Chapter : 22

Author : Kakashy Kyuuga

Disclsimer : Naruto punya om Masashi ^_^

Genre : hurt, romance and fantasy

Pairing : Naruhina

CATATAN: PAIN DAN ANGGOTANYA YANG LAIN HANYALAH PEAN PEMBANTU. YANG MENJADI TOKOH ANTOGONIS DI SINI HANYALAH dEIDARA DAN SASORI, BERUHUBUNG MEREKA BERDUA SUDAH KALAH DALAM PERTEMPURAN MELAWAN NARUTO DKK, JADI KISAH MEREKA SUDAH DIANGGAP TAMAT.

ooOooo

Masih di rumah sakit. Waktu menunjukan tengah malam, suasana rumah sakit telah sunyi. Hanya ada beberapa perawat yang berlalu lalang di sepanjang lorong. Sakura melangkah pelan menyusuri lorong rumah sakit yang akan membawanya ke ruangan Naruto dkk di rawat, dia memeriksa kembali lembaran observasi bertas namakan Naruto. Udara dingin yang berhembus seolah bukan penghalang baginya untuk mengecek keadaan mereka, dia melanjutkan langkah santaina menuju ruangan Naruto.

Kesunyian yang menemaninya membuat dia teringat akan dilema yang di tanggungnya. "Naruto," gumam Sakura teringat pada pilihan yang harus dia ambil.

"Ini demi Naruto, aku ingin kamu selalu ada untuknya," Sakura menghela napas panjang begitu dia teringat akan permintaan Sasuke padanya ketika Naruto masih koma.

"Aku sudah mencobanya, tapi aku tak bisa. Aku tak bisa mencintai Naruto, dan semenjak siuman dari koma, dia terlihat berbeda. Seakan ada sekat yang membatasi kami, entah itu dari ku atau dari Naruto," inner Sakura.

Sementara itu di dalam ruangan Naruto dkk.

"He eh? Teme, kemana yang lain?" Tanya Naruto baru menyadari ketiadaan teman-temannya di dalam kamar.

"Mereka di atap," jawab Sasuke seraya membaringkan tubuhnya membelakangi Naruto.

"Kau tidak ikut?"

"Huh! Membosankan!" balas Sasuke, dia menguap dengan elitnya dan kemudian dia memejamkan matanya.

Naruto terdiam cukup lama sambil menatap punggung Sasuke, dia terlihat canggung sambil menggaruk kapalanya.

"Bagaimana hubungan mu dengan Sakura-chan?" Sasuke mengerutkan keningnya.

"Dia sudah mengingatnya?" gumam Sasuke, raut mimic acuhnya berganti resah.

"Ku dengar kalian sudah putus," lagi Sasuke tak menggubris ucapan Naruto. "Saat tahu Sakura menyukaimu aku merasa ada yang hilang di sini," kata Naruto menunjuk jantungnya.

Sasuke membuka matanya, dan melirik Naruto.

Sementara itu Sakura berhenti sejenak di depan pintu, dia menarik napas panjang sebelum dia membuka pintu. Namun niatnya tertahan karena suara dari dalam ruangan Naruto.

Di dalam ruangan Naruto.

"Sebenarnya, aku iri padamu, teme! Kenapa bukan aku yang jadian dengan Sakura."

Sasuke bangkit dari tidurannya kemudian berbalik menghadap Naruto dan menatap tajam pada iris safirnya. Mencoba memberikan tekanan pada Naruto.

"Jika itu maumu, jauhi Hinata," Naruto terbelak, Sakura membekam mulutnya, dia tampak syok mendengar ucapan Sasuke.

"Ke-kenapa Hinata?" Tanya Naruto.

"Aku sudah bilang padamu, tentukan pilihanmu. Sakura atau Hinata. Jika kau memilih Sakura, maka kau harus jauhi Hinata," kata Sasuke menggoncang mental Naruto.

"Hinata dan sakura bukan mainan, teme!" kata Naruto tampak syok.

"Karena itu tentukan pilihanmu, siapa yang kau cintai. Sakura atau Hinata?" kata Sasuke seraya berdiri dan menepuk pundak Naruto. "Siapa pun yang kau pilih, akan aku terima," sambung sasuk.

Naruto terdiam, dia melihat punggung Sasuke yang menajuh darinya menuju pintu.

"Siapa pun yang aku pilih, kau berjanji akan merelakannya?" tangan Sasuk tertahan di ganggang pintu begitu mendengar pertanyaan naruto.

Sasuke tersenyum simpul. "Aku janji," kata Sasuke tanpa menoreh pada Naruto, dia melanjutkan membuka pintu dan menghilang di balik pintu.

"Siapa pun itu yang kau pilih, aku bisa menerima. Asal —," langkah sasuke tertahan pada sehelai kertas yang jatuh tak jauh darinya. Firasatnya mengatakan ini buruk untuknya, dengan tergesa dia mengangkat kertas itu dan mmbacanya.

"Kuso! Apa dia mendengar semuanya?!" runtuk Sasuk seraya meremas kertas yang di punggutnya.

….

Sakura berlari di sepanjang lorong rumah sakit yang kebtulan sedang sunyi (?), dia brlari sekuat dan sejauh mana lorong ini brakhir.

"Jika itu maumu, jauhi Hinata."

"Diamlah, Sakura! Aku tidak pernah mencintaimu!"

"Siapa pun yang kau pilih, akan aku terima."

Kata-kata Sasuke masih terngiang di benak Sakura, dia tahu Sasuke akan melakukan ini. Tapi dia tak menyangka kenapa harus Hinata, kenapa harus Hinata yang menjadi penggantinya?!

"Siapa pun? Aku atau Hinata yang akan di pilih Naruto aku tetap akan trluka. Sasuke, kau jahat! Naruto! Kenapa harus aku yang kau cintai?! Kenapa kau lakukan ini padaku, Naruto!" rintih Sakura di sepanjang dia brlari.

Dia terus berlari tak peduli pada mata-mata yang Nampak atau tidak (?) yang terus melihat aneh padanya, akhirnya dia berhenti di atap.

"Aku benci kalian berdua!" teriak Sakura begitu dia tiba di atap.

"Kau baik-baik saja, Sakura-chan?" Sakura kaget mendegar suara Hinata di sampingnya.

"Hi-Hinata? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Sakura seraya menyapu sisa air matanya dan mendekati Hinata yang tengah duduk sambil menatap langit yang tak berbintang.

"Aku sedang memikirkan Gaara," kata Hinata tanpa menorah pada Sakura yang juga ikut menatap langit.

