MY WIFE IS GUMIHO?

Disclaimer : NARUTO yang merupakan milik sensei-ku Masashi Kishimoto-sama.

Genre : Humor, Romance & Fantasy

Pairing : Naruto & Hinata

Warning: OOC, AU, OC, dll

Halo semua! Marvelous-chan balik lagi dengan fanfic yang kedua di fandom Naruto. Fanfic ini selingan selama gue bikin Sora Kaizoku. Kini gue buat pairing kesukaan author di Naruto setelah SaiIno yaitu NaruHina. Gue bikin fancic humor sedikit dibumbui nuansa romance. Maaf ya kalo kedapetan humor-humor garing, maklum ini kali pertama gue bikin genre humor. Arigatou yang buat berminat baca!

HAPPY READING!

Chapter 1 – The Meeting

Seorang pemuda berambut kuning jabrik dan bermata blue shappire dengan membawa ranselnya yang besar dan berat kini sedang menatap lurus ke depan. Kini dia di sebuah dataran yang tinggi dan sejengkal lagi ada jurang dibawahnya. Dia terlihat cemas dan gelisah seperti ada ketakutan tersirat di wajahnya.

"Sial, aku gagal dalam ujian negara! Bagaimana aku bisa pulang ke rumah dan bertemu Kaa-san kalau begini!", ujar pemuda itu.

FLASHBACK ON

"Naruto! Ayo cepat kemari kau harus latihan menulis huruf Jepang, agar nanti bisa lulus dalam ujian!", teriak seorang wanita berambut merah panjang.

"Iya-iya Kaa-san! Aku segera kesana!", teriak pemuda yang bernama Naruto dari kamarnya.

Naruto pun sampai di ruang tengah dan segera duduk di depan Kaa-sannya. Di rumah ini tinggal keluarga Uzumaki. Wanita berambut merah itu bernama Uzumaki Kushina yang merupakan Okaa-san dari Uzumaki Naruto, pemuda berambut pirang jabrik itu.

"Ayo cepat kau latihan menulis! Aku akan mematikan lampu dan kau harus menulis huruf-huruf dengan cepat sebelum lampu dinyalakan lagi!", ujar Kushina.

"Hai, Okaa-san!", jawab Naruto.

Kushina pun mematikan lampu dan beberapa menit kemudian dia menyalakan lampu lagi. Namun ketika melihat tulisan Naruto dia terbelalak kaget.

"Baka, apa yang kau tulis itu?!", tanya Kushina.

"Ehmm, memangnya kenapa Kaa-san?", tanya Naruto polos.

BLETAK...

"Aku menyuruhmu menulis huruf Jepang! Bukan menulis angka-angka seperti itu Baka!", teriak Kushina geram.

"Gomenasai, Kaa-san...", ujar Naruto sambil meringis karena dijitak dengan keras kepalanya oleh Kushina.

Kushina pun menyalakan televisi dan menonton acara pengundian lotere. Dan pembawa acara pun mengumumkan angka lotere yang berhasil menang.

"Dan angka lotere yang berhasil memenangkan hadiah uang 1 juta ryo adalah... 2, 8, 16, 33! Selamat pada pemenang!", ujar pembawa acara.

"Ka-Kaa-san angkanya sama dengan yang kutulis di kertas ini!", ujar Naruto.

"Benarkah?! Lalu kau memasang angkanya di lotere?", tanya Kushina.

"Enggak", ujar Naruto polos.

"Wah sayang sekali berarti ngak dapet dong", ujar pembawa acara dari dalam televisi (*hah!)

"Baka! Baka! Apa yang kaupikirkan?! Begini aku dapat 1 juta ryo!", ujar Kushina geram lalu menghajar darah dagingnya sendiri.

Besoknya, pagi-pagi benar Naruto sudah bersiap untuk ke kota untuk mengikuti ujian negara. Dia pun sudah membawa perlengkapannya seperti alat tulis-menulis dan buku-buku di ranselnya yang besar dan agak berat itu. Walaupun wajahnya sedikit bonyok-bonyok karena dihajar oleh ibunya kemarin.

"Kaa-san, aku berangkat dulu! Doakan aku agar berhasil dalam ujian ya!", ucap Naruto.

"Iya-iya, aku selalu mendoakanmu lewat itu tuh!", ujar Kushina lalu menunjuk sebuah altar yang terdapat tiga buah benda, yaitu tongkat pentungan, kayu pentungan dan gada besi.

