Naruto©Masashi Kishimoto

Warning: Fanon, OOC, Typo(s), Humor (Failed), etc

Don't Like Don't Read

.

.

Naruto berdiri kaku, matanya masih melotot tajam pada Sasuke. "K-Kau!" tunjuk Naruto, "TEME! ANAKMU SANGAT IMUT. APA AKU BOLEH MENDAFTAR UNTUK MENJADI SUAMINYA KELAK!" teriak Naruto membuat semua orang yang tengah menikmati sajian dari Mikoto menutup telinga mereka yang berdarah.

"Cih, bagaimana kau bisa disini, Dobe!" desis Sasuke sembari melindungi Sakura dari jangkauan Naruto.

Semua penghuni rumah menatap aneh Sasuke, yang dibalas dengan silau tajam oleh pemuda Uchiha itu. "Apa?" kesalnya.

Tidak ada yang ingin berurusan dengan Sasuke kali ini, semua anggota Akatsuki kembali melanjutkan kesibukan mereka menyantap makan malam. Tetapi dalam hati, mereka semua menertawakan pertanyaan konyol Sasuke.

Naruto yang masih terlalu terkejut dengan kehadiran gadis yang ia anggap sebagai putri dari Sakura dan Sasuke, mengabaikan hidangan yang terlihat sangat menggiurkan di atas meja. Anak tunggal dari Namikaze Minato itu mengambil kursi dan duduk di samping Sakura, tetapi dengan cepat Sasuke sudah memindahkan Sakura ke kursi kosong di sebelah kananya tempat ibunya tadi duduk.

Mengabaikan silau keras Sasuke, Naruto masih menatap Sakura dengan berbinar. "Anakmu benar-benar mirip Sakura-chan, dia sangat sangat sangat manis dan imut," puji Naruto. "Kalau aku tidak mendapatkan ibunya, anaknya boleh juga. Bagaimana Teme?" tanya Naruto dengan pandangan yang tidak lepas dari Sakura.

Bletak!

"Awww…!"

Naruto menyipitkan matanya pada Sasuke. "Apa-apaan itu?" geramnya kesal sembari mengusap pucuk kepalanya yang terasa nyeri.

"Jangan bermimpi!"

Sakura yang awalnya sedang awalnya sedang asyik menikmati santapannya merasa terganggu dengan kelakukan Sasuke dan Naruto. Gadis kecil itu lalu berdiri di atas kursinya kemudian mengambil sendok sayur bening dan mendaratkannya di atas kepala kuning dan hitam.

Beletak!

"Heh?!" Naruto menatap Sakura kaget.

Sedangkan Sasuke, ia memberikan geraman rendah, "Sakura!" desisnya.

Sakura mengabaikan mereka, ia kembali menghabisi sisa tiga tempura udang yang masih tersisa di piringnya. "Naruto-nii dan Sasuke-kun berisik," gumamnya.

Dan ruangan itu penuh dengan tawa yang berasal dari semua anggota Akatsuki. Untunglah Fugaku dan Mikoto memilih makan malam pribadi, jadi mereka tidak akan terganggu oleh keributan ini.

Naruto yang masih belum mengerti keadaan, memilih untuk untuk mengambil piring dengan nyawa yang seperti tinggal setengahnya.

.

.

"MWAHAHAHA…"

Naruto tidak bisa menghentikan tawanya, sudut matanya sedikit basah akibat tawanya yang tak kunjung selesai. Di depannya, Sasuke mendengus sebal sembari membelai kepala Sakura yang tengah duduk di pangkuannya sibuk mengemut ujung butut boneka dino miliknya dulu. Melihat hal itu, mengingatkan Sasuke akan dirinya dulu. 'Memalukan' batinnya.

Salahnya juga sih, Sasuke yang enggan menceritakan kejadian yang menimpanya pada Naruto, dan Naruto memilih bertanya pada Itachi. Sasuke yakin, Itachi pasti memberikan bumbu-bumbu pada ceritanya biar lebih gurih. Che, sial!

