Hai... namaku Kim Jongin, beberapa teman dekat sering memanggilku Kai. Terserah kalian ingin memanggilku siapa. Asalkan kalian jangan memanggilku Edward Cullen saja. Yah, untuk informasi, aku berbeda jauh dengan sosok vampir tampan itu. Mungkin aku lebih tampan. Entahlah, hanya orang lain yang bisa mengatakan siapa yang lebih tampan.
Sebenarnya aku hanya seorang namja biasa dari Seoul yang mencintai alam bebas. Ya, aku suka bagaimana menjelajahi setiap daerah baru dengan pemandangan hijau yang begitu memukau. Anggap saja seperti remaja biasa dengan rasa penasaran yang tinggi.
Aku sering menjelajahi banyak tempat. Dari yang biasa saja, sampai yang luar biasa dengan landscape yang mungkin kalau orang kebanyakan hanya bisa melihatnya di televisi.
Keinginanku hanya satu. Bisa menjelajahi tempat yang istimewa dimana belum seorangpun melihatnya. Sedikit aneh memang. Tapi inilah kisahku...
.
.
QUENDI
EXO © SMent & themselves
The Silmarillion © J. R. R. Tolkien
Cast:
Kim Jongin
Oh Sehun
Genre: adventure, fantasy, drama, dll.
Warning: Shounen-ai, Fantasy/adventure gagal, OOC, misstypo, AU, dll.
DON'T LIKE? DON'T READ!
.
.
"Hey, Kai! Cepatlah! Kau berjalan seperti kura-kura." seruan keras itu menyadarkan Jongin, dia menoleh kearah temannya yang cukup jauh di depan sana. Membenarkan tasnya yang agak melorot, Jongin menyusul dengan langkah cepat. Meski harus hati-hati karena banyak lumut yang membuat jalannya licin.
"Aku merasa melihat sesuatu tadi!" ucapnya saat sudah ada dibelakang temannya. Meski sesekali menoleh ke belakang, masih penasaran apa yang diliatnya tadi.
"Melihat apa?"
"Entahlah. Tapi terlihat seperti... matahari!"
"Hah? Kau... bercanda kan?! Tentu saja kau melihat matahari, sekarang ini masih siang. Kecuali kalau sekarang sudah malam, bodoh!"
Jongin hanya memutar matanya mendengar jawaban itu dan tidak mau menanggapi lagi. Percuma saja berbicara pada orang seperti Moonkyu ini. Sialan! Lebih baik memikirkan apa yang tadi dilihatnya. Dia yakin sekali kalau itu bukan halusinasi.
"Ada danau! Kita istirahat sekarang dan dirikan tenda disini!" sebuah teriakan dari depan dan itu membuat semuanya otomatis langsung bekerja tanpa perintah dua kali. Perjalanan ini cukup jauh. Tapi puncak gunung sedikit lagi.
.
.
.
.
Sekarang malam hari. Udara semakin dingin, dan bunyi jangkrik dan binatang malam lainnya seperti sudah menjadi lagu pengantar tidur yang indah. Sekarang gilirannya berjaga, yang lain bahkan sudah mengistirahatkan tubuh mereka di dalam tenda. Sebentar lagi giliran jaganya berakhir dan digantikan oleh yang lain.
Baru sedetik dia memejamkan mata, Jongin kembali terjaga dengan cepat saat terdengar suara seperti dentuman dari tempatnya duduk.
"Apa itu?" yah, sudah dia katakan kalau dirinya memiliki rasa penasaran yang tinggi. Jangan heran kalau bukannya menjauhi bunyi mencurigakan itu, dia malah bergerak mendekat dengan langkah pelan. Sesekali harus hari-hati saat melewati batu besar yang licin. Dia bahkan sudah tidak peduli kalau keberadaannya sudah jauh dari teman-temannya.
Bersembunyi dibalik pohon pinus yang menjulang tinggi, Jongin mengintip sedikit. Matanya membulat dan napasnya seperti tertahan di tenggorokan saat melihat apa yang ada disana.
Bukan! Itu bukanlah harimau atau serigala, bukan juga bidadari yang turun dari langit. Jadi apa? Dia sendiri biangung menjelaskannya. Tapi itulah yang dilihatnya tadi siang. Sebuah cahaya putih, dan terang.
Apa itu berbahaya?
Mengambil sebuah batu kecil, Jongin melemparkannya ke cahaya itu. Tapi tidak terjadi apapun. Yang aneh adalah, kalau batu yang tadi dilemparnya melewati cahaya itu, pasti terdengar bunyi 'tak' saat batu jatuh ke tanah. Tapi tidak terdengar suara apapun.
Oke, dia meninggalkan kameranya di tas. Jika kembali sekarang, mungkin saja benda ini akan hilang lagi. Jadi dengan langkah perlahan, Jongin kembali mendekat. Meski jantungnya sudah berdegup lebih kencang, merasa was-was barangkali benda ini tiba-tiba berubah menjadi monster mengerikan.
Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri. Tapi tidak ada apapun disana. Hanya jejeran pohon pinus yang tinggi. Suasana hutan bahkan jadi lebih sunyi. Tidak ada suara apapun, bahkan desiran angin juga tak terdengar.
