Title : Sayonara

Pairing : Yunho X Jaejoong (YunJae)

Author : Cindyjung

Rate : T, M (untuk bahasa)

Genre : Angst , Incest

Author Note : Welcome back with me XD hahaha. Mumpung ide lagi ngalir dan daripada disumbat lebih baik disalurkan saja sekalian hehehe. Sebenarnya ide cerita ini udah ada lamaaa sekali bahkan sebelum Hello, Baby! Nemplok, tapi karena lagi mood ngatik Hello, Baby! Jadinya FF itulah yang terbentuk hehehe. Rasanya cerita ini Cuma akan ada dua part aja karena emang pada dasarnya Cuma ngambil dua sisi waktu aja ^^ . Ff ini juga terinspirasi dari drama I Miss You yang bapanya juahat kalee – jadi kalau ada kesamaan pada FF ini maklumi yah :D- dan juga lagu My Destiny-Tohoshinki :D

Oh iya, bagi ada yang waktu itu manggil Cindy dengan nama Yuuki, maaf tapi mungkin Yuuki yang dimaksud adalah Cindy yang lain ^^

Baiklah semuanya selamat menikmati karya ini! Maaf kalo Cindy seringnya bikin karya yang angst atau hurt, karena... memang sukanya nulis itu hehehe –padahal aku ini pecinta komedi romantis loh- #abaikan

Diclaemer : Semua tokoh yang ada disini adalah hasil fiksi belaka, saya Cuma pinjam nama saja, jadi mohon jangan tersinggung ne? ^^

WARNING! YAOI, TYPO BERTEBARAN, ANGST DETECTED, COMPILICATED, OOC

Now let's the story begin

.

.

.

Dalam setiap perpisahan akan selalu ada kata untuk menyertainya

Dan itu adalah kata yang selalu kuucapkan padamu

Selamat tinggal

oOSayonaraOo

Seoul, 1995

"Ini, adikmu, Jung Yunho" kata seorang namja paruh baya yang mendekatkan sesosok bayi yang mungil kepada namja muda berumur 10 tahun tersebut

"Jauhkan dia dariku, aku tidak mau melihatnya" kata Yunho ketus sambil meninggalkan sesosok bayi tersebut

"Cih, ada apa dengan anak itu?" kata namja yang adalah Jung Yong Hwa tersebut

"Sudahlah yeobo, mungkin ia belum terbiasa" kata seorang yeoja yang tampak terduduk lemah disampingnya tersebut

"Belum terbiasa apanya? Sudah hampir setahun kau menemaniku Seo Hyun ya, bagaimana mungkin ia tidak menganggapmu sebagai oemmanya?" kata namja paruh baya masih terus menggendong bayi mungil itu hangat

"Mungkin dia masih belum terima, ada orang lain selain oemmanya disisi appanya" jawab yeoja itu dengan air wajah yang sedikit tampak menyiratkan kesedihan

"Hah, mana mungkin bocah seperti itu bisa memikirkan hal sekonyol itu, ah sudahlah kita hentikan saja obrolan omong kosong ini" kata Yong Hwa kemudian

"Ah, ngomong-ngomong, kita akan memberinya nama apa?" tanya Yong Hwa lagi antusias sambil menatap bayi dalam gendongannya sayang

"Jaejoong, Jung Jaejoong" jawab yeoja manis tersebut

"Jaejoong? Hmm, nama yang indah. Seindah bayi dalam gendonganku ini"

oOSayonaraOo

Seoul, 1999

"Hyunggg, ayo ita main~~" ajak Jaejoong kecil sambil menarik kemeja kakaknya yang baru saja pulang sekolah

"Diamlah, aku sedang lelah sekali" jawab Yunho singkat dan sedikit dingin sambil melangkahkan kakinya menuju ruang tengah

"Hyunggg tapi Jongie mau main sama hyung~~" rajuk Jaejoong lagi sambil masih menarik kemeja kakaknya itu sedikit memaksa

"Ya! Kau tuli?! Aku sedang lelah! Berhentilah merajuk seperti itu!" kata Yunho sedikit memekikan suaranya dan membuat Jaejoong kaget seketika

Air mata telah menggenang dipelupuk matanya dan membuat sebuah isakan pada mulutnya.

