Title : If…

Main Cast :Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Other..

Warning :YAOI / Boy X Boy / gaje / failed

If don't like this genre don't read!Please ..

Just go back

HAPPY READING

ENJOY…

.

.

.

.

.

Jikahujan berhenti dihari itu

Akumungkin pasti berjalan melewatimu

Jikabus tiba lebih awal dari biasanya

Akumungkin tidak akan bertemu denganmu

Jikadalam sekejap hal itu bisa berbeda

Kitamungkin akan berjalan pada takdir yang terpisah

Tapi..aku selalu ingin melihat

Masadepan yang sama denganmu

Tempatyang sama

Langityang sama dengan perasaan yang sama

Rasanyaseperti sudah mengenal sejak lama

Mungkinkita berdua telah terikat oleh benang merah

Seolahsudah diberi kesempatan sejak awal

Akupercaya kita ditakdirkan untuk bersama

(Kananishino – If)

.

.

.

.

.

Bangunan-bangunan tinggi itu berdiri dengan begitu angkuhnya, bangunan dengan gaya klasik khas tempo dulu. Dinding-dinding bangunan itu tidak dipoles oleh cairan berwarna-warni seperti halnya yang kita tau.. semua bangunan ditempat itu terlihat begitu kusam karena hanya berlapiskan semen pada lapisan orang Nampak berjalan hilir mudik meramaikan suasana, tapi tidak ada yang menarik dari sana.. Karena pakaian yang mereka kenakan Nampak seragam..

Mereka bukan pekerja kantoran yang diwajibkan memakai baju seragam disalah satu hari dalam seminggu. Bukan pula para pelajar yang hendak menuntut ilmu..

Nampak seragam disini dapat diasumsikan sebagai sesuatu yang terlihat mirip satu sama lain, pakaian-pakaian yang mereka kenakan umumnya didominasi warna-warna gelap bahkan jikapun itu warna cerah hanya seperti warna putih atau broken white saja.

"Appa benar-benar bingung denganmu Byun Baekhyun, kenapa pada usiamu yang sudah menginjak 20 tahun ini kau masih saja belum bisa menggunakan sihir? Sebenarnya apa yang kau pelajari saat sekolah dulu?"

Seorang namja dengan ukuran badan yang lumayan kecil itu hanya dapat menundukkan kepalanya,mendengar ocehan atau lebih tepatnya keluh kesah sang appa atas ketidakmampuannya menggunakan sihir, padahal ia lahir dinegeri yang disebutnegeri sihir ini.. Entah apa yang membuatnya tak dapat melakukan hal pokok yang harus dikuasai semua manusia dinegeri ini.

"Mianhae appa.." lirih Baekhyun menyesal, benar ia begitu menyesal. Jangan salahkan dia karena ia pun tidak tau penyebab itu. Apa karena ia terlalu manja? Atau terlalu bodoh?

"Hahh kau tau sebagai gantinya kau akan dihukum, sesuai peraturan.. dan kau tidak dapat menolaknya.."

"Yeobo jangan begitu pada Baekhyun.." cegah seorang yeoja dengan aura yang begitu menenangkan. Ia menyentuh bahu namja dengan garis wajah yang begitu tegas itu, mencoba membuatnya berubah fikiran untuk tidak menghukum Baekhyun. Baekhyun takpernah sekalipun dihukum karena ia anak semata wayang dari petinggi negeri sihir ini.

Yeoja itu jelas sangat khawatir jika terjadi sesuatu saat Baekhyun dihukum nanti.. mana ada eomma yang tega melihat anaknya dihukum?

"Tidak lagi kali ini, Baekhyun harus diajari agar dapat menggunakan sihir atau sekedar merenungi kesalahannya.."

"A- Appa.."Baekhyun mengangkat kepalanya appa Baekhyun serius kali ini..

"Kau akan diasingkan Byun Baekhyun.." tegas sang Appa..

.

.

.

.

.

Seorang namja tampan Nampak begitu lesu menyusuri jalan yang baginya terasa begitu panjang,mungkin bisa dibilang karena tugas kuliahnya yang dari hari ke hari terasa sama sekali tidak berkurang barang sepersen-pun yang membuat nestapa namja bertubuh tiang itu terasa begitu menyesakkan dada (?).

Ia memandang sayu semua objek yang sempat singgah dimata besarnya, tak ada niatan samasekali untuk lebih memperhatikannya. Yang ada dalam fikirannya saat ini hanyalah 'bagaimana caranya agar ia dapat dengan cepat sampai di apartemennya?'.

Chanyeol mendongakan kepalanya melihat gumpalan awan hitam mulai memenuhi langit birutadi pagi, well.. itukan tadi pagi Chanyeol sedangkan sekarang sudah sore, cuaca bisa berganti kapanpun sesuai kehendak Tuhan bukan?

Chanyeol mendesah pelan..

'Ahh akan turun hujan, bisakah hujannya ditunda sebentar hanya bila aku sudah sampai diapartemen?! Aku tak ingin kehujanan lagi kali ini!' fikirnya begitu bodoh, dasar anak kurang ajar meminta penawaran dengan Tuhan eoh?

Langkah kaki panjang itu semakin cepat membelah jalanan tekadnya untuk tidak kembali basah-basahan kali ini benar-benar serius.. ohh ayolah kalau dirinya kebasahan tentunya ia tidak dapat langsung merebahkan tubuh jangkungnya yang sebentar lagi akan remuk itu dikasur empuknya kan? Karena bayarannya adalah sprei danselimutnya yang akan basah. Dan namja tinggi itu yakin hal tersebut pasti akan lebih merepotkan dan melelahkan.

