Preview~
Mereka membaca memo itu bersama-sama. Ada kata berbaikan, kesempatan, liburan, bersenang-senang dan banyak lagi yang hanya bisa membuat keduanya mengeram di akhir kalimat karna…
~maaf, tidak ada alat komunikasi, uang, dan pakaian ganti. Bekerja samalah untuk kembali ke Seoul. Tapi, kami rasa kalian butuh refreshing dan kalau mau, kalian bisa tinggal selamanya.. Jadi, selamat menikmati keindahan desa Maehwa…. ~
EVIL PRINCE
(marry me?)
17
Sehun + Luhan
.
Romance, little bit hurt, drama, Yaoi, 16+
.
© ҉ E
.
.
And as a human, saya tidak pernah luput dari kesalahan
.
.
.
.
Setelah sarapan pagi yang sangat canggung dan kaku. Luhan ataupun Sehun tak tau harus melakukan apa lagi selain duduk bersila di atas lantai rumah traditional Korea itu. Mereka duduk berhadapan memandang mangkuk kosong di atas meja yang ada di hadapan mereka dalam diam
"ajoemma?… ajoemma?."
Suara teriakan di luar sana memcah keheningan di antara mereka. Luhan dan Sehun sama-sama mendongak memandang pintu sebelum bangkit secara bersamaan tak mau lama-lama berada dalam kondisi canggung seperti itu.
Sekilas mereka saling memandang satu sama lain sebelum melangkah yang lagi-lagi secara bersamaan menuju pintu dan menggesernya dalam waktu yang sama pula. Orang yang ada di depan pintu memasang wajah senang namun berganti kebingungan mendapati dua sosok asing di rumah Kwon ajoemma
"nugu?"
Luhan memandang pemuda di depan pintu itu kikuk sebelum beralih menatap Sehun yang hanya memasang wajah tanpa ekspresi. Ia lalu kembali beralih pada si pemuda asing di depan pintu
"err… kami dari Seoul. Kwon ajueomma ada di kebun bunga." Orang itu memandang Luhan sambil mengangguk-angguk sebelum beralih menatap Sehun dengan satu alis terangkat
"wae? Kenapa kau menatapku seperti itu?" si pemuda berkata sinis tak suka dengan raut wajah Sehun yang kurang sopan. Mungkin kalau di perkotaan, orang akan maklum di pandangi seperti itu oleh Sehun. Tapi ini pedesaan, jelas itu memancing ketersinggungan
Luhan yang ada di sana coba memberi pengertian agar tak terjadi salah paham. Ia membungkuk sopan pada si pemuda asing memperkenalkan diri. "a-aah~ anyeonghasseyeo, Xi Luhan imnhida. Bagapta, dan dia Oh Sehun. Wajahnya memang seperti itu, jangan tersinggung haha.." Luhan tertawa canggung mendapati dua orang pemuda itu menatapnya lalu si pemuda asing tersenyum menghadap Luhan balas memperkenalkan diri.
"ne anyeong Lee Sung Yeol imnhida. Bagapta Luhan-shii." Sungyeol tersenyum lebar hingga gigi-gigi besarnya terlihat. Ia lalu menceritakan tujuannya datang kesana mengabaikan Sehun yang masih berdiri di sana menyaksikan dua orang itu dengan raut wajah jengkel.
.
.
.
.
"ada banyak jenis bunga di sana. Kau pasti akan menyukainya, Luhan-shii. Biasanya namja berwajah manis sepertimu pasti menyukai keindahan seperti bunga."
Luhan hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Sungyeol yang berjalan beriringan dengannya. Sementara pemuda berkulit putih pucat yang berjalan di belakang mereka hanya bisa mendecih sinis seraya mengukir-ngukir bentuk bibirnya sedemikian rupa mencibir Sungyeol yang dari tadi menurutnya terus bicara omong kosong, bualan, rayuan, terserah apalah itu.
Sialan orang berwajah aneh itu!
Setelah Sungyeol menyampaikan tujuannya mendatangi rumah Kwon ajueomma, ia berniat menghampiri wanita paruh baya itu namun ia mengajak Luhan—yang menurutnya sangat antusias menanggapi—ikut berkunjung ke kebun bunga di ujung desa Maehwa.
Luhan hanya mengangguk setuju karna pikirnya ia tak memiliki kegiatan lain. Hanya saja, ia lupa Kwon ajueomma menitip rumah padanya dan Sehun. Sehun sendiri sebenarnya tidak di ajak, tapi, Sungyeol tetap membiarkannya mengekor. Ia khawatir Kwon ajueomma akan kehilangan sesuatu di rumah jika membiarkan pemuda itu sendirian di rumah Kwon ajueomma.
Apa Sehun terlihat seperti seorang pencuri?
"ah, ya. Aku punya seorang teman di Seoul. Apa kau mengenalnya? Namanya Sungjong, dia imut dan manis sepertimu. Tapi, setelah di pikir-pikir lagi. Kau lebih imut dan manis darinya. Dia juga pernah berkunjung ke desa ini, dan dia sangat suka berada di pinggir danau. Bagaimana denganmu? Apa kau juga menyukai danaunya? Ah~ kau pasti menyukainya, tempat itu sangat menakjubkan asdfgh—"
Sehun Pov…
Rekor baru. Aku baru tau kalau ada orang yang bermulut lebih banyak dari Baekhyun. Aku bahkan tidak tau kapan dia mengambil napas sebelum melanjutkan ucapannya. Pantas saja bibir orang itu sangat tebal, bicaranya sebanyak ini. Mungkin semua ucapannya terkumpul dan berlapis-lapis di bibirnya sampai bibirnya sebesar dan setebal itu, ah~ bahkan giginya bertambah besar setiap ia membuka mulut. Aish! Orang ini
Ku harap air liurnya tidak terciprak-ciprak saat ia bicara karna kalau sampai itu terjadi. Aku akan memotong bibir dan mengosongkan isi mulutnya yang sudah berani meludahi Luhanku.
Wajahnya juga sangat aneh. Dan lebih anehnya lagi, Luhan selalu tersenyum malu-malu mendengar bualannya yang kadaluarsa. 'namja manis sepertimu pasti menyukai keindahan seperti bunga'
Cih!
Apa-apaan itu. Luhan tidak suka bunga bodoh! Dia hanya menyukaiku.
Lagi pula, siapa orang ini berani bicara seperti itu pada Luhan. Dia pikir wajahnya pantas di pandang oleh Luhan saat ia bicara seperti itu? hh… Luhan hanya akan muntah mendapati bibir tebal dan gigi besarmu sialan!
"ah, ya. Aku punya seorang teman di Seoul. Apa kau mengenalnya? Namanya Sungjong, dia imut dan manis sepertimu. Tapi, setelah di pikir-pikir lagi. Kau lebih imut dan manis darinya. Dia juga pernah berkunjung ke desa ini, dan dia sangat suka berada di pinggir danau. Bagaimana denganmu? Apa kau juga menyukai danaunya? Ah~ kau pasti menyukainya, tempat itu sangat menakjubkan asdfgh—"
Luhan bahkan belum pernah melihat danaunya, bodoh. Orang ini benar-benar bodoh atau idiot? Chanyeol saja kalah idiot. Argghh… wajahnya itu sangat menjengkelkan. Ingin sekali aku melayangkan kepalan tanganku hingga merontokkan gigi-gigi besarnya
Dan Sungjong? Luhan pasti tidak mengenalnya karna teman Luhan hanya empat orang sialan yang menyebabkan kami harus bertemu orang aneh ini. Aish! Dia benar-benar berisik. Tak bisakan ia diam sedetik saja?
Suara petasan dalam aluminium kaleng saja kalah telak dengan suara petasan yang keluar dari mulut besarnya.
