Lee Hyukjae, Lee Donghae [HaeHyuk]

Genre: Romance—PWP!

Rate: M (not for underage)

Length: 3.850 words [Twoshot]

WARNING! YAOI, OOC, AU, Non-EYD, typo(s), Mengandung banyak unsur dewasa—terutama rape! NC-17 (atau 21?)


Bagian akhir


Hyukjae mendelik tak percaya.

Bocah?

Dia kalah bejat dari bocah dihadapannya?

Ah—Hentikan itu, Hyuk!

"A-anu.. Apakah aku akan diperkosa?" Sebuah pertanyaan besar yang bersarang di otak Hyukjae telah berhasil ia keluarkan, walaupun membuat Donghae sweatdrop.

"Begitulah.." Donghae mengangguk santai, mengiyakan pertanyaan bodoh Hyukjae. Hyukjae mengerjap-ngerjapkan mata dengan mulut megap-megap. Mau dibawa kemana harga dirinya sebagai seorang berandal yang straight lahir batin ini jika keperawanannya direnggut oleh seorang bocah?

"Sudahlah.." Suara berat Donghae menginterupsi kegalauan Hyukjae, "...mau bagaimanapun, kau tak akan bisa kabur. Jadi, nikmati saja." Lanjutnya.

Hyukjae melotot.

"Ja.. Jangan bercanda! Aku ini straight, tahu!" Pekik Hyukjae, mulai mencoba untuk kembali memberontak. Tak ada kata 'kalah melawan bocah' di dalam kamus hidupnya!

"Straight, eh?" Donghae tertawa ala psikopat, mengangguk-anggukkan kepala sok misterius. "..Aku juga...,"

Hyukjae manyun-manyun sendiri.

"Ka-kalau begitu lepaskan aku! Aku punya banyak kenalan noona seksi, kok. Bagaimana?" Sahutnya, membuat Donghae jengah.

"Na-ah, aku tak tertarik. Bagaimana kalau menikmati hidangan yang sudah tersaji dihadapanku, hm?" Tolak Donghae seraya menyunggingkan senyum liciknya. "Mana mungkin aku membiarkan seorang namja manis kesakitan karena.. Hasrat yang tak terpuaskan?" Lanjutnya, lalu kembali terkekeh layaknya seorang maniak.

"Aku tak setega itu, sayang.." Donghae meraih dagu Hyukjae, lalu menjilat pipi mulus Hyukjae dengan seduktif.

Tiba-tiba ponsel Hyukjae berdering, menandakan adanya sebuah panggilan masuk. Donghae segera merogoh saku celana Hyukjae dengan sebelah tangannya yang bebas dan membaca nama yang tertera di layar.

"Kyuhyun? Mengganggu saja,"

"Be-berikan padaku!" Donghae hanya menatap Hyukjae acuh, lalu memutus sambungan telpon. Namun nampaknya pemuda Kyuhyun itu kembali menelpon, membuat Donghae terpaksa memberikannya pada Hyukjae.

"Lima menit!" Ujar Donghae seraya meremas gemas kejantanan Hyukjae yang masih terbangun.

PIP!

"Yeobo—ahh! Kyuhhh, jangan hubungi aku dulu! Aku sedang berada di ambang hidup dan mati, nih!" Sembur Hyukjae di sambungan telepon seraya melirik Donghae yang tengah tersenyum puas. Namja itu masih bermain-main dengan kejantanan Hyukjae, terkadang mengelus atau menyentilnya dengan sengaja.

"M-mwo? Apa maksudmu, heh?"

"Nggh- akh! Ya! Sakit, bocah!" Hyukjae kembali memekik ketika sentilan-sentilan yang dilayangkan Donghae di kejantanannya berubah menjadi tamparan-tamparan dan remasan-remasan kasar.

"Ka.. Kau dimana, Hyuk? Beritahu aku!"

Donghae menatap mata Hyukjae dengan datar, menunggu perkataan yang akan dilontarkan Hyukjae selanjutnya. Hyukjae menghela nafas, lalu kembali berbicara.

"Aku.. Ah, aku- nyaah!" Hyukjae kembali melirik Donghae yang menarik kejantanannya dengan raut wajah bosan.

"Aku sedang diminta umma menjaga sepupuku yang masih boca..ahh, uang jajanku bisa dipotong kalau aku tak menurut. A-annyeong!" Kata Hyukjae akhirnya. Ia segera mematikan sambungan mereka dan merelakan ponselnya direbut oleh Donghae.

"Alasan yang bodoh, tapi cukup pintar.." Ujar Donghae seraya mengelus puncak kepala Hyukjae yang hanya berdiam diri. Merasa tak mendapat respon yang berarti dari namja di hadapannya, ia segera mengecup bibir Hyukjae dan memberikan lumatan-lumatan kecil. Hyukjae menutup rapat-rapat mulutnya, berusaha agar tidak terbuai dan kehilangan kendali.

