My Sassy Girl

.

.

.

Warning : OC, OOC full, Typo

.

Genre : Drama, Romance, Hurt, little Humor

.

Pairing : Sasuke x Hinata

Other Main Artist : Sakura, Gaara

.

I'm just borrow the all character from Mr. Masashi Kishimoto for My Fanfiction.

.

Fanfic ini untuk hiburan semata, jika ada kemiripan cerita mohon di maafkan..

.

.

.

"Hime jangan pergi jauh-jauh.." Ujar seorang pelayan yang sedang mengejar Hinata.

"Tidak apa-apa.. Aku baik-baik saja.." Hinata berbalik dan sedikit berteriak kepada pelayannya, kemudian berlari lagi menuju ke dalam hutan.

"Jangan ke sana Hime.. Banyak binatang buas.." Teriak pelayan itu lagi masih terus mengejar Hinata. Nafasnya sudah tersengal-sengal karena kelelahan terus berlari mengejar Hinata.

Ketika Hinata menengok ke belakang, dia sudah tidak melihat pelayannya. Hinata memelankan langkahnya menjadi jalan santai. Dia memperhatikan sekelilingnya. Hanya pohon dan terdengar burung-burung bersiul dengan nyaringnya. Hinata semakin masuk ke dalam hutan dan dia melihat danau. Hinata begitu terpukau akan keindahan yang tersaji.

Danau yang airnya berwarna biru kehijauan nampak tenang dengan beberapa bunga teratai yang tumbuh di atas airnya. Hinata berjalan di sekitar danau dan matanya terlihat berbinar-binar. Sungguh ini adalah pemandangan terindah yang selama ini selalu di ceritakan ibunya sebagai dongeng. 'Mungkinkah ini dunia dongeng?' Pikir Hinata. Namun Hinata tidak peduli karena semua ini begitu indah.

Hinata kini duduk santai di sekitar danau. Dia mencelupkan ke dua kakinya ke dalam danau dan bersenandung kecil. Tiba-tiba muncul sebuah bola emas dari dalam danau dan terlempar ke pangkuan Hinata. Hinata merasa sangat terkejut dengan benda itu. Ukurannya bulat seperti bola bekel namun berwarna emas dan berat. Hinata bingung bagaimana bola itu bisa terlempar dari dalam danau. Semakin Hinata melihat bola itu, semakin dia menginginkannya dan dia mulai membayangkan dirinya dapat membeli semua yang dia inginkan.

Namun sebelum semakin jauh Hinata menghayal di hadapannya sudah muncul seekor kodok dengan mahkota di atas kepalanya. Kodok itu nampak sangat jelek dan buluk namun mahkota di atas kodok itu sangat berkilau.

"Ahhh.." Hinata terkejut melihat kodok itu tiba-tiba muncul.

"Kwok.. Kembalikan bola emasku.. Kwok.." Ucap kodok itu sambil mengulurkan tangannya satu ke Hinata.

"Haah? Tidak... Ini milikku.." Ujar Hinata lagi. Dia menggenggam erat bola emas itu dan menjauhkannya dari si Kodok buruk rupa itu.

"Kwok.. Itu bola emasku.. Kwok.. Kamu harus segera kembalikan.. Kwok.. Atau kamu akan menjadi putri kodok.. Kwok.." Kodok itu masih terus mengulurkan sebelah tangannya untuk meminta kembali bola emas yang ada di tangan Hinata.

"A-Apaaa? Pu-Putri Kodokkkk katamuuu? Hahahahaha.. Kamu jangan bercanda kodok jelek.." Hinata segera bangkit dari tempat duduknya dan menendang kodok itu jatuh ke dalam danau..

"Awwwww.. Kwok.." Itulah yang terdengar ketika kodok itu melayang sebelum jatuh ke dalam danau.

Plukk..

"Rasakan itu kodok jelekkkk... Bweeee..." Hinata mengejek kodok yang jatuh itu dengan menjulurkan lidahnya dan kembali berlari keluar hutan.

Hinata terus berlari sampai menuju rumahnya. Rumah Hinata terlihat mewah namun siapa sangka jika rumah itu sudah disita, karena mereka tidak sanggup membayar hutang milik Hiashi - ayah Hinata yang sudah meninggal.

"Okaasan..." Teriak Hinata ketika memasuki gerbang rumahnya..

