Seekor kupu-kupu Diaethria anna mengepakkan sayapnya lembut mengikuti aliran angin musim panas yang hangat, semakin lunglai merendah hingga menjatuhkan keenam kaki kurusnya pada buku jari seorang pemuda yang tengah melangkahkan kakinya pada jalan setapak di halaman depan milik keluarga Uchiha. Pemuda pemilik mahkota kepala crimson senada dengan bulu di sekitar sayap depan sang kupu-kupu itu menarik nafasnya sekali dengan panjang ketika berhadapan dengan daun pintu agam berwarna putih.

Jemari kurus nan pucat milik si pemuda terangkat untuk menekan bel, bersamaan dengan kepergian sang Diaethria anna, yang seolah mengantarkan pemuda bernama Sasori tersebut menuju kehidupan yang garis ceritanya tak pernah terpikirkan di otaknya.

Ting tong.

. . .

A Naruto Fanfiction

Title: 小さな掌 (Chiisana Tenohira)

Author: Kouun

Main Cast: Uchiha Sasuke, Menma, Sasori, Uchiha Itachi

Additional Cast: Uzumaki Naruto (still minor), Uchiha Fugaku, Uchiha Mikoto, dan yang belum terpikirkan xD

Genre: Family, Fantasy, Tragedy, Humor, Angst, Sci-Fi(?), Mystery(?), Romance

Rating: PG-15

Warnings: AU, Shounen-Ai to Yaoi, M-Preg, OOC, typo(s), misstype(s)

Disclaimer: I own this fanfic, Naruto belongs to Masashi Kishimoto-sensei

Feel free to read and comment, enjoy! =)

. . .

Page 1: Chou... Ngengat

"Chou..."

Sasori memelankan gosokan handuk pada punggung seorang Uchiha Menma dan menengadahkan kepalanya saat bocah laki-laki berusia tiga tahun itu menunjuk suatu objek kecil yang beterbangan di bawah langit-langit kamar mandi. Kupu-kupu kecil aneh berwarna cokelat itu terbang tak tentu arah seperti sedang mencari jalan keluar di dalam ruang yang rapat.

"Saso-nii, chou!"

Menma melompat-lompat sembari menatap ke arah mata Sasori, kemudian menatap kembali ke arah benda terbang yang disebut olehnya kupu-kupu. Sasori kembali memandang sang 'kupu-kupu' sebelum tersenyum sekilas dan mulai menggosok rambut sang balita yang basah dengan aroma mint.

"Itu bukan chou, Menma..." Ucapan Sasori lantas mendapat ekspresi bingung di wajah imut Uchiha muda di depannya, "...itu ngengat."

Mendengar kata asing yang baru masuk ke pendengarannya, Menma membuka-tutup mulutnya beberapa kali untuk mencoba melafalkan kata tersebut.

"Nen...nat?"

"Ngengat."

"Neng...ngat?"

Sasori hanya tersenyum, kemudian menyelesaikan pekerjaannya mengeringkan badan Menma sebelum menggandengnya keluar kamar mandi.

"Neng-ngat tidak mau keluar?" tunjuk si bocah berambut gelap pada serangga kecil yang kini diam di pojokan atas tembok.

"Tidak apa-apa, Menma-kun. Ayo cepat, sebentar lagi Fugaku-sama dan Mikoto-sama pulang," ajak sang pemuda berambut merah, menarik si bocah sedikit lebih kuat lagi.

"Tou-chan? Kaa-chan?"

Sasori mengangguk.

Senyum di wajah Menma mengembang, "Yatta...!" Setelah meneriakkannya, anak itu berlari mendahului Sasori yang notabene adalah pengasuhnya, menuju kamarnya.

Sebelum pergi menyusul master muda-nya, pemuda berparas manis tersebut menyempatkan matanya untuk menatap ngengat yang masih bergeming di tembok. Ngengat... sudah lama sekali ia tidak melihat binatang itu. Ngengat... pertanda buruk. Ia memang bukan lagi anak kecil yang percaya bahwa ngengat adalah bentuk lain shinigami, tetapi tetap saja...

...firasat buruk menghantuinya.

. . .

"Tadaima..."

Hal yang pertama dilihat Sasuke adalah adik kecilnya yang manis berlari ke arahnya sambil meneriakkan 'okaeri' dan 'Sasu-nii' dengan lantang, kemudian bergelayut manja di kakinya. Pemuda berkulit pucat yang berlapis peluh itu berjongkok lalu mengusap rambut lebat si bungsu. Di belakang Menma, Sasori berdiri dengan tenang, memperhatikan Sasuke sekilas.

"Mau kusiapkan air hangat? Ini sudah jam 10 malam," tanya Sasori.

Sasuke menganggukkan pelan kepalanya, sebelum meraih tubuh mungil Menma dan membawanya ke dalam gendongan.

"Sebentar lagi aku harus bertarung kembali di olimpiade, jadi mungkin lain kali aku akan menginap di sekolah," jelasnya singkat.

