It' you

CHAPTER 2

Bahkan saat semua kenangan tentang dia menghilang, kau tetap memilih dia yang hanya orang asing.

.

Kibum berada di sebuah mobil sedan hitam, duduk di apit dua orang namja asing yang baru saja dikenalnya beberapa jam lalu. Seorang namja bersurai ikal di sisi kanannya dan seorang ahjussi yang mirip dengan namja ikal tadi di sebelah kirinya. Sedikit menerka , mungkin mereka adalah ayah dan anak.

"Apa kau lelah Kibummie?", ahjussi paruh baya itu mencoba mencairkan suasana yang sedikit kaku sejak pertama mobil mereka melaju membelah jalanan. Kibum menggelengkan kepalanya mengisyaratkan dia belum lama menunggu meski sebenarnya kakinya merasakan sesuatu yang berbeda. Oke, kakinya mulai kesemutan sekarang.

Menyadari kondisi Kibum yang kelelahan dari setiap peluh yang mengalir di pelipisnya, Ahjussi itu tertawa kecil, "Kenapa kau begitu tegang?", lalu bertanya dengan nada jenaka.

"Ah, Tidak ahjussi", Kibum tersenyum kecil sambil menggaruk tengkuknya kikuk. Apa kegugupannya semudah itu terbaca? Haishh, memalukan.

"Bukankah Siwon sudah mengirim pesan padamu?"

"Ya, tapi Siwon Hyung tak bisa dihubungi, aku takut dia dalam masalah", ucap Kibum mencoba tenang, mesipun manik hitamnya sedikit menyiratkan kekhawatiran. Paling tidak itu merhasil membuat namja yang duduk di sisi sebelahnya —yang sejak tadi asik bermain PSP hitam di tangannya— meliriknya sekilas dengan seringaian kecil.

"Apa masih jauh ahjussi?", Kibum mulai merasa jengah.

"Tak akan terasa jauh kalau kita sambil mengobrol." Kibum menarik sedikit sudut bibirnya. Benar juga, sejak tadi dia hanya bersikap dingin tanpa terlalu meperhatikan dua sosok di sampingnya.

"Apa benar kau teman Siwon hyung? Dia tak pernah membicarakanmu", seketika namja yang tengah bermain PSP itu tersentak mendengar pertanyaan yang diajukan Kibum.

Sebenarnya pertanyaan yang sangat mudah untuk dijawab mengingat sejak awal dia sudah berhasil menipu sosok polos yang tengah menatapnya lekat itu, tapi saat karamelnya menatap kelereng hitam Kibum, entah kenapa ada sesuatu yang menghambatnya untuk melakukan kebohongan yang lebih jauh lagi.

"Yea, mungkin dia tak ingat karna kami tidak terlalu akrab", Kyuhyun menjawab dengan nada acuh. Ia gendikan bahunya dengan gesture sok tidak peduli.

Kibum sendiri malah tersenyum mendengar jawaban super cuek yang terlontar dari namja di sebelahnya, matanya masih lekat mengamati sosok yang hanya menundukkan kepalanya tanpa berani bertatapan langsung dengannya. Sedikit mencoba mengingat mungkin dia pernah bertemu di suatu tempat karena wajahnya tampak tak terlalu asing.

"Apa ahjussi ayahnya?", tanya Kibum polos sambil menunjuk namja di sampingnya yang kini mempoutkan mulutnya kesal karena Kibum tepat menekan hidungnya yang mancungnya. Oh God! Ingatkan Kyuhyun untul menagih uang ganti rugi kepada makhuk es tidak tau diri itu. Ayolah, hidungnya itu mahal, okey.

"Ya, bukankah kami sangat mirip? Meski ahjussi jauh lebih tampan?", Ahjussi itu tertawa narsis. Jemarinya menyisir rambut hitamnya ke belang sok kece.

Sontak, suara tawa membaur dalam mobil itu. Sesekali namja bersurai ikal itu mengajukan protesnya akan pernyataan sang ayah yang membuat Kibum semakin tertawa geli.

"Arra, kau lebih tampan dari ahjussi meski tak lebih tampan dariku." Kibum terkikik geli mendapati raut namja di hadapanya yang semakin tertekuk lucu.

Nyut!

Kedua pipi Kibum ditarik dengan tidak elit, "Kau itu cantik bukan tampan"

Kibum meringis kecil saat cubitan di kedua pipinya semakin mengencang. Kemudian dengan sekuat tenaga, dia membalas perlakuan yang sama dengan yang namja di hadapannya itu lakukan, sampai-sampai ayah Kyuhyun harus memisahkan mereka bedua yang kini mulai mengeluarkan tenaga dalam—entah tenaga dalam ajaran siapa.

