Naruto©Masashi Kishimoto

Lunatic©Sylenaria

Chapter 1

.

Malam sudah cukup larut ketika Sasuke memasuki klub milik Suigetsu. Kemeja putih, jas yang tak dikancing dan celana hitam panjang serta sepatu kerja adalah busana yang kurang cocok dikenakan saat memasuki sebuah ruangan berisi ratusan wanita cantik yang sexy serta puluhan pria tampan yang menjajakan diri. Namun, bukan Uchiha Sasuke namanya jika peduli dengan hal remeh semacam itu.

Hal yang lebih dia pedulikan adalah seorang pemuda seusianya yang berada tiga meja dari tempatnya duduk. Pemuda yang hanya mengenakan kaos lengan pendek bloody red dan celana hitam itu sukses menyita pandangannya sejak pertama kali mereka bertabrakan di pintu masuk lima menit yang lalu. Dan kini, Sasuke tak bisa mengalihkan pandangannya dari pemuda itu.

Setiap inci bagian tubuh, pakaian, serta beberapa benda yang melekat di tubuh pemuda itu sungguh mengagumkan bagi Sasuke pribadi. Rambut kuning jabrik yang berantakan, mata biru shappire yang senantiasa melirik ke arah wanita, kulit tan yang eksotik, tubuh yang tegap, otot-otot yang mengagumkan—serta senyumannya mampu membuat bungsu keluarga Uchiha itu rela menghabiskan malam panjangnya di tempat bising dan penuh aroma alkohol ini.

Hanya saja, seorang gadis berambut pirang dengan pakaian yang sangat minim itu cukup menganggu pemandangannya sekarang. Melihat gadis itu mengobrol dengan pemuda kuning itu. Bahkan beberapa kali mencium si kuning menimbulkan sebuah perasaan tak senang yang sedikit mengganjal dalam dirinya. Perasaan ini mungkin sering disebut orang-orang sebagai iri. Ya. Mungkin saja seperti itu.

"Dia bukan gigolo yang bisa kau pesan,"

Kedua mata onyx Sasuke melirik ke arah Suigetsu yang membawa dua minuman dan meletakannya di meja. Pemuda itu terlihat begitu ganas dengan kaos tanpa lengan dan rantai-rantai yang menghiasi tubuhnya. Celana ketat yang dikenakannya tak mampu menutupi aset berharganya. Dan hal itu sukses membuat beberapa pasang mata terus melirik ke bagian bawah pemuda itu—dan Suigetsu tak begitu peduli dengan kenyataannya.

Pemuda berambut putih sebahu itu tetap pecaya diri dengan pakaian yang dia kenakan. Lagipula, dia mengenakannya hanya di beberapa kesempatan yang tercipta. Bukan setiap hari di dalam klub seperti yang dibayangkan oleh Sasuke. Bagaimanapun juga—walau memiliki klub malam mewah ini—dia tetaplah seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun yang masih sibuk mengejar gelar di bangku kuliah.

"Kenapa kau mengundangku ke sini?" tanya Sasuke to the point. Nada datar masih setia mengiringi setiap kata yang terlontar dari bibirnya—membuat Suigetsu menggelengkan kepala tiap kali mendengar nada itu pada situasi santai seperti ini. Memang benar apa yang dikatakan orang-orang mengenai Uchiha, bahwa mereka memang dilahirkan untuk menjadi orang-orang dingin dan angkuh.

"Tidak apa-apa, hanya mengajakmu bersenang-senang saja. Sebentar lagi ada pertunjukan yang menyenangkan. Dan mungkin kau akan tertarik dengan salah satu pemain-pemain itu," sebuah seringaian samar yang tergambar di wajah Suigetsu membuat Sasuke menghela nafas panjang. "Kudengar dari Itachi kau tengah mencari pasangan, bukan begitu?" tanya Suigetsu dengan sorot mata ingin tahu.

Sasuke mengambil minuman yang ada di meja dan meneguknya perlahan, "Tidak juga," jawabnya datar.