"Diam, Dobe!" perintah Sasuke, karena sudah sepuluh menit Naruto masih menertawakan dirinya.

Naruto menggeleng, "Kau sial sekali, dan aku benar-benar merasa kasihan terhadapmu," ejek Naruto. "Dan bagaimana jika Sakura-chan tidak bisa kembali seperti semula, kau akan terlihat seperti seorang pedo, Teme," imbuh Naruto panjang lebar.

Dan sekarang semuanya masuk akal bagi Naruto. Seminggu setelah pernikahan Sasuke dan Sakura, ia sama sekali belum pernah bertemu dengan sahabat perempuanya itu. Sasuke juga selalu menghalangi dirinya jika ia ingin berkunjung ke rumahnya, ia juga mengasumsikan kalau kabar mengenai Sakura ini belum mencapai telinga teman-teman mereka lainnya. Dan juga, ketika ia diseret oleh Sasuke untuk belanja tadi. Jadi, semuanya untuk Sakura.

Sejenak, Sasuke memikirkan perkataan Naruto. Menggelengkan kepalanya, Sasuke mengecup pucuk kepala Sakura yang sudah terlelap di dekapannya. "Pulang sana!" desis Sasuke.

"Eh, mau kemana kau?!" Naruto berteriak pada Sasuke yang meninggalkannya dengan Sakura digendongnya. Kemudian desahan pasrah keluar dari mulut Naruto, ia mengerti ini adalah isyarat baginya untuk pulang.

.

Sasuke membaringkan Sakura di ranjang mereka, menarik selimut hingga menutupi bahu mungilnya. Tersenyum tipis, Sasuke mengecup kening lebar istri mungilnya lalu turun ke pipi porselen gadisnya. Ketika akan mencapai bibir peach Sakura, Sasuke menegang. 'Aku seperti pedofil' pikirnya kemudian mengurungkan niatnya mengecup bibir menggoda istrinya. Kalau saja, kalau saja Sakura itu normal. Setelah mematikan lampu tidur, Sasuke berbaring pelan di samping Sakura. Dan tidak butuh waktu lama hingga matanya terpejam.

.

.

Suara ribut dari kamar mandi membuat Sasuke terbangun, chakra-nya melonjak ketika mendengar suara cekikikan dan tawa rendah memasuki gendnag telinganya. Dalam satu detik, Sasuke sudah berada di kamar mandinya dengan mata merah menyaksikan pemandangan yang membuat kedutan di dahinya.

"Apa yang kau lakukan dengan istriku?" geram Sasuke, menekankan kata istriku.

Sakura yang tengah berendam di bathtub hanya tersenyum melihat suaminya sudah bangun. "Ayo mandi denganku, Sasuke-kun," ajaknya polos dengan wajah berbinar.

Mengusap pucuk kepala Sakura, Sasori terkekeh dengan suasana yang menurutnya lucu ini. "Aku hanya memandikan Sakura, memangnya kenapa?" tanya Sasori balik. Tentu saja, Sasori dapat merasakan aura mencekam yang muncul di sekeliling Sasuke, tetapi ia mengabaikannya. Menurutnya hal ini sangat lucu.

Tidak bisa menahan amarahnya lagi, Sasuke mengambil leher Sasori dan menyeretnya keluar dari kamarnya. "Jangan pernah mendekati istriku lagi!" kata Sasuke memperingatkan.

Sasori menyeringai," Kau ini jahat sekali Sasuke-kun, memisahkan seorang kakak dengan adiknya." Sasori menampilkan wajah seolah sedang terluka.

Sasuke mendengus, "Sejak kapan Sakura menjadi adikmu, bodoh!"

"Sejak pertama kali aku bertemu Sakura," jawab Sasori enteng yang membuat Sasuke seolah ingin meledak.

Brakk!

Sasuke menutup pintu kamarnya dengan sekuat tenaga karena kesal, sedangkan Sasori hanya terkekeh di luar.

"Jangan macam-macam denga adikku, Uchiha!" teriak Sasori sebelum meninggalkan kamar Sasuke.

Di balik pintu, Sasuke menggeram kesal. "Sakura bukan adikmu kepala merah sialan, dia istriku!" desisnya.