Tak kehabisan akal, Donghae kembali meremas kejantanan Hyukjae, membuat Hyukjae memekik dan ia dapat dengan mudah melesakkan lidahnya kedalam rongga mulut sang mangsa.

Hyukjae pasrah, tak membalas ciuman Donghae dengan agresif seperti tadi. Matanya terpejam erat dengan bibir yang masih dilumat dengan kasar oleh Donghae. Merasa bosan dengan lidah Hyukjae yang terlalu pasif, Donghae melepaskan ciumannya dan mengarahkan bibirnya ke leher Hyukjae, menciumnya dan memberikan jilatan-jilatan yang membuat tubuh Hyukjae merinding.

"Perlukah kuberi tanda..?" Tanya Donghae dengan bibir yang menempel ke tengkuk Hyukjae, otomatis membuat suara bergetar yang membuat Hyukjae merasa merinding sekaligus geli.

"A-ah..." Hyukjae mendesah tertahan. Leher adalah salah satu titik sensitifnya, for every girl he had having sex with's sake!

Donghae menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya, "...mendesah berarti iya,"

Donghae mengecup perpotongan leher Hyukjae, lalu menjilatnya dan menancapkan gigi-gigi putihnya disana, membuat Hyukjae meringis pelan. Donghae melumat hasil gigitannya hingga berwarna keunguan dan berhenti sejenak untuk melihat hasil kerjanya.

Sempurna.

Tanpa basa-basi, Donghae melepas jaket kulit beserta kaus yang Hyukjae kenakan dan melanjutkan pekerjaannya dengan membuat banyak tanda yang serupa di daerah sekitar bahu dan leher Hyukjae, lalu jilatannya turun semakin kebawah dan berhenti di nipple berwarna pink kecoklatan milik namja itu.

"Selamat makan~!" Gumam Donghae sebelum meraup nipple Hyukjae, melumat dan menghisapnya—kembali mencoba membuat tanda kepemilikan disana.

Sembari menghisap nipple kanan Hyukjae, tangan Donghae bergerak menuju nipple kiri Hyukjae, meremas dan memilin dengan pelan. Sementara kejantanan Hyukjae ia gesekkan dengan kejantanannya yang masih terbalut celana jeans, membuat Hyukjae melenguh keenakan. Hyukjae mendongakkan wajahnya, tak tahan dengan segala rangsangan yang diterimanya.

"Hentikaaan..hhh... Sial.."

Donghae melepaskan kulumannya pada nipple Hyukjae sekedar untuk melihat bagaimana ekspresi Hyukjae saat ini, dan dia cukup puas dengan hal itu. Mata yang terpejam erat, bibir bawah yang digigit dengan keringat yang mengucur di sekitar pelipisnya.

Pose yang menggoda, eh?

"Hmm, kau begitu nikmat, sayang.." Bisik Donghae dengan suara rendah di telinga Hyukjae seraya menjilat bibir bawahnya dengan penuh minat.

Donghae kembali menggoda Hyukjae dengan memainkan nafasnya, membuat Hyukjae merasakan hawa panas disekitar tengkuknya. Hyukjae hanya mengerang tertahan tanpa melakukan apapun, membuat Donghae merasa gerah.

"Bagaimana kalau kita bermain kasar malam ini?" Dengan perlahan, Donghae kembali meraih tengkuk namja itu dan melumat bibir plump Hyukjae dengan intensitas yang lebih dari yang sebelumnya.

"Hei, buka matamu, atau..." Donghae mendesis ditengah-tengah ciumannya, "...ucapkan selamat tinggal pada penis kecilmu, Nona Lee." Ancam Donghae dengan nada berbahaya. Sontak, Hyukjae langsung membelalakkan kedua matanya, menatap bocah yang tengah melahap bibirnya dengan tatapan sayu.

"PUNYAKU TIDAK KECIL!"

Pekik Hyukjae di tengah ciuman mereka, sementara Donghae hanya terkekeh pelan. Mungkin tak ada lagi yang bisa dilakukan Hyukjae selain menyerah pada bocah gila di hadapannya ini. Sejenak terngiang di benaknya sebuah pepatah bejat yang mengatakan, jika kau tak bisa melawan saat diperkosa, maka nikmatilah.

Dengan penuh emosi, dibalasnya lumatan kasar Donghae dengan lumatan yang tak kalah kasar.