"Jongie...ka..n..Cuma...hiks" isak namja kecil berumur empat tahun tersebut

"Aish, menangislah sesukamu. Aku tidak peduli!" pekik Yunho lagi kasar pada adik kecilnya

"Huweeeee" tangis Jaejoong pecah kala itu dan membuat seorang yeoja datang ke ruangan tempat Yunho dan Jaejoong berada

"Yah, ada apa ini?" kaget seorang yeoja muda bernama Seo Joo Hyun tersebut

"Oemma,, hyungie...Jongie kan uma mau main ama hyungie caja~huwee" kata Jaejoong disela tangisannya

"Cih, dasar cengeng!" kata Yunho saat melihat Jaejoong yang dengan manja memeluk oemmanya sambil menangis keras

"Jaejongie, sudah, sudah, tidak apa. Yunho hyung pasti sedang lelah sekarang. Dia baru pulang sekolah bukan? Sudah, nanti saja bermainnya saat Hyung sudah beristirahat ne?" kata Seo Hyun dengan lembut kepada anak kesayagannya tersebut

"Api Jongie maunya cekalang... huwee" tangis Jaejoong kembali memecah

"Ya! Ada apa ini!" datang Jung Yong Hwa dengan wajah penuh emosinya disana

"Tidak ada apa-apa yeobo, kau tidak perlu memasang wajah seemosi itu" kata Seo Hyun berusaha menenangkan.

Ia hapal benar dengan kelakuan suaminya apabila ia sedang emosi. Tidak segannya ia akan melukai siapapun yang ada disekitarnya yang baginya salah.

"Jongie mau main cama hyungie...hiks" kata Jaejoong lagi disela tangisnya

"Aku tidak mau main dengamu dasar cengeng!" kata Yunho ketus

"Ya! Jung Yunho! Sopanlah sedikit pada adikmu" pekik Yong Hwa kala merasa anak sulungnya ini sedikit keterlaluan pada adiknya

"Sopan? Untuk apa?" jawab Yunho sambil sedikit berdecih

"Tentu saja kau harus sopan karena dia ini anak Appa!" pekik Yong Hwa lagi saat Yunho mulai keterlaluan dimatanya

"Lalu aku ini siapa?! Aku anak appa atau bukan?! Hum?! Untuk apa aku sopan pada anak yeoja perebut sua..."

PLAK!

Belum selesai Yunho berargumen sebuah tamparan telah mendarat dipipi kanannya. Mata musangnya membulat sempurna kala sang Appa melakukan itu padanya dengan tiba-tiba. Sangat jarang bahkan hampir tidak pernah Yunho merasakan tamparan pada pipinya, entah dari namja paruh baya dihadapannya ini ataupun oemma dan teman-temannya. Tapi kini, Appanya telah merusak semuanya.

"Huweeee! Appa jaattt..." kembali tangis Jaejoong pecah kala menatapi hyungnya tengah mendapat perlakuan kasar dari appanya.

"Jung Yong Hwa!" pekik seorang yeoja lain yang baru saja memasuki ruangan tersebut

"Berani kau menamparnya sekali lagi, aku akan benar-benar menceraikanmu!" pekik seorang yeoja itu sambil mengiring membawa Yunho yang terdiam keluar dari ruangan tempat mereka berada

Kedua manusia lain dalam ruangan yang baru saja ditinggal Yunho dan yeoja tersebut hanya bisa terdiam sementara sang anak yang kini berada dalam pelukkan oemmanya masih menangis dengan nada yang penuh ketakutan.

"Yeobo..." panggil Seo Hyun dengan nada khawatir

"Aku butuh waktu" kata Yong Hwa sambil memijati pelipisnya yang tengah berdenyut kencang

Sambil menggendong Jaejoong dengan sayang, Seo Hyun membawa Jaejoong pergi meninggalkan sang Appa yang tengah berdiri sambil tertunduk frustasi. Jung Yong Hwa merasa sangat bersalah karena sudah menampar Yunho. Seumur hidup, ia tidak pernah berniat menyakiti anak lelaki tersebut, hanya saja perkataannya tadi sontak berhasil membuat emosinya memuncak. Perkataan Yunho sedikit banyak menyentil hatinya. Ternyata hingga sekarang, namja muda itu masih belum dapat menerima istri keduanya itu hum?

oOSayonaraOo

Jaejoong melangkahkan kakinya menuju ke halaman belakang rumahnya tersebut. Matanya melirik kesegala arah berharap dapat menemukan sosok yang ia cari selama ini. Seketika ketika kepalanya membawanya untuk menatap ke arah pohon didekat sana, ia menemukan sesosok tubuh yang dicarinya tengah terdiam bersenderkan batang pohon dengan kepala yang menunduk.

Dengan sedikit menjaga langkah kakinya, diam-diam Jaejoong menuju ke arah sang pemiik tubuh tersebut. Ketika Jaejoong sudah berdiri dihadapan namja itu, Jaejoong menjongkokkan badannya dan kemudian mencari celah wajah Yunho yang tengah terdunduk tersebut. Ah, ia sedang tidur rupanya. Jaejoong dapat melihat dengan jelas noda merah yang kini masih tercap sempurna dipipinya. Dengan simpati, tangan kecil Jaejoong terulur dan mengusap bekas tamparan itu dengan sayang.