Mungkin nanti, Sasuke harus melindungi kamarnya dengan chakra agar kejadian pagi ini tidak terulang lagi. Oh tidak, Sasori sialan itu telah melihat kemurnian istrinya. Sepertinya ia harus memberi pelajaran untuk Sasori nanti. Sasuke menyeringai, menyiapkan rencana balas dendamnya.

"Sasuke-kun tidak ikut mandi?"

Pikiran Sasuke tersentak dari rencanaya, lalu mata Sasuke melebar melihat Sakura yang sudah berdiri di depannya. Jantungnya berdetak lebih kencang, iris kelamnya seolah terhipnotis oleh pandangan di depannya. Tetes air yang jatuh melewati bahu mungil Sakura, mata emerald yang berbinar dan pipi porselen serta bibir kemerahan yang sangat menggoda untuk—

Sasuke menggelengkan kepalanya, ia harus menghentikan pikiran-pikiran itu.

"Wajah Sasuke-kun memerah," Sakura menyatakan.

Sasuke mengalihkan pandangannya dari tampilan Sakura di depannya. Mendesah berat, Sasuke mengangkat tubuh Sakura dan membawanya kembali ke kamar mandi. "Kalau saja, kalau saja kau itu normal Sakura," gumamnya ketika menempatkan Sakura kembali ke dalam bathtub.

.

.

Setelah melewati mandi pagi yang menguras emosi dan pengendalian diri, Sasuke akhirnya keluar dari kamarnya dengan Sakura gendongannya. Ketika berjalan melewati kamar kakaknya, ia bertemu dengan Deidara dan Kisame yang tersenyum cerah kepadanya—lebih tepat kepada istrinya.

"Jangan menampilkan wajah memuakkan seperti itu, Sakura ketakutan," ujar Sasuke saat melewati dua orang yang tengah mengucapkan selamat pagi pada Sakura.

Bertolak belakang dengan yang dikatakan Sasuke, Sakura malah melamai-lambai pada Kisame dan Deidara. "Ohayou Deidara-nii juga paman Kisame."

Sasuke mendelik, "Jangan berbicara dengan orang-orang aneh, Sakura," kata Sasuke mengingatkan.

Sakura menatap Sasuke bingung, "Kenapa? Bukannya Sasuke-kun juga aneh."

"Ckk, aneh-aneh begini aku juga suamimu, bodoh!" geram Sasuke, seolah mengakui kalau dia juga orangnya aneh.

Sakura terkikik membuat Sasuke mengernyit bingung, "Kenapa?" tanyanya dengan dahi mengerut.

"Sasuke-kun aneh," jawab Sakura enteng.

Bagus, sekarang Sasuke dibilang aneh oleh istrinya.

.

.

"Dimana aku akan menemukan bunga itu?" Sasuke berdiri dengan tangan bersedekap di depan dada. Mata elangnya menatap tajam sosok Tsunade karena telah membuat hidupnya rumit begini.

Sasuke berada di kantor hokage bukan karena ada misi dari desanya, tetapi karena ini ada hubungannya dengan Sakura jadi ia dengan sukarela menerimanya. Ketika dirinya tengah sarapan dengan Sakura tadi pagi, Shizune datang memberitahunya kalau ia menemukan cara agar istrinya bisa kembali seperti semula, tanpa harus menunggu berbulan-bulan. Karena itulah Sasuke berdiri di depan hokage sekarang tatapan tajam yang selalu hadir ketika berurusan dengan Tsunade.

Tsunade mendesah, "Jangan melihatku begitu Uchiha, aku akan berusaha membuat istrimu kembali seperti sediakala," ujarnya. Jujur saja, kadang Tsunade merasa rish karena ditatap tajam oleh pemuda itu, bukan apa-apa hanya saja tatapan yang diterimanya membuatnya kadang-kadang merinding.

"Cih, kalau saja ini tidak berhasil. Aku akan membuatmu merasa seperti yang kurasakan sekarang," ancam Sasuke.