"kau tau? Rumah kaca di sana di penuhi oleh rumput jalar, jadi kau tak perlu takut kepansan. Kulitmu yang seputih salju ini pasti butuh perawatan yang—"
Tuk!
Sehun pov end
Sungyeol berhenti berceloteh memegang belakang kepalanya yang terkena lemparan batu. Luhan yang melihat itu ikut berhenti berjalan memandang Sungyeol dengan tatapan bertanya, namun bukannya menjawab Luhan. Pemuda berwajah unik itu malah menoleh ke belakang menatap Sehun yang memasang raut wajah tanpa ekspresi diam di tempat
"kau yang melempar batunya?" Sehun hanya mengedikan bahu membuat Sungyeol mengeram mendekat kearah pemuda itu dan menatap Sehun dengan tajam
"sekali lagi, aku tanya. Kau yang melempar batunya?" Sehun balas menatap Sungyeol dengan tajam dan menganggukkan kepala tanpa beban. Seolah-olah apa yang ia lakukan adalah hal biasa
"ne, wae? Kau mau membalasku?"
Greb…
Luhan yang dari tadi hanya berdiam diri berjalan menghampiri mereka. Sungyeol mencengkram kerah jaket Sehun, namun pemuda itu sama sekali tak terganggu. Ia hanya memberi tatapan malas pada Sungyeol membuat Luhan harus melerai mereka karna ia tau, Sehun bukan berarti tidak perduli seseorang berbuat kasar padanya.
Hanya saja, pemuda itu pasti menunggu lawannya bertindak dulu baru ia akan membalasnya lebih dari yang di lakukan lawannya, dan Luhan tidak mau hanya karna hal sepele terjadi pertengkaran di sina
"Sungyeol-shii, sudahlah. Bukankah kau bilang mau menunjukan rumah kaca yang di penuhi bunga itu padaku?" Luhan terlihat cemas. Dua orang itu sepertinya tak mau mendengarkannya. Mereka semakin bertatapan dengan tajam hingga beberapa saat kemudian Sungyeol mengalah melepaskan cengkramannya di jaket Sehun dengan kasar dan mnoleh pada Luhan seraya mengajak pergi pemuda mungil itu meninggalkan Sehun yang menatap geram kearahnya
.
.
.
.
"ajuoemma!" pekik Sungyeol melihat Kwon ajueomma yang tengah memindahkan beberapa bibit bunga hias. Kwon ajueomma menoleh dan tersenyum mendapati Sungyeol juga Luhan berjalan kearahnya.
Mereka berbincang-bincang cukup lama sebelum akhirnya Kwon ajueomma beralih pada Luhan. Bertanya bagaimana bisa ia meninggalkan rumah dan Luhan berkata bahwa ia sudah mengunci pintu juga pagar rumah Kwon ajueomma.
"geurae?" Luhan mengangguk mengiyakan membuat Kwon ajueomma tersenyun karna Luhan sangat teliti menurutnya "Di mana namjachigumu yang tampan itu?" Kwon ajueomma terlihat celingik-celinguk mencari seseorang yang dimaksud
"nde?"
Luhan bertanya dengan bingung, begitupun Sungyeol yang memasang raut wajah tak kalah bingung dan sedikit kecewa. Sementara Kwon ajueomma hanya tersenyum penuh arti menggenggam salah satu telapak tangan Luhan dan mengusapnya pelan
"namja tinggi yang punya kulit putih itu. Bukankah dia namjachigumu? Kenapa kau bersama Sungyeol?" Luhan sedikit berpikir sebelum akhirnya ia mengerti dan hendak menggeleng, menyangkal ucapan Kwon ajueomma namun
"MWO?! Namjachigu? Kau?" Sungyeol menunjuk ke belakang. "dan orang tanpa ekspresi itu?" Luhan menoleh kebelakang dan mendapati Sehun yang entah sejak kapan sudah berdiri di pintu masuk rumah kaca melihat kesana-kemari sebelum akhirnya berjalan menghampiri mereka
Luhan melepas genggaman Kwon ajueomma di tangannya dan menggoyang-goyang kedua tangannya di depan dada bermaksud menyampaikan bahwa mereka salah paham. "a-aniya. Kami—"
"tak usah malu Luhan-shii. Kalian terlihat sangat cocok." Potong Kwon ajueomma menarik Sungyeol berdiri di sampingnya, membiarkan Luhan dan Sehun berdiri berdampingan.
Sehun yang baru datang jelas kebingungan menatap Luhan dan Kwon ajueomma bergantian meminta penjelasan hingga akhirnya teriakan Sungyeol membuatnya mengerti
"NEO? Bagaimana bisa Luhan-shii yang manis dan imut ini menerimamu? Kalian tidak pacaran-kan? Ajueomma pasti bohong. Aish!" Sungyeol beralih menatap Luhan dan menggenggam kedua tangan pemuda itu. "Luhan-shii, kau tau? Pertama kali aku melihatmu beberasa saat yang lalu, aku sudah jatuh cinta padamu. Tolong, jangan membuatku patah hati untuk kesekian kalinya. Katakan bahwa ajueomma berbohong—"
Plak!
Sreeet…
"michiseo?!"
Sungyeol hanya bisa meringis sakit memegangi belakang kepalanya yang baru saja di tepuk oleh Kwon ajueomma. Ia memandang wanita paruh baya itu berniat protes namun Kwon ajueomma lebih dulu memelototinya membuat Sungyeol menunduk seraya mencibir pelan. Kwon ajueomma lalu beralih menatap Sehun dan Luhan yang hanya terdiam mendapati kejadian barusan.
"mian, jangan dengarkan bocah ini." wanita paruh baya itu mendorong kepala Sungyeol ke samping hingga terhuyung membuat pemuda berwajah aneh itu berteriak protes karna Kwon ajueomma semena-mena terhadapnya.
"ah, bukankah kalian tinggal untuk berlibur?"
"ne?"
Kwon ajueeomma tersenyum penuh arti mendengar Sehun dan Luhan bertanya kompak. Ia lalu mengarahkan tangannya ke belakang menunjuk sesuatu masih tetap menatap sehun dan Luhan
"di belakang sana.(ia menurunkan tangannya) ada taman bunga baby breath." Ia lalu menuntun Luhan dan Sehun berjalan kesana. "disana ada banyak yang menarik untuk di lihat. Kada! Kalian pasti akan menyukainya." Kwon ajueomma berhenti membuat Luhan dan Sehun ikut berhenti berjalan dan menoleh pada si wanita paruh baya yang tersenyum seraya mengibaskan tangan menyuruh mereka pergi ke tempat itu.
Sejenak menreka saling bertatapan sebelum akhirnya Luhan lebih dulu melangkah dan diikuti oleh Sehun
Kedua pemuda dengan warna rambut berbeda itu berjalan beriringan dengan perasaan berbeda dan degup jantung seirama. Luhan berjalan semakin menunduk seiring langkah mereka yang semakin jauh dari Kwon ajueomma dan Sungyeol yang merengek protes di sana.