Senyum menawan mengembang diwajah yang memang sudah dari sananya tampan bak pangeran negeri dongeng /ngawur/. Chanyeol kembali melangkahkan kaki jenjangnya setelah sebelumnya mengagumi bangunan apartemennya yang ia rasa begitu megah, kau harus berterima kasih pada orang tuamu nanti Park Chanyeol.

Jari jemari panjangnya menekan beberapa tombol memasukan password apartemen tempatnya tinggal. Dan terbukalah pintu itu.. dalam hati ia memanjatkan rasa terimakasihnya yang begitu dalam pada Tuhan karena mengabulkan doanya tadi. Chanyeol melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah ia berjalan dengan gontai menuju kamarnya dan membuka pintunya setelahnya ia rebahkan tubuhnyadiatas ranjangnya yang begitu empuk melebihi marsmallow sekalipun.

Ia merentangkan kedua tangannya dan perlahan-lahan kedua kelopak matanya terpejam dengan sangat dramatis (?).

BRUKKK

"Aww appo!"

Chanyeol terlonjak kaget dan reflek mengangkat kembali tubuhnya yang sempat tertidur tadi, sehingga membuat beberapa tulangnya menimbulkan bunyi 'krek' saking cepatnya ia bergerak. Dan namja tinggi itu sempat meringis karena tubuhnya jadi terasa linu..

"Astaga apaitu?"

Chanyeol melangkah dengan pelan dan menghampiri sumber kebisingan itu. Ia berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri..

"Aishh Appo, Appa kembalikan aku.. huwaaaaa ini dimana?" pekik seseorang yang baru saja jatuh tadi. Tubuhnya tertutup dengan jubah hitam yang dikenakannya, ia meringis kesakitan karena berbenturan dengan lantai cukup keras tadi.

Chanyeol membelalakan matanya dengan mulut yang ternganga, ia berfikir mungkin saja sekarang apartemennya sudah menjadi sarang hantu.

'Ehh tapi manabisa hantu kesakitan?'

Namja tinggi itu masih dalam posisinya, mata bulatnya yang melebar itu menatap tak percaya pada sosok yang baru saja membuat keributan didalam apartemennya. Lihat betapa bodohnya sosok itu, sejak tadi ia hanya sibuk mengusap-usap bagian tubuhnya yang sakit –mungkin- dan bagaimana mungkin ia bisa tiba-tiba ada didalam apartemen miliknya?

"Siapa kau?"pekik Chanyeol ketika kesadarannya mulai kembali menguasai tubuh dan fikirannya. Ia menudingkan jari telunjuknya kearah sosok itu dan menatapnya dengan garang.

"Heung.." sosok itu bangkit dari posisinya yang terduduk dilantai kemudian mengangkat kepalanya menatap polos kearah Chanyeol. Mata Chanyeol berkedip beberapa kali ketikamelihat rupa sosok menyebalkan yang baru saja mengganggu acara istirahatnya–menurutnya- sempat terlintas difikirannya sosok dihadapannya ini benar-benar manis dan imut. Tapi setelahnya ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya menepis pemikiran gilanya itu.

"Katakan siapa kau! Kenapa tiba-tiba ada disini?!" seru Chanyeol.

"Anyeonghaseo paman Byun Baekhyun imnida.." sapa Baekhyun sambil menundukkan tubuhnya dalam-dalam. Kemudian ia kembali berdiri tegak seraya tersenyum manis untuk membalas tatapan sebal dari Chanyeol.

"Yaa! Apa yangkau katakan? Paman? Aku ini masih muda anak kecil!"

"Aku bukan anak kecil.. umurku sudah 20 tahun tau!" ujar Baekhyun lantang, ia tidak terima Chanyeol mengatakan bahwa ia anak kecil. Ia berteriak kearah Chanyeol dengan wajah memerah karena menahan amarah.

Chanyeol terdiam, matanya terus memperhatikan sosok Baekhyun dengan tatapan tidak percaya. Tubuh yang kecil dengan wajah imut Khas anak-anak, dan jubah hitam yang Nampak begitu kebesaran ditubuhnya (bayangkan Baekhyun pakai baju jubah hitam Harry potter). Chanyeol menatap dalam Baekhyun, kemudian berjalan dengan wajah Baekhyun, sedangkan Baekhyun masih tetap mempoutkan bibirnya kesal.

"Anak keciljangan berbohong, ne? anak kecil tidak boleh berbohong nanti dosa lho.." ujar Chanyeol dengan nada meremehkan.

BUKK

Dengan sigap Baekhyun mendorong Chanyeol setelah Chanyeol menyelesaikan ucapannya. Namja kecil itu mengepalkan kedua tangannya dan menghentak-hentakkan kedua kakinya

"AKU BUKAN ANAK KECIL!" teriaknya dengan suara 7 oktaf, membuat bangunan apartemen Chanyeol berguncang hebat. Bahkan Chanyeol saja sampai berpegangan pada meja dapur.

"Heii! Dasar anak kecil tidak tau diri! Beraninya berteriak dirumah orang! Apa orang tuamu tidak mengajarkan sopan santun padamu haahh!" omel Chanyeol dengan suara besarnya yang cukup ampuh membuat Baekhyun tiba-tiba terdiam dan menundukkan kepalanya takut. Namja kecil itu bahkan tidak pernah sekalipun mendengar orangtuanya berbicara dengan suara keras padanya apalagi mengomelinya.

Chanyeol mendengus, amarahnya benar-benar sudah hampir mencapai puncaknya. Ia benar-benar merasa dirinya begitu malang baru saja tadi ia akan mengistirahatkan tubuh lelahnya tiba-tiba malah muncul sosok misterius yang masuk kedalam apartemennya.