Tsunade memijit keningnya, "Terserah apa katamu," gumam Tsunade kemudian melemparkan sebuah gulungan berisi peta pada Sasuke, "kau harus pulang sebelum malam, bunga itu hanya mekar siang hari dalam sekali setahun," jelas Tsunade. "Dan sekarang enyah dari pandanganku, Uchiha!" usir wanita itu.

Sasuke mendengus, dan dalam sekejap ia sudah menghilang dari pandangan Tsunade.

.

Sasuke melompat dari atap ke atap rumah penduduk Konoha, sekarang tujuannya adalah mencari Naruto untuk menyeretnya ikut mnecari bunga itu. Sasuke bukannya tidak percaya dengan kemampuan dirinya, tetapi tenaga dua orang lebih baik dari satu orang.

Setibanya di kedai Ichiraku, Sasuke langsung menyeret Naruto yang masih sibuk dengan ramennya.

"Owoo Teme! A-Apa yang kau lakukan?"

Sasuke mengabaikan protes dari Naruto, ia terus menyeret Naruto hingga mencapai gerbang Konoha.

"Aku belum menghabiskan mangkuk keempatku," kesal Naruto.

"Diamlah, Dobe! Aku akan mentraktirmu nanti," balas Sasuke. kembali, Sasuke menyeret Naruto masuk ke dalam hutan.

Setelah menjelaskan tujuannya menyeret Naruto, Sasuke kemudian memberikan gulungan yang diberikan Tsunade agar Naruto bisa melihat bentuk bunga yang dicarinya.

"Teme, kenapa harus repot-repot mencari bunga ini. Aku sangat menyukai Sakura-chan yang sekarang, dia sangat imut." Naruto tersenyum membayangkan bentuk Sakura di pikirannya.

Bletak!

"Awww… apa yang kau lakukan?" Naruto mendelik kesal pada Sasuke.

Sasuke mendengus, "Jangan berpikir yang macam-macam tentang istriku!" desis Sasuke memperingatkan. "Mungkin kau senang, tapi aku frustasi bodoh!" curhatnya kemudian.

Naruto tergelak, untuk pertama kalinya ia mendengar Sasuke mengeluh padanya tentang Sakura. "Kalau aku jadi kau, aku pasti frustasi juga. Apalagi dengan tragedi malam pertamamu." Naruto sengaja berkata seperti itu hanya untuk membuat Sasuke lebih kesal dan frustasi.

Dan Naruto menyeringai puas saat melihat Sasuke menghadiahkannya tatapan tajam, yang tentu saja ia sudah sangat kebal.

"Ckk, tutup mulutmu Dobe!"

.

.

"Deidara! Apa yang kau ajarkan pada Sakura, bodoh?!" Itachi berlari menghampiri Sakura dan langsung menggendongnya ketika Deidara menyuruh Sakura untuk membuat ledakan kecil dari burung tanah liat.

Deidara menatap kesal Itachi, "Kau menganggu saja, Sakura sudah bisa mempelajari seniku dengan baik. Tuh, pohon bonsainya sudah gosong akibat seni ledakan yang kuajarkan pada Sakura." Deidara tersenyum bangga dengan hasil didikannya.

Itachi melotot, "Kau membahyakan adikku, bodoh!" geram Itachi. Lalu perhatiannya menuju pada Sakura di gendongannya yang sedang membentuk adonan di tangannya membentuk burung.

"Sekarang tinggal diledakkan," gumam Sakura.

Dan sebelum hal itu terjadi, Itachi dengan sigap membuang burung tanah liat itu sebelum meledak.

Duarr!

Sakura kagum dengan seni ledakan yang diajarkan Deidara, dan Deidara tersenyum bangga dengan kemampuan murid pertamanya. Sedangkan Itachi, pemuda itu memberi delikan tajam pada rekan pirangnya yang tentu saja tidak ditanggapi.

"Jangan dekat-dekat dengan Sakura lagi!" Itachi memperingati kemudian membawa adik iparnya masuk ke dalam rumah.

Deidara memutar bola matanya, "Adik kakak sama saja," gumam Deidara.