Sasuke termasuk anggota keluarga Uchiha yang bisa dibilang jenius. Semenjak SMP hingga sekarang di tahun terakhir SMA, ia terus ditunjuk sekolahnya untuk mengikuti olimpiade dan selalu memenangkannya nyaris dengan mudah. Beban ujian yang semakin dekat pun tidak dirasakan karena otaknya selalu siap pakai kapan saja.

Semua orang bangga padanya, tanpa tahu bahwa ia memiliki rahasia besar yang sedikit menakutkan dalam hidupnya...

"Otou-san dan okaa-san belum pulang?" tanya Sasuke. Sasori hendak menjawab namun Menma terlebih dahulu sudah menggelengkan kepalanya.

Sudah 1 minggu sang kepala keluarga Uchiha, Fugaku dan istrinya Mikoto mengunjungi cabang perusahaan mereka di Suna yang mulai berkembang pesat sejak belum lama ini didirikan. Dan hari ini rencananya pasangan suami-istri tersebut akan pulang ke Konoha naik pesawat jam 7 malam tadi, namun sampai sekarang mereka masih belum muncul padahal jarak dari Konoha ke Suna tidak begitu jauh. Biasanya hanya memakan waktu satu setengah jam.

Menma menguap lebar di gendongan Sasuke. Tidak heran juga karena ini sudah lebih dari jam tidurnya. Pemuda dengan rambut ala raven tersebut mengusap pelan kepala sang adik yang kini sudah menjatuhkan kepalanya di pundak Sasuke, namun matanya masih berusaha untuk terbuka. Menma yang masih balita tentu saja membutuhkan lebih banyak kasih sayang terutama dari kedua orangtuanya, karena itu mengetahui bahwa Fugaku dan Mikoto pulang hari ini dia bersikeras untuk menunggu di ruang tamu sampai mereka datang. Tapi apa mau dikata, anak kecil tetaplah anak kecil.

Awalnya Sasori hendak memberitahu pada Sasuke bahwa air hangat untuknya mandi sudah siap, namun kala melihat dua tuannya yang sedang dalam situasi sepertinya tidak ingin diganggu, ia mengurungkan niatnya dan memilih menunggu sebentar lagi.

Senyum kecil terkembang di bibir sang pemuda crimson. Sasuke itu... tuannya yang paling aneh, dan naif.

. . .

Brak!

Refleks suara bantingan keras pintu depan membuat Sasuke membuka mata dari ketidurannya. Ia mengedipkan iris gelapnya beberapa kali dan menyadari bahwa Menma masih di dalam gendongannya, tidurnya tak terganggu sama sekali oleh gebrakan yang baru saja dibuat oleh sulung Uchiha, Itachi.

"Uh, Otouto... baru pulang sekolah? Rajin sekali kauuu..." ceracau Itachi sambil sempoyongan. Sasuke hanya menatapnya tak suka. Itachi diberi kepercayaan oleh ayah mereka untuk menjalankan perusahaan mereka di Konoha sementara Fugaku pergi ke Suna dan Itachi pun harus cuti dari kuliahnya. Namun kebiasaan buruk sang kakak membuat Sasuke muak. Lihat saja, tengah malam baru pulang ke rumah dalam keadaan setengah sadar, bau alkohol, lipstik di seluruh leher dan wajahnya, baju acak-acakan...

"Bisakah kau masuk dengan sopan?" balas Sasuke dingin.

Itachi memutar kedua bola matanya, kemudian memcingkannya, "Bisakah kau diam saja? Jangan berkata seolah-olah kau manusia paling tidak brengsek sedunia." Itachi membuka matanya yang memerah dan menyeringai melihat Sasuke yang balas menatapnya tanpa kata-kata. "Heh..."

Pria dengan rentang usia 2 tahun dari Sasuke itu menyampirkan jasnya ke pundak dan kemudian berjalan naik tangga ke kamarnya di lantai atas. Ia bertemu Sasori dan berhenti hanya untuk menatap tajam pemuda yang sepantaran dengannya itu. Tatapan tajam yang penuh kebencian.

Itachi menyeringai tipis, kemudian mempergunakan tangannya untuk mendorong Sasori yang lebih pendek beberapa senti darinya itu ke tembok.

Bruk.

"Apa yang kau lakukan?"

Itachi mendekatkan wajahnya ke wajah Sasori yang terlihat tenang tanpa ekspresi, hanya ada samar suara nafas hangatnya yang saling bersahutan. Seringai Itachi makin melebar, satu tangannya melingkar di leher putih Sasori yang berkeringat, membawanya mendekat hingga terkesan seperti hendak berciuman.

"Kau tahu aku membencimu. Dari dulu. Dendamku tak akan berakhir, Sasori, tidak akan," bisik Itachi, menghempaskan nafas alkoholnya yang membuat si pemuda berambut merah pusing. Ia mendorong putra sulung Uchiha itu agar menjauh, untuk kemudian berjalan ke bawah meninggalkan Itachi yang sibuk mengumpat.