"Jelaskan padaku bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya Chanyeol melunak.

Baekhyun mengangkat kepalanya sebenarnya sih sedikit mendongak berhubung selisih tinggibadan keduanya benar-benar jauh berbeda.

"Aku sedang diasingkan.." jawab Baekhyun pelan.

Chanyeol mengerutkan keningnya, diasingkan?

"Ayolah ini bukan jaman dinasti lagi.. mana ada pengasingan?!"

"Tapi aku tidak bohong, aku dari negeri sihir.. tapi karena aku tidak dapat menggunakan sihir makanya aku diasingkan.. aku juga tidak tau kenapa diasingkan ditempat ini.."

"Kau? Dari negeri… sihir?"

Baekhyun mengangguk mengiyakan pertanyaan Chanyeol tadi.

"Haha sudahlah tidak perlu berbohong.."

"Sungguh aku tidak bohong! Kenapa paman tidak mau percaya sih?" dengus Baekhyun.

"Kalau begitu aku ini sebenarnya adalah seorang pangeran negeri antah berantah yang tengah menjalani masa pengasingan! Hah bodoh mana ada sihir jaman sekarang!" elak Chanyeol ia menatap kesal kearah namja mungil yang kini tengah menundukkan kepalanya. Seperti tengah menahan…

"Heii! Kenapa menangis haduuhhh kau ini merepotkan sekali sih!" ujar Chanyeol, ia berubah jadi panic ketika mendapati Baekhyun tengah menahan tangisannya ahh bukan menahan lagi malahan saat ini namja mungil itu sudah menangis terisak.

"Hiks habisnya paman tidak mau percaya kata-kataku.. hiks aku kan tidak berbohong hiks paman menyebalkan!"

"Aishh sudahlah berhenti menangis! Dan jangan panggil aku paman! Aku masih muda!"

Chanyeol menarik tangan Baekhyun dan membawanya kekamar kemudian mendudukkannya diranjangnya.

"Hei berhenti menangis!"

Tapi bagaikan angin lalu Baekhyun sama sekali tidak menggubris kata-kata Chanyeol tadi. Namja manis itu masih tetap menangis dengan sesegukan. Sebenarnya ia menangis bukan karena diperlakukan seperti tadi oleh Chanyeol tapi karena ia begitu sedih diasingkan ditempat ini oleh ayahnya yang tidak lain adalah petinggi negerisihir. Tak tahukan kalau namja itu begitu sedih?

"BERHENTI MENANGIS!" teriak Chanyeol yang kesal melihat Baekhyun tak juga berhenti menangis, astaga ia benar-benar lelah saat ini.

"Ba.. Baik.."patuh Baekhyun, ia menundukan kepalanya semakin dalam ia benar-benar takut pada Chayeol saat ini..

Chanyeol menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Baik, jaga emosimu Park Chanyeol.

Untuk beberapa saat keadaan begitu hening, tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir kedua namja itu. Baekhyun masih menundukan kepalanya dan meremas-remas baju yang dikenakannya.

"Sekarang tunjukan padaku"

"Tunjukan apa?"

"Sihir, anak kecil! Mana bisa aku percaya kau benar-benar dari negeri sihir kalau kau tidak membuktikannya?"

"Tidak bisa"gumam Baekhyun.

"Nah, berarti kau bohong kan?"

Baekhyun mengepalkan tangannya siap untuk kembali berteriak, tapi Chanyeol dengan sigap langsung membungkam mulut Baekhyun dengan tangan besarnya. Bisa-bisa nanti tetangganya curiga dengan apartemennya yang biasanya begitu sepi mendadak ramai dengan celotehan anak kecil itu.

"Tinggal menunjukannya saja, kenapa repot sekali sih!" ujar Chanyeol seraya melepaskan bungkaman tangannya pada Baekhyun. Terlihat namja manis itu tengah berusaha menghirup oksigen karena bekapan Chanyeol barusan membuatnya tidak bisa bernafas.

"Paman bodohya! Aku kan sudah bilang aku tidak bisa menggunakan sihir makanya aku diasingkan disini!" seru Baekhyun berapi-api.

"Ya! Kau mengataiku bodoh! Awas kau ya anak kecil.. tunggu kau bilang apa? Tidak bisa menggunakan sihir?" Chanyeol mengerutkan keningnya pertanda ia begitu keheranan dengan namja dihadapannya saat ini.

Baekhyun hanya menjawabnya dengan anggukan imut, sambil menatap Chanyeol dengan lucu.

"Buahahahhaha…penyihir bodoh! Bodoh!"

Baekhyun mempoutkan bibirnya mendengar Chanyeol menertawakannya dengan begitu bahagia, sampai-sampai namja tiang itu memegangi perutnya saking gelinya ia tatapan kesal ia menatap Chanyeol yang masih saja tertawa terbahak-bahak. Ia menghentak-hentakkan kaki pendeknya kesal..

"Sudah jangan tertawa! Paman bodoh!" pekik Baekhyun berusaha membuat Chanyeol berhenti tertawa, dan taraa berhasil hanya saja namja tinggi itu masih terlihat seperti menahan tawanya. Ia berbalik menghadap Baekhyun..

"Jadi, kau tidak bisa menyihir? Astaga! Kau tau tidak keadaanmu saat ini sama saja dengan kau adalah manusia tetapi tidak tau apa itu manusia! Haha" dan akhirnya Chanyeol kembali tertawa ketika mengakhiri ucapannya.

Chanyeol menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan sebelum melanjutkan kata-katanya. Ia menatap Baekhyun dengan intens..