Beberapa pekerja yang berpas-pasan tersenyum pada mereka yang dib alas Luhan dengan senyuman canggung. Sementara Sehun hanya diam berjalan pelan di samping Luhan seraya terus menatap Luhan tanpa di sadari pemuda itu
Menurutnya Luhan yang sedang tersenyum malu-malu ketika ada yang yang menyapa itu lebih menarik dari semua jenis bunga yang ada di rumah kaca. Atau sapaan halo dari para pekerja
Ia bahkan tak perduli jika kakinya menginjak beberapa bibit bunga yang baru saja di budidayakan para pekerja. Atau bahkan beberapa kali bertabrakan dengan pekerja yang tengah membawa bibit bunga dalam keranjang kotak dan membuatnya hampir terhuyung menjatuhkan semua bibit tanaman. Sehun bahkan tak minta maaf. Untuk saat ini rasanya terlalu sayang untuk beralih dari wajah Luhan
Matahari yang cukup terik menerangi wajah Luhan membuat Sehun sedikit memicingkan matanya karna Luhan terlihat bersinar. Entah halusinasi atau bukan, ia mendapati Luhan tengah menatapnya membuat Sehun refleks mengukir senyum di kedua sudut bibirnya. Ia juga melihat Luhan mengeryit seraya menggerakkan mulutnya seperti mengatakan sesuatu. Tapi, yanga ada di telinga Sehun hanyalah irama music klasik yang sedari tadi mengiri langkah mereka
"Sehun-shii?"
Music klasik tiba-tiba berhenti. Matanya semakin memicing sebelum mengerjab beberapa kali. Ia lalu memandang sekitar yang hanya di penuhi tanaman pendek dengan warna-warna berkelompok dan dua pohon bunga maehwa yang sedang mekar di tengah tanaman-tanaman pendek itu.
Sehun lebih meneliti tempat itu lebih jauh. Ada sebuah rumah kaca di samping kiri dengan tanaman liar yang menjalar di dinding kacanya. Rumah kaca itu masih terletak diantara tanaman pendek. Ia lalu kembali menoleh pada pemuda mungil di sampingnya yang tengah tersenyum. Mereka saling bertatapan cukup lama hingga akhirnya memilih meneruskan jalan beriringan kebawah pohon bunga maehwa
.
.
"kau suka?"
Luhan menoleh menatap Sehun yang tengah mendongak keatas berdiri di sampingnya. Mereka menjulurkan tangan kedepan menikmati belaian angin di tanah yang luas itu seraya menunggu beberapa kelopak bunga maehwa berjatuhan di atas telapak tangan mereka yang terbuka
Luhan tidak mengerti. Ia mengangkat sebelah alisnya sedikit berpikir saat Sehun menoleh balik menatapnya. "bunga. (Sehun mengedikan dagunya pada tanaman-tanaman mungil di sekitar mereka) kau suka mereka?"
Sehun tau Luhan tak terlalu suka bunga. Tapi, melihat Luhan yang saat ini begitu menikmati suasana sekitar. Mungkin, pemuda tersepcial di hatinya itu merubah hobinya selama mereka tidak bertemu.
Luhan melirik tanaman bunga-bunga kecil di sekitar mereka cukup lama sebelum mengangguk pelan. Sehun tersenyum sejenak.
"sepertinya aku tidak tau." Luhan menoleh menatap Sehun. "dari fisik kau tampak sama. Tapi, mungkin kau sedikit berubah." Sehun beralih memandang rumah kaca yang lumayan jauh di depan mereka seraya menurunkan tangannya melihat beberapa kelopak bunga maehwa menumpuk di telapaknya
Luhan ikut menurunkan tangannya membuat kelopak-kelopak bunga itu jatuh ke tanah. Ia menunduk. Mereka terdiam dengan suara dengungan hembusan angin. Luhan teringat ucapan Sehun tadi malam. Dimana pemuda itu mengiranya sedang tertidur membuat Luhan sedikit mengukir senyum. Rasa canggung yang meliputinya perlahan lenyap membuat pemuda itu sedikit berani angkat bicara
"nado." Ia mendongak menatap rumah kaca yang jauh di hadapan mereka. "hanya saja, kau kebalikan dariku." Ia lalu menoleh manatap Sehun yang juga ikut menoleh membuat mereka bertatapan. "gomawo." Ucapnya lagi tersenyum. Sehun mengerutkan kedua alisnya sedikit bingung atas dasar apa Luhan berterimakasih
"kau tau? "luhan kembali menoleh kedepan menjulurkan tangan menanti kelopak bunga maehwa, sementara Sehun masih menatapnya. "seseorang yang berkata 'aku mencintaimu' pada orang yang ia sukai, tidak seharusnya mengatakan 'maaf' dikemudian hari saat ia akan meninggalkannya." Ia membuka sela-sela jarinya membiarkan beberapa kelopak bunga jatuh ke tanah sebelum beralih menatap Sehun.
"terimakasih karna kau tidak mengatakannya." Ia lalu tersenyum lagi memandang kedepan. "saat akan berpisah. Kata maaf punya makna yang lebih menyakitkan daripada bersikap acuh."—karna dibalik sikap tak perduli itu. Bisa saja orang yang pergi masih memiliki rasa cinta pada yang di tinggalkan. Sikap seperti itu jelas memiliki alasan dan keadaan yang di paksakan. Sedangkan 'maaf'. Bisa berarti orang itu pergi karna memiliki hati di tempat lain, cinta yang lain.—
Luhan menunduk untuk tersenyum kecil meresapi perkataannya yang hanya bisa ia lanjutkan di dalam hati. Bukankah benar? Buktinya semalam Sehun sudah mengatakannya. Pemuda itu…. masih mencintainya
Luhan semakin mengembangkan senyum membuat Sehun yang sedari tadi memandanginya berkerut bingung. Ia hendak membuka suara menegur Luhan yang tersenyum-senyum sendiri. Namun, sebelum itu terjadi, Sehun merasa ada sesuatu yang jatuh di kepalanya. Bukan kelopak bunga maehwa yang jatuh secara halus. Kali ini cukup keras dan lama kelamaan semakin banyak membuat Sehun harus mendongak untuk mendapati titik-titik air yang berjatuhan
"eoh? Hujan?" Sehun menunduk menatap Luhan yang mendongak keatas seraya mengulurkan tangannya kedepan. Benar, hujan. Tapi, kenapa tiba-tiba? Bahkan langit sedang sangat cerah? Kenapa turun hujan?
"ayo pergi sebelum semakin deras." Luhan hanya mengangguk dan entah sadar atau tidak. Sehun langsung meraih telapak tangan pemuda itu yang terjulur dan mengajaknya berlari bersama kerumah kaca yang lumayan jauh dari tempat mereka.
Namun, belum jauh dari tempat itu. Hujan disertai panas itu semakin deras membuat Sehun merutuki jarak rumah kaca dan dua pohon bunga maehwa di belakang mereka.
Merasa tidak mungkin untuk berlari karna akan sia-sia. Sehun-pun memutar arah kembali ke tempat semula masih membawa serta Luhan di belakangnya. Setidaknya di bawah pohon bunga maehwa itu mereka tidak akan terlalu basah kuyup.
Sesampainya, Sehun langsung menoleh menatap Luhan di belakangnya dan memgangi kedua bahu pemuda itu. Bertanya apa dia baik-baik saja dengan nada khawatir yang membuat Luhan tersenyum senang dan mengangguk.
Tubuh mereka sedikit basah. Sehun memperhatikan Luhan sekilas sebelum melepas jaket yang belum ia lepas sejak bangun tidur dan memakainya di kepala mereka. Coba melindungi tubuh mereka dari titik-titik air hujan dibalik kelopak kecil dan tangkai bunga maehwa
Keduanya duduk berdempetan di dekat batang pohon bunga maehwa dengan tangan Sehun yang menopang jaketnya di atas kepala mereka. Hujan turun semakin deras namun hari tetap cerah dengan matahari yang ikut bersinar
"apa kau kedinginan?" tanya Sehun membuat Luhan yang dari tadi mendongak memandangi hujan beralih menatapnya dan tersenyum seraya menggeleng.
"dingin tidak terlalu berpengaruh karna cuaca juga sedang panas." Mendengar penuturan Luhan yang secara tidak langsung berkata bahwa ia memang kedinginan, Sehun semakin merapatkan tubuhnya kearah Luhan yang kembali tersenyum ikut merapat ketubuh Sehun.
