Heey minna-san...Iko kembali dengan fic baru nih..XD

Makasih buat minna-san yang 'dah review fic Hadiah Terindah, benernya sih aq gak ada rencana bikin sequel-nya, tapi gak sangka ada yang nyaranin...

Yah, kalo ada ide..mungkin aq akan buat sequel-nya nanti.

HERE WE ARE

Disclamer : Naruto © Masashi Kishimoto

Pairing : NaruSasu, Nejigaa, Shikakiba

Genre : Romance, hurt/comfort, action, crime, & angst

Maaf kalo ada kesamaan tema dan kesalahanXD

Gaje, Typo(s), Slash, BL, OOC,,

Don't Like don't read

Enjoy!^^

Chapter 1 : Yang Kami Lakukan

Malam ini bulan bersinar terang. Bintang-bintang tak begitu menampakkan sinarnya seolah kalah oleh terangnya sang dewi malam. Itulah yang dipikirkan Uzumaki Naruto. Pemuda yang bermantel dark red panjang ini berdiri di atap salah satu gedung pencakar langit di kota Tokyo. Rambut pirang berantakannya tertiup angin kencang, membuatnya semakin terlihat berantakan. Mata Shappire di balik kacamata hitamnya memandang langit, kemudian mengalihkannya ke bawah. Melihat keramaian kota dari gedung berlantai 48 itu.

Matanya meneliti, mencari sesuatu melalui kacamata yang didesain khusus olehnya sendiri. Ia menekan tombol kecil yang ada di sudut kanan kacamatanya, hingga objek yang dipandangnya dari kacamata itu membesar. Di antara lautan manusia di bawah sana, ia menemukan targetnya.

"Nggak sulit juga menemukan maniak Jasin itu rupanya." Naruto menyeringai ketika melihat seorang pria paruh baya berambut putih, yang baru saja keluar dari mobil Mercedes-Benz silver bersama dua orang berpakaian serba hitam. Sepertinya bodyguard pria itu.

"Bodyguard, hah? Lumayan besar juga tubuhnya. Kita lihat gimana paniknya mereka bereaksi saat kujatuhkan tuannya." Gumam Naruto sinis memperhatikan bodyguard yang berjalan di kanan-kiri pria itu.

"Hey, apa kau akan bersenang-senang tanpaku?" tanya suara seseorang yang berjalan menghampiri Naruto dari belakang.

"Sebenarnya iya, jika saja kau datang lebih lama 5 menit lagi." Jawab Naruto tanpa mengalihkan pandangannya. Agaknya ia mengenal baik suara orang itu.

"Aku akan repot kalau kau menghabisi buruan kita sendiri. Paling nggak biarkan aku lihat kematiannya dimangsa Death Gun kesayanganmu itu." balas orang yang sekarang berdiri di sebelah kanan Naruto kesal, ikut melihat target melalui mata beriris Lavendernya.

"Yah, sayangnya Kyuubi-ku nggak berperan malam ini. Jadi aku pakai OSV saja." Naruto mengelus Handgun hitam tipe Glock 23F bercorak api warna orange miliknya yang berada di sarungnya. Seakan hidup dan memberitahu untuk bersabar.

"Senjata yang merepotkan." Pemuda berambut coklat panjang itu mendengus melihat Naruto memanjakan senjata kesayangannya.

"Kyuubi tidak seperti Ryuu milikmu yang tenang itu, Neji." Naruto nyegir, menoleh pada lawan bicaranya. "Bukannya tadi kau bilang kalau kau menyerahkan dia padaku?" lanjutnya ketika melihat pemuda yang dikenal sebagai Hyuuga Neji itu mengeluarkan Handgun Silver Mark 23 Auto miliknya.

"Kalau kau memang ingin menghabisinya, lakukan saja. Aku hanya berjaga-jaga. Memang kau pikir Ryuu-ku bisa menghabisinya dari jarak segini?" jelas Neji. Tidak habis pikir jika Naruto beranggapan Neji akan menghabisi Hidan dalam jarak lebih dari 700 m dengan Handgun-nya.

