itu yang ia bisa katakan pada anak buah Levi terkutuk itu. Pangkal botol bertemu permukaan meja dengan kasar. Masih ada sisa merah di tengkuk dan ujung telinganya.

Hanji menyuruh Sasha untuk tidak lagi menaruh gumpalan kertas itu di dalam dasternya, melainkan di tempat sampah. Lalu ia menyeringai; lensa kacamatanya mengilat di bawah sinar lampu. "Aku juga menyayangimu," balas Hanji.

Sementara itu, Sasha, yang sama sekali tak mengerti dengan tensi antara Hanji dan Jean, hanya berputar memamerkan dasternya.