Mereka terdiam memandangi hujan di sertai kelopak bunga maehwa yang ikut berjatuhan. Sehun lalu mendongak di balik jaket yang menutupi mereka. Entah apa yang dilihatnya hingga pemuda itu mengembangkan senyum sebelum beralih menatap Luhan yang masih menatap lurus kedepan
"hey." Sehun menyentak pelan tubuhnya ke tubuh Luhan, membuat pemuda yang lebih kecil darinya itu menoleh. "lihatlah ke atas." Luhan mengerutkan alis bingung namun tetap mendongak keatas hingga beberapa saat kemudian, mulutnya sedikit terbuka dengan kedua mata yang lebih cerah dari sebelumnya. Sehun tersenyum kecil melihat reaksi Luhan yang sudah bisa ia duga dan ia menyukainya
Di atas sana. Di antara dahan, tangkai dan kelopak bunga maehwa terdapat garis pelangi kecil yang diakibatkan oleh dominasi cuaca. Sebuah seruan kecil keluar dari mulut mungilnya sebelum sebuah senyum terukir ditiap sudut bibirnya membuat Sehun yang tengah memandanginya semakin tertarik.
Rindunya kini benar-benar terobati. Setitik harapan melintas di benaknya melihat senyuman Luhan yang sangat indah seperti cuaca saat ini, dimana hujan disertai panas.
"yepeoda~"
"ne, neomu yepeo." Sehun mengiyakan ucapan Luhan. Namun matanya tak beralih dari pemuda itu. "bukankah rasanya seperti ada di empat musim?" Luhan beralih menatapnya sedikit bingung
"musim panas karna ada matahari, namun disaat yang bersamaan juga sedang musim hujan karna air langit ikut turun ke bumi, musim gugur dengan kelopak bunga yang berjatuhan dan musim semi karna ada pelangi." Luhan berpikir sejenak sebelum mengangguk membenarkan. Ia lalu beralih lagi menatap garis pelangi yang perlahan-lahan mulai lenyap.
"tapi, dari semuanya aku berharap ini adalah musim bersalju." Sehun menjeda. Luhan masih mendongak tak ingin melewatkan fenomena pelangi kecil yang perlahan-lahan menghilang. Ia bahkan tak terlalu perduli dengan ucapan Sehun. "agar aku bisa memeluk dan menghangatkanmu." Lanjut Sehun dengan gumaman yang tak jelas di telinga Luhan
Luhan masih tersenyum saat ia beralih menatap Sehun yang juga menatapnya tak berkedip membuat pemuda berbulu mata lentik itu kehilangan senyumnya, berganti raut wajah bingung
"wae?" Sehun hanya tersenyum. Namun Luhan tidaklah bodoh, ia tau tatapan itu. "ah, ya. Maaf aku tidak membawa serta piagammu saat berangkat. Lain kali aku akan membawanya kemana-mana agar aku bisa menyerahkannya padamu jika kita tidak sengaja bertemu." Luhan berbicara seraya menatap lurus kedepan tak ingin terlalu lama bertatapan dengan Sehun karna tubuhnya kembali bereaksi seperti biasa. Mata itu tak pernah kehilangan daya tariknya yang dapat menenggelamkan Luhan
"aku sudah dengar tentang keluargamu." Luhan melirik Sehun sekilas. "maaf jika saat itu aku membuatmu terbebani—"
"anyi." Potong Sehun membuat Luhan kembali menoleh padanya. Sehun berdehem sejenak membuang muka sebelum beralih lagi menatap Luhan. "piagam itu….., kenapa tidak bertemu dengan sengaja?"
"ne?" bingung Luhan mengerutkan alis.
"kau bilang akan membawanya kemana-mana dan menyerahkannya padaku jika tidak sengaja bertemu." Sehun menjeda. "kenapa tidak membuat janji dan bertemu dengan sengaja? Bukankah lebih baik seperti itu dari pada menunggu kapan bertemu tanpa kepastian?"
Mereka terdiam
Luhan sesekali berkedip memandang Sehun. Masih tidak percaya jika Sehun akan mengatakannya secepat ini. Yeah~ secara tidak langsung. Sehun mengajaknya kembali. Fisik pemuda berkulit putih pucat itu memang sedikit berubah. Tapi tidak dengan sikap dan pemikirannya hingga Luhan mudah memahami maksudnya seperti dulu.
Walau piagam menjadi keterkaitan pembicaraan mereka. Namun isi perkataan Sehun bukan sepenuhnya tentang piagam. Piagam bukanlah hal utama. Melainkan—
"bogoshipeo." Sehun menjeda cukup lama. Hujan mulai berhenti saat keduanya masih bernaung di bawah pohon bunga maehwa dan jaket milik Sehun. "mendengarmu bicara tentang keluargaku. Kupikir kau sedikit tau masalahnya." Sehun menjeda lagi. "aku tidak sungguh-sungguh dengan ucapanku waktu itu. Aku—"
"aku tau." potong Luhan tersenyum kecil hingga beberapa saat kemudian senyuman kecil itu perlahan-lahan mengembang, berubah jadi senyuman yang sangat manis dan cerah tanpa beban. Namun, entah kenapa matanya malah mengeluarkan setetes liqud yang membuat Sehun seketika memasang raut wajah khawatir.
"gwenchana." Luhan menghapus aliran sungai kecil di pipinya itu masih tetap tersenyum cerah. "ini melegakan.." ia menghela napas sejenak sebelum akhirnya tertawa pelan. "gomawo. Gomawo karna tidak bersungguh-sungguh mengatakannya. Aku tau kau punya alasan tersendiri mengatakan itu. Dan aku tidak menyesal untuk tidak mendengarkanmu." Luhan tertwa lagi. "rasanya waktu itu bodoh sekali aku menangis di pinggir jalan seperti orang gila. Mengurung diri di dalam kamar dan menangis dengan lantunan lagu sedih di acara perpisahan." Sehun masih diam mendengarkan. "terimakasih karna memberiku kenangan manis yang lebih banyak daripada yang pahit. Aku selalu mengingatnya dan percaya pada kata-kata manismu dulu daripada yang terakhir kali kau ucapkan."
Mereka terdiam lagi. Kedua tangan Sehun masih memegangi jaketnya di atas kepala mereka walau hujan sudah berhenti. Ia tertergun mendengar ucapan Luhan
"ja-jadi?" gagap Sehun masih pada ketertegunannya namun cukup sadar saat Luhan mengangguk dan berkata bahwa pemuda mungil itu juga merindukannya.
"ne nado. Bogoshipeo, Sehun-ah."
(back sound - Lee Jong Hyun 'CN Blue' – my love)
Srett….
Greb….
Dan tanpa menunggu waktu lai, Sehun langsung menyingkirkan jaket yang menaungi kepala mereka menarik Luhan dalam dekapnya yang membuat senyum pemuda mungil itu semakin mengembang sebelum ikut membalas pelukan Sehun yang juga tersenyum di balik bahu Luhan.
"gomawo, gomawo nae sarang."
.
~nae saranga, saranga, gomaun na-eui saranga~
(Cintaku, cintaku, aku sangat berterimakasih cintaku)
~nae jeonbu dasi undaedo gaseume namygeojil sarang~
(cintaku, akan selalu ada meskipun jika aku menghapus segalanya)
~nae saranga, saranga, sojunghan na-eui saranga~
(cintaku, cintaku, kaulah cinta yang paling berharga)
~nae sumi da hal ttaekaji ganjikhal na-eui saranga, nae saranga~
(aku akan menjagamu sampai napasku berhenti, cintaku, cintaku)
.
:Lee Jong Hyung_CN Blue – my love "Ost. A gentleman's dignity"
.