"Okay. Then, don't bother me."

"Orang itu bernama Hidan. Menurut data, dia bergabung dengan mafia yang bernama Akatsuki. Dia biasa melakukan transaksi dengan mafia atau organisasi ilegal lain bersama Kakuzu. Rekannya yang berambut perak dan wajahya selalu ditutup masker." terang Neji mengingat semua data tentang targetnya. Pandangannya tertuju pada target.

"Oooh... pria mata duitan itu, ya." Kata Naruto menyeringai.

"Malam ini Hidan akan melakukan transaksi. Klien ingin kita menyingkirkannya. Paling nggak, itu akan membuat Akatsuki goyah dan sedikit terbuka celah untuk menghancurkan mereka." lanjut pemuda berjaket biru gelap itu mengabaikan ejekan Naruto pada target barusan. "Lagipula, dia juga menguntungkan kita."

"Yeah, he's one of our target." Gumam Naruto melihat Hidan berhenti dan memasuki salah satu box telepon umum.

"Jika kita berhasil, mungkin itu bisa membuat kita selangkah lebih dekat dengan sang 'Raja'." Neji melirik Naruto ketika menyadari perubahan nada suara Naruto saat menyinggung hal tadi.

Hidan terlihat seperti menghubungi seseorang dari telepon di box umum itu. Sedang kedua bodyguardnya menunggui di luar box, menjaga Hidan.

"Sepertinya, Hidan menelpon orang yang akan bertransaksi dengannya." kata Neji.

"Berarti sekarang saatnya kita habisi dia." Naruto mengarahkan senjata sniper OSV-96, bersiap menembak buruannya.

"Habisi dia setelah selesai bicara. Jangan lupa para bodyguard-nya." Saran Neji.

"Memang itu niatku." ujar Naruto membidik targetnya.

Beberapa menit kemudian, Hidan sudah mengakhiri hubungan telepon. Dia keluar dari box telepon untuk menemui bodyguardnya dan pergi, sebelum...

"It's show time."

DOORR!...,DOORR!,,DOORR!

"KYAAAAAAA!","UWAAAAAHHHH!"

Orang-orang di sekitar box telepon berteriak histeris, melihat Hidan dan kedua bodyguardnya tumbang tertembak oleh Naruto. Polisi yang ada di pos terdekat segera menuju tempat itu, menghalau orang-orang yang ingin memotret mereka serta memanggil ambulans dan bantuan ke Markas Kepolisian Pusat.

Naruto dan Neji yang melihatnya, puas dengan hasil kerja mereka.

"Aku jadi ingin lihat, gimana reaksi 'Raja' jika tahu pionnya mati. Terlebih aku pelakunya." Naruto menyeringai puas, menatap sinis mayat Hidan. Merasa jijik di matanya.

"'Dia' nggak akan tau kau pelakunya, Naruto. Jika kita menghapus jejak kita." ucap Neji.

"Hhhh, padahal setelah berhasil menemukan 'dia', aku ingin sekali menghabisinya." Naruto menghela nafas, sedikit kecewa niatnya belum bisa terkabul.

Neji tahu. Apapun yang berhubungan dengan 'Raja', Naruto pasti bertindak serius dan kurang sabaran. Memang selama ini Naruto mencarinya. Karena 'orang itu' yang telah mengacaukan segalanya. Termasuk kehidupan dan mimpi Naruto. Tapi menghabisi 'Raja' juga perlu strategi dan persiapan. Makanya, Neji menghentikan niat Naruto untuk sekarang.

"Bersabarlah, niatmu akan terkabul nggak lama lagi jika semua berjalan sesuai rencana kita." Neji menepuk pelan bahu kanan kawannya itu, sebelum membantu membereskan peralatan sniper Naruto. "Ayo pulang. Mereka pasti menunggu kita. Biar Shikamaru yang mengurus sisanya." lanjut Neji sambil mengetikkan sesuatu di hp miliknya. Mengabari seseorang bernama Nara Shikamaru.