"Dasar kekanak-kanakan! Pipi kalian bisa melar nanti", Ayah Kyuhyun berkotbah dengan mata melotot. Heran minta ampun, bagaimana bisa dua lelaki dewasa berkelahi dengan cara sekekanakan h, kenapa tidak saling jambak saja sekalian sampai botak.

"Dia yang mulai appa", Kibum melengos kesal sambil mengusap kedua pipinya yang terasa sakit. Dasar Cho pengadu.

"Aku akan mengadukanmu pada Siwon Hyung," gumam Kibum yang masih bisa di dengar oleh dua orang lain yang ada di dalam mobil bersamanya. Oke, siapa sekarang yang pengadu. Astaga!

"Ehm! Sepertinya kau begitu mencintai Siwon Hyungmu itu, Kibummie?", Ayah Kyuhyun berdeham pelan sebelum menanyakan hal yang sedikit sensitif di telinga Kibum.

"Hmm. Ne ahjussi tentu saja", jawab Kibum malu-malu kucing sambil menunduk menyembunyikan rona merah yang mungkin sudah mendominasi wajahnya tanpa menyadari bahwa ucapannya baru saja memudarkan senyum orang di sekitarnya.

Namja itu mengamati sosok Kibum yang masih tersipu malu. Entah mengapa dia merasa semua ini, err.. Salah? Baiklah, dia tau dia salah. Tapi inilah pilihannya sejak awal. Mungkin dia tak akan mampu lagi mendapati anak kesayangannya menangis dan meraung seperti orang gila setiap malam. Lalu perhatian pria paruh baya itu beralih pada manik karamel putranya—

Dan untuk kesekian kalinya, dia harus mendapati sorot terluka disana. Sorot luka yang dibencinya serta sorot luka yang selalu bisa membuat hatinya seolah ikut menjerit sakit. Dengan segera pandangannya dialihkannya ke arah luar mobil, menatap Kibum lebih lama mungkin akan membuatnya merubah keputusannya dan membuatnya menyesal untuk selamanya.

"Pak Lee kita mampir dulu ke pom bensin di depan", Ayah Kyuhyun berucap, sejenak setelah mampu menguasai dirinya yang agak goyah.

"Ya Tuan", sang sopir mengangguk
mengiyakan perintah sang majikan.

"Hei, kenapa kau diam saja ikal?", Kibum membuka suaranya setelah lama ia memperhatikan sosok berambut ikal di sampingnya itu. Telunjuknya ia tekankan pada pipi sang namja yang langsung mendapat deathglare dari sang empunya. Kibum langsung nyengir dan menunjukkan tanda 'Peace' dengan dua jari telunjuk dan manisnya.

"Namaku itu Kyuhyun bukan ikal, pucat. Cho Kyuhyun! Simpan itu baik-baik di otak kecilmu!"

'Sialan', dalam hati Kibum mengumpat sebal.

.

.

.

"Kyu..", panggil Kibum pelan sambil menatap Kyuhyun yang masih sibuk bermain dengan PSP kesayangannya.

"Hmm", respon Kyuhyun tanpa mengalihkan padangannya sedikitpun.

Perempatan imajiner mampir di jidat Kibum. Bibir bocah itu mengerucut sebal dengan pandangan nyalang kearah Kyuhyun. Percuma, dia diacuhkan. Sialan!

Kibum menghena nafas bosan. Bocah itu lalu memilih berpangku tangan menatap arakan langit yang begitu indah. Sejenak, ia merasa Tuhan begitu mulia, bahkan untuk segumpal awan sederhana yang meneduhkan hati.

Hening

Hening

Kyuhyun yang merasa aneh menoleh sejenak ke arah Kibum. Apa bocah berisik itu tertidur? Namun, entah bagaimana, selanjutnya ia malah terpaku melihat sosok indah di depannya. Manik Kyuhyun menyelami sosok Kibum yang kini memandang kosong ke langit biru di hadapannya. Dalam hati ia menerka apa yang dipikirkan bocah itu.

Kini mereka sedang berada di atap gedung sekolah mereka, suasana atap gedung sekolahnya yang sepi memang membuat keduanya sering menghabiskan waktu istirahat siang disana. Menikmati kenyamanan di setiap keheningan yang mereka butuhkan.

"Bummie hyung", panggil Kyuhyun pelan.

"…"

Kyuhun mengernyitkan dahinya. Kibum melamunkah? Akhirnya yang lebih muda pun memilih mendekatkan dirinya pasa sosok Kibum yang masih diam terpaku.

"Apa aku pernah mengenal namjachingumu itu sebelumnya?", pertanyaan yang meluncur lancar dari bibir Kibum cukup membuat seorang Cho Kyuhyun tersentak kaget.