"Sshhh... Ahhhh,"

Kedua pemuda itu kini saling melilitkan lidah mereka, bergerak ke sembarang arah untuk mencari posisi yang nyaman. Saling menjilat, melumat, menghisap dan mengigit lidah masing-masing lawan. Perlahan, Donghae membuka satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke lantai, menunjukkan otot tubuhnya yang mulai terbentuk di kulit tan-nya. Hyukjae menatap tubuh bocah yang masih menciumnya ini, sedikit terkejut karena tubuh bocah ini ternyata lebih bagus dari apa yang Hyukjae bayangkan.

Aroma maskulin yang menguar-nguar dari tubuh Donghae secara tak sadar membuat Hyukjae terlena, dan mulai mengerang tak karuan. Donghae menyeringai melihat wajah Hyukjae yang mulai memerah. Tanpa melepaskan kulumannya pada bibir Hyukjae, Donghae mengangkat tubuhnya dan mencondongkannya kearah namja itu, berniat melepas skinny jeans-nya yang sebenarnya ingin ia lenyapkan sejak tadi.

Setelah skinny jeans beserta boxernya berhasil ia turunkan, Donghae kembali menindih paha mulus Hyukjae dan menggesekkan kejantanan mereka yang sama-sama telah menegang—kali ini tanpa penghalang apapun.

Hyukjae menatap kejantanan Donghae yang berdiri tegak dan menantang di hadapannya dengan tak percaya.

Apa.. Apa benar ini kejantanan seorang bocah SMA? Kayaknya punya dia dulu nggak segede ini, deh.

Entah untuk yang keberapa kalinya, Donghae menyeringai puas melihat reaksi Hyukjae. Ia melepaskan ciuman mereka dan tangannya beralih mengelus kejantanannya sendiri.

"Ingin coba pegang?" Tanya Donghae sambil menyodorkan kejantanannya kehadapan Hyukjae, membuat wajah Hyukjae memanas. Ia tak bergeming, namun matanya tak lepas dari benda berukuran besar dihadapannya.

"Makanlah.." Ujar Donghae seraya memanjangkan tali yang mengikat Hyukjae dan menuntun tangannya untuk meremas kejantanannya. Hyukjae mengusap ujung kejantanannya menggunakan jemari halusnya, membuat sensasi hangat menjalar ke seluruh permukaan kejantanan bocah itu.

"E-enghh.." Nafas Donghae tercekat ketika Hyukjae membungkukkan tubuhnya dan mengecup pelan ujung kejantanannya. Di jilatnya dengan seduktif kejantanan yang sudah memerah itu, lalu dikulum ujungnya, membuat Donghae kembali melenguh.

"Ahh.."

Di tariknya rambut Hyukjae, lalu dengan kasar disodokkannya kejantanannya ke mulut namja manis itu, membuatnya tersedak dan mendorong tubuh Donghae. Namun si pemilik tubuh tetap tak bergeming dan masih mengerang nikmat.

"Hisap, sayang.. Hmphh, aku tahu kau menyukainya.." Erang Donghae. Hyukjae menggeram pelan. Ia mendengus lalu memaju-mundurkan kepalanya dengan tempo perlahan, meresapi rasa aneh yang menyapa indera perasanya, sementara tangan kanannya ia gunakan untuk mengocok kejantanan Donghae secara perlahan dan sesekali meremas testisnya dengan lembut. Hyukjae merasa perutnya mual karena harus menelan kejantanan Donghae yang besarnya nggak kira-kira itu, belum lagi cairan precum yang terasa asin di mulutnya. Rasanya aneh, tapi.. Nikmat?

Sementara tangan kiri Donghae menekan tengkuk Hyukjae, jemari tangan kanannya mulai bergerak menuju bokong seksi Hyukjae dan meremasnya dengan kasar. Ia lalu memajukan tubuhnya untuk dapat menjangkau lubang Hyukjae, yang rupanya berdampak pada kejantanannya yang semakin mendesak mulut Hyukjae yang tengah melakukan tugasnya—kali ini dengan tempo tak teratur yang membuat Donghae harus ekstra dalam menahan batas kesabarannya.

Jari telunjuk Donghae mulai memasuki opening Hyukjae, membuat namja manis itu memekik kaget.

Berandal-berandal gini dia masih perawan, tahu!

Donghae mengernyit ketika jarinya terasa di hisap oleh lubang ketat Hyukjae. Ia menjilat bibir bawahnya, membayangkan kejantanannya tertanam jauh di dalam sana. Ia menambahkan jari tengahnya, menusuk-nusuk lubang Hyukjae namun tak berusaha melebarkannya.

"E-ehhh.." Hyukjae kembali menggeram. Gigi-giginya menggores kejantanan Donghae, membuat bocah itu melenguh keenakan.