.

.

"Itachi-nii, Sasuke-kun kemana? Aku bosan di rumah terus," rengek Sakura.

"Dia sedang ada misi," jawab Itachi tanpa mengalihkan pandangannya dari gulungan yang sedang dibacanya.

Sakura merengut kesal, pipinya menggembung dengan bibir dikerucutkan. "Aku bosan, aku ingin main di luar," pintanya.

Itachi menatap Sakura. Dia tidak tega membiarkan Sakura terus terkurung bersamanya, aplalagi ketika melihat wajah memohon Sakura.

"Boleh?" tanya Sakura penuh harap.

Itachi megangguk membuat Sakura tersenyum girang dan melompat-lompat kesenangan.

"Arigato, Itachi-nii."

Itachi membalasnya dengan senyuman ditambah kecupan singkat di pipi gadis itu. 'Mumpung tidak ada Sasuke' pikirnya menyeingai. "Tapi jangan pergi terlalu jauh, di sekitar komplek Uchiha saja, ya," titah Itachi.

Sakura mengangguk lucu, lalu berlari kecil keluar dari kamar Itachi.

.

.

.

"Pulanglah mandi, bodoh!" titah Sasuke setibanya di depan pintu gerbang Konoha. Sekilas ia melirik Naruto yang penuh dengan lumpur di tubuhnya, "Kau terlihat menjijikkan."

"Memangnya siapa yang membuatku begini?" Dengan kesal Naruto mencak-mencak di depan Sasuke.

"Hn, terima kasih" balas Sasuke, dan ia berlalu dari hadapan Naruto dengan bunga ungu di tangannya.

Naruto merengut, "Bagaimana sih aku bisa bersahabat dengan bajingan seperti dia," geramnya, "Sakura-chan juga, bisa-bisanya menikah dengan si ayam menyebalkan itu." Naruto terus menggerutu sepanjang jalan pulang.

.

Hari semakin sore, Sasuke terus melompat dari atap ke atap untuk mencapai kantor hokage. Meskipun misinya ini sangatlah mudah, tetapi tetap menguras chakra yang lumayan. Ketika melihat tujuannya sudah dekat, Sasuke mendesah lega dan ia masuk mealui jendela yang terbuka.

"Cepatlah buat ramuannya!" titah Sasuke langsung pad Tsunade yang tengah sibuk dengan file di mejanya.

Tsunade mendelik tidak suka, "Mana sopan santunmu, Uchiha?" ia mempertanyakan.

"Cepatlah, kembalikan istriku seperti semula," geram Sasuke tidak mempedulikan ucapan Tsunade.

Karena tahu tidak akan mennag dari perdebatan ini, Tsunade kemudian mengambil bunga di atas mejanya dan berdiri dari kursinya. "Aku akan mengantarkannya nanti malam, tunggu saja." Ia kemudian meninggalkan ruangannya mengabaikan Sasuke yang masih diam di kantornya.

Sasuke menatap nanar pintu yang tertutup, awas saja kalau tidak berhasil membuat Sakuranya kembali. Hokage menyebalkan itu pasti akan menerima konsekuensinya.

.

.

.

Sasuke menyeringai ketika tiba di komplek Uchiha, ia sudah tidak sabar bertemu dengan istrinya. Dia tidak menyangkalnya, Sakura yang sekarang ini memang ngangenin tapi bukan berarti Sakura normal tidak ngangenin. Hanya saja, Sakura yang sekarang memang butuh perlindungan ekstra darinya mengingat istrinya tidak bisa melindungi diri sendiri dari tangan-tangan jahil di sekitarnya.

Kemudian, suara anak laki-laki mengundang perhatian Sasuke yang membuatnya mengaktifkan sekilas sharingan-nya.

"Aku suka Sakura-chan, menikahlah denganku."

Sasuke melihat seorang bocah dengan rambut coklat berlutut di depan istrinya sembari mengacungkan setangkai bunga pada Sakura.

"Menikah?" Sakura kecil menatap polos teman barunya itu, ia sama sekali tidak mengerti maksudnya.