"Hn."

Naruto melepas kacamatanya, memasukkannya di saku dalam mantel. Ia mengangkat tas yang berisi peralatan snipernya. Kemudian berbalik menyusul Neji yang sudah berjalan duluan menuju pintu atap gedung.

Ketika Naruto dan Neji keluar dari gedung mereka berada tadi, para polisi dari pusat telah memasang garis kuning di tempat kejadian. Mayat Hidan dan kedua bodyguardnya tengah diangkut. Wartawan dan reporter yang akan meliput, dihalau petugas agar tidak mengganggu. Naruto dan Neji juga melihat orang yang mungkin dikenali sebagai inspektur dan detektif swasta yang bercampur di antara polisi. Mungkin detektif itu didatangkan khusus.

Mereka berjalan menuju mobil Naruto yang terparkir tak jauh dari gedung itu.

"Neji, kau yang nyetir." Naruto melempar kunci mobilnya pada Neji, dan Neji menangkapnya.

"Tumben. Kenapa?" tanya Neji membuka pintu mobil bagian kemudi.

"Aku males, aku mau tidur sebentar." jawab Naruto sambil memasukkan tas alat snipernya ke bagasi yang sebelumnya dibukakan oleh Neji dari dalam mobilnya.

Setelah mereka masuk dalam mobil, Neji menjalankan mobil Lamborghini Reventon hitam milik Naruto. Mobil itu melaju cepat membelah keramaian di kota Tokyo.

Neji melirik Naruto yang duduk di sebelahnya. Dilihatnya Naruto menyenderkan kepalanya ke jendela sampingnya dengan melipat kedua tangan di dadanya. Dia menutup mata, tapi Neji tahu Naruto tidak tidur. Neji tidak berniat menggangunya untuk memecah keheningan. Biarkan saja Naruto istirahat sejenak selama perjalanan pulang.

==========Here We Are==========

Sekitar satu jam kemudian, mobil mewah itu sampai di daerah pinggiran kota yang jarang penduduknya. Neji mengarahkan mobil itu masuk ke dalam hutan pinggir kota. Terus melaju hingga tak ada satupun rumah penduduk yang tampak lagi. Semakin ke dalam, hutan itu menjadi gelap. Hanya lampu jalan yang menerangi perjalanan mereka memasuki hutan itu.

Mobil itu akhirnya sampai di tujuan. Sebuah mansion berumur gaya eropa yang lumayan besar berada di puncak salah satu bukit hutan itu. Mansion itu memiliki halaman luas dan taman indah yang terawat, dengan kolam air mancur sebagai penghias di tengahnya. Di taman belakang terdapat paviliun kecil khusus untuk menikmati pemandangan dari puncak bukit serta kebun yang ditanami berbagai bunga mekar indah. Pagar besi berduri yang menjulang tinggi mengelilingi mansion itu. Sungguh tempat tinggal yang mewah.

Mobil Naruto yang dikemudikan Neji memasuki halaman luas, setelah pintu pagar membuka otomatis. Sepertinya orang di rumah itu tahu kedatangan mereka. Neji memarkirkan mobil Naruto di tempat yang tersedia.

"Kita sudah sampai." kata Neji sambil mematikan mesin mobil.

"Hn." jawab Naruto asal, membuka mata menyadari bahwa mereka sudah sampai di rumah.

Mereka keluar mobil bersamaan. Neji membuka dan menutup bagasi mobil setelah mengambil tas alat sniper Naruto. Kemudian berjalan menyusul Naruto yang sudah berjalan duluan ke pintu masuk utama mansion mereka.

"Tadaima.." ucap Naruto langsung masuk ke dalam mansion bersama Neji yang menutup dan mengunci pintu mansion.