"Ada apa? Kenapa kamu teriak-teriak di siang bolong begini? Tidak tahukah kamu, Okaasan sedang merawat diri.." Tsunade tiba-tiba muncul dengan muka putih yang sedang di masker.

"Ahhhh.. Hantu..." Teriak Hinata ketakutan..

"Hantu palamu.." Tsunade menjitak pelan kepala Hinata.

"Ah.. Gomenasaii.. " Ujar Hinata "Okaasan lihat aku menemukan bola emas di danau dalam hutan sana.." Lanjut Hinata girang dan memperlihatkan bola itu ke Tsunade.

Tsunade segera membelalakan matanya senang melihat bola emas itu. Dia mengambil hati-hati bola itu dari tangan Hinata dan menerawangnya, sungguh cantik.

"Kita bisa membeli rumah ini lagi dan kita bisa bersenang-senang.. Hahahaha." Ujar Tsunade senang.

Tok.. Tok.. Tok..

Tsunade dan Hinata melihat ke arah pintu.

"Permisi.. Saya dari kepolisian setempat.." Ujar seorang yang diyakini Hinata dan Tsunade sebagai Iruka, namun Iruka tidak sendiri. Dia bersama dengan seekor kodok buruk rupa bermahkota dan tubuhnya di balut oleh perban, matanya biru lebam dan bengkak, sungguh kodok itu semakin jelek saja.

"Saya mendapat laporan bahwa Pangeran Kodok sudah disiksa oleh Hinata-San dan dia juga kehilangan bola emasnya. Pangeran Kodok ingin menuntut anda." Ujar Iruka dengan tegas.

"Apaaaa? Kamu ingin menuntut putri ku.. No.. No.." Teriak Tsunade geram dan menunjuk hidung kodok jelek itu.

"Kwok.. Aku terluka dan barang berhargaku di rampas dia.. Kwok.. Dia akan ku sihir menjadi Putri Kodok.. Kwok.. Dan menjadi istriku.. Kwok.. Setelah itu aku akan memberikan bola emas itu.. Kwok.." Ujar Kodok itu.

"Hiinaataaaa.. Jadilah Putri Kodok dan menikahlah dengannya sayang.." Tsunade berbalik ke arah Hinata dan merayu Hinata.

"Ti-Tidakkk mauuuu.. Huaaaa.. Aku tidak mauuuuuuuuuu.." Hinata meronta ketika Tsunade menariknya.

"Kwok.. Come to me Darling.. Kwok.." Kodok itu membuka ke dua tangannya seperti ingin memeluk Hinata.

"Huaaa.. Okaasan aku tidak mau,, dia kodok jelek.. Huaaa,, tidak..." Hinata terus meronta tidak mau.

.

.

.

"Tidak.. Aku tidak mau.. Tidak...huaaa.. Tidak..." Hinata mengigau dengan keras, membuat Tsunade dan Hanabi segera menghampirinya.

"Aaaaaaa... Aku tidak mau menjadi Putri Kodok.." Hinata segera bangun dengan berteriak. Rupanya dia bermimpi buruk. Ketika bangun dia melihat Tsunade dan Hanabi yang menatap dirinya heran.

"Mana Kodok buruk rupa itu?" Tanya Hinata polos.

"Apanya Kodok? Dasar pemalas cepat bangun." Ujar Tsunade sambil berkacak pinggang.

"Bola emas itu? Okaasan masih memegangnya?" Tanya Hinata polos lagi.

"Bola emas apa? Jika memang ada, aku sudah membeli rumah besar sekarang dan sudah membayar semua hutang-hutang ayahmu." Tsunade mulai naik pitam dan menjewer pelan telinga Hinata. Hanabi yang melihat tingkah Hinata dan Tsunade hanya tertawa geli.

"Sudah cepat sana mandi dan pergi antarkan gas-gas itu ke rumah Yamanaka dan Nara. Dasar pemimpi.. Kau merusak acara memasak indahku saja." Tsunade pun berlalu meninggalkan kamar Hinata. Sungguh hampir copot jantung Tsunade ketika mendengar Hinata berteriak tidak jelas dan ternyata Hinata hanya bermimpi buruk.