"Baiklah Byun Baekhyun! kau bisa pergi sekarang" ujar Chanyeol tegas.

"Ta.. Tapi aku…aku tidak tau tempat ini…" lirih Baekhyun.

"Haish menyebalkan! Lalu bagaimana eoh?" Chanyeol mengacak surainya frustasi.

"Bo.. Bolehkah aku tinggal… disini?" Tanya Baekhyun seraya mengangkat kepalanya menatap Chanyeol dengan wajah memelasnya.

"Mwo? Tidak tidak bisa-bisa kau merepotkanku setiap saat" tolak Chanyeol mentah-mentah.

"Jahat! Paman jahat!"

"Jangan panggil aku paman!"

"Lalu aku harus panggil apa? Paman tiang pagar begitu?!"

"Mwo? Kau! Astaga! Bisa-bisa aku mati muda kalau begini.."

Baekhyun mengerucutkan bibirnya imut dengan tatapan kesal kearah Chanyeol yang terlihat begitu memprihatinkan (?).

"Aku mohon.." lirih Baekhyun.

Chanyeol menoleh pada Baekhyun yang kembali menundukkan kepalanya dan meremas-remas ujung bajunya.

"Hahhh" sekali lagi Chanyeol kembali menghela nafas berat.

"Baiklah anak kecil kau tinggal disini" putus Chanyeol, sebenarnya ia juga tidak tega membiarkan Baekhyun berkeliaran diluar bisa-bisa namja manis itu diganggu preman-preman genit atau tante-tante hore (?).

"Jeongmalyo?"seru Baekhyun riang dengan mata berbinar dan menatap Chanyeol dengan wajah yang begitu bahagia, ia menyentuh lengan atas Chanyeol dan menggoyang-goyangkannya.

"Gomawo! Jeongmal gomawo!"

Greb

Entah reflek atau karena begitu bahagia Baekhyun dengan cepat memeluk Chanyeol dengan seketika itu seperti ada sesuatu yang bergejolak didalam hati sedikit tidak nyaman.

"Hei hei anakkecil jauhkan tubuhmu!"

"Ishh sudah akubilang umurku sudah 20 tahun tau!" ujar Baekhyun mengerucutkan bibirnya menahan kesal.

"Lalu manabuktinya kalau umurmu sudah 20 tahun? Tunjukan kartu identitasmu!"

Baekhyun memiringkan kepalanya menatap Chanyeol bingung.

"Apa itu kartuidentitas?" tanyanya polos.

"Astaga,memangnya ditempatmu tidak ada kartu identitas?"

"Aniyo" jawab Baekhyun dengan suara yang begitu imut ditelinga Chanyeol.

"Bagaimana aku bisa percaya kau benar-benar berumur 20 tahun? Ahh sudah lupakan!"

Menyerah.. Chanyeol menyerah menghadapi anak kecil yang katanya sudah berumur 20 tahun itu, benar-benar berpotensi membuat Chanyeol gila.

Hari sudah mulai beranjak malam, seorang namja mungil tengah asyik bermain dengan benda eletronik bernama handphone. Ia tengah memainkan sebuah game yang ada dihandphone milik Chanyeol itu. Tentunya sebelum itu Chanyeol sudah mengajari Baekhyun cara memainkannya.

Chanyeol tersenyum ketika manic matanya mendapati sosok Baekhyun tengah terduduk dengan wajah yang sangat serius memainkan game tadi. Chanyeol melangkah perlahan kearah Baekhyun dan mendudukkan dirinya dengan pelan disamping Baekhyun.

"Yeollie! Lihat aku menang! Lihat lihat! Ahh ini begitu menyenangkan!" oceh Baekhyun senang sambil memperlihatkan layar handphone itu menunjukan hasil kerja kerasnya.

"Ne, Mandilah anak kecil" ujar Chanyeol.

"Eohh Yeollie sudah selesai mandi ya? Baiklah!" Baekhyun hendak beranjak tapi kemudian ia kembali menghadap Chanyeol.

"Eungg Yeollie.. bolehkan aku pinjam baju Yeollie?"

"Mandilah dulu aku akan mengantarkannya nanti.." jawab Chanyeol santai.

"Hemm ne.."

Baekhyun kembali melangkah dan masuk kedalam kamar mandi Chanyeol, ia sedikit kagum dengan kamar mandi Chanyeol.

.

.

"Dasar anak kecil menyusahkan! Ahh aku tidak punya baju kecil" gerutu Chanyeol yang tengah berkutat dengan lemari pakaiannya sambil memilihkan baju untuk Baekhyun.

Chanyeol sedikit mengerutkan keningnya bingung.. pasalnya namja mungil itu benar-benar menghabiskan waktu yang lama dikamar mandi. Chanyeol dibuat jenuh karenanya.

Tak lama kemudian Baekhyun muncul dari balik pintu kamar mandi dan berjalan mendekati Chanyeol. Ia melangkah dengan malu-malu..

"Yeollie" panggil Baekhyun, ia mengenakan baju handuk Chanyeol. Surai hitamnya sangat basah dan menetes kelantai kamar Chanyeol. Chanyeol sedikit terkekeh ketika melihat penampilan Baekhyun saat ini baju handuknya sedikit melorot memperlihatkan bahunya karena memang kebesaran.

"Heii anak kecil! Apa selama 20 tahun kau tidak tumbuh dengan baik?"

"Apa maksud Yeollie?"

"Haha masa pakai itu saja kebesaran? Ckck ini pakai ini.." ujar Chanyeol sambil menyodorkan baju yang ia pilihkan untuk Baekhyun.