Dengan ragu, Jongin mengulurkan tangannya ke benda bercahaya itu. Belum terjadi apapun. Jadi, benda apa yang ada dihadapannya ini? Jongin kembali berusaha meraih benda yang melayang diudara tersebut.
Detik itu juga...
Jantungnya serasa berhenti berdetak. Matanya melotot kaget saat tubuhnya seperti ditarik dengan kuat.
"WAAAAAAAAAAAAAAA~" sebuah teriakan berhasil lolos saat dia benar-benar seperti tengah hanyut di sungai yang alirannya sangat deras. Tapi yang dilihatnya sekarang, dia seperti ada di lorong aneh. Tubuhnya masih saja tertarik, dibawa entah kemana.
Dia pernah melihat hal ini di televisi. Seperti lorong waktu di film Doraemon. Tapi dia tidak tahu lorong ini akan membawanya kemana.
Didepan sana ada cahaya lagi, seperti pintu keluar. Tapi saat telah melewati cahaya itu, gravitasi seolah menariknya. Tak ada pijakan, dan matanya langsung terpejam erat begitu cahaya yang terang langsung memasuki penglihatannya. Yang bisa ia rasakan, dirinya tengah terjatuh.
Matanya terbuka perlahan, dan benar saja.
"AAAAAAAAAAARGH!" jeritnya saat mengetahui dirinya tengah terjun bebas, jatuh dari atas sana ke arah pohon-pohon dibawah.
Aku akan mati! Aku akan matiii! Ya Tuhaaaaaaaaaaaan~
Tubuhnya menabrak ranting pohon, sebelum terpental kembali jatuh ke tanah dengan suara bedebum yang keras. Hanya sesuatu yang berkilau di matanya, sebelum pandangannya berubah hitam. Tidak tahan dengan rasa sakit di tubuh dan napasnya yang habis.
.
.
.
.
Awalnya gelap. Yang gelap hitam itu perlahan terlihat segaris putih yang membentang. Garis yang berpendar menjadi cahaya putih terang. Dan putih itu perlahan berubah. Ketika kelopaknya terbuka.
Sakit. Yang dirasakannya hanya sakit, sakit, dan sakit. Badannya seperti remuk semua. Yang pertama dilihatnya, adalah permata cokelat hazel indah yang juga balik menatapnya. Sebelum hazel itu menjauh dan menampilkan segaris wajah dengan rambut cokelat.
Apakah dia sudah mati? Dan sekarang ada seorang malaikat di hadapannya? Yang sangat cantik dan manis. Oh, bukankah dia telah melakukan banyak dosa, lalu kenapa dia serasa ada di surga? Bukan di neraka?
"Kau sudah bangun?" suara tenor itu menyeruak ke pendengarannya. Terdengar lembut dan menenangkan, seperti melodi yang indah di telinganya. "Hey! Cepat bangun! Kau belum mati kan?"
Dalam satu sentakan, ia terbangun. Menghasilkan ringisan pelan karena rasa ngilu itu. Kepalanya menoleh ke arah namja di sampingnya.
"Aku… kenapa?" lirihnya masih terpaku pada wajah dengan gurat manis nan indah tersebut.
"Tadi aku mendengar teriakanmu dan menemukanmu dengan luka parah. Sepertinya kau terjatuh."
"Oh..." dan otaknya kembali memutar kejadian terakhir yang dialaminya. Cahaya... lorong... jatuh... "Ini dimana?" tanyanya melihat sekeliling. Dia masih dihutan, dan sekarang siang hari. Didepannya seperti ada kolam kecil, dan sekitarnya dikelilingi seperti tebing rendah.
"Tentu saja dihutan. Kau tidak lihat?"
Jongin berdecih mendengar jawaban seperti itu. Tentu saja dia tahu, masalahnya apa dia masih berada di tempat kemah sebelumnya atau...
"Kau... manusia ya?"
Eh?
Sekarang Jongin baru sadar dengan keanehan namja dihadapannya. Namja ini mengenakan baju yang jauh dari kata modern dan keren dengan stylenya yang aneh. Ia jadi ingat film PeterPan kalau melihat penampilan namja ini.
"Apa kau sudah baik-baik saja?"
"A-apa itu asli?" tangannya bergerak terulur ke arah telinga namja berkulit putih itu, penasaran akan daun telinga runcingnya. Tapi seketika namja itu tersentak dan bergerak menjauh.
"Sepertinya kau baik-baik saja. Jadi, aku akan membunuhmu sekarang!"
HAH?!
Matanya kembali melebar kaget melihat namja itu yang sudah dengan kuda-kudanya siap menyerang dan mengeluarkan sebuah...
... pedang! Ya Tuhan, apa dia akan mati untuk kedua kalinya hari ini?
.
To Be Continue
.
A/N: fanfic lain adaptasi/inspirasi gabungan dari The Silmarillion, Tinker Bell, How To Train Your Dragon, dan err... niatnya mau gabungin konsep di film Avatar juga. Tapi nanti tambah ribet. N satu lagi, dulu fic adaptasi dari The Silmarillion ini pernah gue buat dengan versi WonKyu. Cuma ficnya udah kehapus, jadi gue ubah ke KaiHun.
Jadi... gimana sama fic ini? Aneh nggak? Abal nggak? Lanjut nggak?