"Hahaha.. Neechan sungguh lucu.. Nanti kamu harus menceritakan mimpi itu.. Sungguh aku ingin dengar.. Ahhahaa.." Hanabi kemudian ikut berlalu setelah menggoda Hinata yang masih setia duduk di atas kasur empuknya. Hinata hanya mengkerucutkan bibirnya melihat ejekan Hanabi.

"Ah.. Untung hanya mimpi.." Ujar Hinata syukur. Sungguh dia tidak dapat membayangkan dirinya menjadi seekor putri kodok jelek dan menikahi pangeran kodok jelek juga.

Hinata merenggangkan otot-ototnya yang kaku dan segera bangkit dari kasur empuknya menuju sebuah cermin rias.

"Hinata.. Kamu harus tetap semangat dan terus percaya bahwa nanti kamu akan menemukan seorang Pangeran.. Ganbatte.." Hinata menyemangati dirinya sendiri.

Setelah itu Hinata melihat bingkai foto di atas meja riasnya. Terdapat potret dirinya ketika berumur 4 tahun, Hanabi berumur 1 bulan di gendongan ibunya dan ayahnya yang berdiri di samping ibunya. Hinata menatap sendu poto itu.

"Okaasan, Otousan.. Kalian sedang apa? Hari ini aku akan tetap semangat.. Hanabi juga tetap semangat.. Oh iya.. Aku berhasil mendapatkan surat panggilan untuk bernyanyi di acara sekolah Hanabi. Aku berharap dapat menjadi seorang penyanyi terkenal. Semoga kalian tetap akur dan mendoakan kami yang terbaik." Hinata kemudian meletakkan kembali poto itu. Itu adalah ritual pagi hari untuk Hinata setelah bangun tidur.

Hinata segera bergegas mandi dan mengantarkan pesanan gas-gas, sebelum Tsunade kembali berteriak.

.

.

.

"Okaasan.." Hinata tiba-tiba memeluk manja Tsunade yang sedang memasak.

"Hei hei.. Kenapa ini?" Tanya Tsunade yang sepertinya merasakan sesuatu dari tingkah Hinata.

"Bolehkah aku meminta uang lebih? Aku akan bekerja lebih giat.." Hinata masih memeluk manja Tsunade.

"Boleh saja, tapi nanti kembalikan 3x lipat ya.." Jawab Tsunade sambil memperhatikan masakannya yang hampir matang.

"Apa? Lupakan saja.." Hinata mengkerucutkan bibirnya.

"Daripada memikirkan yang bukan-bukan lebih baik kamu segera mengantarkan gas-gas itu dan mungkin kamu bisa meminta tips." Ujar Tsunade asal.

Hinata berpikir ide Tsunade tidak buruk juga..

'Khu.. Khu.. Dengan begini aku akan cepat membeli baju itu..' Pikir Hinata.

.

.

.

"Permisiii... Ino-Chan..." Panggil Hinata berada di dalam toko sekaligus keluarga Yamanaka.

"Ah.. Hinata-Chan.." Ino keluar dari gudang dengan menarik karung pupuk yang akan di gunakannya.

Hinata segera menghampiri Ino untuk membantunya menarik pupuk itu.

"Arigatou Hina-Chan.." Ujar Ino tersenyum.

"Ah, Ino-Chan itu.. Gasnya mau aku pasangkan atau tidak?" Tanya Hinata.

"Bolehkah kamu pasangkan? Nanti aku berikan tips untukmu Hina-Chan.." Ino mengedipkan matanya ke Hinata. Saat ini Ino hanya sendiri di rumah. Otousan dan Okaasan Ino sepertinya sedang pergi ke Tokyo.

"Tentu saja Ino-Chan.." Hinata segera berlari keluar menuju mini truknya untuk mengangkut gas kecil dan di bawa ke dalam rumah Ino, lalu memasangkannya.

"Selesai.." Ucap Hinata bangga akan pekerjaannya.

"Ini untukmu Hina-Chan.. 8000 ¥ untuk bayar gas dan 2000 ¥ untuk tipsmu.." Ino menyerahkan 10.000 ¥ kepada Hinata.

"Arigatou Ino-Chan.." Hinata mengambil uang itu dengan senang.