"Baiklah.. terima kasih Yeollie.." ujar Baekhyun sambil tersenyum membuat mata sipitnya bagai hilang begitu saja. Chanyeol meneguk kasar salivanya ketika melihat wajah manis Baekhyun tadi.. entah apa yang difikirkan namja tiang itu sehingga ia menjadi agak gugup ketika Baekhyun tersenyum. Chanyeol melangkahkan kakinya beranjak meninggalkan kamarnya.

.

Baekhyun menghampiri Chanyeol yang tengah menonton televise. Namja mungil itu melangkah dengan perlahan, sambil terus menundukkan kepalanya.

"Yeollie.."panggil Baekhyun pelan.

Chanyeol menoleh kearah Baekhyun, tapi kemudian kembali menolehkan kepalanya ketempat semula.

"Yeollie?" panggil Baekhyun lagi, ia tidak menyerah untuk membuat Chanyeol memperhatikannya bukan mengacuhkannya.

"Hmm?" dengung Chanyeol tanpa menoleh kearah Baekhyun. Bukannya menjawab Baekhyun malah sibuk memilin-milin ujung bajunya. Ia terlihat malu untuk mengatakan sesuatu yang ia inginkan kepada Chanyeol..

"Apa Yeollie tidak punya makanan? Aku.. lapar.." jawab Baekhyun semakin menundukan kepalanya, baik selain karena kemanjaannya kepolosannya juga harus diacungi jempol. Bahkan karena saking manjanya itu menjadi salah satu alasan mengapa Baekhyun diasingkan.

Perkataan polos tadi sukses membuat Chanyeol memutar tubuhnya menghadap Baekhyun dan menatapnya intens.

"Tidak ada"jawab Chanyeol singkat, kemudian menyandarkan tubuhnya kesofa..

"Yasudah kalau begitu, tidak jadi.." Baekhyun membalik tubuhnya hendak kembali kedalam kamar lebih baik tidur karena rasa laparnya tidak akan terasa saat ia tertidur.

Chanyeol mengedipkan matanya beberapa kali, ia baru sadar kalau saat ini Baekhyun hanya mengenakan baju kaos kebesaran milik Chanyeol. Tapi tetap saja pakaian itu mampu memperlihatkan bagaimana mulusnya kaki namja mungil itu. Astaga kenapa seorang namja mempunyai kaki yang begitu mulus? Bukankah biasanya kaki seorang namja akan dipenuhi dengan bulu-bulu?

Tapi Sepertinya tadi Chanyeol memberikan celana pada Baekhyun, kenapa ia tidak mengenakannya?

"Heii Baekhyun" panggil Chanyeol, membuat mata baekhyun sempat berbinar karena mengira Chanyeol berubah fikiran dan membuatkannya makanan.

"Apa?" Jawab Baekhyun sedikit semangat.

"Dimana celananya? Kenapa tidak kau kenakan?"

Berangsur-angsur binar wajah Baekhyun menghilang, ternyata bukan sesuatu yang diharapkannya.

"Itu.. bagian pinggangnya terlalu besar, saat aku pakai selalu terjatuh begitu saja, makanya tidak aku pakai"

Chanyeol menganggukkan kepalanya mengerti, "Chankaman.." cegah Chanyeol ketika Baekhyun akan memasuki kamar.

"Tunggu disini aku akan membeli makanan.."

"Jeongmalyo?" pekik Baekhyun seraya berlari kearah Chanyeol dan mendongakan kepalanya menatap Chanyeol dengan wajah riang..

"Heumm tunggu sebentar ne, anak kecil.."

"Bukan anak kecil tapi Byun Baekhyun!" seru Baekhyun kesal.

Malang nasib Baekhyun karena Chanyeol tak menggubrisnya dan malah pergi meninggalkannya begitu saja. Namun jika saja Baekhyun melihat sesungguhnya Chanyeol tersenyum karena tingkah imut Baekhyun dari tadi.

.

.

.

.

.

.

Pagi ini angin berhembus lumayan kencang, membawa pergi gumpalan awan hitam pembagian hujan dibumi.. Chanyeol bangkit dari tempat tidurnya, sedikit merenggangkan otot-otot tubuhnya sambil berusaha mendapatkan nyawanya kembali setelah tidur malam tadi.

Ditolehkan kepalanya kearah samping kanannya, ketempat dimana ada sesosok manusia yang datang tiba-tiba kemarin. Ia mengangkat tubuh tingginya dan berjalan dengan pelan kearah namja manis yang masih Nampak memejamkan mata sipitnya itu.

Untuk sejenak Chanyeol hanya dapat memandangi wajah namja itu, tak dapat ia elak namja itu memang benar-benar manis dan imut. Bahkan ia sudah sering melihat namja-namja dengan wajah imut dan manis layaknya wanita, tapi untuk yang satu ini entahlah ia juga bingung, disana jauh didalam hatinya seperti ada ketukan-ketukan manis tiap kali ia berhadapan dengan namja manis itu. Hanya saja ia masih ragu untuk mengakuinya..

Heyy ayolah selama ini ia hanya tertarik dengan wanita, lalu tiba-tiba ia harus tertarik dengan seorang namja?

Meskipun tak dapat dipungkiri juga kalau ia masih sedikit kesal karena kedatangan namja manis itu yang begitu tiba-tiba. Perlahan tangan besar Chanyeol terangkat kemudian mengusap dengan lembut surai hitam milik Baekhyun, pertama kali hal yang dirasakan oleh telapak tangannya adalah halus.. surai Baekhyun terasa begituhalus ketika menyapa tangannya, seperti rambut bayi pada umumnya.

Namja itu berdiri kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, jelas ia tidak lupa kalau hari ini ia ada jam kuliah.