"Kau merindukan Gaara?" Tanya Sakura.

"Aku sedang berpikir, apa yang akan Gaara lakukan jika dia tahu aku menyukai orang lain."

Sakura tebelak, dan melihat Hinata menutup matanya seakan dia tengah membayangkan wajah orang yang dia cintai. "Apa yang dia maksud adalah Sasuke?"

"Apa dia akan marah padaku? Atau dia akan menjauhiku? Atau dia merelakan aku untuk bersamanya?" kata Hinata mengalihkan wajahnya dari langit ke Sakura.

Sakura balas menatap iris amethyst Hinata begitu Hinata menoreh padanya. Lagi, Sakura tak tahu harus bagaimana caranya menanggapi pertanyaan Hinata.

"Kalau itu Sakura-chan. Apa yang akan Sakura-chan lakukan?" Sakura mnunduk, apa yang akan dia lakukan jika itu adalah Sasuke yang menyukai orang lain?

"Aku, tidak tahu," jawab Skura pelan.

"Sayangnya, dia menyukai orang lain," Sakura tesentak dan menatap bingung pada hinata yang telah kembali menatap langit mendung.

"Aku memang mencintainya, aku sadar aku tidak bisa memaksakanku cinta padanya. Aku ingin dia bahagia meski dengan cinta yang lain, melihat dia tersenyum sudah membuat ku bahagia," Sakura masih melihat tak percaya pada Hinata yang begitu tenang sementara hatinya sedang hancur.

"kau sangat beruntung, Sakura-chan. Kau di cintai oleh dua orang," Hinata menundukan wajahnya dan membiarkan rambut panjangnya menutupi wajahnya.

"Apa maksud mu Hinata?" Tanya Sakura tak mengerti.

"Maksudku, Sasuke dan Naruto."

"Sasuke?" Sakura mengerutkan keningnya.

"Kau bahkan tak terkejut Naruto menyukaimu, kan?" Hinata beruntung memilikimrambut panjang yang bisa menyembunyikan senyum perihnya.

"APa kau juga menyukai Sasuke, Hinata?"

Tubuh Hinata bergoyang, dia tertawa pelan.

"Sakura-chan, selama ini Sasuke selalu memikirkanmu. Dia tidak ingin kehilanganmu, dia bahkan tak ingin menyerahkanmu pada Naruto."

Sakura menatap tak percaya pada apa yang dia dengar, jelas-jelas apa yang dia dengar dari Hinata jauh berbeda dengan apa yang sasuke katakana pada Naruto.

Flashback on (malam di saat peristiwa penculikan Hinata)

Suasana malam yang tenang diringi nanyian cinta dari biduan alam, angin sepoi-sepoi menyapa wajah kedua pemuda dan pemudi yang saat ini tengah menikmati makan malam mereka. Suara sendok di letakan menandakan si pemuda telah selesai makan di ikuti si pemudi.

Mereka masih larut pada rasa lidah mereka, menunggu makanan mereka di cerna dengan baik sebelum melakukan kegiatan lain. Semenit telah berlalu, si pemudi meneguk habis wine dari gelasnya. Sementara si pemudi tertunduk malu, entah apa yang membuat dia seperti itu.

"Apa kau menyukai Naruto?" si pemuda membuka pecakapan di antara mereka.

"Ap-apa yang Sa-Sasuke-san maksudkan?" Tanya si pemudi terbata-bata.

"Aku bisa melihatnya saat pertama kalian bertemu, terlihat jelas sekali kau sangat mengenalinya," kata Sasuke setelah menunggu beberapa lama. "Kau bisa membohongi yang lain, tapi tidak dengan ku Hinata," si pemudi aka Hinata kebingungan bagaimana si pemuda aka Sasuke bisa dengan mudah menebak perasaannya.

"Aku-aku, aku—."

"Aku tahu, kau masih memikirkan Gaara. Tapi kehadiran Naruto memberikan sedikit reaksi berbeda pada dirimu, begitu pun Naruto. Dia terlihat berbeda setelah siuman dari komanya, dia selalu saja mengigau gadis indigo."

Hinata menahan napasnya.

"Aku ingin kau membantuku."

Napas Hinata makin tercekat.

"Aku ingin memastikan, perasaan Naruto pada Sakura."

"Mengapa kau ingin melakukan itu?" Hinata mencoba menenangkan dirinya dengan ketegangan yang diberikan Sasuke padanya.

"Sebenarnya, aku tak ingin menyerahkan Sakura pada Naruto. aku sadar, aku sangat mencintai Sakura. Tapi aku juga tak bisa menyakiti Naruto, dia telah terluka karena itu. Saat ini ingatannya belum kembali semua, dia tak mengingat kejadian sebelum kecelakaan terjadi. Saat ini dia belum tahu hubunganku dengan Sakura, aku berharap ingatannya tak pernah kembali dan melupakan hubunganku dengan Sakura"

"Tapi, Naruto pasti akan mengingatnya kembali. Dan saat itu, dia akan terluka jika dia tahu kau mencampakan Sakura karenanya."

"Tak ada yang bisa aku lakukan kecuali melepaskan Sakura untuk Naruto, atau—," Sasuke memotong kata-katanya dan menatap amethyst Hinata.

"Atau kau harus membantuku."

"Kenapa harus aku?" tanya Hinata tak mengerti.

"Sepertinya Naruto tertarik padamu, karena kau indentik dengan warna indigo. Dengan kata lain secara tak langsung aku mengmakcombalngkan kalian."

Hinata ingin menangis, 'orang ini selalu melakukan sesuatu seenaknya saja tanpa memikirkan perasaanku!" inner Hinata stress.

"Sepertinya kau sangat mengenal Naruto, bukannya saat naruto menyelamatkanmu itu adalah pertemuan pertama kalian. Dan dari cara kau memandangnya, aku tahu kau menyukai Naruto."

Hinata makin terpojok, apa dia harus mengatakan pada Sasuke jika dia merasa dekat dengan Naruto karena dia sangat mirip dengan Kyuubi teman khyalannya? Sepintar apaun Sasuke, dia tetap akan menganggap Hinata gila.

"Ap-apa yang kau rencanakan Sasuke-san?"

"Aku juga ingin memastikan perasaan Naruto padamu."

Hinata terbelak kaget mendengar pernyataan Sasuke, "Kenapa dia bisa berkata seperti itu?" inner Hinata kalang kabut.

"It-itu tidak mungkin, Sasuke-san."