Hinata kemudian pamit dan beralih ke keluarga Nara untuk melalukan pekerjaan yang sama. Hinata bersyukur, hari ini dia mendapat tambahan uang jajan sebanyak 2500 ¥. Hinata semakin yakin dapat membeli gaun kesukaannya di toko Karin. Rencananya gaun itu akan dia kenakan pada saat peringatan sekolah Hanabi.

.

.

.

Semua orang kini tengah bersiap-siap. Para wanita kini tengah berdandan, memoleskan bedak dan lipstik. Sepertinya mereka akan menyambut seorang yang sangat penting hari ini.

"Ku dengar Tuan muda Sasuke akan masuk kerja hari ini. Benarkah itu?"

"Iya.. Kamu tidak lihat mereka semua sibuk mempersiapkan kedatangannya."

"Wah,, aku ingin tampil cantik agar dia mau melirikku."

"Teruslah bermimpi. Ku dengar dia sudah memiliki calon tunangan?"

"Benarkah? Pasti semua wanita akan patah hati dibuatnya.."

"Apa kamu tahu siapa tunangannya?"

"Tentu saja aku tidak tahu Baka.. Tapi ku dengar tunangannya itu sangat jelek.. Semoga saja tidak benar.."

"Bagaimana mungkin Tuan Muda Sasuke yang tampan itu bisa memiliki tunangan yang jelek.. Kasihan sekali.. Semoga saja isu itu hanya bualan belaka."

"Hei hei kalian cepatlah.. Jangan terus bergosip tidak jelas.. Mobil Tuan Muda sudah sampai.. Cepat keluar.."

"Baik baik.."

3 Mobil sedan keluaran terbaru kini melaju berhenti di depan hotel berlambangkan ukiran 'U'. Terlihat body guard berjas keluar dari mobil pertama, orang yang di tunggu-tunggu sepertinya keluar dari mobil ke dua, dan body guard berjas lagi keluar dari mobil ke tiga. Para Body guard itu segera berbaris di belakang tuannya dan melangkah masuk ke dalam hotel. Semua staf membungkuk memberikan hormat.

Uchiha Sasuke - CEO muda yang baru kembali dari studynya di luar negeri dan segera mengambil posisi penting di perusahaan milik keluarganya. Hari ini adalah hari pertama bagi Sasuke. Sasuke menghentikan langkahnya di loby hotel dan mengabsen setiap staff nya.

"Haruno Sakura.." Sasuke menyeringai.

"Perhatikan kerapihanmu.." Sasuke membetulkan nametag Sakura yang sedikit miring "Datang ke ruanganku satu jam lagi." Ujar Sasuke lagi.

"Hai.. Sasuke-Sama." Sakura membungkuk memberikan hormat. Sasuke kemudian segera melangkah lagi diikuti Kakashi - sekretarisnya.

.

.

.

"Hei Sasuke-Kun, perlakuanmu barusan berhasil membuatku mendapatkan tatapan sinis gratis dari para staff wanita di sini." Sakura kini berada di ruangan Sasuke dan duduk di sofanya.

"Hm.."

"Hentikan gumaman anehmu yang tidak pernah berubah itu.. Hei.. Apakah benar mengenai gosip bahwa kamu sudah di tunangkan dengan seseorang?" Tanya Sakura lagi.

"Hm." Lagi-lagi Sasuke membalas pertanyaan Sakura dengan gumaman andalannya.

"Benarkah? Sungguh membuatku cemburu.." Ujar Sakura sedih. Sakura adalah sahabat kecil Sasuke dan juga Sakura sudah menyukai Sasuke sejak kecil, namun dia tidak pernah mendapat balasan dari Sasuke. Entah bagaimana perasaan Sasuke terhadap Sakura. Cinta, saudara atau sahabat.

"Berhentilah mendengar semua gosip murahan itu.. Aku lelah.." Sasuke menghampiri Sakura yang duduk di sofa dan segera membaringkan kepalanya ke pangkuan Sakura. Sontak membuat wajah Sakura bersemu seperti warna rambutnya. Sasuke hanya cuek dan memilih untuk tidur.

"Kamu memang tidak berubah." Sakura tersenyum geli melihat tingkah Sasuke seperti ini. Meskipun perasaannya tidak terbalaskan, namun berada di dekat Sasuke itu sudah cukup untuknya saat ini.

.

.

.

"Sasuke.. Otousan ingin menyampaikan sesuatu kepadamu.." Wajah tua Fugaku terlihat serius.