"Astaga Sasuke, sekali-kali bisa tidak kau jujur denganku tentang masalah pribadimu?" tanya Suigetsu dengan wajah frustasi. Setelah berteman dengan Uchiha bungsu itu selama lebih dari lima tahun, pemuda itu tetap saja tertutup seperti pertama kali mereka berkenalan. Dan mau tak mau keadaan itu membuatnya miris. Sasuke memang berbeda dengan teman-temannya yang lain. Namun tetap saja dia ingin sedikit lebih dekat atau setidaknya mengenal seluruh orang yang menjadi temannya.

Di sisi lain Sasuke menaikan sudut bibirnya mendengar ucapan Suigetsu dan tingkah pemuda itu. Memang sudah menjadi tabiatnya semenjak kecil untuk tidak membagi seluruh perasaannya dan masalah pribadinya pada siapapun—termasuk temannya sendiri. Bahkan di kalangan keluarga besar Uchiha, dia memegang peringkat orang paling terutup setelah ayahnya, Uchiha Fugaku.

Jadi jangan salahkan dia jika tak memberitahu Suigetsu. Biarkan saja pemuda berambut putih sebahu itu menebak-nebak perasaannya saat ini. Bukankah itu sesuatu yang menarik? Menebak perasaan orang?

"Baiklah baiklah, jika kau tak mau memberitahuku, tak apa-apa," Suigetsu memasang wajah memelas dan mata yang berkilauan ke arah Sasuke. Melihat hal itu Sasuke hanya bisa memutar kedua bola matanya. Dia tak habis pikir mengenai tingkah Suigetsu yang bisa sangat menjijikan seperti ini apabila menginginkan sesuatu. Sayangnya, dia bukan seseorang yang ramah, yang akan memberikan apa yang diinginkan Suigetsu.

Tidak. Seorang Uchiha Sasuke adalah pemuda yang berpendirian teguh—dan keras kepala.

Ketika Suigetsu tak mendapat respon yang dia inginkan dari Sasuke, sebuah pikiran nakal mengambil alih otaknya. Pemuda itu menggeser tubuhnya hingga menempel pada Sasuke. Bukan hanya itu dia bahkan meletakan kakinya di atas paha Sasuke dan membelai pipi pemuda berambut hitam itu dengan gerakan yang cukup sesual. Bagi Suigetsu, jika seseorang tak bisa diajak baik-baik bicara, mungkin dengan sedikit—

"Permisi,"

Baik Sasuke maupun Suigetsu mendongak. Seorang pemuda berambut kuning jabrik berantakan sudah berada di hadapan mereka dengan wajah yang terlihat sangat tidak bersahabat. Suigetsu langsung mengenalinya sebagai Uzumaki Naruto, si pemegang predikat cowok ter-sexy di kalangan pengunjung klubnya. Seorang pemuda yang hanya senang bermain dan bermesraan dengan wanita tanpa mau meneruskannya ke ranjang.

Seorang pemuda yang misterius karena tak ada satu orangpun yang mengetahui dimana tempat tinggalnya maupun pekerjaannya—namun dia dapat masuk ke dalam klub malam ini dengan pakaian bermerek dan mobil yang terus berganti tiap minggunya. Sementara itu Sasuke mengenali pemuda itu sebagai pemuda yang telah sukses menarik perhatiannya beberapa menit yang lalu.

Mata shappire yang cerah itu memandang Suigetsu tajam untuk beberapa detik sebelum menunjukan sebuah senyuman yang sama sekali tak ramah. Insting kuat milik Suigetsu mulai bereaksi terhadap senyuman itu. Dengan gerakan patah-patah, dia menurunkan kakinya dari Sasuke diikuti dengan tanganya. Selanjutnya dia menggeser tubuhnya sejauh mungkin dari Sasuke dan membalas senyuman Naruto dengan kaku.

"Hai… Uzumaki-san," sapa Suigetsu.

"Apa bisa kau membiarkanku mengobrol sebentar dengannya?" tanya Naruto sembari melirik ke arah Sasuke. Suigetsu mengangguk cepat. diantara semua tamu-tamunya, Naruto adalah satu-satunya orang yang berhasil membuatnya merinding hanya dengan lirikan mata. Aura menyeramkan kadang-kadang dapat muncul diantara aura-aura baik dan menyenangkan itulah yang membuat bukan hanya Suigetsu tapi juga beberapa tamu segan padanya.