"A..apa maksud hyung?", Kyuhyun tergagap. Manik karamel bocah itu bergerak gelisah, meskipun hanya sesaat karena pengendalian dirinya yang cukup baik.

"Entahlah Kyu, aku—" Kibum tidak bisa
melanjutkan kalimatnya, dialihkannya
tatapannya ke wajah Kyuhyun yang
menunjukkan mimik tak terbaca.

Sebuah senyum tipis Kibum pasang di wajah tampannya, kemudian tangannya yang menganggur beralih untuk mengacak surai madu Kyuhyun, "Lupakan saja Kyu, mungkin hanya pasaanku saja", ucapnya kemudian sebelum pergi untuk kembali ke kelas.

Kyuhyun mengerjab, mengarahkan telapak tangannya ke dadanya. Percayalah, dia melihatnya. Manik mata yang menyiratkan sebuah— kesakitankah? Entah kenapa Kyuhyun bisa melihat tatapan mata Kibum tadi yang terlihat begitu menderita.

"Tidak boleh Hyung! Dia namjachinguku dan kau tak mengenalnya sama sekali", Kyuhyun berbisik lebih pada dirinya sendiri. Setidaknya untuk meyakinkan dirinya sendiri. Atau mungkin saja angin cukup berbaik hati untuk menyampaikan pesan tunggalnya pada orang yang bersangkutan.

.

.

.

Sore itu Kibum sedang berjalan-jalan di Mall menemani Kyuhyun yang terus merenggek minta ditemani membeli kaset game terbaru. Jadi, meski sangat malas keluar rumah, toh ia masih mengikuti maunya Kyuhyun juga. Telinganya sudah cukup menderita seharian, bahkan nyaris pengang mendengar rengekan Kyuhyun yang persis seperti bocah TK minta dibelikan permen.

Kibum menguap bosan, lalu ia menatap arlojinya. Oh! Hebat sekali, jadi ia menunggu bocah iblis itu antri lempengan sampah hampir setengah jam? Kibum melirik Kyuhyun sekilas, dan antrian masih panjang. Harus berapa lama lagi ia berbosan ria disini?

Dengan bermodalkan rasa bosan dan mati gaya maksimal, Kibum akhirnya memilih untuk melangkahkan kakinya. Sedikit berjalan-jalan santai membunuh kebosanan dengan sesekali menghampiri stand pameran disana. Lumayan, cuci mata. Siapa tau ketemu seme kece.

"Kibummie?", seorang wanita menepuk pundak Kibum pelan. Menatap horor ke arah Kibum seolah baru saja yang di hadapannya kini adalah sodako berbikini, dan seingat Kibum ia tidak memakai wig dan bikini sekarang. Oke, lupakan saja.

"Ya Nyonya, ada yang bisa kubantu?",
tanya Kibum sambil mengerjab bingung dengan wanita asing di depannya. Wanita itu terlihat kaya, masih terlihat cantik mesti ia menduga wajah wanita itu tak sesuai lagi dengan umurnya.

"Kemana saja kau selama ini?", tiba-tiba saja wanita itu memekik lalu nenerjang Kibum dalam pelukannya.

"Hah? Aku tak kemana-mana." Kibum kembali mengernyit bingung. Sebuah pertanyaan sudah akan dilontarkannya jika saja tak mendapati sosok namja lain yang berjalan ke arahnya.

"Eomma.. apa yang kau lakukan disini?", Siwon menghampiri eommanya yang tiba-tiba menghilang dari toko yang tadi mereka kunjungi.

Wanita yang ternyata ibu Swon itu melepaskan pelukannya pada Kibum sebelum menatap puteranya dengan kedua tangan berkacak pinggang, "Kenapa kau tak bilang kalau Kibummie sudah kembali ke Korea?".

"Ah! Hai Kibum. Di mana Kyuhyun?", Siwon menatapnya dengan mimik menyebalkan sebelum menyapanya dengan nada sinis tak kalah menyebalkan.

Kalau saja ia tidak menghormati Nyonya Choi yang berada di dekatnyanya, pasti sudah di tendangnya hidung menyebalkan bocah sok itu sampai berdarah, 'atau minimal mengikat bibir joker sialannya dengan karet gelang', bisik Kibum dalam hati sambil menyeringai nista.

"Bukankah kau namjachingunya?", Kibum mendelik sok santai walaupun sebenarnya aura hitamnya sudah berkibar kamana-mana.

"Bukankah kau stalkernya?"

"Apa posisiku artinya lebih penting dari posisimu bagi Kyu?" Kibum menatap sengit pada sosok Siwon yang masih menatapnya sengit.

Siwon terkekeh meremehkan, "Dasar, kau tak pernah berubah sejak dulu. Selalu tak mau kalah."