..
.
.
.
Tuk.. tuk… tuk…
Luhan duduk di bangku café sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuk dan tengahnya secara bergantian. Kepalanya ia tumpukan di atas meja memandang gelas berisi air putih bening di hadapannya, sesekali ia menghela napas berat layaknya memikirkan sesuatu.
Jika di ingat-ingat lagi. 4 bulan sekembalinya ia dan Sehun dari desa Maehwa. Satu bulan terakhir ini, Pemuda tinggi yang kini kembali menjalin kasih dengannya itu jarang terlihat. Mereka bahkan sudah terlalu jarang bertemu. Apa lagi mengingat ia dan Sehun tidak dalam kegiatan yang sama
Pertama kali Sehun ke kampusnya waktu itu hanya untuk memastikan keberadaan Luhan. Bukan untuk berkuliah. Sehun sudah menuntaskan S3 nya di London dan kini pemuda itu menjalankan bisnis kakek juga ayahnya. Luhan tau Sehun memang jenius dan sekarang, kekasihnya itu pasti sangat sibuk sampai-sampai tak menyempatkan diri untuk bertemu.
Hhh….
Luhan kembali menghela napas dengan raut wajah yang di tekuk sedemikian rupa. Padahal, baru beberapa bulan mereka kembali menjalin kasih, ia sudah harus menahan rindu. Sehun bahkan beberapa kali tidak menjawab telponnya. Kalaupun sempat, pasti mereka bicara sangat singkat dan hanya banyak diam.
Ah, ya. Cara mereka kembali ke Seoul. Itu karna pemilik pabrik kotoran—pupuk- yang waktu itu sempat membuat sial Chanyeol—di pinggir desa ternyata mengenal Sehun. Padahal Sehun sendiri tidak mengenalnya sama sekali—seperti itu kata Sehun saat Luhan menanyainya—. Orang tua itu bersikap sangat akrab pada Sehun yang hanya diam dan memasang raut wajah tanpa ekspresi.
Waktu itu mereka membantu Kwon ajueomma mengantarkan sekarung daun kering ke pabrik untuk di jual. Dan di situ pula Sehun bertemu si ajjushi sok akrab. Dia bahkan tau nama lengkap Sehun.
Tapi, Sehun yang masa bodoh diam saja tak mau perduli atau memperpanjang cerita hingga seorang pekerja pabrik menghampiri mereka dan berkata bahwa kiriman ke Seoul sudah siap antar. Luhan yang mendengar Seoul-pun langsung tertarik. Ia bertanya banyak pada si ajjushi sok akrab dan memohon izin untuk menumpang.
Bukannya tidak betah di rumah Kwon ajueomma. Hanya saja, dia belum mandi menggunakan sambun berhari-hari dan mengingat tubuhnya semakin lengket karna mereka—Luhan dan Sehun—kembali melakukan aktivitas sepasang kekasih seperti biasa membuat Luhan merasa tubuhnya semakin bau. Sehun yang mendengarnya sempat protes. Ia masih ingin berlama-lama dan berdua-duaan dengan Luhan disini.
Namun rengekan dan ejekan Luhan yang berkata bahwa tubuh Sehun juga sangat bau membuat pemuda berkulit putih pucat itu bungkam membiarkan Luhan terus meminta izin tumpangan. Ia juga tidak mau ketiaknya memiliki bau layaknya ketiak Sungyeol yang baru ia sadari beberapa hari belakangan.
Luhan berterimakasih pada Kwon ajueomma karna mengenankan mereka untuk tinggal tanpa merasa repot dan meminta maaf karna tak bisa lebih lama untuk membantu wanita paruh baya itu mengingat mereka juga punya tanggung jawab di Seoul. Kwon ajueomma memaklumi dan membiarkan mereka pulang ke Seoul setelah si pemilik pabrik menawarkan tumpangan di mobilnya saja
Hhh…
Entah itu helaan napas yang keberapa Luhan juga tidak tau. Walau sudah memilih tempat terbuka di luar café, tetap saja rasa bosan menghinggapinya. Beberapa mahasiswa/I berlalu lalang di hadapannya namun Luhan tak perduli sama sekali, hungga sebuah suara petikan gitar di bangku seberang menarik perhatian Luhan. Pemuda itu mengangkat kepalanya melihat sepasang kekasih yang duduk di meja café seberang tempatnya
Si pria sedang memainkan gitar yang entah kenapa terdengar begitu keras. Seolah-olah petikan gitar yang di mainkannya untuk gadis yang duduk hadapannya itu keluar dari tiap speaker yang di pasang di tiap sudut kampus
Gaseumi dugeun neol saenggakhamyeon
(hatiku berdebar jika memikirkanmu)
Ipsuri binggeut mal georeoomyeon
(bibirku tersenyum jika kau mendekat)
Orang –orang di sekitar berseru heboh mendengar nyanyian si pemuda dan si gadis hanya bisa berblusshing ria. Luhan juga ikut berseru sambil bertepuk tangan. Menurutnya pemuda berwajah sedikit mirip Baekhyun dan Taehyung itu sangat romantic. Suaranya juga bagus dan si gadis berkulit putih pucat itu hanya menunduk malu-malu. Luhan tekekeh
Jeongiga jjirit ni son daheumyeon
(aku merasa sengatan listrik saat menyentuhmu)
Neul kkumkkwoon naega deon deutae
(rasanya semua seperti mimpi)
Luhan melihat sekitar café lingkungan kampus itu mulai di penuhi banyak pengunjung dan suara serta petikan gitar si pemuda memang keluar dari tiap speaker yang ada di tiap sudut kampus. Sebuah microfone kecil terpasang di kerah baju pemuda itu
Tiba-tiba si pemuda dan si gadis yang ternyata laki-laki—Luhan melihat dadanya rata dan juga ia mempunyai jakun. Hanya saja, rambutnya sedikit panjang saat ia membelakangi Luhan tadi—setelah mereka memutar kursi penghadap Luhan dan penonton yang ada di sekitar Luhan.
Luhan tidak yakin, tapi, ia melihat dua pemuda itu menatapnya sambil tersenyum membuat Luhan melihat sekitar untuk memastikan, namun senyuman itu memang terarah padanya. Kini petikan gitar terdengar lagi, padahal Luhan tidak melihat pemuda itu kembali bermain. Hingga pengunjung di sekitarnya berangsur-angsur sedikit menyingkir. Luhan menoleh kebelakang kursinya dengan mata dan mulut terbuka lebar
"Chanyeol? Baekhyun?" pekiknya tanpa sadar. Kedua sahabatnya itu hanya tersenyum menatapnya dengan Chanyeol yang terus memainkan gitar diiringi suara nyanyian Baekhyun
Du nuni banjjak ni jeonhwaomyeon
(kedua mata bersinar jika kau menelfon)
Meoriga ajjil ni moksorie
(kepala pusing jika mendengar suaramu)
Baiklah, Luhan merasa ini mulai aneh. Ia pun celingik celinguk mencari seseorang yang mungkin saja menyiapkan semua ini. yeah~ Luhan memikirkan hal yang ada di drama-drama. Namun nihil, Luhan berdiri tapi tetap tak mendapati orang yang di carinya
Nunmuri geulsseong heeojil ttaemyeon
(air mata membasahi saat putus)
Na baboga doebeoryeonnabwa
(aku mencoba membuang kebodohanku)
Ia melihat Baekhyun berdiri menghampirinya sambil terus bernyanyi, sedangkan Chanyeol tetap di tempat bermain gitar.