Sentuhan lembut pada pipinya membuat Yunho sedikit mengerjapkan matanya dan menggerakkan kepalanya untuk kembali menatap kedepan dan membuat wajahnya berhadapan langsung dengan wajah polos Jaejoong. Tangan kecil itu terlepas kala matanya berhasil menangkap wajah Yunho yang kini sedang menghadapnya dengan mata yang dengan tajam menatapnya.

Yunho mengerutkan keningnya kala menatap wajah polos dihadapannya ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" katanya masih dingin seperti biasa

"Appo, hyung?" tanya Jaejoong dengan nada yang cemas

Yunho memalingkan sedikit matanya enggan untuk menatap mata namja manis yang kini ada dihadapannya.

"Apa perdulimu bocah?" kata Yunho lagi ketus sambil berusaha membangkitkan tubuhnya

"Tentu aja Jongie peduli! Kan Hyung, Hyungienya Jongie!" kata bocah manis itu polos sambil turut membangkitkan tubuhnya

"Berhentilah menyebut bahwa aku adalah Hyungmu karena aku tidak pernah mau menjadi Hyungmu" jelas Yunho dengan nada yang datar kala tubuhnya berhasil berdiri

"Enapa..?" tanya Jaejoong dengan air wajah yang tampak sedih saat tubuh Yunho mulai beranjak meninggalkannya

"Karena aku benci... Aku membencimu dan ibumu" jawabnya sambil memunggungi bocah manis tersebut dan lalu meniggalkannya terdiam disana

oOSayonaraOo

Yunho dengan malasnya melangkahkan kakinya memasuki mobil mewah tersebut kala sebuah suara menyapa telinganya dan membuatnya berdecak. Matanya dinaikan sedikit keatas sebelum mengalihkannya pada pemandangan diluar jendela. Untuk pertama kalinya saat ia pulang sekolah bocah manis disampingnya tersebut datang menyapanya tanpa oemmanya. Menyelinap eoh?

"Hyungie, Jongie angeenn~" kata Jaejoong manja pada hyungnya yang tampak mengacuhkannya tersebut

"Hyung, ayo ita main~~" ajak Jaejoong sambil sedikit menarik kemeja yang tengah dikenakan Yunho

"Yah! Bisakah kau tenang sedikit?! Aku masih lelah!" bentak Yunho pada adiknya dingin

Jaejoong terdiam sambil mengulurkan genggamannya pada kemeja Yunho dan lalu menunduk. Panas terasa dimatanya dan membuat sebulir air siap terjatuh dipelupuk matanya .

"Aish, dasar cengeng!" pekik Yunho kala menatap bahu Jaejoong yang bergetar disana

"Aniii, Jongie ga cengeng!" kata Jaejoong kecil kemudian sambil mencoba menegadahkan kepalanya untuk menatap kakaknya.

Bibirnya mengerucut sempurna yang menambah kesan imut pada dirinya. Namun Yunho hanya menolehkan kepalanya kembali enggan menatapnya kala namja kecil itu tampak mulai akan menatapnya. Yunho benci menatap mata namja ini. Matanya, hanya akan mengingatkannya pada perbuatan yang sudah dilakukan Appanya. Dan mengingatkan Yunho pada Oemma namja manis ini, yang telah merebut kasih sayang Appanya dari Oemmanya.

CKIITT! Rem mendadak dari supir didepan membuat tubuh Yunho dan Jaejoong sedikit terpental kedepan. Sebuah mobil kini tiba-tiba telah terhenti di hadapan mereka sambil menutup jalan bagi mobil mewah ini untuk melarikan diri.

"Ya! Ahjussi ada apa ini?!" pekik Yunho diantara kekagetannya sementara Jejoong memegangi kepalanya yang semat terantuk kursi mobil tadi

"Ada yang menghalangi jalan kita Tuan Muda" kata supr tersebut sedikit bergetar kala kini ia melihat dua orang berpakaian yang tampak mencurigakan keluar dari mobil tersebut dan menuju ke arahnya

TOKTOKTOK!

Ketukan pada jendela mobil supir keluarga Jung tersebut, tidak pelak membuat ketiga namja didalamnya tampak cemas kala menatap beberapa wajah bertopeng dengan pakaian warna hitam tersebut. Ketukan pertama, namja bertopeng tersebut masih melakukannya dengan biasa, namun kala ketukan kedua, tangan kanannya menodongkan pistol dibalik jendela tersebut dan membuat sang supir terkaget dan akhirnya membuka jendela tersebut.

"Keluar dari mobil! Sekarang!" kata seorang namja bertopeng yang tengah memakai pakaian hitam sambil menodongkan pistolnya kepada kepala supir tersebut yang akhirnya membuat sang supir yang ketakutan membuka sedikit pintu mobilnya

"Ahjussi jangan!" pekik Yunho ketakutan kala ahjussi tersebut dengan mudahnya hendak meninggalkan dia dan Jongie dalam mobil tersebut

"Diam kau anak kecil!" kata namja yang tadinya menodongkan pistol pada supir tersebut kini menodongkan pistolnya dihadapan Yunho yang membuat Yunho terkesiap seketika

"Jongie atutt... hiks hiks" kata Jaejoong diantara tangisnya yang pecah kala itu

"Diam kau bocah!" kata namja itu lagi sambil menodongkan pistol tersebut pada Jaejoong kecil

"Ya! Jangan takuti Jongie seperti itu!" Kata Yunho mencoba membela Jaejoong

Tampaknya diantara ketegangan saat ini, insting ke-kakak-an Yunho mulai menampakkan sisinya.