"Cukup.." Gumam Donghae seraya melepaskan kejantanannya dari mulut Hyukjae, membuat Hyukjae mendelik—antara sakit karena lubangnya terasa seperti dirobek dan merasa kehilangan kejantanan Donghae yang uhh.. Nikmat sekali.

Astaga! Ia seharusnya menangis, bukannya mengakui bahwa kejantanan Donghae besar, nikmat, dan terasa sangat pas di mulutnya—walau memang begitu kenyataannya.

"Kenapa, sayang? Menginginkan ini?" Tanya Donghae, membuyarkan lamunan Hyukjae. Ia melirik kebawah dan menemukan tangan Donghae yang tengah mengocok kejantanannya sendiri, mempersiapkannya untuk menembus lubang ketat Hyukjae.

BLUSH!

"H-hei, aku masih perawan.." Lirih Hyukjae, membongkar aibnya sendiri—membuat Donghae tertawa dalam hati melihat kepolosan cowok berandal yang manis ini.

"Aku tahu..." Desis Donghae, lalu kembali mencium bibir penuh Hyukjae yang sudah membengkak dengan penuh nafsu, perlahan mengangkat tubuh Hyukjae dan mengarahkan kejantanannya ke lubangnya.

"Di dalam tempat sampah itu terdapat banyak sekali sex toys, tapi.. Kita tak membutuhkannya, kan?" Goda Donghae. Hyukjae menggeleng cepat, memancing senyum nakal di bibir Donghae.

"Aku ingin penis-ku lah yang merasakan nikmatnya lubangmu untuk yang pertama kali.."

JLEB

"AKH!" Hyukjae memekik tepat ketika Donghae menarik tubuhnya dengan cepat sehingga kejantanannya menghujam lubangnya dalam sekali hentakan. Sementara Donghae meringis, menahan nikmat karena lubang Hyukjae menjepit kejantanannya dengan erat. Donghae memasuki lubang Hyukjae tanpa lubricant dan persiapan—pelebaran—terlebih dahulu, membuat lubang Hyukjae benar-benar kering. Hanya cairan precum yang terus mengalir dari ujung kejantanan Donghae-lah satu-satunya pelumas bagi lubang sudah-tidak-perawannya.

Donghae mengecup pipi putih Hyukjae, lalu menjilat sebutir airmata yang mengalir di sudut matanya. Bahkan disaat kesakitan begini, Hyukjae tetap saja manis.

"Kau tak apa?" Tanya Donghae seraya mengelus rambut Hyukjae secara perlahan, entah kenapa berniat untuk menenangkan namja manis itu. Hyukjae menggigit bibir bawahnya, lalu membuka matanya—menatap Donghae dengan tatapan tajam.

"Ka.. Kau! Aku bukan yeoja, idiot! Jangan asal masuk! Dasar bocah brengsek penis ke—Emphhh!"

Donghae memutar kedua bola matanya sebelum kembali menyerang bibir Hyukjae dengan ganas. Ia memundurkan pinggulnya sampai kejantanannya hampir keluar dari lubang Hyukjae, bersiap untuk memulai aksi bejatnya. Hyukjae menatap horror kearah bagian bawah mereka, lalu meringis pelan.

"T-tidak, jangan seka—"

Donghae menyentakkan pinggulnya dengan keras.

"—ranghh.. SAKIT, BRENGSEK!" Pekik Hyukjae. Donghae menyeringai, lalu kembali memaju-mundurkan tubuhnya, merasakan kehangatan lubang sempit Hyukjae yang memanjakan kejantanannya.

"Kau nikmat..." Geram Donghae seraya menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Hyukjae. "...nikmat sekali,"

"KYAHHH... SAKIT!"

Seakan tak peduli, Donghae terus memaju-mundurkan tubuhnya, menggoda lubang Hyukjae menggunakan kejantanannya dengan tempo sedang, perlahan mengurangi rasa sakit yang di derita oleh Hyukjae akibat lubangnya yang ditembus secara paksa oleh Donghae. Hyukjae mendongakkan kepalanya seakan mengizinkan Donghae untuk bermain-main dengan lehernya, menggigit bibir bawahnya—tak tahan dengan kenikmatan setengah-setengah yang diberikan oleh bocah itu.

"Akhh.. Sa..kit.. E-eh—enaaakhh.." Erangan kesakitan Hyukjae mulai berganti menjadi desahan yang memabukkan, membuat Donghae menyeringai. Sambil menghisap leher Hyukjae dan memainkan nipplenya, ia mempercepat genjotannya di lubang Hyukjae, membuat namja itu terhentak-hentak.

"Panggil namaku, Hyuk.." Instruksi Donghae dengan suara rendah. Hyukjae benar-benar mampu menguji kesabarannya. Ia menjadi seksi dan menyebalkan di saat yang bersamaan—membuat Donghae ingin menghukum namja itu habis-habisan.