"Apa?" Tanya Sasuke sopan.

"Otousan ingin menjodohkanmu dengan anak dari teman Otousan. Itu adalah perjanjian lama sekali.. Sayangnya kini dia sudah tiada.. Namun untuk menghargainya Otousan ingin tetap menjalankan rencana yang dulu sudah kami rencakan." Ujar Fugaku lagi.

"Konyol sekali.."

"Sasu-Kun.." Mikoto berusaha mencairkan suasana yang terlihat mulai menegang karena Fugaku kini menatap horor ke Sasuke.

"Aku sudah kenyang dan lelah.. Bicarakan hal itu nanti saja." Sasuke segera bangun dari kursinya dan menuju kamar tidurnya di lantai 2.

"Sasu-Kun.." Mikoto hanya dapat menatap punggung Sasuke yang berjalan jauh.

"Sungguh keterlaluan sekali sikap anak itu." Fugaku terlihat masih kesal dengan sikap kurang ajar Sasuke.

"Anata.. Lebih baik di bahas nanti saja masalah itu. Mungkinkah Sasuke memiliki pilihan sendiri?" Mikoto mencoba menenangkan Fugaku dengan memijit bahu Fugaku.

"Tidak bisa.. Ini sudah janji dan aku tidak ingin di cap sebagai seorang tukang ingkar janji.. Rencana itu harus segera di laksanakan.." Fugaku memegang tangan halus Mikoto. Mikoto tersenyum lembut ke Fugaku. Wajah Fugaku yang semakin tua, kerutan-kerutan yang semakin jelas di wajahnya, namun tetap mampu membuat Mikoto bersemu merah saat menatap wajah Fugaku lama-lama.

"Kamu tetap cantik Anata.." Fugaku menggoda Mikoto yang masih bersemu dan semakin memerah wajahnya.

"Berhentilah menggodaku." Mikoto yang merasa malu segera berjalan menuju kamar tidurnya.

.

.

.

"Selamat siang..." Dua orang pria berjas datang ke rumah Hinata.

"Selamat siang.. Maaf hari ini toko kami sedang tutup.. Besok datang kembali.." Ujar Tsunade sedang maskeran dan merasa malas untuk di ganggu.

"Maaf, kami kemari atas perintah untuk membawa Nona Hinata." Ujar salah satu pria berjas.

"Apa? Me-Menangnya anakku salah apa? Di-dia mencuri?" Tsunade mulai ketakutan karena Hinata di cari oleh orang yang tampangnya seperti mafia.

"Bukan.. Kami hanya mendapat perintah dari Fugaku Sama.. Ini suratnya.." Pria itu menyodorkan selembar kertas kepada Tsunade.

Sebelumnya saya ingin meminta maaf atas kelancangan saya. Saya ingin meminta Hinata menjadi menantu saya karena ini adalah janji yang sudah kami buat, antara Uchiha dan Hyuuga. Saya harap anda selaku wali Hinata dapat membujuk Hinata untuk berkunjung ke kediaman Uchiha.

Terima kasih.

Tsunade melipat kembali kertas itu dan kembali memperhatikan ke dua body guard itu dengan tidak takut.

"Bilang ke tuanmu.. Hinata bukanlah baranglah.. Jika memang dia menginginkan Hinata, datanglah dengan lebih terhormat.. Jangan kalian yang datang, lagipula siapa itu Uchiha? Sombong sekali.." Tsunade naik pitam merasa Hinata adalah barang yang seenaknya bisa di ambil lalu di jodohkan. Bisa saja kan mereka itu penipu dari suruhan si rentenir dan menjual Hinata.

"Sekarang pergi kalian... Awas jika kalian datang lagi.." Tsunade semakin kesal.

"Maaf.. Tapi ini adalah perintah, kami harus membawa Nona Hinata untuk menghadap Fugaku Sama." Ujar salah satu pria masih sopan.

"Apa perlu aku panggil polisi?" Tsunade mulai berteriak kesal.

"Okaasaaannn.. Ada apa? Kenapa berteriak seperti ituuu?" Hinata keluar sambil menutup telinganya. Nampaknya Hinata sedang memasak terlihat dia memakai apron bergambar kelinci dan di tangan nya memegang centongan sup.