"Okaeri...,Naruto, Neji." jawab seseorang yang menyambut kedatangan mereka. Pemuda berambut merah bata dan bermata Jade itu menghampiri mereka, bermaksud menggantikan Neji membawa tas itu."Biar aku yang membawanya ke gudang."

"Arigatou Gaara." kata Neji tersenyum dan Naruto hanya mengangguk. Orang yang bernama lengkap Sabaku Gaara membalas dengan senyum tipis.

"Bagaimana pekerjaan kalian? Nggak ada yang terluka 'kan?" tanya Gaara.

"Nggak. Seperti biasa, misi berhasil. Sisanya tinggal Shikamaru mengabari klien." Jawab Neji sambil melepas jaketnya.

"Aku sudah mengabarinya. Katanya uang jasa akan segera ditransfer ke rekening kita." ujar pemuda berambut hitam dikuncir tinggi seperti nanas, Nara Shikamaru. Naruto, Neji dan Gaara melihatnya menuruni tangga dari lantai dua bersama pemuda berambut coklat jabrik yang lebih pendek darinya, Inuzuka Kiba. "Kau bisa mengeceknya, Naruto."

"Hn." Naruto mengangguk singkat.

"Enak banget sih kalian. Aku juga ingin ikut misi jika saja Shikamaru nggak melarangku. Aku bosan tahu berdiam di mansion. Lebih asyik berburu." kata Kiba kesal. Ia iri dengan kawannya yang bisa berburu di luar sana.

"Kau tahu, misi ini terlalu mudah jika dilakukan bertiga. Buang-buang tenaga saja. Merepotkan." Shikamaru menguap lebar.

"Dasar tukang tidur." ejek Kiba. "Gaara, apa menu makan malam ini?"

"Kerjaanmu hanya makan dan berburu saja, Kiba. Paling nggak, bantu aku masak 'lah." Gaara menghela nafas, lelah dengan kelakuan pemuda bertato segitiga terbalik di pipinya itu. "Aku sudah menyiapkan Ochazuke dengan umeboshi. Aku juga memasak dendeng kesukaanmu." lanjutnya.

"Uwaaiii, Gaara! Kau memang Ibuku. paling tahu Kesukaanku!" Teriak Kiba segera berlari ke arah Gaara ingin memeluknya.

BLEETAAAK!

"Iitaaii..!"

Gaara menjitak kepala Kiba keras sebelum Kiba melaksanakan niatnya. "Berisik Kiba! Dan jangan panggil aku ibu. Aku laki-laki!" Dahi Gaara berkedut marah. Belum puas ia menghajar pemuda yang selalu memanggilnya ibu itu.

"Aku 'kan hanya berterima kasih." Kiba memelas.

"Kau masih mau kuhajar, heeh?"

"Nggaaakk!"

"Berisik! Mending kau segera pergi ke ruang makan sana, Kiba. Jangan bikin Gaara marah lagi. Bisa-bisa dia nggak akan masakin makanan favoritmu lagi." kata Shika menengahi.

"Oke." Kiba nyengir. Segera berlari menuju ruang makan di mana dendeng kesukaannya menunggu untuk disantap.

"Tetap saja berisik seperti biasa. Aku heran bagaimana kau bisa tahan dengannya Shika?" tanya Neji.

"Kau nggak tahu gimana indahnya dia." Shika tersenyum, berjalan menyusul Kiba yang sudah menghilang dari pandangan.

Naruto, Neji dan Gaara sweatdrop, mendengar pujian entah baik atau aneh untuk Kiba barusan.

"Naruto, kau nggak makan dulu?" Tanya Gaara ketika melihat Naruto berjalan menaiki tangga.

"Nanti saja, aku mau menjenguknya dulu." Jawab Naruto.

"Mau kuantar makananmu dan dia ke kamarnya?"

"Dia belum makan?"

"Aku sudah menawarinya tadi. Tapi sepertinya dia nggak mau."