"Diam kau bocah brengsek! Apa kau mau mati?!" kemali pistol itu terarahkan pada Yunho

Supir tersebut mempelebar bukaan mobilnya hingga seorang namja yang lain menariknya dan menjatuhkannya ketanah begitu saja sementara namja satunya masih menodongkan pistol secara bergantian ke arah Yunho dan Jaejoong.

"Ayo masuk!" kata salah seorang yang mulai menempati kursi supir tersebut

Namja mencurigakan lainnya hanya mengangguk sambil menuruti perintah teman satunya lagi. Ia memasuki mobil tersebut sambil masih tetap mengalihkan pandangannya kebelakang dan menodongkan pistolya lagi kepada dua orang namja muda yang sedang duduk dibelakang. Mobil itu kemudian melau cepat diikuti dengan kedua mobil yang tadi menutupi jalan mereka dibelakang mereka.

"Kalian diamlah! Dan jangan membuat kecurigaan sedikitpun!" bentak namja itu yang membuat Jaejoong menaikkan volume suara tangisannya

"Oemmaaa!" pekik Jaejoong kala tangisnya semakin menjadi.

Dia mengharapkan oemmanya ada disisinya dan memeluknya kini. Ia merasa sangat menyesal karena telah diam-diam bersembunyi pada mobil jemputan kakaknya ini. Kakaknya yang bahkan mengatakan bahwa ia membenci dirinya.

"Demi Tuhan, bisakah bocah itu diam?!" kata namja yang tengah menyetir itu yang tampak tidak dapat berkonsentrasi

"Ya! Sulung! Suruh adikmu itu diam!" kata namja yang menodongkan pistol itu kepada Yunho

Yunho terdiam kala menatap sebuah pistol kini tengah terarah pada kepalanya. Ia menoleh dan menatapi Jaejoong yang tegah menangis meraung sambil menyerukan oemmanya. Jujur saja hati Yunho masih merasa tidak terima akan kehadiran namja manis itu dalam hidupnya. Hanya saja dalam keadaan seperti ini, bagaimana Yunho bisa menjadi seegois seperti biasanya? Setidaknya, mereka harus selamat dulu dari orang-orang mencurigakan ini.

"Ya, Jongie ya, jangan menangis seperti itu eoh? Kita pasti akan pulang" kata Yunho datar sambil berusaha menenangkan Jaejoong dari tangisnya. Yah, Yunho tidak tau bagaimana dalam berkata-kata dan bersikap pada adiknya ini karena ia sangat jarang bahkan tidak pernah melakukannya

"Haish, kau ini kakaknya atau bukan hum? Dengan sedatar itu mana mungkin kau bisa membuatnya berhenti menangis!" pekik namja yang masih menodongkan pistolnya itu sambil menatapi Yunho penuh kemarahan saat Jaejoong tidak berhenti menangis

"Jongie ya..." kata Yunho mulai berusaha memelankan suaranya sambil memegangi ubun-ubun kepala Jaejoong

"Dasar brengsek, berikan itu padaku! Biar kutembak saja bocah itu!" kata namja satunya yang tengah menyetir dan menolehkan pandangannya pada namja disampingnya sambil mengambil pistol itu dengan tangan kanannya

"YA!" kata namja disampingnya tersebut kaget kala mendapati temannya yang tengah tersulut emosi itu kini tengah mencoba mengambil senjata ditangannya

"Ahjussi! Awas!" pekik Yunho saat kedua namja dihadapannya tidak menyadari truk yang ada di depan mereka karena mereka telah sedikit melenjeng dari jalur utama

PRANG! Kecelakaan pun tak terelakkan. Truk yang lebih besar dari dihadapannya tersebut berhasil membuat mobil sedan yang tampak lebih kecil dari truk tersebut terlontar dan terguling. Keempat namja yang berada didalamnya pun ikut terlontar dan terjepit diantara besi-besi tersebut kala lontaran tersebut terhenti dan menyeret mereka sangat jauh dari tempat mereka melaju tadi.

Tampak darah mengalir diantara bobroknya mobil cantik tersebut. Keadaan kdua namja bertopeng tersebut terhimpit dashboard mobil dengan tubuh yang berlumuran darah. Tidak jauh berbeda dengan kedua namja muda yang duduk dibelakang mereka. Darah membasuhi seluruh wajah mereka.

Orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut lalu menghubungi ambulance dengan terburu-buru sementara sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari mereka hanya menatapi pemandangan itu dengan datar.

"Rencana gagal bos" kata namja dibalik kaca mobil berwarna hitam tersebut

"Kalau begitu mundur" perintah suara diseberang sana

oOSayonaraOo

Tampak seorang bocah manis dengan kulit putihnya tegah terduduk dengan tenang dibawah sebuah pohon yang tidak jauh dari sebuah gedung tua disebelahnya. Ia menghela nafas perlahan-lahan mencoba meresapi kesegaran kala dirinya tengah terduduk sambil bersandar pada sebuah pohon tersebut. Ah... pantas saja hyungnya suka menyendiri dibawah pohon, keadaannya benar-benar membuatmu tenang.

"Hey buta! Apa yang kau lakukan disini! Pergi sana!" kata salah seorang bocah yang tampak lebih tua darinya itu

"Ya! Bocah kurang ajar! Jangan bicara sekasar itu pada adikku! Kau yang pergi sana!" muncul sebuah suara lain yang terdengar lebih dewasa daripadanya

"Hah! Dasar anak kakak!" keluh bocah kecil yang tadi menyuruh namja manis itu pergi dari pohonnya sambil melangkah meninggalkan mereka

Namja yang tampak lebih tua darinya itu kini terduduk disamping namja kecil yang tampak tengah tertunduk sambil memasang air wajah yang murung itu. Mata musangnya meatap bocah disampingnya sambil menurunkan sedikit badannya mencoba mencari celah untuk menatap matanya. Ah, ya. Mata yang dulu paling dibencinya, kini adalah sesuatu yang paling dicarinya.

"Jongie ah..." panggil namja itu terdengar lebih lembut

"Adi buta itu menyebalkan hyung" kata Jaejoong yang tampak tengah terisak kini

"Jongie benci...hiks" lanjutnya

Yunho yang kini tengah menatapnya dengan iba pun hanya dapat mengelus puncak kepala adiknya tersebut dengan rasa sayang. Sayang hum? Bukan berarti Yunho melupakan kebenciannya pada namja kecil ini ataupun pada oemmanya yang telah merebut kasih sayang Appaya. Hanya saja sejak kecelakaan itu, ia merasa memiliki tanggung jawab yang lebih untuk menjaga adiknya ini, belum lagi sekarang, adiknya telah kehilangan pengelihatannya dan mereka harus dirawat di panti asuhan. Jiwa ke-kakak-annya pun memberikan perasaan tidak tega pada adik semata wayangnya ini, dan membuatnya ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Jangan menangis, kalau ibu panti melihat bisa-bisa hyung di marahi. Nanti hyung ga bisa nemenin Jongie pas tidur lagi, bagaimana? Hum?" kata Yunho berusaha menghentikan isakan Jongie

"Angan... Hyungie halus nemenin Jongie..." kata Jaejoong sambil memoutkan bibirnya lucu dan menarik kemeja kakaknya dan menggenggamnya erat

Pemandangan yang jarang diperhatikan Yunho dari adiknya ini, kini membuat Yunho merasa tertarik untuk lebih mengenalnya. Kegiatan menarik baju yag biasanya sangat dibenci Yunho, kini menjadi aksi yang Yunho sukai dari adiknya. Karena saat Jaejoong menarik kemejanya, ia merasa dibutuhkan.

Sedikit tarikan pada ujung bibirnya membentuk seulas senyum disana. Perlahan namun pasti, Yunho sudah menerima keberadaan adiknya.

Sudah seminggu sejak mereka dipindahkan ke panti asuhan ini, apakah keluarganya tidak mencari mereka?

oOSayonaraOo

"Keberadaan anak anda sudah ditemukan, Tuan" kata salah seorang tangan kanan Yong Hwa

"Dimana mereka?" tanya Yong Hwa penasaran

"Di Panti Asuhan tak jauh dari Seoul, Tuan" jawab tangan kanan tersebut

"Baiklah, kalau begitu, siapkan mobil. Kita jemput mereka" kata Yong Hwa sambil beranjak dari tempatnya berdiri tadi

"Ah, Tuan" panggil tangan kanannya lagi dan menghentikan langkah Yong Hwa

"Ada apa lagi?" katanya sambil memiringkan kepalanya menghadap sang namja, anak buah kesayangannya tersebut

"Pelaku peencanaan penculikan tersebut juga sudah tertangkap" katanya yang membuat Yong Hwa mengalihkan pandangannya pada namja tersebut

Yong Hwa sedikit menggeram dan menatapi pemandangan dihadapannya dengan penuh amarah.

"Bawa aku padanya. Sekarang" katanya tegas

oOSayonaraOo

Yunho mengerjapkan matanya pelan saat mendapati kehangatan disampingnya sudah tidak terasa lagi. Ia membuka matanya penuh dan menatap pemandangan disampingnya. Tidak ada siapa-siapa disana.