"Kita belum mencobanya, apa kau ingin membantuku?" tanya Sasuke membuat HInata ingin berlari dari tempatnya mengelilingi angkasa raya agar tidak pernah bisa bertemu dengan pemuda uciha bungsu ini.

"Bagaimana, Hinata?" tanya Sasuke memastikan keputusan Hinata.

"A-Aku—."

"Kau hanya perlu dekat denganku, dan bersikap seolah kita adalah sepasang kekasih."

Hinata menatap nanar Sasuke, dia meremas gaunya. "Bagaimana ini, aku secara tak langsung telah menyakiti Sakura dan Naruto." inner Hinata.

"Saat ini mereka di Konohaland. Aku ingin kita kesana dan menghampiri mereka."

Hinata menjerit didalam hatinya, dia meruntuki dirinya kenapa dia menerima ajakan Sasuke!

"Ba-baiklah, akan ku coba," jawab Hinata terdengar berat.

"Terima kasih, Hinata."

"Aku hanya ingin membantumu dan lagian aku tak ingin Sakura terluka karena kehilangan mu, Sasuke-san" kata Hinata tersipu malu.

Sasuke tersenyum simpul, senyum kemenangannya.

"Aku senang, akhirnya kau bisa melupakan Gaara dan melanjutkan hidupmu seperti biasanya. Tapi, —," Sasuke manahan kata-katanya. Membuat napas Hinata ikut tercekat.

'Dia bisa membunuhku pelan-pelan malam ini,' inner Hinata. Sasuke berdiri dari tempat duduknya dan berdiri di samping Hinata.

"Tapi, aku tidak akan menyerah terhadap Naruto," Hinata terkejut mendengar pernyataan Sasuke.

'Apa maksudnya?' batin Hinata semakin bingung dengan maksud Sasuke.

"Ayo, kita pergi," kata Sasuke seraya berjalan meninggalkan Hinata yang masih terbengong-bengong.

'Jika kau tak ingin menyerahkan Sakura pada naruto, kenapa tak lakukan secara jantan saja. Seperti adu kekuatan atau apalah, tapi jangan pakai aku dan perasaanku ini!' rintih Hinata dalam hatinya seraya mengikuti langkah Sasuke.

Flashbsck off

….

Mata Sakura berkaca-kaca mendengar cerita Hinata.

"Sasuke—, dia tidak ingin menyerahkan aku pada Naruto?" tanya Sakura tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Kau pun tak boleh menyerah pada cintamu, kau harus bertahan dan percaya pada cintanya," suara Hinata mulai terdengar serak. Sakura menoreh dan melihat Hinata menangis.

"Lalu, siapa yang kau sukai, Hinata?"

Hinata menunduk pelan, dia membiarkan air matanya jatuh membasahi telapak tangannya.

"Hinata?" Sakura memeluk Hinata dan Hinata membalas memeluk Hinata, mereka berbagi kesedihan dalam pelukan mereka.

Naruto berdiri di balik pintu menuju atap rumah sakit, wajahnya tertunduk lesu matanya terlihat sedih, tangan kirinya masih memegang ganggang pintu sementara tangan kanannya meramas dada kirinya. Perlahan tangan kirinya terlepas dari ganggang pintu dan tangan kanannya masih tetap memegang dada kirinya. Naruto melangkah mundur.

Langkahnya tertahan saat telinganya menangkap suara dari balik pintu, pandangan sedihnnya berubah berbinar dan sebuah senyum tergambar di wajahnya. Kini wajahnya yang masih pucat itu sedikit terliha cerah di bawah sinaran lampu Philips 18 watt. Dia menghela napas panjang sebelum pergi meninggalkan dua gadis yang tengah berbagi kesedihan lewat pelukan mereka.

Di sisi lain, Sasuke membenturkan kepalanya berkali-kali di salah satu dinding yang menghalanginya dari kedua gadis yang saat ini tengah berpelukan, karena perasaan mereka telah dia lukai.

"Kuso! Baka!" keluh Sasuke berkali-kali meruntuki dirinya yang tak berguna.

"Ku—!" Sasuke menghentikan aksi membenturkan kepalanya begitu talinganya menangkap suara Sakura dari balik dinding.

"Kyuubi?" Sasuke bingung sendiri mendegar Sakura menyebutkan nama yang tak terasa asing baginya.

Sakura melepaskan pelukannya namun segera di urungkannya karena Hinata saat ini tertidur dalam pelukannya.

"Yah, dia tertidur. Pantas aja pelukannya lama," kata Sakura setengah kesal.

Sakura menatap cukup lama wajah Hinata, dia mengibaskan helaian rambut yang menghalagi wajah Hinata, dia perhatikan wajah pucat Hinata. Keningnya tiba-tiba berkerut mendengar sebuah nama yang tak asing dari mulut Hinata yang saat ini tengah mengigau.

"Kyuubi?"

"Kyuubi yang meyebabkan kau masuk rumah sakit karena ramen?" ingat Sakura pada saat Hinata masuk rumah sakit karena keracunan ramen. "Jadi, bukan Sasuke atau Naruto?" Tanya Sakura pada Hinata yang masih tertidur dalam pelukannya.

"Apa kau menyukai, si Kyuubi itu Hinata?" Sakura tersenyum senang melihat Hinata tersenyum dalam tidurnya sambil menggumam nama Kyuubi.

….

Tes! Tes! Tes!

Belum jauh meninggalkan atap, langkah Naruto tertahan begitu telinganya menangkap suara tetesan air hujan, dia teringat pada Hinata dan Sakura yang saat ini sedang berada di atap. Dia segera berbalik dan berlari menuju atap.

Gubbraaakkk!

Naruto membanting pintu dengan kerasnya membuat Sakura hampir melempar Hinata dari pelukannya karena terkejut setengah mati dan Sasuke tak segaja membenturkan kepalanya dengan sangat keras akibat suara gebrakan pintu yang tiba-tiba.

Kalian lupa yah, kalo ada juga pendegar yang lain di atap. Mereka ada bertujuh, lima cowok dan dua cewek. Yaup, merka adalah: Sai, Ino, Neji, Tenten, Kiba, Shikamaru, dan Shino. Mereka bertujuh saling tumaph tidih di dinding yang bersebelahan dengan Sasuke.

Mereka bertujuh tak kalah kaget dengan Sasuke dan Sakura. Kondisi mereka bertumpah tindih, Sai bersandar di dinding sambil membekam mulut Ino dengan tangannya sementara wajahnya terlihat menahan sakit karena berulang kali kakinya di injak Ino agar melepaskan tangannya. Tenten mendorong Neji ke dinding dan meminta Kiba untuk memegang Neji yang sudah meledak-ledak ingin mengkaiten pelaku pendobrak pintu, selain itu Tenten menarik tangan Shikamaru dan meletakkan tangan Shikamaru di mulut Neji yang sudah siap degan sumpah serapahnya.