"ige mwoya? Apa yang—"
Luhan tak melanjutkan ucapannya saat Baekhyun menuntunnya ke jalanan kampus dan melihat Kai serta Kyungsoo yang berjalan sambil bergandengan tangan disana. Luhan beralih menatap Baekhyun namun tak lagi mendapati pemuda itu berdiri di sana hingga ia memilih memperhatikan Kai dan Kyungsoo
Maeil bogosipeun han saram
(hanya satu orang yang ingin kurindukan setiap hari)
Maeil gatgo sipeun dan han saram
(hanya satu orang yang ku inginkan setiap hari)
Kini berganti Kyungsoo yang bernyanyi, namun Daehyun dan Chanyeol masih tetap mengiringi dengan gutar mereka. Kyungsoo dan Kai berhenti berjalan tepat saat jarak mereka kurang dari 3 meter dari tempat Luhan. Keduanya tersenyum penuh arti yang dibalas Luhan dengan tatapan bingung
Nareul anajwoyo, naega malhaejwoyo
(peluklah aku, katakanlah kepadaku)
Geudaedo nawa gatdago
(kaupun merasakan hal yang sama denganku)
Kai memutar tubuh Kyungsoo yang masih bernyanyi menghadapnya lalu memeluk erat pemuda bermata bulat itu membuat Pengunjung yang mayoritasnya penghuni kampus semakin berteriak heboh menyoraki mereka. Luhan tau ini untuknya, tapi ia masih terlalu bingung untuk terharu
Tiba-tiba beberapa pengunjung berlari mengitari jongin dan Kyungsoo yang masih berpelukan. Luhan melihat Chanyeol dan Baekhyun juga ikut serta. Mereka membentuk barisan panjang dan suara yang terdengar dari speaker bukan petikan gitar lagi, melainkan sebuah music kombinasi
Give it to me love baby I love you
Kini orang-orang yang membentuk barisan di hadapannya mengangkat baner masing-masing hurup yang jika di gabung adalah kata 'I Love You'. Mereka mengangkatnya serempak dengan suara music sebelum berbalik pergi saat bait itu selesai dan bergantikan orang-orang yang datang dari arah belakang Luhan
Give it to me love baby I need you
Mereka juga mengangkat baner serempak dengan gabungan kata 'I need you' lalu berlari ke kerumunan pengunjung yang terus berteriak heboh.
Give it to me love baby I want you
Kali ini baner di angkat oleh beberapa orang yang cukup familiar bagi Luhan. Mereka teman-teman Sehun yang waktu itu di acara kelulusan. Luhan yakin ini perbuatan Sehun. Ia pun sudah ingin berteriak meminta Sehun keluar sekarang juga saat tiba-tiba music berhenti dan suasana hening seketika. Luhan jadi malu sendiri untuk berteriak di keheningan seperti ini
Semua orang melihat kearah Luhan yang kebingungan di tempat hingga beberapa saat kemudian, suara nyanyian tanpa iringan music atau petikan gitar terdengar dari belakangnya
Baraneun geon ojik hana
(hanya satu yang kuharapkan)
Luhan berbalik dan mendapati Sehun yang berjalan pelan sambil tersenyum kearahnya dengan sebuah papan kecil di tangan pemuda itu. Entah kenapa kata-kata yang ingin ia lontarkan sebelumnya lenyap begitu saja setelah melihat Sehun. Luhan hanya bisa tersipu
Geujeo geudae pume yeongwontorok salgi shipeo
(aku hanya ingin hidup selamanya di hatimu)
.
(Sunny – your doll 'Ost. Oh! My Lady' :acoustic ver cover by - Jeon Ki Wook)
Luhan menunduk tak berani memperlihatkan wajahnya yang sudah semerah buah delima. Bahkan telinganya juga ikut memerah hingga suara seruan pengunjung yang tadinya sempat hening kembali terdengar di sertai suara siulan usil.
choah.. choah… choah…
Luhan mendongak dan langsung menoleh kebingungan melihat orang-orang disana yang berseru untuk menerima. Ia pun beralih menatap Sehun meminta penjelasan apa yang terjadi. Namun, belum sempat suaranya keluar. Luhan sudah lebih dulu di suguhi sebuah papan yang dari tadi di bawa oleh Sehun. Papan kecil dengan tulisan 'so, will you marry me?' yang membuat Luhan menggigit kepalan tangannya.
Orang-orang semakin menyoraki Luhan untuk menerima Sehun. Luhan bingung, sebenarnya apa yang ada di pikiran Sehun? Satu bulan tanpa kabar yang jelas lalu tiba-tiba muncul dan melamarnya di depan umum. Ini memang romantic. Tapi Luhan merasa aneh di perlakukan seperti ini hingga—
"shiro!" ucapnya cukup keras membuat semua orang terdiam. Sehun yang memasang raut wajah bahagia berubah bingung. papan di kedua tangannya turun perlahan. Ia hendak bertanya, padahal ia sudah yakin kalau Luhan akan menerimanya. Tapi, "aku tidak mau! Kau pikir kau ini siapa? Pergi tanpa kabar yang jelas lalu tiba-tiba kembali dan memintaku menikah?"
Masih hening. Sehun tengah mencerna ucapan Luhan hingga beberapa saat kemudian ia kembali tersenyum meletakan papannya di dekat kaki mereka dan meraih jemari Luhan untuk ia genggam.
"jika aku berjanji ini kali terakhirku tak mengabarimu. Apa kau akan percaya?" Luhan hanya memasang raut wajah datar. Sehun mengangkat genggamannya di depan dada. "ayolah, aku sungguh-sungguh. Ini terakhir kalinya. Lain kali, aku akan selalu membawamu ikut serta kemanapun aku pergi." Sehun menjeda melirik sekilas papan kecil yang terletak di dekat kaki mereka. "itupun kalau kau. Mau. Menikah. Denganku." Ucap Sehun mengeja di akhir kalimat
Luhan masih menatapnya dengan datar. Namun, siapa yang tau di dalam hati, pemuda itu tengah berbunga-bunga bahagia. Orang-orang yang masih menyaksikan kejadian itu tetap bungkam menunggu jawaban Luhan yang membuat mereka penasaran
"kalau aku tetap menolak." Luhan menjeda membuat semua orang makin pnasaran. "apa yang akan kau lakukan?" Sehun diam sejanak sebelum menghela napas panjang dan melepas genggamannya di kedua tangan Luhan membuat Luhan sedikit was-was
"kau ingat kata yang paling sering kuucapkan padamu setelah kata cinta?" Luhan berpikir sejenak sebelum mengangguk. "kalau begitu lakukan. Lakukan apa yang ingin kau lakukan selama kau menyukainya. Aku tak akan pernah memaksamu untuk mematuhi kehendakku." Sehun menjeda untuk menghela napas lagi. "dan begitupun jika kau tidak mau…. Menikah denganku." Lirihnya di akhir kata namun Luhan masih dapat mendengarnya. "maka jangan menikah. Aku tidak akan memaksa. Aku hanya akan meminta izin padamu untuk menikahi orang lain."
Mereka bertatapan. Luhan berusaha mencerna ucapan terakhir Sehun saat pemuda itu membungkuk untuk mengambil papan kecil di kaki mereka. Sehun kembali berdiri tegak, tersenyum sekilas pada Luhan sebelum berjalan melewati Luhan menghampiri teman-temannya yang berdiam diri tak jauh dari mereka
"ayo pergi. Aku di tolak." Sehun melambaikan papannya yang bergambar emotion sedih keatas. Orang-orang masih terdiam saat Sehun dan teman-temannya mulai bergerak hendak melangkah pergi
Maka jangan menikah. Aku tak akan memaksa. Aku hanya ingin meminta izin padamu untuk menikahi orang lain
Luhan tersadar. Ucapan Sehun terngiang di benaknya hingga kedua mata Luhan melotot sebelum berbalik menatap punggung Sehun. "ANDWE!" pekik Luhan mengagetkan tiap orang yang ada di sana.