"Dasar anak kecil, berapa jatah jam tidurmu? Sekarang baru bangun!" omel Chanyeol ketika mendapati Baekhyun baru saja keluar dari dalam kamarnya..

"Kau pagi-pagi sudah mengomel saja.. ishh" gerutu Baekhyun, ia kesal baru saja bangun tetapi Chanyeol sudah memarahinya.

"Ya! Kau harus sopan padaku anak kecil!"

"Wahh apa itu?" seru Baekhyun mengabaikan ocehan Chanyeol dan malah melihati Chanyeol yang tengah mengaduk sesuatu dengan begitu antusias.

"Susu? Apa itu susu strawberry?" Tanya Baekhyun dengan berbinar-binar, ia menatap Chanyeol dengan tatapan –kumohon-jawab-iya- miliknya.

"Bukan bodoh!" jawab Chanyeol dengan ketus

"Hemm Bukan ya? Apa kau tidak punya susu strawberry?"

"Hahaha kau bercanda anak kecil, aku mana suka susu strawberry! Dasar bodoh" ujar Chanyeol sambil tertawa mendengar pertanyaan bodoh dari namja didepannya ini. Baekhyun hanya menggembungkan pipinya sambil mengalihkan kegiatannya untuk memeriksa persediaan cemilan-cemilan Chanyeol. Dan yang pertama terlintas diotaknya adalah 'kenapa sama sekali tidak ada strawberry disini? Hahh'.

"Selama aku pergi, kau jangan coba-coba keluar dari apartemen ini! kalau kau berani merepotkanku, akan kusuruh kau tinggal diluar" ujar Chanyeol dengan penekanan disetiap kata yang diucapkannya, ia memandang Baekhyun dengan tajam sedangkan Baekhyun hanya mencibir mendengar Chanyeol mulai mengomel lagi. Apa itu dapat dikatakan dengan mengomel? Mollayo~

"Jahat!" pekik Baekhyun sambil mendongak dan memekik tepat didepan wajah Chanyeol.

"Terserah" ujar Chanyeol kemudian melenggang pergi meninggalkan Baekhyun yang masih mempoutkan bibirnya karena kesal dengan sifat pemaksa Chanyeol.

"Aku bisa mati kebosanan namja tiang!" teriak Baekhyun dari dapur tetapi masih dapat didengar oleh Chanyeol, karena suara namja mungil itu benar-benar menggelegar. Namja tampan itu hanya membalas teriakan Baekhyun dengan mengendikkan bahunya pertanda bahwa ia tidak mau tau.

Chanyeol berjalan dengan santai dikoridor kampusnya, bagus ia tidak terlambat masuk kekelas prof. Shin tadi dan itu artinya ia tidak mendapatkan tambahan tugas lagi dari guru killer itu. Chanyeol memasang earphonenya kemudian mulai menyetel lagu kesukaannya dari MP3 yang ia punya. Sedikit menggumam-gumam mengikuti alunan lagu yang tengah memanjakan telinganya saat ini.

Suasana hati namja tiang itu sedang baik saat ini, mata besarnya tidak sengaja menangkap pemandangan indah nun jauh disana. Ada sesosok yeoja cantik dengan rambut yang diikat satu tengah bercanda-canda dengan teman-teman yeojanya. Ia bukan yeoja terkenal tetapi mampu membuat Chanyeol menaruh rasa tertariknya. Dengan kilat ia mengeluarkan ponselnya dan diam-diam memotret yeoja itu.

CREKK

Yapp! Berhasil, sungguh Chanyeol benar-benar mengagumi sosok yang baru saja difotonya tengah melengkung indah ketika Chanyeol memutuskan untuk memotretnya.. bukankah gadis itu sungguh cantik?

Chanyeol tersenyum lebar kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya. ia ingin mengisi perutnya dulu karena tadi pagi tidak sempat sarapan, baru setelahnya ia akan pulang..

Ia mengangkat tangannya dan memesan makanan, setelah ia duduk disalah satu kursi kantin kampusnya. Ia meletakkan tasnya disamping dirinya. Dan ketika makanan pesanannya datang dengan sigap ia mengambil sumpit dan mulai memakannya tapi belum sampai makanan itu menyentuh indra pengecapnya, fikirannya mulai dipenuhi oleh namja yang ia tinggalkan diapartemen sendirian.

"Anak kecil itu sudah makan atau belum ya?" gumamnya bingung. Seingatnya dilemari pendinginnya tidak ada apa-apa hanya ada beberapa bungkus ramen. Tapi yang menjadi pokok permasalahannya, apakah namja manis itu bisa masak ramen? Bagaimana kalau ditempat namja itu tidak ada yang namanya ramen? Kemudian ia nekat mencoba memasaknya dan menghancurkan apartemen Chanyeol?

"Tenanglah Park Chanyeol! Tidak akan terjadi apapun oke" oceh Chanyeol seorang diri kemudian mencoba kembali menyantap makanannya.

Chanyeolm enghempaskan sumpit dengan kasar kemudian dengan cepat menyahut tasnya dan memakainya. Tidak ia tidak bisa tenang sekarang..

"Bibi tolong bungkus makanan ini! dan ahh aku pesan satu porsi lagi tolong dibungkus dua-duanya" ujar Chanyeol dengan cepat.

Namja tinggi itu menggerakkan kakinya dengan gusar ia mengangkat tangannya melihat jam yang bertengger manis dipergelangan tangannya.

Pukul 02.45

Ia benar-benar khawatir sekarang, tanpa sadar namja tinggi itu mengkhawatirkan terbilang baru saja mengenal namja manis itu. Tapi entahlah ia merasakan meskipun Baekhyun selalu menyusahkannya sejak awal pertemuannya tapi ia tidak dapat sedikitpun berpaling dari namja itu.