"Mendokosai! Kenapa pakai tanganku untuk membekam mulut kekasihmu sendiri!"

"Sumpah, se tombai apapun aku, aku tak bisa menahan dia saat dia mengamuk seperti ini!" kata tenten setengah berbisik.

"Kita terpaksa melakukan ini, atau kita ketahuan oleh Sakura karena tengah mengupingnya!" tambah Kiba tengah membayangkan dirinya jadi acar karena jurus sanaroo Sakura.

"Kenapa aku ikutan jadi penguping!" keluh Shino.

Sementara itu Sasuke mengerutkan keningnya dan mendengus kesal. "Kuso! Mereka menguping sedari tadi rupanya! Aku lupa kalau mereka juga ada di atap!" keluh Sasuke dongkol begitu mendegar suara bisik-bisik dari dinding di sebelahnya.

Kita kembali pada Sakura yang terbakar amarah karena di kejutkan oleh Naruto.

"Apa yang ka—," Sakura menahan kata-katanya karena Naruto tibaa-tiba menunduk di depannya.

"Naruto—," Sakura menahan napasnya begitu Naruto mendekatkan dirinya.

"Biar aku yang menggendong Hinata, hujan—," kata Naruto seraya mengangkat Hinata dari pelukan Sakura.

Sakura terpaku melihat Naruto yang terlihat berbeda, Sasuke kaget mendengar suara Naruto dan kembali mengintip melihat apa yang di lakukan Naruto.

Sedangkan mereka yang lain merubah formasi yang kacau tadi begitu medengar suara naruto dan kembali merubah farmasi dengan posisi mengintip.

"Dia—,"

"Stthhh!" yang lain meletakan jari telunjuk mereka secara berjamaah di mulut Tenten.

"Hmmmppphhh!"

"Diamlah kau Tenten!" kali ini Neji yang membekam mulut kekasihnya itu sendiri, selain itu juga ada modus dendam disana.

Mereka yang melihat adegan Naruto menggendong Hinata ternganga.

"Berhentilah kalian seperti itu, serangga peliharaanku bisa tergoda!"

Pletak! Shino merengek kesakitan!

"Kau kira aku ini tanaman insektiviora pemakan serangga, heh!" kata Ino penuh aura membunuh.

"Ino, sssttthh! Aku tak bisa mendegar apa yang di katakana Naruto!" keluh Kiba sedikit terganggu dengan suara Ino.

Kita kembali pada Naruto yang tengah menggendong Hinata.

"Kenapa bengong, Sakura-chan. Hujan akan segera turun!" kata Naruto seraya berjalan menuju pintu keluar sambil menggendong Hinata.

"Hujan?" ucap Sakura sedikit bingung seraya melentangkan telapak tangannya mencoba merasakan rintikan hujan.

"Hn, sudah hujan rupanya," gumam Sasuke menengadahkan wajahnya ke langit membiarkan rintikan hujan menerpa wajah putihnya.

"Kyaaaaa! Hujaaannn!" teriak Ino dan tenten berbarengan membuat para pemuda kalangkabaut menyelamatkan diri mereka dari derai hujan yang melebat.

"He eh? Kalian? Sejak kapan di situ?" Tanya Sakura kaget melihat teman-temannya keluar dari balik dinding tak jauh darinya. Sakura malah di abaikan oleh teman-temannya, mereka malah berlari menghindar dari hujan degan melewatinya begitu saja.

Sakura hanya terbengong-bengong melihat mereka pergi, tak bisa menerka sejak kapan mereka di balik dinding dia akhirnya pergi juga dari atap setelah bajunya setengah basah.

Sementara Sasuke masih berdiri di bawah derai hujan, dia masih ingin membasahi dirinya degan air hujan. Membasahi hatinya yang tengah galau. Dia berharap bisa menghitung tiap tetes hujan, dan bisa menghitung berapa kemungkinan pilihan Naruto jatuh pada Sakura.

Sementara itu Naruto membawa Hinata ke ruangannya. Di sepanjang perjalanan menuju ruangannya Naruto selalu tersenyum lucu, wajahnya memerah. Apa dia sedang tersipu? Apa yang membuat dia tersipu? Apa wajah ayu Hinata? Atau untuk yang pertama kalinya dia menggendong Hinata?

Ekhem! Perhatian, ini bukan yang pertama kalinya Naruto menggendong Hinata. Ini yang kedua kalinya setelah aksi Naruto saat menyelamatkan Hinata beberapa waktu yang lalu!

Kalau begitu apa yang menyebabkan Naruto tersipu? Ngak mungkin dong, Naru-chan tiba-tiba gila. #low si authornya, sih mungkin#. Pasti ada penybabnya, mari kita lihat lagi Hinata yang masih terlelap dalam gendongan Naruto. Tunggu! Sepertinya, Hinata tengah menggumam sebuah nama.

"Kyuu~, Kyuubi-kun!" Oh, itu toh penyebab Naru-chan tersipu.

"Iya, Hinata-chan. Ini aku, aku Kyuubi. Aku telah kembali, Hinata-chan," kata Naruto, mutiara biru safirnya berbinar-binar menatap Hinata.

Akhirnya mereka tiba di ruangan yang mereka tuju, Naruto segera menidurkan Hinata di tempat tidurnya dan menyelimuti Hinata.

Suara berisik dari arah luar mengalihkan pandangan Naruto dari Hinata, teman-temannya menyeruak masuk begitu pintu terbuka.

"Eh, Naruto. Aku kira kau sudah tidur," kata Kiba begitu dia melihat Naruto mendekati mereka.

"Bagaimana dia bisa tidur sementara ada Hinata di tempat tidurnya," sela Shikamaru lemas di seraya mengibas-ngibas rambut nenasnya yang basah.

Neji mendeatglare Naruto. "Awas jika sesuatu terjadi pada Hinata-sama, akan ku kaiten dirimu!" ancam Neji.

Naruto menelan paksa air liurnya. "Ka-kau tak perlu repot-repot seperti itu, Neji," balas Naruto seraya berjalan menuju Kiba. "He eh? Kenapa kalian pada basah begini?" Tanya Naruto begitu menyadari keadaan teman-temannya.

"Oh, ini kami dari atap—," Neji dan Shikamaru seketika mendeatglare Kiba minis Shino, tidak ada yang tahu apa yang terjadi di balik kaca mata hitamnya.