"Glek!", Naruto menelan ludahnya sendiri dan mukanya menunjukkan ekspresi ketakutan yang luar biasa.

"Ka-Kaa-san sudah dulu ya. Aku berangkat!", ujar Naruto lalu berbalik dan beranjak dari rumahnya.

"Hati-hati di jalan! Kau harus berhasil! Kalau tidak, tahu sendiri akibatnya!", ujar Kushina dengan aura mengerikan.

"Hiih!", Naruto bergidik ngeri dan mempercepat langkahnya.

FLASHBACK OFF

"Gawat kalau aku pulang dan Kaa-san tahu aku gagal dalam ujian, aku bisa dijadikan daging cincang olehnya!", ujar Naruto lalu membayangkan apa yang akan dilakukan ibunya padanya.

Imagine Naruto :

"Sini kau baka! Kuhajar kau!", ujar Kushina geram lalu melayang-layangkan gada besi yang tajam pada Naruto.

"Hiihh, mengerikan!", ujar Naruto sambil bergidik ngeri.

Lalu lewat seorang kakek bertopi petani di belakang Naruto. Dia kaget karena melihat kini Naruto berada di tepi jurang. Kakek itupun mengira Naruto akan bunuh diri. Diapun segera berlari menuju Naruto.

"Anak muda, apa yang kaulakukan?", tanya kakek yang berlari mendekati Naruto.

Sementara Naruto masih sibuk berbicara sendiri.

"Lebih baik aku mengumpulkan uang yang banyak dulu sebelum pulang, agar jika sampai di rumah Kaa-san akan senang!", ujar Naruto.

Kakek itu berlari semakin mendekati Naruto namun sialnya kakinya terantuk batu. Dan kakek itu tak sengaja mendorong Naruto hingga Naruto jatuh ke jurang.

"WAAAAAAAAA!", teriak Naruto.

BRUASH...

"Eh, suara apa itu?", tanya seorang wanita yang berada di pinggir danau. Ternyata di dasar jurang itu ternyata adalah danau. Wanita itu sedang mencuci pakaiannya disitu.

Wanita berambut indigo panjang dengan mata amethyst itupun melihat ke sekeliling danau itu. Dia menduga ada orang yang tercebur ke dalam danau. Dan betul ternyata kepala Naruto kini menyembul dari dalam danau.

"Sial! Siapa yang mendorongku tadi?!", gerutu Naruto.

"Tuan, tangkap ini!", ujar wanita itu sambil melemparkan sebuah balok kayu yang diikat dengan tali. Agar menjadi semacam pelampung bagi Naruto. Tapi naasnya, balok kayu itu malah mengenai kepala Naruto. Dan Naruto pun langsung pingsan ketika. Tubuh Naruto pun langsung tenggelam ke dalam danau.

"Akh sial! Terpaksa aku harus berenang dan menariknya", ujar wanita itu dan mulai melepaskan bajunya.

"WOW!"

Ternyata tak jauh dari situ ada seorang pria paruh baya yang mengamati wanita indigo itu dengan teropongnya. Wanita itupun tak jadi melepas bajunya dan menatap pria itu dengan tatapan yang mengerikan. Pria itupun langsung menyimpan teropongnya dan berdiri di atas air. Lalu dia mengambil sebuah kaleng semprotan. Dan menyemprot sehingga terbentuk awan disekeliling kakinya.

"Akulah dewa danau, Jiraiya! Sedang apa kau wahai wanita sendirian disini?", tanya pria itu yang bernama Jiraiya dengan pose meyakinkan.

"Tuan dewa danau! Ada orang yang sedang tenggelam di bagian sana! Tolonglah ambilkan dia dan bawa dia kepadaku!", ujar wanita indigo itu.

"Hmm, baiklah!", ujar Jiraiya lalu menyelam ke dalam danau.

Jiraiya pun menemukan Naruto dan disebelahnya ada orang-orangan sawah yang tenggelam di dasar danau. Jiraiya pun hendak mengambil orang-orangan sawah. Tapi tiba-tiba sebuah papan kayu berisi tulisan muncul di hadapannya.

Tertulis di papan itu:

TOLONG AMBIL PEMUDA BERAMBUT KUNING JABRIK, BUKAN ORANG-ORANGAN SAWAH!

Jiraiya kaget melihat tulisan itu.