"Masuk Hinata.. Ini bukan urusanmu.." Tsunade terlihat marah sampai maskernya mulai retak-retak.

"Haaii.." Hinata segera kembali ke dapur untuk memasak, namun dia penasaran dengan ke dua pria berjas itu. Hanabi juga penasaran ikut mengintip.

"Itu Nona Hinata." Bisik pria yang satu ke pria satunya lagi.

"Permisi." Pria itu segera mendahului Tsunade dan berjalan mencari Hinata. Tsunade merasa terkejut begitu pria itu berjalan melewatinya dan mulai melangkah ke arah dapur.

Hinata dan Hanabi juga merasa takut namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Pria itu segera membungkuk memberikan hormat di hadapan Hinata.

"Selamat Siang Nona Hinata.. Kami mohon ikut kami menghadap Fugaku-Sama."

"Fugaku-Sama?" Tanya Hinata.

"Nanti anda akan tahu setelah bertemu dengan Fugaku-Sama."

"Apakah kalian mafia?" Tanya Hinata takut-takut.

"Bukan.."

"Hei hei.. Cepat kalian pergi dari sini... Sudah ku bilangkan, jika memang Fugaku - Tuanmu ingin menemui Hinata, suruh dia datang sendiri ke sini." Tsunade segera berdiri di depan Hinata sambil berkacak pinggang.

"Okaasan.. Biarkan aku pergi menemui Fugaku-Sama.. Tenang saja, aku akan segera pulang.." Bisik Hinata ke Tsunade.

"Apa? Apa katamu?" Tsunade terkejut.

"Semua akan baik-baik saja. Hanabi tolong jaga Okaasan ya.. Nanti sore aku akan segera pulang." Hinata segera melepas apronnya dan menyerahkan centongan sup itu ke Hanabi. Hinata pun mengikuti kedua pria berjas keluar dengan di tatap penuh oleh Tsunade dan Hanabi.

"Kami-Sama lindungilah anakku." Ujar Tsunade dalam hati.

.

.

.

"Jadi kamu Hyuuga Hinata?" Tanya Fugaku menyelidik.

Hinata hanya mengangguk lemah. Perasaan Hinata kali ini bagai tercampur aduk. Tiba-tiba Hinata diundang oleh seseorang yang bernama Fugaku dan ternyata rumah yang bernama Fugaku itu sangat megah dan mewah, seperti istana. Kali ini Hinata merasa seperti sedang bermimpi. Sungguh malu Hinata hanya memakai kaos biru muda dan celana 3/4 dengan rambut di ikat pony tail.

"Begini.. Aku ingin kamu menikah dengan putra bungsuku Uchiha Sasuke.." Fugaku menyerahkan selembar poto kepada Hinata.

Hinata merasakan jantungnya berdegup dengan kencang begitu melihat poto Sasuke. Wajahnya begitu tampan dan tegas. Sungguh seperti seorang pangeran dalam cerita dongeng ibunya dulu. Benarkah kini dia akan menikah dengan seorang pangeran? Dan berakhir bahagia tanpa adanya konflik?

"Ta-Tapi.." Hinata menjadi gugup sekali.

"Tenang saja, aku yakin kamu bisa membuat anakku jatuh cinta kepadamu.." Ucap Fugaku tersenyum. "Dan jika kamu bertanya kenapa aku menjodohkan kalian? Alasannya karena aku adalah sahabat baik ayahmu dan kami pernah membuat janji bahwa akan saling menjodohkan anak kita kelak." Lanjut Fugaku menerawang.

Hinata hanya mengganggukan kepalanya pelan tanda dia mengerti.

"Bagaimana jika minggu depan kamu tinggal di sini dan mulai belajar semua tata krama Uchiha sampai acara pernikahan berlangsung.."

"Ta-Tapi Okaasan dan Hanabi.."

"Tenang saja, aku akan mengirimi mereka uang sebagai ganti dirimu yang tidak lagi bekerja.. Jika itu yang kamu khawatirkan.." Ujar Fugaku tersenyum lagi meskipun di mata Hinata Fugaku terlihat tegas seperti ayahnya, tapi jika tersenyum sungguh lembut.

"Ku mohon, buatlah Sasuke berubah.. Cairkan hatinya yang dingin.." Fugaku menggenggam tangan Hinata.