"Kenapa kalian terlihat seperti penguntip, yah!" kata Naruto spontan seraya tertawa pelan melihat reaksi teman-temannya yang kaget.

"Ada apa ini?" Tanya Sai yang baru datang.

"Jadi kau juga, Sai. Kenapa kalian tidak mengajak ku!" kata Naruto memonyongkan mulutnya.

"Tidak ada yang ingin basah karena hujan di tengah malam seperti ini!" balas Neji sedikit kesal. "Aku akan membawa HInata-sama kembali ke ruangan kami," lanjut Neji mendekati tempat Hinata berbaring.

"Tunggu dulu, Neji!" Naruto menahan langkah Neji. "Biarkan malam ini dia tidur disini, dia terlihat capek."

"Aku tidak akan ku biarkan kau apakan Hinata-sama!"

"Woi! Neji, aku tidak akan apa-apakan Hinata-chan," balas Naruto setengah kesal pada sikap Neji. "Kau juga bisa tidur disini kalau kau mau," lanjut Naruto makin kesal!

"Apa kau tak menyadarinya, ruangan ini terlalu kecil untuk kita berenam, apalagi di tambah Hinata. Tidak akan muat untuk kita," kata Shino kurang setuju dengan kata-kata Naruto.

"Apa maksudmu, Shino. Di dalam ruangan ini sebagian besar kosong, apa maksudmu dengan tidak muat?!" balas Naruto makin dongkol.

"Maksud, Shino. Tempat tidur di sini hanya ada enam, salah satunya di pakai Hinata. Sementara yang lainnya tidur tidak dapat tempat tidur," jelas Sai sedikit sabar menerangkan pada Naruto.

Naruto menggaruk-garuk dagunya, dia tengah mengolah informasi yang di berikan Sai.

"Benar, juga. Yah, sudah. Kita tidur berduaan saja di satu ranjang!" kata Naruto kemudian degan semangat 45-nya.

Yang lain menatap horror pada Naruto.

"Hei, Naruto! Maaf saja, aku masih normal. Biar pun aku tidak telalu suka dengan perempuan, jangan kau kira aku ini seorang gay!" sela Shino dingin.

Kiba melirik Shino, dia bergidik. "TIDAAAAAKKKK! AKU MASIH NORMAL!" teriak Kiba seraya berlari keluar, karena dia membayangkan dirinya dan Shino seranjang, dan Shino tengah merayunya dengan bunga yang di penuhi serangga.

Sementara yang lain terbengong-bengong melihat Kiba tiba-tiba berteriak dan berlari keluar setelah melirik Shino.

"Dia takut aku merayunya," Shino mencoba menebak. Yang lain baddrop berjamaah.

"Mendokosai, kalian kenapa? Jika kau ingin menemani Hinata disini, biar aku dan Kiba saja yang tidur di ruangan lain" kata Shikamaru seraya berjalan keluar, meninggalkan ke empat teman-temanya berbagi tempat tidur.

Setelah mereka megeringkan diri, mereka mulai menuju tempat tidur masing-masing.

"Aku tidur disini!" kata Neji seraya mengambil tempat tidur di samping kanan Hinata, "Kau menjauhlah dari Hnata-sama!" sambung Neji melihat Naruto tidur di sebelah kiri Hinata.

"Tidak ada tempat lagi, Neji!" kata Naruto geram dengan sisterkompleks yang di derita Neji.

"Di sebelah ku ini masih kosong!"

"Itu tempatnya teme!" balas Naruto tak mau kalah.

'Benar juga, kalau Naruto pindah di sampingku . maka Sasuke akan tidur di samping Hinata-sama. Huh! Kenapa mereka berdua merepotkan begini!' keluh Neji dalam hati.

"Baiklah, kau boleh tidur di situ!" kata neji akhirnya mengalah. "Dari pada Sasuke yang tidur disitu, aku lebih tidak rela!" inner Neji.

"Huh! Segala tempat tidur saja jadi masalah!" runtuk Naruto dalam hati.

Tak hitung dalam menit mereka sudah terlelap dalam mimpi.

…..

Sementara itu, Sasuke masih dengan pakaian basahnya menyusuri lorong yang akan membawanya ke ruangan tempat dia dirawat. Dari jauh dia melihat ruangan tempat dia di rawat terdengar sunyi, mungkin mereka semua sudah tidur.

Suara pintu di buka perlahan masih tedengar menggema di suasana yang sunyi itu.

"Dasar, tukang tidur!" kata Sasuke seraya menuju tempat tidurnya, tapi langkahnya tetahan melihat orang lain di atas tempat tidurnya dan tempat tidur Naruto. Setelah dia perhatikan dengan seksama, baru dia tahu. Ternyata mereka adalah sepasang Hyuga.

Sasuke berjalan mendekati Hinata. Cukup lama dia menatap wajah porsline Hinata, kemudian dia tertawa sendiri.

"Maafkan aku, Hinata. Aku telah membawamu kedalam masalahku, aku telah melukai perasaanmu. Maafkan aku jika apa yang aku prediksikan salah. Terimakasih Hinata, kau telah menyadarkan aku akan keputusan yang akan ku ambil, setelah ini aku akan memperjuangkan cintaku. Tak akan ku biarkan dia pergi" kata Sasuke.

Semua kembali sunyi, Sasuke telah kembali pada alm mimpinya. Memimpikan hubungannya bersama kedua sahabatnya kembali menyenangkan seperti sebelumnya, sebelum perasaan cinta muncul diantara mereka.

Hujan masih menyanyikan lagu nina bobo, menemani biduan alam menghiasi malam terakhir mereka di rumah sakit.

….

Suara cicitan burung menghiasi pendengaran di pagi yang cerah, sinar matahari menyeruak masuk memberikan sedikit kehangatan setelah semalam turun hujan. Hinata mengedipkan matanya berkali-kali, pandangannya sedikit terganggu dengan sosok yang saat ini berdiri didepannya menatap intens padanya.

Hinata mempercepat kedipamn matanya, memastikan penglihatannya pagi ini tidak salah. Tapi selama dia mengedip sosok itu tak menghilang dari pandangannya.

"Selamat pagi Hinata," Hinata tersentak dari tempatnya dan spontan dia menjauhkan dirinya dari sosok itu, akibatnya dia terjatuh dari tempat tidur dengan suara debaman yang keras.

Bhuuaaakkk!

"Ittaiii~" rintih Hinata.

Naruto yang saat itu masih tertidur tersentak bangun dan mendapatkan Hinata di bawah tempat tidurnya sambil meringis kesakitan sementara dia melihat Sasuke menatap cemas pada Hinata.