"Yang inikan!?", ujar Jiraiya yang timbul di permukaan danau dan membawa Naruto di tangan kanannya.

"Benar-benar, cepat bawa kesini!", ujar wanita indigo.

"Cih! Dasar wanita merepotkan!", gumam Jiraiya lau melempar Naruto ke pinggir danau sambil mengumpat dan kembali ke dasar danau.

"Arigatou ya dewa Jiraiya!", ujar Hinami sambil melambaikan tangannya.

Wanita itupun memandangi Naruto dengan intens. Pemuda itu berambut kuning jabrik dan kini matanya tertutup karena pingsan. Dia memiliki tanda lahir seperti tiga garis seperti kumis kucing di kedua pipinya. Dan dia bertubuh kekar dan kulitnya berwarna tan.

"Pemuda ini tampan juga", gumam wanita itu.

"Eh apa yang kupikirkan, aku harus segera menolong pemuda ini!", ujar wanita itu lalu mulai menekan dada Naruto agar air yang masuk kedalam tubuhnya dapat keluar.

Wanita itu terus menekan dada Naruto dengan kuat tapi Naruto masih belum sadar juga. Dia pun bingung dengan keadaan ini.

"Apa aku harus memberikan napas buatan kepadanya ya? Tapi jika aku melakukan itu, berarti aku... Apa yang kupikirkan..aku harus segera menolong pemuda ini", gumam wanita indigo itu.

Wanita itupun semakin mendekatkan wajahnya pada Naruto. Bibirnya semakin mendekat ke bibir Naruto.

10 cm...

5 cm...

3 cm...

2 cm...

"Enggh", lenguh Naruto dan kemudian membuka matanya perlahan.

"WAAAA!", teriak wanita itu karena kaget melihat Naruto sudah sadar.

"Gomen tuan! Aku tak bermaksud melakukan itu!", ujar wanita itu sambil menunduk lalu wajahnya merona merah.

"Ngg..aku dimana?", tanya Naruto sambil melihat sekeliling dengan bingung.

"Ah kau tadi pingsan dan tenggelam di danau! Untung aku bisa menolongmu", ucap wanita itu.

"Arigatou ya nona! Ngomong-ngomong siapa namamu?", tanya Naruto.

"Namaku Hinata, Hyuuga Hinata!", jawab wanita itu yang ternyata bernama Hinata.

"Kalau aku Uzumaki Naruto! Senang bertemu denganmu Hinata!", ucap Naruto.

"Senang juga berkenalan denganmu Naruto-san", ucap Hinata.

Naruto dan Hinata pun bangkit berdiri dan Hinata membantu Naruto berdiri tapi kemudian terdengar bunyi perut Naruto.

KRUYUKKK...

"Wah, Naruto-san lapar ya?", tanya Hinami.

"Ah iya-iya, aku memang sedikit lapar?", ujar Naruto malu-malu.

"Kalau begitu ayo kita pergi makan!", ujar Hinata.

"Iya-iya kalau begitu, disini ada restoran pizza ngak ya? Aku paling suka dengan pizza tuna!", ujar Naruto memandang sekeliling. Hinata sweatdrop mendengar perkataan Naruto.

"Naruto-san, ini kan daerah pedalaman, tentu saja tak ada yang seperti itu!", ucap Hinata.

"Wah, gomen, aku ngak tahu", ujar Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Lebih baik Naruto-san makan dirumahku saja! Rumahku ngak jauh dari sini kok", ujar Hinata.

"Wah, Arigatou, gomen ya merepotkan!", ujar Naruto sambil nyengir.

"Ayo tuan kita bergegas! Hari sudah mulai malam!", ujar Hinata dan mereka berdua pun segera bergegas menuju rumah Hinata.

Mereka pun memasuki rumah Hinata yang sedikit terpencil di daerah pedalaman. Rumah dengan gaya kuno dan tidak terlalu besar. Walau terlihat tua namun didalamnya sangat bersih dan rapi. Mungkin Hinata rajin membersihkannya. Hinata pun mempersilahkan Naruto duduk bersila di ruang tengah.

"Hinata, apa kau tinggal sendirian disini?", tanya Naruto.

"Iya Naruto-san, memangnya kenapa?, tanya Hinata.

"Apa kau tidak takut tinggal sendirian di pedalaman seperti ini?", tanya Naruto.