"T-tidak!"

"Panggil namaku.." Tangan kanan Donghae berpindah dari nipple Hyukjae kearah kejantanannya, mengocok benda yang sempat terabaikan olehnya dengan cepat, "..atau..."

"A-aish.. Donghae!" Hyukjae memekik sebelum Donghae sempat melanjutkan ucapannya, takut akan ancaman yang bisa saja membahayakan posisinya.

"Terus.." Donghae semakin menjadi-jadi. Kali ini ia menghantam titik prostat Hyukjae dengan tepat, membuat kepala Hyukjae terasa pening.

"Donghae... Ohh," Hyukjae memejamkan matanya, membuat pose yang tanpa sadar membuat Donghae menelan ludahnya.

"E-enak sekali... Ahh,"

Donghae menyeringai licik. Ia menghentikan gerakannya, lalu melepaskan kejantanannya dari lubang Hyukjae—membuat namja manis itu menatap tak rela, merasa kehilangan. Ejakulasinya sudah berada di depan mata, dan bocah ini tiba-tiba menghentikan sodokannya.

Donghae melepas seluruh celananya, lalu memindahkan posisinya menjadi duduk di belakang Hyukjae—dengan tubuh Hyukjae yang berada di antara selangkangannya—dan memeluk pinggang namja itu dari belakang.

"Mendesahlah.." Gumam Donghae seraya mengulum daun telinga kiri Hyukjae dengan seduktif. "Memohonlah padaku.."

Donghae menyeringai melihat Hyukjae yang terlihat menahan kekesalannya.

Ini bocah banyak maunya banget, sih..

Batin Hyukjae. Donghae mengarahkan lidahnya pada tengkuk Hyukjae dan menjilatnya dengan gerakan sensual, membasahi tengkuk Hyukjae dengan salivanya. Tangan kirinya masih memeluk pinggang Hyukjae, sementara tangan kanannya kembali menggerayangi paha mulus Hyukjae. Mengelusnya perlahan, membuat tubuh Hyukjae bergetar. Donghae terus mengelus paha Hyukjae, hingga elusannya berhenti pada bagian tengah selangkangan Hyukjae yang sudah berdiri tegak dengan ujung yang memerah dan mengeluarkan banyak cairan precum.

"Kau tak kasihan pada penis kecilmu yang malang ini, hm? Kelihatannya ia suka jika disentuh seperti.. Ini?" Donghae mengelus kejantanan Hyukjae, "..begini.." Lalu meremasnya perlahan, "...atau, begini?" Dilanjutkan dengan mengocoknya dengan tempo cepat. Hyukjae menggelinjang. Ia mendesah hebat tak tentu arah, bingung harus menyerukan apa.

"Desahkan namaku, sayang.." Bisik Donghae, masih tetap mengocok kejantanan Hyukjae—yang bahkan pada saat ereksi-pun ukurannya masih tak sampai dua pertiga miliknya.

"Hae, ngghh.. Hae brengsek.. Ah! Ah!" Hyukjae merasa ejakulasinya akan segera datang.

Memangnya sebrengsek apa sih aku ini?

Batin Donghae, bertanya-tanya.

"A-aku hampir.. Yeah, i-ini enak sekalihhh"

Lagi, Donghae menyeringai.

"Akh! Ha.. Hae! Ha—"

Oops.

Donghae menghentikan kocokannya pada kejantanan Hyukjae dengan sengaja di saat detik-detik terakhir Hyukjae akan mencapai kenikmatannya, membuat ejakulasi Hyukjae terpaksa harus tertunda. Hyukjae meringis. Sebutir airmata mulai membasahi pipinya ketika ia harus kembali menahan nyeri pada kejantanannya. Dasar bocah brengsek! Cara murahan seperti inipun masih juga dilakukan olehnya?

Nampaknya, tiga kali mengalami orgasme yang tertunda bukanlah perkara mudah.

"Ayo, lakukan apa yang kuperintahkan.." Ujar Donghae dengan nada berbahaya, "Buka lebar pantatmu dan memohonlah padaku.."

"Kumohon, tuan idiot.." Kata Hyukjae, songong. "Mana ada orang memohon dengan cara seperti itu? Ulangi!" Perintah Donghae. Berhadapan dengan Hyukjae lama-lama membuat otaknya meledak.

"N-ngghh.. Kumohon.. "

"Hm? Mohon apa?"

"Ma-masukkan penis besarmu.. Kedalam lubangku.. Kumohon.." Dan hal tersebut sukses membuat Donghae tersenyum puas. "Dengan senang hati, sayang.." Bertepatan dengan itu, sebuah benda tumpul dan panjang kembali menerobos masuk ke lubang Hyukjae yang masih ketat dalam sekali sentakkan. Hyukjae membelalakkan matanya, namun sesaat kemudian ia kembali memejamkan matanya dengan erat. "Enak, eh?"