"Woi, teme! Apa yang kau lakukan pada Hinata!" tanpa berpikir panjang lagi Naruto melompat dari tempat tidurnya dan mengujamkan tinjunya pada Sasuke.

Saking cepatnya pergerakan Naruto Sasuke tak bisa menghindar dari pukulan Naruto.

Bhuuuaaakk!

Tinju Naruto mendarat di wajah Sasuke hingga terpelanting ke langit ke 9 (?)# yah, nggaklah!# Sasuke berdiri dan membalas pukulan Naruto.

Bhuuuaaakkk!

Tinju Sasuke mendarat di wajah Naruto, membuat Naruto menubruk tempat tidurnya.

Hinata tercengang melihat perkelahian mereka. Sementara Neji, Sai dan Shino segera bangun dan ikut kaget melihat aksi Sasuke dan Naruto.

"Ada apa ini Hinata-sama? Kenapa mereka bertengkar?" Tanya Neji.

"Aku-aku tidak tahu, Neji nii-san. Naruto tiba-tiba saja memukul Sasuke," cerita Hinata yang kebingungan sendiri karena tiba-tiba Naruto memukul Sasuke.

Naruto dan Sasuke kini saling berbagi tinju mereka, seakan tak ingin mengalah atau berhenti sampai ada di antara mereka ada yang mati.

"Sai, Shino bantu aku memisahkan mereka!" kata Neji pada Sai dan Shino, dia mulai mendekati Naruto dan Sasuke mencoba memisahkan mereka.

"Baik, Neji!" kata Sai dan Shino dengan bersamaan menahan pergerakan Naruto dan Sasuke.

"Shino! Lepaskan aku! Biarkan aku menghajar bajingan ini!" maki Naruto.

"Itu yang biasa kau lakukan karena ketidak mampuanmu mengalahkan aku!" pukul sindir Sasuke membuat Naruto makin meledak.

"TEEMMMEEEE!" teriak Naruto berusaha melepaskan dirinya dai Sahino.

Byuuurrr!

Naruto tiba-tiba berhenti mengamuk, Shino berjaws-ria, Neji kaget setengah mati, Sai tiba-tiba saja melepas peganganngan dari Sasuke, sementara Sasuke menatap tak percaya pada Hinata.

"Hi-Hinata, kenapa menyiramku?!" Tanya Naruto mulai tenang.

"Suatu cara yang praktis untuk menenangkanmu, sekalian memandikan aku di pagi hari yang dingin ini!" keluh Shino seraya mengangkat tangannya melihat keberadaan serangga-serangganya di dalam bajunya. "Apa kalian tidak apa-apa?"

"Terima kasih Hinata," ucap Neji penuh syukur.

Sai hanya tersenyum simpul mlihat reaksi Naruto dan Shino. "Untung pilihanku tepat menahan Sasuke, kalau tidak saat ini aku mungkin sudah membeku," inner Sai.

"Hn, dobe!" gumam Sasuke pelam seraya memasang gaya cool.

"Ma-maaf, Naruto-kun. Aku terpaksa melakukannya," jawab Hinata penuh penyesalan.

"Ah, tidak apa-apa, Hinata-chan," Naruto mencoba menenangkan Hinata. "Teme, apa yang kau lakukan pada HInata?!" Naruto balik bertanya pada Sasuke.

"Apa yang aku lakukan, aku hanya menyapanya. Siapa sangka dia akan terkejut seperti itu dan jatuh," jawab Sasuke seadanya.

"Jadi, kau tak menciumnya?" Naruto menyimpulkan kesalah pahamannya.

"DOBE! Siapa yang mencium siapa, HAH!" Sasuke balik mengamuk.

"Na-Naruto-kun, tidak seperti yang kau pikirkan," kata Hinata pelan di anara suara bentakan Sasuke.

"Naruto, pagi-pagi kau sudah buat kekacauan dan membuat ku membeku di pagi hari hanya karena kau kira Sasuke mencuim Hinata?!" serangga Shino membentuk perempatan di dahinya mewakili emosinya yang sedang kandas.

"Maaf, maaf," kata Naruto mengaku salah sambil membungkukan badannya.

"Ada apa? Kenapa ada suara ribut-ribut?" Sakura mebuka pintu dengan panic, dia ikut heran melihat Naruto babak belur dan basah kuyup serta wajah Sasuke yang babak belur.

Dengan pelan Sakura mengobati luka Sasuke, dia membasuh luka lebam di wajah orang yang dia cintai. Perasaannya saat di landa galau, dia tidak tahu apa yang akan Sasuke lakukan. Dia berharap Sasuke benar-benar melakukan apa yang dia katakana pada Hinata, dia berharap Sasuke tetap mempertahankan dirinya.

Sedangkan Sasuke tetap memasang wajah jaim, dia tidak melihat Sakura sedikit pun. Dia lebih memilih melihat pemandangan di luar gedung, karena setiap dia melihat Sakura perasaannya serasa teriris karena teringat pada cinta Naruto pada Sakura.

"Aku tak bisa seperti ini, aku harus melakukannya. Akan tetap mempertahankan Sakura," inner Sasuke memantapkan hatinya.

"Sa—," Sasuke menghentikan kata-katanya saat Sakura menggenggam tangannya.

"Aku mohon, pertahankan diriku, aku sangat mencintaimu, Sasuke!" kata Sakura pelan namun penuh makna.

Sasuke menatap kaget pada Sakura, iris onyxnya melebar melihat emerald Sakura "Sakura—."

Sementara itu di ruangan yang sama namun di tempat yang berlainan mereka hanya di pisahkan oleh selembar kain di kedua sisi mereka.

Hinata dan Naruto duduk saling berhadapan dengan tempat tidur sebagai tempat duduk. Cukup lama Hinata menatap kotak obat di tangannya, sementara Naruto memukul-mukul telunjuk kanannya di pergelangan tangan kirinya menunggu Hinata yang asik memandang kotak obat di tangannya.

"Nanti kotak obatnya bisa jenuh kau pandangi terus, lebih baik kau pandangi wajahku. Aku tidak akan pernah bosan kau pandangi terus, Hinata-chan," akhirnya Naruto membuka pembicaraan diantara mereka.

Hinata makin menundukan wajahnya, "Apa wajahku jelek, sampai kau sebegitunya tak ingin melihatku!" nada bicara Naruto terdengar ngambek.