"Iya, aku adalah pangeran dan Sakura-chan adalah putrinya," jelas bocah lelaki yang sudah berdiri kembali.

Sakura mengerutkan keningnya, masih belum paham sepenuhnya. Tetapi gadis itu mengambil bunga liar yang disodorkan oleh bocah lelaki di depannya.

Melihat pemandangan di depannya, Sasuke menggeram kesal. Dia cemburu, Sasuke cemburu dengan bocah sialan yang berani melamar istrinya. Dia saja tidak melamar Sakura seromantis itu, dan sekarang bocah itu berlagak seperti seorang pangeran yang mencoba mengambil istrinya. Ini tidak bisa dibiarkan.

Dengan langkah tegap, Sasuke menghampiri dua bocah berbeda gender yang tengah berdiri di depang pagar rumah dari rumah salah satu anggota klan Uchiha. Ketika bocah menyebalkan itu akan mencium punggung tangan istrinya, Sasuke secepat kilat merebut Sakura lalu menggendongnya.

"Jangan menyentuh istriku, anak nakal!" desis Sasuke. Tidak lupa juga ia menghadiahkan sebuah tatapan mematikan pada bocah di depannya.

Sakura yang terkejut dengan tindakan Sasuke mendengking kaget, tetapi melihat siapa yang menggendongnya gadis kecil itu langsung tersenyum sumringah. "Sakura kangen Sasuke-kun!" serunya senang. Kedua lengan mungilnya melingkar erat di leher suaminya.

Sejenak, Sasuke melupakan kekesalannya pada bocah yang tengah menatapnya takut. Dengan senyum sangat tipis, Sasuke kemudian mengecup sekilas kepala Sakura yang berbaring di lehernya.

Kembali, ia menetap bocah itu lagi, "Jangana dekat-dekat dengan istriku lagi, bocah. Kau juga bukan pangeran, kau itu hanyalah bocah ingusan yang cengeng." Sasuke menyeringai melihat anak lelaki yang seumuran dengan Sakura itu. Dan tidak ada sedikitpun rasa kasihan saat bocah itu menangis sesenggukan dengan tangan terkepal. Sasuke masih kesal, beraninya bocah ingusan itu melamar istri tercintanya.

"Sasuke-kun, jangan memarahi Naoki." Sakura yang melihat teman barunya menahan isak karena dimarahi oleh Sasuke memberontak turun dari gendongan. Tentu saja, Sasuke tidak membiarkannya. Pemuda itu semakin memperkuat pegangannya pada tubuh Sakura, namun tetap berusaha untuk tidak menyakitinya.

"Aku tidak memarahinya, hanya mengingatkan," jelas Sasuke pada istrinya.

"Tapi kenapa Naoki menangis?" Sakura mempertanyakan. Mata beningnya menatap Naoki penuh kekhawatiran.

Sasuke mendengus, "Karena dia cengeng," jawabnya.

"Tapi dia 'kan cuman anak kecil, Sasuke!"

Sasuke langsung melirik Itachi yang sudah berdiri di sampingnya. "Memangnya kenapa? Dia sudah berani menyentuh Sakura-ku," kesal Sasuke.

Itachi menggeleng, kemudian mengangkat Naoki dan menggendongnya. "Bisa-bisanya kau cemburu dengan bocah seperti ini, Sasuke." Itachi memutar matanya, tangan kanannya mengelus pelan pundak bocah yang ada di gendongannya.

"Itu juga karena kau," tuduh Sasuke, "kau membiarkan Sakura berkeliaraan seperti ini. Kau tahu dia sangat rentan sekarang," gerutu Sasuke kemudian meninggalkan kakaknya.

Itachi mendengus, Sasuke memang selalu overprotektif jika sudah berhubungan dengan Sakura.

"Sampai jumpa, Naoki!" teriak Sakura.

Sasuke mendesah, "Bukan sampai jumpa Saki, tapi selamat tinggal," katanya menyuruh Sakura.

Sakura hanya menurut, "Selamat tinggal, Naoki!"