Sehun dan teman-temannya berbalik menatap Luhan yang berlari kearah mereka dan langsung menghambur ke pelukan Sehun membuat pemuda bermarga Oh itu tersenyum penuh arti menatap teman-temannya.
"apa maksudmu menikahi orang lain?! Kau berniat menikah denganku atau hanya main-main?! Kenapa berkata seperti itu, eoh?! Kau pikir aku akan mengiizinkanmu?! Andwe!" teriak Luhan menggebu-gebu masih memeluk Sehun. Ia lalu mendongak menatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu. "choahyo! Aku akan menikah denganmu. Jangan menikah dengan orang lain. Kau hanya boleh menikahiku."
"apa kau melakukannya karna terpaksa? Hanya karna tidak ingin aku menikahi orang lain?" selidik Sehun membuat Luhan menggeleng kuat-kuat menyangkal
"aniyo! Aku melakukannya atas dasar kemauanku karna aku mencintaimu.." Luhan menunduk di akhir kalimat membuat Sehun tersenyum
"benarkah? Aku juga mencintaimu." Luhan mendongak menatap Sehun yang juga menatapnya. "tapi aku tidak percaya pada ucapanmu." Sehun membuang muka. "kau juga tidak percaya ucapanku." Luhan menggeleng lagi kuat-kuat
"aku percaya. Sungguh!" ia mengangkat jari tengah dan telunjuknya di depan wajah Sehun, "aku hanya kesal karna kau jarang mengabariku sebulan terakhir. Aku benar-benar menerimamu. Apa bukti selama ini masih kurang untuk membuktikan cintaku?" Luhan meraih wajah Sehun untuk mentapnya. "lihat. Apa aku terlihat membohongimu?" Sehun mengangguk. "kalau begitu, apa yang harus aku lakukan agar kau percaya?" tanpa Luhan sadari. Tangan Sehun membentuk OK sign kearah teman-temannya yang terkekeh karna Luhan masuk perangkap
"menurutmu, apa yang harus kau lakukan?" Sehun malah balik bertanya. Luhan diam sejenak memandangi wajah Sehun sedikit lama sebelum akhirnya, ia sedikit berjinjit untuk menggapai bibir tipis pemuda itu dan menciumnya dengan lembut. Luhan sudah tidak perduli lagi mereka ada di tempat umum dan sedang di saksikan rartusan pasang mata
Teriakan bahagia terdengar dari tiap sudut tempat itu menyoraki Sehun dan Luhan yang tenggelam dalam dunia mereka sendiri hingga Sehun memberi lumatan terakhir sebelum melepas bibir Luhan dan tersenyum pada calon pengantinnya.
"see? Kalian lihat?" Sehun menoleh kebelakang menatap teman-temannya yang saling merangkul memasang wajah bahagia. "kalau begitu, tunggu apa lagi?" dan mereka semua langsung berseru kompak menarik Luhan yang tengah menunduk diikuti oleh Sehun ke suatu tempat
.
.
.
.
.
.
.
END
.
.
.
Epilog~
.
.
.
Sreekk…. Srrek… sreett…
"apa isinya?"
Luhan melongokan kepalanya mengintip isi kotak yang ada di tangan Sehun. Namun pemuda berkulit putih pucat itu lebih dulu menarik pergi kotaknya menjauhkan dari jangkauan Luhan yang langsung cemberut.
"buka hadiahmu sendiri." Sehun menjulurkan lidahnya membuat Luhan mendengus dan beranjak pergi ke kamar baru mereka untuk melakukan ucapan Sehun. Padahal tadinya ia ingin meminta beberapa kotak hadiah dari Sehun.
Huh, sudah menikah atau belum. Sehun tetap memiliki fans yang banyak.
Luhan duduk melipat kaki di lantai dan mulai membuka kotak hadiah pernikahannya dan Sehun satu per satu. Mulutnya terus berkomat-kamit merutuki miliknya yang lebih sedikit dari Sehun. Bahkan hanya bisa di hitung dengan jari
Beberapa saat kemudian ia mulai selesai. Tapi tak ada hadiah yang bermutu. Mr, Key—wali kelasnya semasa high school—memberinya buku peraturan dalam rumah tangga. Apa-apaan itu? Dan Kaisoo juga memberinya sebuah buku. Buku resep masakan, selusin gelas hias juga sebuah panci. Memangnya dia tidak bisa membeli panci? Dasar!. Ada juga sepasang kaos kaki dari Justin dan sebuah dompet cantik berwarna pink dari Selena. Selain itu, Luhan sudah terlalu malas membuka hadiahnya yang mungkin lebih tidak bermutu lagi. Di tambah ucapan selamat yang benar-benar konyol untuknya
Hhh
Luhan menghela napas hendak beranjak namun ia sadar akan sesuatu. Ia tak mendapati hadiah dari dua sahabat troble makernya, ChanBaek. Seingatnya mereka juga membawa hadiah di malam acara tapi kenapa tidak ada di tumpukan hadiahnya?
Tok…tok….tok…
Luhan menoleh dan mendapati Sehun yang berjalan kearahnya. "mencari sesuatu?" Luhan memandangi hadiahnya yang memalukan sebelum cepat-cepat menghampiri Sehun dan menarik pemuda itu keluar kamar, tak ingin Sehun melihat hadiah-hadiah itu yang berujung mengolok-oloknya.
"wae?" heran Sehun menegok ke pintu kamar yang di halangi oleh Luhan. "ada apa di dalam?" Sehun hendak berjalan masuk namun Luhan lebih dulu menahannya dengan memeluk Sehun sangat erat
"ayo duduk disana." Ia menarik Sehun duduk di sofa, dimana terletak beberapa hadiah untuk Sehun yang membuat Luhan sempat terdiam. Lihat perbandingannya. Ada dasi yang pasti sangat mahal, jam tangan, ikat pinggang, kameja, kaca mata dan banyak lagi yang mewah dan sudah pasti itu dari yeoja-yeoja yang mungkin sempat menjadi partner Sehun dulu atau yang hanya mengagumi Sehun.
Luhan berdehem untuk mengalihkan perhatiannya. Mereka lalu duduk di sofa namun mata Luhan masih tak lepas dari barang-barang yang ada di atas meja membuat Sehun terkikik menyaksikan tingkah Luhan. "kalau kau mau, kau bisa memiliki semuanya. Aku bahkan bisa memberimu lebih dari itu." Luhan menoleh dengan binar di matanya
"jinjja?" Sehun menggangguk. "kau tidak akan mengklaim semua hadiah ini untukmu?" Sehun mengangguk lagi dan Luhan langsung berteriak senang memeluknya.
"tapi.." Luhan melepas pelukannya mendengar kalimat tapi keluar dari mulut Sehun. "kenapa kau tidak mulai mengklaim yang itu?" Sehun menunjuk sebuah kotak hadiah berwarna creap dengan pita berwarna putih. Luhan meraih kotak itu dan hendak membukannya namun Sehun lebih dulu meraih hadiah itu lalu menyembunyikannya di belakang tubuhnya membuat Luhan protes
"hei? Kau serius memberiku atau tidak? Kenapa menyembunyikannya seperti itu?" Luhan coba meraih kotak di belakang punggung Sehun namun tidak bisa hingga ia hanya bisa mencibir
"kenapa kau tidak bertanya dulu apa isinya seperti tadi?" Sehun mengulur waktu. Luhan yang kesal hanya bisa mengalah
"baiklah. Apa isinya?"
"ini hadiah dari duo rusuh." Luhan sedikit berpikir sebelum akhirnya mengangguk mengerti.