Hyukjae mengangguk pelan, antara menahan nikmat dan malu. "If that so, ride me.."

Hyukjae menghela nafas berat. Setelah memastikan bahwa lubangnya sudah terbiasa dengan kehadiran benda besar itu, ia segera menaikkan pinggulnya hingga sebatas kepala kejantanan Donghae. Ia lalu menghempaskan tubuhnya kebawah, melawan gaya gravitasi dan mengakibatkan kejantanan Donghae menumbuk titik terdalamnya.

"A-ahhh.." Keduanya mengerang, tak menyangka bahwa rasanya akan menjadi senikmat ini. "Hae.. Donghae.. Kumohon.." Hyukjae kembali memohon. Mengerti, Donghae segera memposisikan kedua tangannya di pinggul Hyukjae untuk membantu Hyukjae menaik-turunkan tubuhnya dengan tangan kiri yang meraih tengkuk Hyukjae dan tangan kanan yang terus mengerjai kejantanannya.

Mereka terus bergerak random—kadang cepat, kadang lambat, bergerak berlainan arah, menghentak dan memutar, hingga..

"A-aish, aku mau..mau.."

"Kehhhluarkan saja.. Ughh"

SPLURT~!

Cairan kental berwarna putih keluar dari lubang kejantanan Hyukjae, membasahi tubuhnya dan dinding disekitarnya. Hyukjae terkulai lemah ketika disadarinya tangan Donghae kembali memanjakan titik sensitifnya—bibir yang kembali membuat tanda di lehernya, tangan kanan yang mencubit nipplenya dan tangan kiri yang mengocok kejantanannya yang telah dibasahi sperma, serta kejantanannya yang masih tertanam di dalam tubuh Hyukjae. Masih berdiri dengan sempurna karena belum keluar sama sekali.

"Kita tak akan pernah berhenti sampai kau berhasil membuatku keluar, sayang.." Ujar Donghae seraya mengulum jarinya yang terkena cairan Hyukjae, menginformasikan hal yang paling tidak ingin di dengar olehnya. Hyukjae hanya menggeram pelan. Kejantanannya kembali terbangun seiring dengan kocokan Donghae yang bertambah cepat. "Menungginglah.."

Hyukjae menoleh dan menatap Donghae dengan bingung,

"H-hah? Bagaimana caranya?" Donghae hanya tersenyum, lalu memajukan tubuhnya, memaksa tubuh Hyukjae untuk menungging diatas lantai dengan dirinya yang duduk di pinggir closet.

"K-kau gila, Donghae..benar-benar—A-ah! Ah! Akkkhh..."

Donghae kembali menggenjot lubang Hyukjae tanpa ampun. Dengan posisi seperti ini, lubang Hyukjae terasa lebih menjepit kejantanannya, membuatnya merasakan kenikmatan yang lebih dari sebelumnya.

"Mendesahlah.."

"Ngghh..hmphh..Hae..Besar sekali, astaga—de..ohh, deeper! Terus, Hae! Oh, god.."

"Hyukkie.. Kau benar-benar sempithh.. Enghh" Racau Donghae, kali ini disertai sebuah panggilan manis. Inilah kenikmatan yang ia cari sedari tadi!

"Te-terus, Hae, di..disana! Disana..ahh, dasar lamban! Lebih cepaaat!" Donghae tersenyum ketika ia kembali menemukan gumpalan daging jauh di dalam lubang Hyukjae, namun kembali cemberut ketika mendengar rengekannya.

KAU MENANTANGKU?!

Batin Donghae, sewot. Ia terus menumbuk titik tersebut dengan kecepatan yang berubah-ubah, membuat Hyukjae melayang.

"Enaaak! Teruuusshh..Hmmphh.."

"Ugh, kau.. Sempit sekali.." Donghae menggeram pelan ketika dirasakannya lubang Hyukjae menjepit kejantanannya dengan sangat kuat. Ia memejamkan matanya, menikmati setiap tusukannya pada lubang Hyukjae.

"Kau.. Engh, yang terlalu besar... B-brengsek! Ah—Hmmph! Kkhh.."

"Sial, tubuhmu enak sekali! Ah yeshh, i'm gonna—"

"Ja.. Jangan di dalam! Ahhh..."

"Uhh, permintaan ditolak. Telan semua benihku, nghh.. Ini untukmu, sayang.." Geram Donghae seraya menembakkan spermanya jauh kedalam tubuh Hyukjae, di susul dengan Hyukjae yang juga keluar di waktu yang hampir bersamaan.