Sejenak jantung Yunho menderu hebat kala tidak menemukan sosok yang ia cari dimanapun matanya memandang. Yunho membangkitkan dirinya dari alas tempat tidur tersebut dan lalu melangkahkan kakinya berusaha mencari adik kesayangannya. Ia tidak berani berteriak karena keadaan sudah sangat hening sekarang dan semua orang telah tertidur lelap. Ia hanya memasang telinganya baik-baik berusaha mencari suara yang kini amat dihafalnya dikepalanya.

Ia mengelilingi seluruh gedung tua itu. Nihil. Tidak didengarnya sama sekali suara Jaejoong ditelinganya. Dengan kaki yang tanpa beralaskan apa-apa, ia melangkahkan kakinya keluar sambil berusaha mencari sosok kesayangannya tersebut.

Ia mencari dipohon yang sering diduduki oleh Jaejoong. Nihil.

Masih dengan deru nafanya yang mulai tidak terartur karena kekhawatirannya tersebut ia melangkahkan kakinya menuju sekeliling daerah panti asuhan yang menurutnya cukup luas tersebut.

"Jung Jaejoong!" teriak Yunho kini kala dirinya sudah terasa cukup jauh dari gedung panti

"Hiks..." terdengar sebuah suara isakan kecil ditelinganya

Yunho yang mendengar hal itu hanya tersenyum sambil melangkahkan kakinya menuju ke arah isakan tersebut. Ia hapal benar itu isakan siapa. Ya, itu adalah isakan adiknya, Jung Jaejoong.

"Jung Jaejoong!" teriaknya lagi berusaha memanggil adik kesayangannya itu

"Hyungiee!" pekik suara itu sedikit lemah kala mendengar namanya dipangggil oleh suara yang paling diinginkannya kini

"Jung Jaejoong!" panggil Yunho lagi sambil berusaha mencari keberadaan adiknya yang terasa semakin dekat dengannya

"Hyung..." pekik namja kecil itu lemah sambil memanggil hyungnya

Terdengar suara itu semakin dekat di bawah Yunho dan membuat mata namja itu menoleh kebawah. Dan ya, tepat saja, adik kecilnya itu kini tengah terduduk terpojok sambil melipatkan kakinya pada dadanya dan mengeluarkan air mata sambil terisak lemah. Ia tampak sudah lama menangis sehingga kini hanya tersisa sedikit tenaganya.

Yunho mendudukan dirinya diatas pijakan berbukit tersebut lalu mendorong tubuhnya agar meluncur menuju tempat adiknya berada dibawahnya. Ia melangkahkan kakinya menuju adiknya tanpa menyadari ada sebuah pecahan kaca disana yang siap melukai kakinya yang tanpa alas itu kapan saja dan..

"Akh!" pekik Yunho ketika kakinya menginjak pecahan kaca tersebut

"Hyung! Hyung! Enapa?!" kata Jaejoong cemas namun enggan meninggalkan tempat ia duduk. Ia takut, jika meninggalkan tempat ia bersandar itu malah akan membawanya ke tempat yang lebih mengerikan

"A..Aniya, hanya tidak sengaja menginjak batu saja" bohong Yunho

Ia terus melangkahkan kakinya yang terpincang itu menuju tempat adiknya berada. Sedikit ia rendahkan tubuhnya saat tiba mendekati adiknya dan lalu ia mengambil tangan adiknya yang kini terasa dingin itu. Tangannya yang juga terasa dingin kala takut kehilangan Jejoong saat itu kini mulai kembali menghangat kala menemukan sang pemilik tangan.

"Sudah, ada hyung disini. Kita kembali ke panti hum?" kata Yunho lembut sambil berusaha mengajak Jaejoong kecil berjalan kembali ke panti asuhan

Dapat Yunho rasakan getaran pada tangan kecil itu dengan air wajah penuh ketakutan disana. Bekas air mata dan isakkan masih tampak menghiasi wajah yang bagi Yunho tampak cantik itu. Tampaknya adik kecilnya ini masih terlalu takut untuk berjalan sendirian.

Dengan sigap Yunho membalikkan tubuhnya dan memunggungi Jaejoong. Ia kemudian mengambil kedua tangan Jaejoong dan ia kalungkan kelehernya. Diambilnya tubuh Jaejoong dan ia gendong ala piggy style. Sementara Jaejoong menenggelamkan kepala kecilnya dia antara leher namja berusia 14 tahun ini. Masih dengan sedikit perih pada kakinya, Yunho mencoba kembali memanjat menuju atas dan membawa kakinya melangkah kembali menuju ke gedung panti.