"Bu-bukan begitu, Naruto-kun. Aku-aku—," Hinata mengehentikan kata-katanya karena Naruto tiba-tiba memegang dagunya dan mengangkatnya membuat amethyst Hinata bertatapan dengan iris biru safir Naruto.

"Aku tidak ingin kau membuang wajah atau menunduk dari ku, aku ingin kau selalu melihat ku, hanya aku. Jadi, aku mohon jangan menunduk lagi, Hinata-chan," suara Naruto bergetar membuat kolam jernih Hinata membanjir.

"Na-Naruto-kun, aku-aku—," mata Hinata terbelak, napasnya tertahan. Kolam jernihnya telah bobol mengeluarkan air jernih dari matanya. Dia tidak tahu jawaban apa yang akan dia berikan pada Naruto.

"Na-Naruto-kun—," kata Hinata begitu Naruto menarik Hinata dalam pelukannya.

"Aku tidak ingin pergi lagi, Hinata-chan. Aku ingin terus bersamamu," bisik Naruto di samping kuping Naruto.

"Naruto-kun—."

"Aku mungkin bukan Kyuubi, aku mungkin tak sedakat kau dengan Kyuubi. Tapi aku punya sesuatu yang tak di punyai Kyuubi, yaitu cinta. Karena Aku mencintaimu, —Hinata-chan," kata Naruto seraya membenamkan wajahnya di pundak Hinata, dia menghirup dalam-dalam aroma lavender dari tubuh Hinata.

"Naruto-kun," perlahan-lahan tangan Hinata terangkat dan membalas pelukan Naruto. Di meramas baju Naruto, tubuhnya bergoncang.

"HIks, hiks, hiks—. Naruto-kun, arigatou," isak Hinata dalam pelukan Naruto.

"Terimakasih untuk apa, Hinata-chan?" Tanya Naruto tanpa melepaskan pelukannya dari Hinata.

"Terima kasih karena telah kembali."

Naruto tertawa pelan. 'Apa kau tahu, kalau sebenarnya kata-kata itu lebih tepat untuk Kyuubi. Hahaha~, apa yang aku pikirkan, bukankah itu sama saja, karena aku dan Kyuubi adalah orang yang sama. Kyuubi yang mengaku sebagai teman khyalanmu," inner Naruto sambil tetawa pelan.

"Kenapa tertawa, Naruto-kun. Apa ada yang lucu?' Tanya Hinata yang merasa nyaman dalam pelukan Naruto.

"Kenapa aku merasa, seperti Kyuubi, yah?" kata Naruto,

Hinata mengerutkan keningnya dan melonggarkan pelukannya.

"Ada apa Hinata-chan?" Tanya Naruto heran karena Hinata melonggarkan pelukannya.

"Aku tidak perduli, kau Kyuubi atau Naruto. Yang aku tahu aku tidak ingin kau pergi lagi," kata Hinata seraya menatap iris biru safir Naruto.

Naruto membalas Hinata dengan senyuman mentarinya kemudian dia menarik tubuh Hinata dan merapatkannya lagi dengan tubhuhnya.

"Aku janji, hanya maut yang bisa memisahkan kita—, tapi, Hinata-chan," Naruto tiba-tiba menghentikan kata-kata tanpa melepaskan pelukannya.

"Ada apa, Naruto-kun?" Tanya Hinata tak mengerti.

"Apa itu artinya kau menerima cintaku?"

Gubraaakkkk!

Narutooooo!

"Ap-apa maksudmu, Naruto-kun?" Tanya Hinata balik dengan malu-malu.

"Apa ini artinya kita sekarang sepasang kekasih?" Tanya Naruto balik lagi.

"Memangnya menurut Naruto-kun?" woooiii! Kenapa kalian saling melempar pertangaan, sih!

"Menurutku, kita sekarang adalah calon suami istri—, ouch!" kata Naruto penuh gombalan di susul suara erangan kesakitan.

"Kenapa mencubitku, Hinata-chan?" Tanya Naruto seraya melepaskan pelukannya dari Hinata, wajahnya di buat cemberut.

"Itu tidak lucu, Naruto-kun," jawab Hinata malu-malu seraya membuang wajahnya dari Naruto.

Naruto kembali memegang dagu Hinata, "Sudah kubilang aku tidak ingin kau membuang wajah atau menunduk dari ku, aku ingin kau selalu melihat ku" kata Naruto memberikan tekanan pada iris amethyst Hinata.

"Naruto-kun—," Hinata tidak tahu bagaimana membalas kata-kata Naruto.

"Aku serius, Hinata-chan," kata Naruto dengan mimic serius, kemudian dia berlutut di depan Hinata dan mengeluarkan sepasang cincin bernoda darah. Dia meraih tangan Hinata dan menggenggamnya.

"Will you merry me, Hinata-chan?"

Hinata terbelak kaget, dia menutup mulutnya, seakan tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Sreeetttt!

Horden yang menghalangi mereka tiba-tiba terbuka.

"Ayo, terima Hinata!" pekik Ino penuh semangat.

"Tak baik loh menolak lamaran orang, jodoh bisa jauh!" tambah Kiba tak kalah semangat.

"Hinata sama, pikirkan lagi!" sergah Neji menggoyahkan keyakinan Hinata.

"Ka-kalian, sejak kapan kalian disitu?" Tanya Naruto kaget melihat semua teman-temannya keluar dari horden yang di sebelah mereka.

Sementara Hinata sudah semerah udang bakar karena malu, napasnya tercekat di tenggorakannya, kepalanya terasa berputar, dia hamper saja pinsang jika Naruto tak memberinya kekuatan semangat melalui tangan kekarnya.

"Aku akui walau pun merepotkan, apa tak bisa di tempat yang lebih romantic lagi selain disini?" sela Shikamaru tersenyum nakal melirik Naruto.

"Kapan aku akan melamar, Ino-chan yah?" kata Sai dengan pose berpikir, akhirnya Ino berjinjit mendekati Sai dengan manja dia mencubit tangan Sai.

"Hinata-sama, pikirkan lagi. Apa dia yang terbaik untuk mu?" ucap Neji mengingatkan Hinata.

"Lalu kamu kapan akan melamarku, Neji-ku~~~n!" kata Tenten dengan manjanya.

"Sudah kubilang jangan nguping, itu sangat berbahaya untuk para wanita! Lihatlah mereka jadi aneh!" kata Shino seraya berjalan menjauh dari para wanita.

"Jadi kau ingin mendahului ku dan Sakura, baka dobe?" Naruto terbelak dan kemudian berdiri menghadap Sasuke yang berdiri di balik horden yang sedari tadi menyembunyikannya.