Sasuke menyeringai puas mendengarnya, sedangkan Itachi hanya mendesah berat. Setelah di rasanya isak Naoki, Itachi lalu melangkah pelan menuju rumah bocah itu. 'Semoga saja ibu anak ini tidak bertanya yang macam-macam, 'batinnya.

.

.

.

"Sasuke-kun, aku ingin pergi ke akademi," terang Sakura.

Sasuke yang sedang membuat susu untuk Sakura melirik sekilas pada istrinya yang sedang memangku dagu, kemudian menggeleng, "Tidak!" larangnya.

Sakura cemberut, "Kenapa tidak, kata Naoki kalau Sakura masuk ke akademi, Sakura akan punya banyak teman bermain."

Sasuke menaruh segelas susu hangat untuk Sakura di atas meja. Ia lalu mengambil kursi di samping istrinya dan membelai lembut kepala Sakura. "Minum susunya," titahnya kemudian.

Sakura cemberut, "Tidak mau!"

"Sakura," tegur Sasuke dengan mata menyipit.

"Pokoknya aku mau ke akademi," rajuknya.

Sasuke mendengus, mana mungkin ia akan membiarkan Sakuranya pergi ke tempat seperti itu. Apalagi tanpa pengawasannya nanti.

"Kau itu sudah jounin Sakura, kau tidak perlu lagi memulai dari genin," Sasuke menjelaskan meskipun ia yakin Sakura tidak akan mengerti.

"Tapi Sasuke-kun," rengek gadis bermata emerald itu.

"Minum susunya," perintah Sasuke lagi.

Sakura menekuk wajahnya, meskipun begitu ia tetap menuruti perintah suaminya.

.

Setelah makan malam berdua dengan istrinya, Sasuke kemudian duduk di ruang tamu. Untung saja Itachi dan anggota Akatsuki lainnya tidak di rumah. Jadi setidaknya ia bisa merasakan ketenangan. Hanya mereka berdua yang ada di rumah, Fugaku dan Mikoto sedang ada urusan keluarga di luar desa, dan mungkin akan kembali dalam beberapa hari.

Sakura yang masih ngambek bermain sendiri di pojok ruangan dengan boneka dinonya. Ia juga mengabaikan Sasuke yang mengajaknya berbicara. Tentu hal ini membuat Sasuke jengkel, karena ia paling tidak suka diabaikan seperti ini. Apalagi oleh oleh Sakura.

Sasuke merebahkan punggungnya di bantalan sofa, ia sedikit menyeringai ketika menangkap basah sitrinya yang meliriknya. "Masih marah?" tanyanya.

Sakura mengangguk sebagai jawaban.

Kekehan terdengar di ruangan tersebut, Sasuke lalu menghampiri Sakura yang tengah duduk di pojokan. "Maaf," gumamnya.

Sakura mengangguk dan tersenyum lebar, "Jadi, aku boleh ke akademi?" Bola matanya bersinar penuh harap.

Sasuke tersenyum tipis, membuat Sakura semakin tersenyum lebar. "Tidak!"

Senyum Sakura langsung lenyap, "Sasuke-kun jahat," kesalnya.

Suara ketukan di pintu membuat Sasuke mengalihkan perhatiannya dari Sakura, dan saat ia membukanya Shizune sudah berdiri di depan pintu dengan sebotol ramuan di tangannya.

"Kau yakin akan berhasil?"

Shizune tersenyum lemah, "Kalau belum dicoba, mana kau tahu?"

Sasuke mendengus, dan tanpa mengucapkan apa-apa lagi ia langsung menutup pintu rumahnya meninggalkan Shizune di luar.

"Uchiha sialan!" umapat Shizune dari luar pintu.

Sasuke mengabaikannya, ia langsung menghampiri Sakura yang ternyata melanjutkan kembali acara ngambek-nya.

.

.

Sasuke membawa Sakura yang sudah tertidur ke kamarnya. Sebelumnya, ia harus berjuang keras untuk membuat Sakura mau meminum ramuan yang diberikan Shizune.