"Huwaaah... Aku mau keluar lagi.. Aaahh.."

SPLURT! SPLURT!

Seakan tak ada habisnya, sperma Donghae terus keluar hingga membuat perut Hyukjae kembung dan sebagian menetes keluar dari lubangnya. Rasanya begitu hangat dan menyenangkan karena jujur saja, ini adalah pertama kalinya ia dapat mencapai puncak kenikmatannya hanya dengan dua kali permainan—dengan seorang namja, pula—kejantanannya pasti sangat excited!

Setelah dirasa cukup, Donghae segera menarik tubuh Hyukjae dan memaksanya untuk duduk di pangkuannya tanpa mengeluarkan kejantanannya yang masih berkedut dari dalam lubang Hyukjae. Sesaat keduanya sama-sama terdiam, saling menetralkan deru nafas masing-masing.

"Brengsek, sudah kubilang jangan dikeluarkan di dalam! Apa kau tuli?" Bentak Hyukjae setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri.

"Kau menyesal?" Tanya Donghae seraya menghirup aroma shampo dari rambut Hyukjae dengan lembut. Ia meletakkan dagunya di bahu Hyukjae, memeluk pinggang Hyukjae dari belakang dengan posesif.

"Kalau aku hamil bagaimana, idiot?" Pertanyaan bodoh, Hyukjae. Donghae mengecup rahang Hyukjae seraya bergumam, "Ya baguslah.."

"M-mwo? Bagaimana kalau—"

"Ngomong-ngomong," Donghae menyela, berusaha mengalihkan pembicaraan. "Kalau di ingat-ingat, tadi kau tak meminta tolong samasekali, ya?"

Hyukjae tersentak dengan mulut terkatup rapat.

"Padahal tadi saat Kyuhyun itu menghubungimu, kau bisa saja memberitahu dimana lokasimu, atau setidaknya berteriak minta tolong.. Dia pasti mencarimu. Tapi, kenapa?"

Ah, benar juga.. Bukannya berpikir untuk kabur ketika ada kesempatan, ia malah meminta Kyuhyun untuk memutuskan sambungan telponnya.

"I-itu karena.."

Donghae menunggu jawaban Hyukjae.

"Eung..."

Donghae masih menunggu.

"A-anu, kalau masalah itu..."

"Atau jangan-jangan kamu pengen banget aku perkosa, begitu?"

"H-heh, tidak!"

Donghae tersenyum melihat wajah memerah Hyukjae. Namja ini memang sangat menarik, tak salah jika ia menaruh perhatian lebih padanya.

"Kau tak berpikir bahwa ini hanya akan berakhir menjadi one night stand, bukan?" Tanyanya, mengabaikan pertanyaannya yang belum dijawab. Hyukjae mengernyit, bukankah hal seperti ini memang akan selalu berakhir seperti itu? Ia lalu menggeleng pelan. "Memangnya kau mengharapkan apa?"

Donghae tersenyum. Senyum yang—entahlah, tapi—terlihat sangat tampan di mata Hyukjae.

"Hmm.. Hubungan yang lebih serius?" Ucapan Donghae sukses membuat Hyukjae melotot. "Ka.. Kau bercanda?"

"Nongdam aniya! Kau tahu, kau adalah orang pertama yang berhasil membuatku jatuh cinta.."

"Tidakkah itu terdengar menjijikkan? Maksudku—aku namja, kau namja.. Kita.."

Tak ada lanjutan. Hanya suara deru nafas milik kedua namja itu yang memburu dan saling bersahutan. Donghae mendekatkan bibirnya pada telinga Hyukjae, lalu mengeratkan pelukannya. Ia kembali mengecup pipi mulus Hyukjae, lalu menatap wajahnya dari samping. Cukup tampan, pantas saja ia mudah mendapatkan yeoja. Namun, bukankah wajah tampan tersebut akan terlihat sangat cantik jika disandingkan dengannya?

Kalau begitu, namja ini harus menjadi miliknya.

"Tak perlu terburu-buru. Hari ini aku akan melepasmu, tenanglah. Tapi aku akan terus mengejarmu—besok dan seterusnya.."

Oh—selamat bermimpi buruk, Hyuk!

.

FIN

.

OMAKE

.

Hyukjae mendengus pelan ketika rasa sakit di pantatnya masih terasa hingga sekarang. Demi tuhan, aktivitasnya dan Donghae semalam membuat tulang-tulangnya remuk!

Nampaknya tak ada Hyukjae si berandalan hari ini. Hei, bagaimana bisa kau memalak atau berkelahi jika untuk sekedar jalan saja kau terlihat seperti bebek pincang?

Uh, menyebalkan..