"kalau begitu cepat berikan. Bukankah seharusnya itu untukku?" Luhan coba menjangkau lagi namun Sehun masih saja menghalanginya
"benar kau menginginkannya?" Sehun berdiri untuk melarikan kotaknya namun bermaksud agar Luhan mengerjarnya dan benar saja. Pemuda mungil itu masuk perangkap
"tentu saja. Aku mencarinya kemana-mana."
"benarkah?" Sehun melompati sofa saat Luhan hampir saja menyentuh kotaknya
"yak! Oh Sehun, kemarikan." Luhan masih terus mengejar Sehun. Kini mereka berputar di sisi meja yang dipenuhi hadiah
"aku akan memberikannya jika kau berjanji untuk tidak akan menyia-nyiakan hadiah ini."
"siapa yang akan menyia-nyiakan hadiah, eoh? Memang isinya apa sampai kau begitu melindunginya?"
"ini sesuatu yang sangat menarik. Kalau kau tak berjanji untuk menggunakannya dengan baik. Aku tidak akan memberikannya."
"ne, ne, ne… aku berjanji akan menggunakannya dengan baik. Aish! Berikan—"
Bruk!
Luhan yang berlari tak terkendali menubruk tubuh Sehun saat pemuda itu tiba-tiba berhenti. Luhan sedikit mengusap hidungnya yang membentur dada Sehun cukup keras membuat Sehun kembali terkikik ikut mengusap hidung Luhan.
"ceroboh." Cibirnya tanpa sadar Luhan menggunakan kesempatan itu untuk merebut hadiahnya dan berjalan menjauh dari Sehun sambil memeletkan lidahnya. "tidak perlu seperti itu. Aku sudah melihatnya dan aku tidak mungkin menggunakan benda 'menarik' itu." Sehun berjalan menyusul Luhan duduk kembali di sofa
"kalau begitu baguslah." Tangannya sudah hendak membuka tutup hadiah namun tiba-tiba ia teringat sesuatu hingga mengurungkan niatnya untuk membuka hadiah dan beralih menatap Sehun yang juga menutapnya
"Sehun, aku ingin bertanya?"
"tentang apa?"
"kenapa kau terburu-buru mengajakku menikah? Kita baru kembali lagi beberapa bulan yang lalu."
"kau ingin tau alasannya?"
"hmm" Luhan memasang wajah penasaran memutar tubuhnya menghadap Sehun sepenuhnya
"benar kau ingin tau?"
"ya, apa?~"
"kau yakin ingin mendengarnya?"
"tentu."
"benar yakin?"
"YAK! Oh Sehun!"
"kkk~ baiklah-baiklah. Alasannya~~~ apa yah?"
"yak, Oh Sehun! Kau ingin mati?!"
"ani, aku ingin punya anak yang banyak darimu."
Hening..
"MWO?!" dan dalam ketercengangan Luhan. Sehun merebut kotak hadiah dari ChanBaek lalu membukanya sebelum mengangkat hadiah itu di depan wajah Luhan yang semakin melebarkan volume matanya bertambah shock.
"thada~ bukankah kau berjanji akan menggunakannya dengan baik?" Sehun menggoyakan-goyang sepasang bikini dengan rok mini itu di depan wajah Luhan sebelum mencocokkanya di depan dada Luhan "kajja!" dan tanpa menunggu banyak waktu. Sehun langsung mengangkat tubuh Luhan memasuki kamar mereka membawa serta bikininya. Mengabaikan tampang sangar Luhan yang sebentar lagi akan meledak seperti—
BLAM!
"BYUN BAEKHYUUUN!"
.
.
.
.
.
.
.
Ell Note :
Endnya sehat bebas NC okay? Lagian moment hunhan di showtime masih ngarus. Ini beneran END dan gak ada sequel. Kenapa? Gak memuaskan? Gak apa, setidaknya Ell udah berusaha di tengah pemikiran yang kacau. Ini End karna Ell gak puny aide lagi buat nerusin FF ini. jadi di tuntasin aja hehehe… :D
Maaf jadinya malah kayak gitu. Tapi seenggaknya happy ending kan? Gak tau kenapa. Pas jelasin kalau ini end. Kenapa berasa kayak ada yang hilang yah?
Yaudah deh. Terimakasih buat semua yang udah berpartisipasi dari awal sampai disini. Kalian emang yang terbaik :D tapi Ell gak bisa nyebut satu-satu . maaff… banget endnya ancur gitu. Mianhae, lo siento, maaf… maaf sekali lagi
Oyak, soal hubungan hunhan yang katanya meregang. Jangan sedih. Terpengaruh boleh tapi juga harus tetap yakin. Lagian, emang Sehun bisa beli guci yang mahal, boneka panda yang besar buat Tao? Adanya entar Sehun kere kalau sama Tao yang banyak biyayanya. Mending Luhan yang sederhana. Lagian, kalau di perhatiin lagi, Sehun sama Tao itu akrabnya Cuma kayak magnae sama magnae. Kasusnya hampir sama kayak Sehun sama Kai. gak kayak Sehun sama Luhan yang keliatan dari hati ke hati #ciee. karna mereka kalau dekattan tuh pasti keliatan malu-malu kucing haha.. biasa kan orang yang saling suka keliatan malu-malu gitu. #ngomong apa sih?
Udahlah, intinya walau ada crack couple. HunHan tetap official kan? Walau salah satunya di pecat. Pasti mereka tetap official. Sehun tetap couplenya Luhan dan Luhan tetap couplenya Sehun. kayak DBSK, biarpun Jaejoong udah keluar, tapi couplenya tetap Yunho. Gitu juga sama SUJU, mereka bahkan ngelakuin skinsip yang lebih ekstrim sama crack couple. Tapi apa? officalnya tetap yang itu-itu aja kan? Jadi yakinlah -_- bahwa HunHan tetap satu -_-" #angkat baner HunHan
Coba deh ingat lagi moment hunhan di idol atletic champion. Bukannya keliatan alami? Keliatan kayak orang pacaran. Kayak beneran. Tapi kalau huntao, mereka keliatan lebih akrab ke teman. Mungkin Sehun mau keliatan perfeck kayak kris karna Luhan kan pernah bilang di acara apa gitu kalau dia suka Kris karna leader mereka itu keliatan cool. Mungkin Sehun pengen ngorek rahasianya Kris dari Tao #? Biar dia juga di bilang cool sama Luhan di suatu acara, bukan Cuma dongsaeng yang imut dan tampan. Buktinya, waktu lomba EXO showtime episode berapa gitu, yang di pinggir pantai, ngegalih tanah tapi batang yang ada di tengah gak boleh roboh. Waktu itu kan Kris Cuma nyentuh pasirnya secuil, eh, Sehun juga ikutan Cuma nyentuh secuil sampe kena protes dari hyung-hyungnya. terus rambut layer dua itu, bukannya Kris juga rambutnya layer dua? Ah! Pokoknya gitu deh. Udahlah, gak ada hutao. Cuma ada hunhan.
Akhir-akhir ini Luhan keliatan sedih yah? Beberapa hari yang lalu dia ke café sendirian. Gak di temenin siapa-siapa. Terus dari beberapa foto Luhan akhir-akhir ini sering banget ke tangkep kamera lagi mandang Sehun tapi Sehunnya malah ngeliat kea rah lain. mungkin ada sesuatu kali yah yang bikin dia ngambek sama Luhan? ah~ atau jangan-jangan masah Kris itu? yah, pokonya mereka pasti ngecontoh sunbae mereka. biar crack, tapi official tetap.
Yaudah, terus dukung HunHan. Siapa tau ada parody drama terus hunhan jadi pemeran utama karna banyak yang dukung.
Good luck. Dan sekali lagi terimakasih buat waktunya…..
Selamat berjumpa lagi di FF berikutnya ^^ sayonara~