"Ini pe…"

"Terima kasih bi.." dengan cepat Chanyeol memotong perkataan ahjumma itu dan meninggalkan beberapa lembar uang disana. Ia berlari dengan pasti menuju -kaki jenjangnya kini tengah menaiki sebuah bus yang baru saja akan jalan dari halte.

"Terima kasih Ahjussi.."

Chanyeol berbalik hendak duduk pada salah satu bangku dan ia melihatnya.. melihat gadis yang selama ini ia sukai itu tengah duduk disalah satu bangku penumpang *iyalahyeol masa bangkunya abang supir, lu gila apa? Author dirajang Chanyeol*

Dengan bantuan hati nuraninya ia mendekati yeoja itu dan duduk disebelahnya. Yeoja itu sempat menoleh kearahnya dan tersenyum manis, hal itu benar-benar membuat Chanyeol mati rasa..

"Anyeong, Park Chanyeol kan?" sapa yeoja itu dengan lembut.

"Ne, ahh kau tau aku?"

"Iya, bukankah kau terkenal jelas saja aku mengetahui namamu.." yeoja itu terkekeh dan itu terlihat begitu manis dalam pandangan Chanyeol.

"Siapa namamu?" Tanya Chanyeol basa-basi, hei kalian tentu tidak lupa kan? Kalau Chanyeol menyukai yeoja ini jadi mana mungkin ia tidak tau namanya.

Bahkan si tampan ini tau dengan jelas profil yeoja ini..

Han Eun Ri, mahasiswi jurusan seni music, mempunyai 2 sahabat yang sering terlihat bersamanya selalu mengikat rambutnya dengan ikat satu. Dan eumm masih banyak lagi yang Chanyeol ketahui..

"Han Eun Ri imnida, bangapta Chanyeol-ssi" ujar Eun Ri dengan ramah ia tersenyum manis pada Chanyeol.

"Ahh ne, nado Bangapta.." balas Chanyeol tak kalah ramah, kau harus terlihat baik untuk meninggalkan kesan first impressed yang menarik pada tahap 'pendekatan' seperti ini.

"Dimana Rumahmu, Eunri-Ah?" Tanya Chanyeol dengan Kepo-nya *disembur Yeol*

"Ahh rumahku? Eumm masih beberapa pemberhentian bus lagi baru akan turun, wae Chanyeol-ssi?"

"Ahh jangan memanggilku seformal itu, bukankah kita seumuran? Bolehkan aku mengantarmu?"

"Ahh tidak perlu Chanyeol aku bisa pulang sendiri lagipula aku sudah terbiasa pulang sendiri kok.." tolak Eunri dengan halus ia menggerak-gerakkan tangannya didepan Chanyeol memberi isyarat 'tidak'.

"Gwaenchana, lagipula aku ingin kesupermarket dekat halte tempatmu berhenti nanti.."

"Darimana kau tau kalau didekat halte tempatku turun ada supermarket?"

Chanyeol tersentak, bodoh! Kau Park Chanyeol sekarang kau benar-benar membuat imagemu turun didepan yeoja ini! rutuk Chanyeol dalam hati.

"Chanyeol?"

"Ahh itu, aku pernah tanpa sengaja melihatmu turun disana.." jawab Chanyeol sekenanya, ia tersenyum untuk meyakinkan Eunri.

"Ahh begitu.."

"Heumm ne.."

.

.

.

.

.

.

Baekhyun tengah mengobrak-abrik isi kulkas Chanyeol, ia lapar benar-benar lapar sejak tadi pagi ia tidak makan apapun dan sekarang sudah sore. Baekhyun meringis kesakitan sambil memegangi perutnya, perutnya benar-benar terasa tidak enak.. sakit..

"Huaaaa Yeollie bodoh! Masa ia tidak meninggalkan makanan apapun untukku? Hiks hiks eommaaa" rengek Baekhyun entah pada siapa mungkin pada angin yang tengah berseliweran(?).

Baekhyun kembali kedalam kamar ia berjalan dengan sedikit membungkukan badannya menahan rasa sakit pada perutnya. Namja mungil itu membuka jendela balkon dengan hati-hati, kemudian melangkah keluar dan menyangga tubuhnya dipagar balkon itu.

Matanya menatap orang-orang yang berlalu lalang dibawah sana, menatapnya dengan sendu.. tenaganya hilang begitu saja, ia tidak pernah melewatkan jam makannya selama ini dan sekarang karena diasingkan ia harus rela tidak makan seharian begini?

Sinar matahariyang mulai membiaskan cahaya jingga itu menerpa Baekhyun membuat Baekhyunnampak seperti sebuah lukisan tangan seniman terkenal.. ia menundukkan badannyasambil menggumamkan nama Chanyeol.

"Kapan Yeollie pulang, hiks hiks disini sepi.." isak Baekhyun ia sedikit takut juga ditinggal seorang diri diapartemen yang cukup luas ini. Keluarga Park jelas tak akan membelikan apartemen yang bukan high class untuk anak kebanggaannya itu..

Hingga ia merasa matanya mulai memberat dan tiba-tiba terkatup begitu saja, ia bersandar pada tembok balkon bahkan ia mengigaukan nama Chanyeol..

.

.

.

.

.

.

"Gomawo Chanyeol, eumm sampai jumpa.." ujar Eunri kemudian berbalik masuk kedalam rumahnya. Sedangkan Chanyeol masih saja, enggan pergi darisana..