Berbaring di samping Sakura, Sasuke mengecup pipi pucat gadis itu. Jemarinya membelai sayang mahkota lembut istriny. Sasuke mendesah, matanya melirik jam dinding beberapa kali. Sudah hampir satu jam, tidak ada perubahan yang terjadi dengan istrinya. Kembali, Sasuke mengecup kening Sakura lama, menyalurkan perasaannya.

"Engh~" Sakura melenguh dan badannya bergetar hebat.

Sasuke tersentak, dia mulai panik ketika melihat tubuh Sakura meronta-ronta dengan mata terpejam. Dengan sabar, ia mengusap keringat dingin yang mengalir dari pelipis Sakura.

"Sakura," gumam Sasuke sedikit panik. Takut sesuatu yang buruk tejadi pada istrinya lagi.

"Uhh hah hah…"

Melihat Sakura yang terengah-engah dengan napas memburu membuat Sasuke tambah panik. Kemudian ia bernisiatif untuk membawa Sakura ke dalam pelukannya, beraharap Sakura bisa sedikit lebih tenang.

Tidak seperti yang diharapakan Sasuke, Sakura malah meronta liar. Baju tidurnya hampir basah oleh keringat yang mengucur deras dari seluruh tubuhnya.

"Sakura," panggil Sasuke meskipun ia tahu istrinya tidak akan menanggapi.

Dan setelah dua puluh menit berlalu, Sakura kembali tenang dan napasnya juga sudah stabil.

"Sakura…"

Tubuh Sakura kembali bergetar dan erangan rendah keluar dari mulut mungilnya. Dan perlahan-lahan, tubuh Sakura mulai berubah. Terdengar suara kain robek karena baju tidurnya sudah tidak bia menampung tubuh baru gadis itu.

Sasuke tidak pernah mengalihkan tatapannya dari istrinya, bahkan tidak mengedipkan matanya.

"Sakura," panggilnya.

Kemudian kelopak mata Sakura terbuka, menampilkan iris emerald yang selalu membuat Sasuke hanyut di dalamnya. "S-Sasuke-kun."

Sakura menatap Sasuke bingung, "A-Ada apa?" tanyanya pada Sasuke yang melongo ke arahnya.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Sakura kembali memanggil nama suaminya. "Sasuke-kun," ujarnya.

Masih tidak ada reaksi.

Sakura mencoba bangun, dan betapa terkejutnya dia melihat keadaannya sekarang. "Eh, k-kenapa bajuku seperti ini." Sakura benar-benar terkejut.

"S-Sasuke-kun?"

"S-Sakura, kau…!"

.

.

.

Tsuzuku….

.

.

Minna… maap lama update. Makin kesini ceritanya makin gaje ya… tapi meskipun begitu, saya seneng nulisnya loh :v

Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca dan meripiu di chap-chap sebelumnya, ripiu kalian bikin saya semangat untuk menulis kelanjutannya. #hugsatusatu

Untuk chap berikutnya, mudah-mudahan tidak ngaret lagi. Tapi gak bisa janji apdet cepet. Maaf juga mengenai typo(s) yang mungkin mengangggu.

.

Specila thanks:

Guest, gadisranti3251, me, Zee Uchiharuno, Uchiha Yui-chan, Tsurugi De Lelouch, Aozora Straw, CN Bluetory, a first letter, Zecka S. B. Fujioka, pinky kyukyu, Lilids Lilac, Tohko Ohmiya, Guest, Rhikame, UchiHarunoKid, Uchiha Sei, Yumi Murakami, Sana Uchiga, zhaErza, Akiko Rin, hachikodesuka, Chichoru Octobaa, uchiharunosusi, UchiHaruno, Lhylia Kiryu, Guest, Uchiha Shesura-chan, Guest, , Marchioness Phantomhive, BcherryPurpLe, hanazono yuri, mitsuka sakurai, nn, iya baka-san, Dedew, Tiya-chan, , Kiki RyuEunTeuk, Nina317Elf, Uchiha Yui-chan, Princess Aruni. Orenji Fokkusu, aAnTz04, Just Ana, kazuran, GhieeAs

.

.

Mind to Riview?