"Jongie ah..." panggil Yunho berusaha membuka pembicaraan

"Hum?" saut Jaejoong pendek masih memejamkan matanya

"Kenapa kau bisa sampai kesana eoh?" tanya Yunho yang membuat Jaejoong terkaget dan membuka matanya

"Adi, Yoo In hyung minta Jongie temani di kamal mandi, api, Yoo In hyung bawa Jongie jauuuuhh cekali. Telus pas Yoo In hyung nyuluh Jongie nunggu, Jonie tunggu lama cekali tapi Yoo In hyung ga celece-celece pipisnya, pas Jongie coba susul eh Jongie jatoh. Dicana celem cekali~~ Dingin~~ Brr" kata Jaejoong berusaha menjelaskan dengan bahu digetarkan saat ia menjelaskan kata dingin lalu mempereratkan pelukannya pada leher Yunho

"Namja kecil itu benar-benar" batin Yunho saat merasakan amarahnya pada bocah kecil yang sudah mengerjai adiknya yang tidak bisa melihat ini

"Api alo cama hyungie, lacanya hangaaaaattt cekali" kata Jaejoong sambil kembali menutup matanya dan bersembunyi di tengkuk Yunho

Seketika perbuatan adiknya itu membuat jantung Yunho bergemuruh keras dan dadanya menghangat. Sungguh perasaan yang jarang ia rasakan dalam dirinya. Namja kecil dalam gendongannya ini berhasil membuat dirinya kembali menarik senyumnya yang jarang sekali ia perlihatkan pada Jaejoong. Ah... seandainya saja Jaejoong dapat melihat senyumnya kini, rasanya pasti akan lebih baik bukan?

"Jongie..." panggil Yunho lagi sambil kembali membuka pembicaraan dilangkah mereka yang terasa lambat itu

"Hm...?" saut Jaejoong yang tampak sudah mulai kembali terbawa ke alam mimpinya

"Kalau sudah besar Jongie pasti cantik sekali hum?" kata Yunho kemudian yang membuat Jaejoong kembali pada dunia nyatanya

"Ani hyung... Jongie tampan!" jawab Jaejoong sambil kembali keluar dari tengkuk Yunho dan mengerucutkan bibirnya kala kepalanya menyenderkan dagunya pada bahu Yunho

"Hahaha, tidak! Pasti cantik!" sela Yunho diantara kekehan kecilnya

"Hyungg~~ Jongie an namja!" kata Jaejoong masih sambil memoutkan bibirnya

"Iya, namja cantik!" kata Yunho masih terkekeh tidak mengindahkan rasa sakit dikakinya

"Huuuuu~~" kata Jaejoong mengerucutkan bibirnya permanen kala Yunho terus memanggilnya dengan cantik

Yah, selama seminggu ini Yunho menjadi kakak yang dibutuhkan Jaejoong, Yunhopun menyadari beberapa hal indah dalam diri Jaejoong yang sebenarnya selalu menemaninya selama 4 tahun ini. Hidung Jaejoong yang sudah tampak macung, bibir peach kecilnya, kulit putih mulusnya, dan... mata besar bundarnya. Yang walaupun telah kehilangan cahayanya, masih dapat memperlihatkan kecantikan Jaejoong. Yah bagi Yunho adik kecilnya ini sangat, cantik.

Yunho menolehkan sedikit kepalanya ke arah tempat Jaejoong menaruh dagunya disana. Tampak sebuah bibir merah muda yang mungil tengah mengerucut disana. DEG! Jantung Yunho berdegup pelan kala bibir itu tampak mengambil banyak perhatian dimatanya. Dengan cepat ia mengalihkan kepalanya kembali menghadapkan kedepan dan melangkahkan kakinya pincang dengan sedikit terburu-buru.

"Apa yang kau pikirkan, Jung Yunho? Aish! Dia ini adikmu! Dan dia masih sangat kecil! Ah! Singkirkan, Jung! Singkirkan!" batin Yunho sambil berusaha menghilangkan pikiran-pikiran aneh pada kepalanya tentang adiknya tersebut

Jung Yunho, sedang masa puber rupanya.

"Hyung~~" panggil Jaejoong sedikit manja kini

"Hm?" saut Yunho kala dirinya telah kembali kedunia nyatanya

"Tetap dicici Jongie eoh?" kata Jaejoong sambil kembali menyembunyikan kepalanya di tengkuk Yunho berusaha mencari rasa hangat disana

"Pasti" kata Yunho yakin dengan senyum di wajahnya

"Janci?" kata Jaejoong sedikit melemah kala menemukan kenyamanan itu

"Janji" kata Yunho masih dengan keyakinannya

oOSayonaraOo

"Yunho, Jung Yunho" bisik sebuah suara yang membuat Yunho teralih dari alam mimpinya tersebut

"Um,,Ahjuma..." panggil Yunho yang setegah sadar sambil menggosok sedikit matanya yang belum terbuka sepenuhnya

"Bangunlah, ada yang ingin bertemu denganmu" panggil ibu panti dengan lembut

"Jaejongie..." kata Yunho sambil melirik sedikit adik kecil disampingnya

"Sudah, biarkan saja ia tertidur dulu" kata ibu panti tersebut sambil membantu Yunho melangkah karena kesadaran Yunho belum kembali sepenuhnya

"Siapa memangnya ahjumma?" kata Yunho sedikit tidak niat kala ibu panti tersebut membawanya ke ruang tamu

Yunho memasuki ruangan tersebut dengan malas sebelum sebuah sosok membatnya membuka matanya selebar-lebarnya. Dan itu adalah sosok yang paling ditunggu-tunggunya selama seminggu lebih ini.