"Jadi kalian sedari tadi menguping kami?!" Tanya Naruto lagi sedikit frutasi. "Apa kalian tidak tahu yang namanya privasi?!"

"Kita sedari tadi berada di dalam ruangan ini, kau saja yang melupakan keberadaan kami," balas Sakura seraya berdiri di samping Sasuke dan menggenggam tangan Sasuke, Sasuke ikut menggenggam tangan Sakura dan memberikan Sakura sebuah senyum, senyuman bahagia miliknya.

"Bagaimana Hinata? Apa kau akan menerima lamaran Naruto?" Tanya Ino tak sabar menunggu jawaban Hinata.

"Hinata-sama! Pikirkan lagi, jangan gegabah dalam mengambil keputusan!" Neji mencoba menggoncangkan pendirian Hinata.

"Hinata, dengarkan hatimu. Yang akan menjalani pernikahan itu adalah dirimu sendiri, jadi jangan pikirkan kata-kata nii-san mu!" balas Tenten mencoba menguatkan Hinata.

"Terima saja, Hinata!" teriak yang lain.

"Pikirkan lagi, Hinata-sama!" neji tak mau kalah.

Hinata malah kebingungan sendiri, kepalanya makin berputar dan akhirnya dia jatuh pingsan. Naruto merasakan pegangan tangan Hinata mulai melemah di tambah lagi tubuh Hinata beroyang-goyang hamper jatuh, dengan gerakan cepat Naruto menangkap tubuh Hinata dalam pelukannya sebelum HInata benar-benar kehilangan kesadarannya.

"Hinata—!" sebuah senyuman hangat dia berikan pada Naruto sebelum dia kehilanagn kesadarannya.

"Hinata-sama!" pekik Neji melihat Hinata pingsan dalam pelukan Hinata.

Naruto menggendong Hinata dan menidurkannya di tempat tidurnya.

"Yah, dia pingsan lagi," Ino melemas.

"Padahal aku berharap ada adegan yang lebih seru dari kiss," tambah Kiba ikut melemas.

"Kira-kira apa jawaban Hinata, yah?" Tanya Tenten pada Neji yang saat ini sedang menggeram kesal.

"Kita tunggu saja, sampai Hinata sadar," sela Sakura tak kalah girang dengan Tenten.

…..

Satu tahun kemudian, semua berjalan dengan normal. Naruto telah kembali berugas sebagai seorang petugas polisi begitu pun ke enam rekan-rekannya. Sakura saat ini tengah bertugas sebagai salah satu asisten dokter di rumah sakit Konoha begitu pun Ino dia menjadi petugas apoteker di laboratorium rumah sakit Konoha.

Hari menjelang sore, saatnya menjemput pasangan masing-masing. Sasuke bersama Sai memisahkan diri mereka dari ke empat rekannya. Mereka berjalan menuju arah rumah sakit KOnoha.

"Neji-ku~~~~nnn!" teriak Tenten seraya berlari mendekati Neji.

"Hn, apa dia tidak bisa bersikap normal seperti wanita biasanya! Apa dia tidak sadar saat ini dia tengah mengandunganakku?" kata Neji seraya berjalan mendekati istrinya, Tenten.

"Pelan-pelan saja, Tenten, jangan berlarian. Kandungan mu masih lemah," lanjut Neji mendapati istrinya kemudian menggandenganya. "Kiba, Shino, Naruto. Aku duluan, aku ingin mengantar istriku ke dokter kandungan," lanjut Neji pamitan.

"Oke, minna. Sekarang aku harus—," naruto menghentikan kata-katanya. "Ada apa Kiba?" Tanya Naruto karena Kiba tiba-tiba saja memegang tangannya.

"Jangan biarkan aku sendiri dengan Shino, Naruto!" pinta Kiba dengan mode puppy eyes.

"Dia masih berpikir aku akan menggodanya!" kata Shino dengan antenganya.

"Kalian masih normal kan?" Tanya Naruto ragu.

"Tentu saja, aku masih normal," jawab Kiba dan Shino barengan.

"Jadi—!" kata Naruto seraya melepaskan tangan Kiba darinya. "Biarkan aku pulang, SEKARANG!" teriak Naruto di telinga kedua temannya kemudian dia mengambil langkah seribu untuk kabur.

"Apa? Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya Kiba pasrah.

"Aku akan mengajak seranggaku jalan-jalan sore!" balas Shino seraya meninggalkan Kiba sendiri yang sedang terbengong-bengong.

"Apa dia masih waras?" piker Kiba.

….

"Aku pulang~," suara Naruto memecah di kediaman Namikaze. Ia segera berlari menuju kamarnya, dia seperti tak sabar untuk bisa sampai disana.

"Naru-chan! Pelan-pelan!" teriak kaa-san Naruto begitu dia melewatinya. Sampai gelas yang di bawanya hamper jatuh saking cepatnya Naruto berlari.

"Naruto! Pelan-pelan!" kali ini tou-sannya hamper jatuh karena tak bisa menyeimbangkan tubuhnya saat di tabrak Naruto.

Gubraaakkk!

Suara pintu di buka dengan tidak elit menemani aksi Naruto.

"Hinata-chan, aku pulang!" teriak Naruto begitu dia mendapati istrinya tengah duduk merajut syal di dekat jendela.

Sepertinya Hinata sudah terbiasa dengan aksi mendobrak pintu ala suaminya, karena dia masih saja tersenyum menyambut suamninya.

"Bagaimana keadaanmu, hari ini?" Tanya Naruto seraya berlutut di depan istrinya dan mengecup tangan kiri istrinya yang terpasang cincin bernoda darah.

"Aku baik-baik saja, Naruto-kun. Kyuubi-chan, ayo sapa tou-chan mu—," kata Hinata seraya mengelus perutnya yang membuncit.

Naruto tertawa pelan sambil mengelus perut istrinya. "Apa kabarmu hari ini, jagoanku?" Tanya Naruto seraya mengelus perut Hinata dan mengecup penuh cinta di perut dan dahi istrinya.

THE END.

Hwaaaa_!

Segala puji adalah milik-Mu, Tuhanku….!

Akhirnya aku bisa menyelesaikan fanfic perdanaku ini dengan melewati banyak lika-liku, lorong-lorong, ganga-gang, semuanya aku lalui.

Terimakasih buat kalian yang telah membaca, menyukai dan menyuportku dalam penulisan fanfic gaje ku ini. Semoga aku tetap berkarya dalam dunia iamajinasiku, menambah koleksi kisah-kisah fanfic NaruHina di dalam ingatan kalian semua. Ameeennn… :D