"Baik Ojiisan.. Aku akan mencoba sebisaku.." Hinata membalas tersenyum lembut dan terlihat sungguh seperti seorang malaikat di mata Fugaku. Sepertinya Fugaku tidak salah menerima Hinata sebagai calon menantunya, meskipun dia berbohong mengenai sahabat Hiashi, perjodohan terencana dan sebagainya.

Sebenarnya Uchiha Fugaku bukanlah sahabat Hyuuga Hiashi. Fugaku bahkan sama sekali tidak mengenal Hiashi. Dia memang menginginkan Hinata menjadi calon menantunya sejak pertama kali bertemu.

Saat itu sekitar sebulan lalu. Hujan deras mengguyur kota Konoha pada malam hari. Fugaku yang baru pulang dinas melewati kota Konoha sebagai jalan pintas untuk cepat sampai di Tokyo, namun naas mobilnya tiba-tiba mogok dan hujan deras sekali. Bagaimana mungkin dia mendorong mobil? Menelepon pun percuma dia tidak mengetahui lokasi dia pastinya. Fugaku hanya berharap seseorang lewat dan menolongnya atau dia akan menginap di dalam mobil.

Maka Fugaku pun berdoa. 'Kami-Sama ku mohon tolonglah kirimkan seorang penolong diriku.. Jika dia seorang wanita maka akan ku jadikan istri untuk Sasuke dan jika dia adalah seorang pria maka akan ku jadikan anak angkatku.' Begitulah permohonan Fugaku, setelah itu terdengar geledek yang cukup besar.

Fugaku masih menunggu di dalam mobilnya, tidak terlalu lama dia melihat seseorang berjalan mendekati mobilnya.

Fugaku segera mengambil payung di belakang dan turun dari mobil.

"Permisi Nona, apakah kamu tahu bengkel yang masih buka?" Tanya Fugaku sedikit menggigil kedinginan.

"Sudah tutup Tuan, memangnya mobil Tuan kenapa?" Tanya gadis itu..

"Entahlah mobilku tiba-tiba mogok dan aku harus segera pulang ke Tokyo."

"Bolehkah aku lihat?"

"Tentu saja, kamu bisa memperbaikinya?"

"Tentu saja.. Hehehe.. Aku pernah belajar dari bengkel pamanku dan aku sering membetulkan mobilku sendiri."

"Terima kasih banyak nak.."

Gadis itu segera melihat kondisi mobil Fugaku mengotak atik kabel mobilnya. Sedikit sulit karena hanya bermodalkan senter kecil dan juga hujan yang cukup deras, namun Hinata yang sudah terbiasa bisa langsung tahu titik kesalahan yang membuat mobil itu mogok. Dengan cepat dia segera membetulkan dan mobil Fugaku akhirnya hidup lagi.

Fugaku sungguh berterima kasih kepada gadis itu dan Fugaku mengetahui namanya 'Hinata' sebelum dia benar-benar pergi. Jadi di mulailah rencana Fugaku untuk menjodohkan Hinata dengan Sasuke. Selama sebulan Fugaku terus mencari data mengenai Hinata dan beruntungnya bahwa ayah Hinata sudah meninggal sehingga dia bisa menggunakan cara mengenai perjodohan sesama sahabat. Sepertinya Hinata tidak mengingat wajah Fugaku karena memang keadaan saat itu sangat gelap. Jadi rencana ini hanya Fugaku dan Kami-Sama saja yang tahu.

.

.

.

TBC ..

Hai-hai...

Aku hadir dengan Fanfic baru lagi nih...

Padahal masih ngutang 2 Fanfic belum kelar... #ditimpuk pake gepokan duit... XD

Ngomong-ngomong aku memang Hinata Centric.. XD #jadi malu..

Ide ini seperti biasa, muncul begitu saja..

Jadi mubazir jika di sia-siakan..

Ingat di Fanfic ini sudah aku tegaskan OOC Full untuk beberapa character seperti Hinata, Fugaku dan mungkin nanti akan ada lagi..

Jadi jika mau Flame yang berunsur meningkatkan mutu cerita yaa.. Semua ide akan di tampung.. Dan.. Jika ada kemiripan dari cerita maafkanlah.. Mungkin ide memang sama, tapi alur pasti berbeda.. XD

Terima kasih..

Mind RnR ? XD