"Sebenarnya sedikit takut sih Naruto-san, tapi karena di dekat sini ada kuburan orangtuaku, aku jadi berani tinggal sendirian disini. Aku ingin selalu menjaga mereka disini.", jawab Hinata.

"Kau benar-benar anak yang baik Hinata!", ujar Naruto.

"Arigatou Naruto-san!", ujar Hinata.

KRUYUKKKK... (bunyi perut Naruto yang minta diisi)

"Ng, gomen Naruto-san aku lupa!", ujar Hinata.

"Ng, ngak apa-apa kok!", ujar Naruto sambil tersenyum malu-malu.

"Ini saatnya acara favoritku!", ujar Hinata lalu menyalakan televisi dan menonton. Naruto pun sweatdrop melihatnya.

Setelah sejam menonton Hinata pun mematikan televisinya. Naruto Cuma mengelus-ngelus perutnya menahan lapar yang menjadi-jadi.

"Naruto-san lapar ya? Sebentar akan kusiapkan makan malamnya", ujar Hinata lalu berjalan menuju dapur.

"Gomen, merepotkanmu", ujar Naruto sambil nyengir malu-malu.

Setengah jam kemudian Hinata keluar dari dapur sambil membawa makanan-makanan. Namun alangkah kagetnya Naruto, ternyata Hinata membawa makanan-makanan sekaligus meja besar yang sepertinya bisa diangkat dengan mudah oleh Hinata.

"Wah Hinata kau kuat sekali ya!", ujar Naruto sambil terbelalak.

"WAAAA!", Hinata pun kaget dan menjatuhkan meja itu tiba-tiba dan makanan-makanan itu pun berhamburan dan sebagian mengotori baju Naruto.

"Go-gomenasai Naruto-san. Sini lepaskan bajunya nanti akan kucuci", ujar Hinata.

"Ngak usah Hinata! Ngak apa-apa kok!", ujar Naruto.

"Lebih baik aku bersihkan dengan kain ini!", ujar Naruto lagi sambil mengambil kain yang menyembul yang diduduki Hinata.

"Hoekk! Kok kain ini busuk banget!", ujar Naruto sambil melempar kain itu.

"Gomen Naruto-san itu kain pel yang tak sadar aku telah duduki selama 3 tahun!", ujar Hinata.

"Hoek-Hoeks", Naruto langsung muntah-muntah.

Hinata pun menyiapkan makanan-makanan yang baru untuk Naruto. Kini Naruto sedang menikmati makanan-makanan itu dengan lahap.

"Bagaimana Naruto-san, makanannya enak?", tanya Hinata.

"Ng..slurp...Enak sekali Hinata! Kau sangat pintar memasak!", ujar Naruto sambil ngunyah.

"Makanlah yang banyak Naruto-san, itu sangat baik untuk jantungmu", gumam Hinata lalu menatap Naruto dengan tajam.

"Aku selesai Hinata! Arigatou ya buat makanannya!", ujar Naruto.

"Naruto-san kan hari sudah larut malam. Bagaimana kalau Naruto-san nginap saja disini?", tanya Hinata.

"Ng, asal tidak merepotkanmu Hinata", ujar Naruto malu-malu.

"Tak apa-apa kok Naruto-san. Kau tidur di kamar kosong itu saja.", ujar Hinata sambil menunjuk sebuah kamar.

"Arigatou Hinata! Aku tidur dulu ya!", ujar Naruto lalu beranjak masuk ke kamar kosong itu.

"Selamat tidur Naruto-san!", ujar Hinata.

Naruto tertidur dengan pulas. Tapi ketika tengah malam dia terbangun karena kebelet pipis. Tapi dia mendengar suara-suara aneh dari kamar seberang.

SREK...SREK...SREK...

"Suara aneh apa itu?", gumam Naruto. Naruto pun segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan mendekati asal suara aneh itu. Ternyata suara aneh itu berasal dari kamar Hinata.

Naruto pun mendekati kamar Hinata dengan pelan-pelan. Dia berhasil berada didepan kamar Hinata dan menggeser pintu sorong kamar Hinata sedikit. Dia pun kaget melihat apa yang dilakukan Hinata.

"AKHH!", Naruto memekik tertahan.

To Be Continued...

Bagaimana, mungkin humornya terlalu sedikit ya? Gomen, ini kali pertamanya author coba bikin fanfic humor jadi masih banyak kekurangan. Mohon sarannya lewat review.

Mind to Review please?

ARIGATOU GOZAIMASHITA!