Tidak, Sasori tidak pernah takut dengan Itachi. Ia memang memiliki masa lalu bersama pemuda yang tak pernah ia duga akan menjadi tuannya itu, namun ia sendiri tak memiliki dendam. Setahunya, Itachi adalah pemuda yang egois. Jika ada seseorang yang harus mendendam di antara mereka berdua, orang itu haruslah Sasori... bukan Itachi.

'Hidup ini rumit...'

Sasori mendekati Sasuke yang masih duduk diam di atas sofa dengan Menma yang tidur pulas.

"Biar aku bawa Menma ke kamarnya," tawar Sasori, namun Sasuke menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku akan tidur bersamanya malam ini," ucap Sasuke sebelum beranjak. Menma menggeliat dan membuka matanya yang sayu karena mengantuk selama beberapa detik.

"Chou..." igaunya. "Neng...ngat..."

Kriiiiiiiing.

Dan perhatian mereka segera teralihkan oleh dering telepon yang lebih terasa seperti...

...dering kematian.

"Moshi-moshi, dengan kediaman Uchiha—"

. . .

Ngengat itu pertanda buruk. Sasori yakin itu.

Karena sekarang ia telah berdiri di depan pusara Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto yang meninggal karena kecelakaan pesawat kemarin malam. Semuanya ini seperti mimpi, mimpi buruk yang berlangsung secara cepat dan tiba-tiba.

Akhirnya apa yang disebut 'kehilangan' dirasakannya lagi. Sasori sudah menganggap Fugaku dan Mikoto sebagai orangtuanya sendiri semenjak mereka mengambilnya di panti asuhan dan menjadikannya pengasuh Menma. Mereka sangat baik padanya dan telah mengembalikan senyum yang tadinya sempat menghilang akibat kehilangan orangtua kandungnya.

Itachi berjongkok di depan makam kedua orangtuanya sambil menunduk, mengeluarkan air matanya tanpa suara. Ia menyesal telah menjadi anak yang sama sekali tidak berguna bagi mereka. Bahkan di saat-saat terakhir nafas hidup mereka, ia malah melakukan hal yang sangat melakukan. Itachi membenci dirinya sendiri.

"Otou-san, Okaa-san..." Sasuke, yang berjongkok di samping Itachi, mengeluarkan suara seraknya yang sedikit gemetar, "...maafkan aku yang belum bisa membahagiakan kalian berdua."

Pemuda 18 tahun itu menunduk, mengikuti jejak kakaknya yang menangis dalam diam. Bagaimanapun juga hati baja seorang laki-laki akan runtuh jika ditinggalkan orang terkasihnya.

"A-aku tak akan jadi... pengecut lagi. Aku akan merawat Menma seperti halnya kalian... merawatku sewaktu kecil. A-aku tak akan lari lagi..." Suara Sasuke semakin gemetar dan ia menunduk makin dalam. Itachi mengangkat wajahnya yang berair dan mengusap kepala adiknya dengan lembut, berusaha menenangkannya. Itachi sadar ia sering bersikap kasar pada Sasuke, namun bagaimanapun rasa sayangnya sebagai kakak jauh lebih besar dari kebencian yang selalu dikoar-koarkannya selagi mabuk.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari kakaknya, membuat Sasuke semakin tenggelam dalam kesedihannya. Namun ia kembali bangkit. Diusapnya air mata yang membekas di pipinya dan lalu beranjak. Ia menghampiri Sasori yang sudah berada agak di belakang, sedang menggendong Menma.

"Sasu-nii?" tanya Menma dengan nada sedih. Anak itu memiliki mata yang merah dan kantung yang tebal karena terus menangis. Ia menangis karena tahu bahwa ia tak akan pernah bertemu lagi dengan Fugaku dan Mikoto—orang yang telah banyak memberikan kasih sayang untuknya.

"Hn," Sasuke tersenyum kecil sambil memandang Menma yang seperti hendak menangis lagi. Dan genangan air pun sudah terbentuk kembali di kantung onyx Sasuke. "Mulai sekarang Sasu-nii akan menjadi tou-chan Menma."

Menma terlihat bingung, namun ia tak berkata apa-apa dan membiarkan Sasuke menggendong serta memeluknya.

Sasori tertegun. Ia hanya berharap Sasuke benar-benar telah menyadari posisinya yang sebenarnya untuk Menma, anak kandungnya.

つづく

A/N: Ebujet Sasu ooc beud ya? xD Ini adalah FF yaoi pertama saya di fandom Naruto, jadi maaf kalau banyak kekurangan, kesalahan, dan kemiskinan ide (?) T^T Sangat mendayu-dayu di chapter pertama, tetapi chapter 2 tidak akan semendayu ini dan lebih cenderung ke highschool romance & humor(?). Daaannn... let's meet with Menma's mother in next chapter XD (kalo ada yg mau dilanjutin sih ff jelek ini). Sumpah deh ini FF alakadarnya banget, silakan review yg panjang... segala kritik serta flame saya terima dengan lapang dada. Minimal 10 review (atau kritik, atau flame) maka saya usahakan update cepat. Jaa!

Kouun.