"Appa!" panggil Yunho girang sambil memeluk ayahnya

"Ah, Yunho ya, akhirnya aku menemukanmu" kata Jung Yunho Hwa sambil membalas pelukan putranya

"Maaf, pada hari sebelum itu, ayah sempat menamparmu" kata Yong Hwa yag membuat Yunho kembali mengingat kejadian yang sudah lama ia lupakan

Yunho termenung dalam pelukan ayahnya saat kembali mengingat kejadian tersebut. Kejadian yang sesungguhnya sangat tidak perlu. Seandainya saja ia lebih baik pada Jongie sejak awal, pasti tidak akan pernah ada kejadian dimana ayahnya menamar dirinya seperti itu.

"Tidak apa, aku sudah melupakannya ayah" kata Yunho sambil mempererat pelukannya

"Baiklah, ayo kita pulang" ajak ayahnya kemudian sambil melepaskan pelukannya pada Yunho dan lalu membawa tangannya menuju pintu keluar

"Ah tapi Jaejoongie..." kata Yunho saat menyadari Jaejoong tidak turut dibawa pulang oleh ayahnya

"Apakah Jung Jaejoong juga akan anda bawa, Tuan Jung?" tanya ibu panti asuhan tersebut kala mendengar Yunho memanggil nama Jaejoong

Jung Yong Hwa terdiam sambil menatap ibu panti tersebut.

"Tidak" katanya

Yunho melebarkan matanya kala menatap ayahnya yang dengan dinginnya mengatakan bahwa ia ingin meninggalkan Jaejoong.

"Appa!" pekik Yunho tidak terima

"Dia sudah buta bukan, Jung Yunho?" kata Yong Hwa sambil menatapi anaknya dengan tatapan yang amat menakuti bocah 14 tahun ini

"I...iya.. tapi..." kata Yunho tergagap

"Kalau begitu, biarkan saja ia disini. Aku tidak butuh anak yang tidak dapat melihat" kaa Yong Hwa menyanggah kalimat Yunho

Kembali Yunho melebarkan matanya menatap ke arah ayahnya seakan tidak percaya. Ayah yang ia kenal sangat baik dan penyayang kenapa bisa menjadi seseorang yang seperti ini? Benarkah ni ayahnya?

"Appa! Aku tidak akan mau pulang tanpa Jaejoongie!" pekik Yunho memberontak pada ayahnya

"Ya! Kalian! Urus dia!" kata Yong Hwa sambil menyuruh kedua anak buahnya membawa Yunho

Anak buahnya tersebut dengan cekatan membawa Yunho keluar dari ruangan itu walau sedikit memaksa. Ibu panti hanya dapat terdiam kala melihat hal tersebut, sementara Yunho hanya memberontak kala tagan dan kakinya tengah dipegangi oleh kedua orang berjas tersebut. Terasa panas dimatanya hingga sebuah air menggenang pada pelupuk matanya dan menjatuhi pipinya.

"Ada apa ini?"

"Apa yang terjadi?"

"Apakah dia benar ayahku?"

"Jung Jaejoong, maafkan aku"

"Aku mengingkarinya"

"Maafkan aku"

oOSayonaraOo

Seoul, 2012

"Hyung~~" panggil suara itu sedikit manja

"Hm?"

"Tetap dicici Jongie eoh?" kata suara itu sambil kembali menyembunyikan kepalanya di tengkuk Yunho

"Pasti"

"Janci?" tanyanya sedikit melemah kala menemukan kenyamanan itu

"Janji"

Jung Jaejoong, bagaimana keadaanmu sekarang?

Hyungie disini merindukanmu.

Saat hyung kembali kenapa kau sudah menghilang eoh?

Maaf hyung mengingkarinya.

Maaf hyung hanya dapat memberikan perpisahan untuk Jongie.

Maafkan hyung ne?

Ini sudah 13 tahun, cepatlah kembali.

TBC

Taraaaa ini lah ff yang sesungguhnya tampak gaje! Hehehe. Susah banget disini bikin karater Ja kecil dan Yunho remaja apalagi dengan perbedaan umur yang mencakup 10 tahun. Emm... bisa dibilang pedopil ngga sih? Hehehehe

Yah pokoknya semoga kalian menyukai karya ini ya! :D Selamat membaca! Arigatou!