Kibum mengernyit sebal mendengar ucapan Siwon yang seakan tau segalanya, "Jangan bicara seolah-olah kita sangat dekat", ucap Kibum sinis yang dengan sukses membuat Siwon dan Nyonya Choi tersentak kaget dengan sikap Kibum.

"Tch! Dia bukan Kibum yang dulu eomma. Dia orang lain", cibir Siwon semakin sinis yang membuat emosinya seakan mendidihkan ubun-ubunnya.

Malas membuat keributan, akhirnya Kibum berniat pergi dari tempatnya, dan itu sebelum Kyuhyun datang tiba-tiba yang langsung merangkul tangannya manja.

"Hyung, kau meninggalkanku mengantri sendirian", Kyuhyun memandang Kibum galak sambil sesekali mempoutkan bibirnya kesal, tak terlalu menyadari Siwon yang berdiri tak jauh darinya.

"Mianhe", hanya kata itu yang terlontar dari bibir merah Kibum, matanya mengisyaratkan pada Kyuhyun untuk menatap orang yang ada di depannya.

"Loh! Siwon hyung?", Kyuhyun sedikit terperanjat menatap seseorang yang baru didarinya, terlebih seorang wanita yang diyakininya merupakan ibu Siwon berdiri di samping orang tersebut.

"Ehem, hallo bibi", Kyuhyun menunduk kikuk karena jujur saja, ini kali pertamanya ia bertemu dengan ibu namjachingunya itu. Sebelum ini ia hanya mendengar cerita dari Siwon dan melihat foto mereka saja.

Nyonya Choi sendiri hanya tersenyum menanggapi salam Kyuhyun tanpa barniat membalasnya sedikitpun. Wanita paruh baya itu kemudian menatap Kibum kembali, "Ah ya Bummie, aku harus pergi sekarang, kau bisa meminta Siwon menemanimu jalan-jalan jika kau tidak keberatan", sebelum berlalu dari sana.

Siwon sedikit menggerutu dengan pesan ibunya meski tak melontarkan penolak sama sekali. Kyuhyun tersenyum kecut, sepertinya ia tak mendapat restu mengingat Nyonya Choi langsung berlalu begitu saja tanpa melihatnya sama sekali. Tragis

.

.

Siwon menyetir mobilnya dengan perlahan. Jalanan sudah cukup lengang tapi ia tak mau mengambil resiko untuk mengebut. Kyuhyun dan Kibum duduk di kursi belakang, dan Siwon benar-benar merasa menjadi supir pribadi kedua namja itu sekarang. Ia melirik ke belakang dari spion depan mobilnya, dan netranya langsung menangkan Kyuhyun yang bermain PSP dan Kibum yang sesekali terantuk karena menahan kantuk.

"Tidurlah hyung", Kyuhyun berucap pelan tanpa mengalihkan karamelnya dari layar PSP yang sedang dimainkannya. Konsentrasi penuh,mojok dengan selingkuhannya. Hahahaha.

"Hmm. Ne Wonie", jawab Kibum parau sebelum benar-benar menyadarkan kepalanya ke bahu Kyuhyun dan tertidur.

Siwon terdiam dengan cara yang berbeda dari yang ia lakukan. Jelas ia mendengar apa yang digumamkan namja yang kini tengah terlelap di bahu Kyuhyun. Jadi, Kibum masih mengingatnya kan?Dan sebuah senyuman tipis pun mampir kewajah tampan namja yang tengah menyetir itu.

Kyuhyun masih memainkan PSP yang ada di tangannya, meski nyatanya layarnya sudah memampangakan kata 'game over' sejak beberapa detik lalu, kau pasti tau waktu tepatnya kan? Oh yea, karena ia tidak tuli, dan jelas ia mendengar apa yang diucapkan Kibum tadi.

Bocah ikal itu mengeram marah. Terlebih, ujung matanya mendapati Siwon yang diam-diam tersenyum mendengar gumam kecil Kibum dari sepion depan. Andai saja ia di rumah saat ini. Ah! Sayang sekali, padahal ia ingat ada tetangga penggosip yang mungkin bisa ia penggal kepalanya untuk pelampiasannya.

Kyuhyun menghela nafas panjang, melemaskan jemarinya yang tegang sebelum mengukir sebuah senyum mengerikan.

'Sebentar lagi, ya sebentar lagi sampai semua ini berakhir', Entah ia yang akan menang atau malah yang akan jadi pecundang di cerita ini, ia tak peduli. Tapi ia bersumpah apapun hasilnya, ia akan membawanya ikut bersamanya entah ke atas tahta kemenangan atau jurang kekalahan.

'Cih, nikmati kesenangan kalian, pecundang', dan seringaian Kyuhyun berubah menjadi tatapan dingin yang jauh lebih mengerikan.

.

.

.

Tbc..?