"...Baiklah, antar saja nanti ke kamarnya. Biar aku yang tanya padanya." kata Naruto berjalan pergi meninggalkan Neji dan Gaara.

"Bagaimana hasil pemeriksaannya?" Neji bertanya pada Gaara setelah Naruto menghilang ke lantai dua.

"Hmm, belum ada perubahan. Tsunade sudah memeriksanya tadi. Katanya nggak ada tanda-tanda sama sekali untuk kembali." Jawab Gaara. Tatapan matanya berubah menyendu. "Padahal aku sangat ingin berbicara dengannya. Walau mungkin dia hanya akan menanggapi dengan trademark-nya."

Neji menepuk pelan kepala Gaara. Ia tahu bahwa Gaara sangat merindukan orang yang dianggap adik kecilnya itu. "Jangan sedih, dia pasti kembali. Aku juga merindukan dia yang dulu. Makanya, kami akan berusaha mengembalikannya." Hibur Neji tersenyum. "Kau tau, jika dia adalah kau, mungkin aku tidak bisa setegar Naruto."

"Hmm?" Gaara tidak mengerti.

"Di antara kita semua, Narutolah yang paling menunggu dia kembali. Pasti rasanya sakit jika orang yang dirindukannya tetap seperti itu." Terang Neji. "Seandainya itu kau, mungkin aku akan gila." Neji menatap lemah kepada Gaara.

"Neji..."

"Karena itu, kita hanya bisa membantu mereka."

"...ya"

==========Here We Are==========

Naruto membuka pintu salah satu kamar mansion. Kamar itu luas, dengan ranjang berukuran Queen-size di tengah ruangan. Dindingnya bercat biru muda, tak jelas warnanya karena cahaya kamar remang, hanya diterangi lampu tidur di meja kecil dekat ranjang. Di salah satu sudut ruangan terdapat lemari pakaian besar yang terbuat dari kayu mahoni dan sofa panjang berwarna merah marun. Jendela besar kamar itu terbuka lebar, menghadap langsung ke pemandangan taman belakang.

Di beranda depan jendela 'lah, sang pemilik kamar berdiri. Pemuda bersurai raven dengan rambut mencuat ke belakang. Dia menikmati pemandangan indah dari puncak bukit yang disuguhkan alam malam ini. Ia hanya memakai yukata tidur tipis, tidak peduli dengan angin malam yang bisa membuat tubuhnya kedinginan. Bahkan ia tak menyadari atau tak peduli dengan kedatangan Naruto.

Naruto menutup pelan pintu kamar. Ia melepas mantel dark red-nya sambil berjalan menghampiri pemuda raven.

"Kau bisa kedinginan dengan pakaian tipis begitu." Naruto menyampirkan mantelnya di bahu si pemuda.

Dia menoleh pada Naruto, tidak terkejut dengan kedatangan dan tindakan pemuda blonde itu. Dia hanya menatap Naruto kosong. Seakan tidak ada apapun yang terpantul di mata Onyx-nya. Dia bahkan tidak membalas perkataan Naruto barusan. Hanya diam. Bagai wadah kosong tak berpenghuni.

Naruto yang nelihat tersenyum hangat. "Aku pulang...Teme."

==========TBC==========

Kyuubi : Nama senjata kesayangan Naruto, Handgun hitam tipe Glock 23F bercorak api warna orange.

Ryuu : Nama senjata Neji, Handgun Silver Mark 23 Auto.

Ochazuke : makanan Jepang yang berupa nasi putih dengan lauk sekadarnya yang dituangi air teh hijau atau air panas.

Umeboshi : Makanan kering sejenis buah aprikot, Umeboshi biasanya diletakkan di atas nasi sebagai asinan.

Kali ini aq mau coba buat fic bergenre action...jadi maaf kalo kurang menarik mungkin...

Ditunggu review-nya minna...

REVIEW...^^