Hari sudah gelap, matahari telah sepenuhnya terbenam digantikan perannya oleh sang bulan. Chanyeol menghela nafas berat harus meninggalkan rumah Eunri, tapi akhirnya ia berbalik sambil menundukkan kepalanya. Ia memandangi tangannya yang tengah menggenggam sebuah paper bag.. dan tiba-tiba ia terbelalak..

Astaga!

Dengan cepat Chanyeol melangkahkan kakinya, ia berlari dengan begitu kencang hingga tubuhnya seperti menyatu dengan angin.

"Astaga Park Chanyeol bagaimana kau bisa melupakan namja itu! Ishh kau pabo!" rutuk Chanyeol selama perjalanannya menuju halte bis, tapi setelah sampai disana bus yang ditunggunya tidak kunjung datang. Hatinya benar-benar resah saat ini, ia mencemaskan keadaan Baekhyun. nafasnya terengah jantungnya berdebar-debar ia gelisah sangat gelisah..

Chanyeol melihat jam tangannya dan waktu menunjukan pukul 20.00.. bodoh ini pasti karena tadi kau mampir kecafe dulu dengan Eunri dan mengobrol lama disana sampai melupakan niatmu pulang tadi.. bagus kau memang bodoh Park Chanyeol..

Tanpa berfikir dua kali namja itu segera berlari meninggalkan halte, berlari sekuat tenaga agar cepat sampai di apartemennya. Bahkan beberapa orang yang ditabrakinya saja ia abaikan, yang ada difikirannya hanya Byun Baekhyun, namja manis dan imut namun sangat manja polos lugu dan menyebalkan!

"Bagus tinggal sedikit lagi" gumam Chanyeol lega ketika ia melihat gedung apartemennya sudah dekat, tak sia-sia ia berlari meskipun bisa dibilang tidak dekat alias jauh faktanya saat ini ia sudah bisa melihat gedung apartemennya. Nafas Chanyeol memberat, ia bernafas dengan cepat, jantungnya bahkan berdebar-debar dengan kencang menandakan bahwa ia berlari begitu cepat dan dalam waktu yang lumayan lama..

"Baekhyun!" pekik Chanyeol ketika Ia baru saja masuk kedalam apartemennya.

"Baekhyun dimana kau?"

Hening..

"Astaga dimana namja itu?!" gumam Chanyeol frustasi, ia memeriksa seluruh ruangan diapartemennya..

Chanyeol perlahan memasuki kamarnya dan pandangannya langsung tertuju pada jendela balkon yang terbuka.. sehingga angin dapat masuk kedalam kamarnya menghantarkan sensasi dingin ditubuh Chanyeol. Dan mata itu terbelalak mendapati siapa yang tengah terduduk dibalkonnya dengan begitu lemas, tubuh kecilnya hampir kakinya tertekuk kebelakang dan sebelah tangannya memegangi perutnya.. samar-samar ia mendengar namja itu merintih..

"Yeollie.."

"Kapan kau pulang?" igau Baekhyun..

"Baekhyun" panggil Chanyeol, ia bersimpuh dihadapan Baekhyun kemudian mengusap pipinya dengan lembut. Ia miris melihat namja manis itu, ia benar-benar mengecewakan! Bahkan namja itu mengigau-kan dirinya dalam keadaan tidak sadarkan diri saatini. Ia tidak tau kalau Baekhyun menunggunya seharian ini..

"Hiks di.. dingin hiks.." isak Baekhyun dengan mata masih terkatup rapat. Chanyeol memegang pundak Baekhyun yang bergetar.. Jelas saja dingin sejak tadi angin berhembus dengan tidak bersahabat ditambah lagi ini sudah malam. Namja mungil itu juga hanya mengenakan baju sweater Chanyeol yang warna merah muda dan bergambar pororo ditengahnya dan yeahh gambar itu lumayan besar. Seingatnya itu pemberian noonanya dulu dan ia tidak pernah menggunakannya, memalukan fikirnya.

Tapi kenapa kalau Baekhyun yang mengenakannya malah Nampak begitu manis dan lucu? Ia benar-benar terlihat seperti anak kecil dan anehnya Chanyeol malah menyukainya..

Chanyeol mengusap surai Baekhyun kemudian menggumamkan sesuatu..

"Dasar anak kecil" kekehnya lalu mengangkat tubuh ringan Baekhyun dan menidurkannya diranjangnya. Ia menutup jendela dan menarik gordennya.. kembali mendekati Baekhyun, sekilas ia berfikir apa benar namja yang tinggal diapartemennya ini namja? Kalau namja kenapa kakinya nampak begitu mulus dan putih seperti yeoja? Terlebih lagi wajahnya benar-benar seperti yeoja kecil, tingkahnya juga tidak seperti namja?!

Mata bulatnya memandang kaki Baekhyun yang terekspos karena bajunya hanya menutupi sampai diatas lutut saja, astaga! Chanyeol menggelengkan kepalanya, tidak bukan saatnya kau berfikiran aneh begitu Chanyeol. Paboya! Rutuk Chanyeol. Kemudian dengan cepat menyelimuti Baekhyun dan meninggalkan namja manis itu.

'Astaga aku ini kenapa? Ingat kau menyukai Eunri, ya! Hanya Eunri.. sadarlah Park Chanyeol..'

.

.

.

.

.

TBC

Saya engga tau ini ada yang mau baca apa engga, FF ini pernah dipost disalah satu FP di FB.. jadi ini asli milik saya dan sama sekali tidak ada unsur PLAGIAT! hell saya orang yang tidak menyukai Peng-copas-an tanpa izin. karena saya yakin gaada author yg suka FF-nya di-copas begitu aja okehh cukup khotbah-nya

pai~ pai~!