Hyukjae mengerucutkan bibirnya. Kyuhyun yang pada akhirnya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi semalam-pun tertawa terbahak-bahak sambil berteriak 'playboy-kita-yang-satu-ini-ternyata-tunduk-pada-s eorang-bocah' di hadapan semua orang.

Heh..

Hyukjae melampiaskan kekesalannya pada kertas putih—yang sudah terdapat banyak coretan 'Donghae idiot' dan 'Bocah brengsek' disana—dan mencabik-cabiknya dengan sepenuh hati. Pandangannya beralih pada ponselnya, menatapnya dengan ragu.

+82286441xxx

'Donghae tampan—brengsek'

Ia menggigit bibir bawahnya ketika otaknya kembali memutar perkataan Donghae semalam.

"Hubungi aku jika kau merindukanku.." Ujar Donghae seraya mencatat nomor ponselnya di ponsel Hyukjae—dan menamai dirinya sendiri dengan Donghae tampan—yang Hyukjae tambahkan dengan kata brengsek tanpa menghapus kata tampan disana—karena sulit dipungkiri bahwa Donghae memang tampan.

"Tidak, aku tak merindukanmu. Aku membencimu." Gumam Hyukjae. Ia kemudian menenggelamkan kepalanya diatas meja dan mengacak rambutnya frustasi.

Telpon. Tidak. Telpon. Tidak.

Ingin menelpon, tetapi harga dirinya melarang keras untuk melakukan hal itu.

Tapi kalau tidak? U-uh, kangen..

PLAK!

Hyukjae menampar pipinya sendiri, mencoba menyadarkan dirinya sendiri yang tiba-tiba bertingkah sok uke. Lagipula—hei, siapa juga yang merindukan bocah brengsek itu?

Hyukjae tersenyum miris sebelum menekan tanda panggilan keluar dilayar ponselnya.

Benar kan, dia memang munafik.

Tak lama, seseorang mengangkat sambungan telponnya, membuat hati Hyukjae melompat kesenangan dan nyaris membuatnya menari harlem jika saja ia tak ingat bahwa pinggangnya masih remuk.

"A-ahh.. Yeoboseyo?"

Hyukjae mengernyit ketika mendapati suara sapaan yang disertai desahan dari seberang. "Ne, Donghae, ini aku.."

"O-oh, enghh.. Aku tahu kau akan menelpon.. Kau merindukanku, bukan?"

"Ngg.. Donghae?" Hyukjae semakin bingung terhadap suara-suara yang—sudah tak asing lagi di telinganya—dikeluarkan oleh Donghae.

"Yes, baby? Maaf, tubuhmu semalam itu terus mengganggu pikiranku—Ah, seandainya kau ada disini, mungkin aku sudah.. Ah.."

"Sial kau, hentikan!" Hyukjae memekik malu. Ia tahu jelas apa yang tengah Donghae lakukan, namun akal sehatnya melarangnya untuk memahami situasi yang sedang terjadi. "Baiklah, baiklah.. Hmmph.. Aku akan menjemputmu di kampus, oke?"

Hyukjae melongo.

Apa-apaan anak itu?

"A-aku tak perlu—"

"Jangan kabur! Bye, berandal cantik bertubuh seksi, saranghae!"

PIP!

"—di jemput."

Sambungan telpon diputus secara sepihak oleh Donghae, membuat Hyukjae mengerang frustasi. Nampaknya keputusannya untuk menghubungi bocah brengsek itu memang salah besar. Wajah Hyukjae sontak memerah hingga ke telinga—entah menahan marah atau malu. Sial, apanya yang cantik? Aku tampan, brengsek!

Sepertinya kau jarang melihat kaca, Hyuk.

T-tapi kalau yang bilang cantik Donghae, nggak apa-apa, sih.., Lanjut innernya, error.

E-eh?

"Ya tuhan, bocah idiot itu telah menghamili otak normalku.."

Gumam Hyukjae sebelum menjedukkan kepalanya keatas meja—lagi.

.

OWARI

.

Author's Note:

Halooo, gue kembali dengan kelanjutannya. Sesuai janji, gue update kilat! How is it? Biasa aja? Garing? Kurang asem? Maklum, NC pertama sih.

Chapter ini cuma gue edit sekali, terus terang aja gue malu—mual—bacanya. Berasa brengsek banget udah bikin cerita PWP. Banyak typo ya maaf, ini panjang banget soalnya.

Maaf ya lagi-lagi gabisa bales review, tapi semuanya udah gue baca dan—kalo masalah NC sih emang pada cepet ya—responnya baik banget.

Well, terima kasih telah membaca, dan HAPPY INDEPENDENCE DAY SOUTH KOREA! *tebarconfetti*

Setelah baca Fic ini, masih ada yang mau minta NC lagi ke gue?

*kabur*