"Ten-tentu saja, silahkan," Suigetsu berdiri. Dua detik dia memandang Sasuke dengan ragu, "Sasuke, aku tinggal dulu, masih banyak urusan yang harus kulihat," ujarnya kemudian menyingkir dari hadapan Sasuke dan Naruto secepat mungkin. Beberapa orang yang melihat tingkah Suigetsu terkekeh. Dan banyak diantara lainnya memandang Sasuke dan Naruto dengan pandangan memuja.

Dua orang tampan dalam satu meja tentu saja menuai banyak decak kagum.

Namun, baik Naruto maupun Sasuke sama sekali tak peduli dengan hal tersebut. Mereka berdua sudah terbiasa mengabaikan orang lain.

"Jadi, namamu Sasuke?" tanya Naruto sambil mengambil duduk tepat di sebelah Sasuke. Tubuh mereka yang berdempet dan sempat bergesekan mampu membuat sebuah getaran aneh menyelinap di diri mereka. "Nama yang bagus," komentar Naruto tanpa menunggu jawaban dari yang bersangkutan. "Aku Naruto,"

Sasuke mengangguk kecil. "Salam kenal," ujarnya datar yang disambut cengiran bersahabat dari Naruto. Setelah menunjukan sikap tak bersahabat dengan aura kelam saat masih ada Suigetsu diantara mereka, kini pemuda yang tampak lebih tampan dari dekat ini menunjukan sisi dominan dalam dirinya. Ramah. Hangat. Dan bersahabat. Hal yang berbanding terbalik dengan dirinya sendiri yang dingin dan tertutup. Tapi Sasuke rasa itu bukan masalah besar.

Untuk beberapa detik pertama, mereka terdiam cukup lama hingga tangan Naruto melingkar di pinggang Sasuke. Karena tak menemukan satupun reaksi penolakan dari pemuda itu, Naruto lebih berani untuk memeluk pingang ramping itu dan semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh Sasuke yang dia rasa lebih pendek satu sampai tiga senti dari dirinya. "Sendirian?" tanya Naruto dengan nada berbisik—rendah.

"Ya,"

"Kau begitu menggoda,"

Sasuke melirik ke arah Naruto, "Hn,"

"Sudah punya kekasih?"

"Hn,"

Naruto menaikan sebelah alisnya, "Istri?"

"Hn."

"Oh aku tahu, kau sudah punya anak,"

Sebuah lirikan tajam Sasuke berikan pada Naruto yang langsung disambut dengan kekehan kecil. "Apa yang kau inginkan?" tanya Sasuke tetap dengan nada datar dan sikap dinginnya. Namun, walau dia bersikap seperti itu, Sasuke membiarkan saja pemuda itu mencium pelipisnya untuk pertama kali.

"Tubuhmu,"

"Hn."

"Hmmm… kau wangi sekali," ujar Naruto menggoda. Dia mulai menciumi pipi Sasuke kemudian turun pada lehernya. Dua tanda dia berikan pada kulit mulus itu—menandakan jika pemuda tampan dalam pelukannya ini adalah miliknya untuk malam ini. Setelah puas menghirup aroma mint dan menciumi leher Sasuke, Naruto membisikan sesuatu di telinga pemuda itu. Untuk beberapa detik Sasuke terdiam. Selanjutnya, dia mengangguk kecil.

"Bagus," guman Naruto pada dirinya sendiri. Tangannya masih saja memeluk pinggang Sasuke ketika mereka berjalan keluar klub malam milik Suigetsu. Beberapa pasang mata memandang pemandangan itu dengan ragu. Beberapa diantaranya memandang dengan pandangan tak percaya. Bisik-bisik mulai tercipta diantara detaman musik yang terus berbunyi. Tak jauh dari pintu keluar, Suigetsu melebarkan matanya dan membuka mulutnya.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Naruto membawa dan memeluk seseorang keluar dari klub malam.

Hal yang tak kalah mencenangkannya, pemuda yang dipeluk—dan dipastikan akan bersenang-senang di ranjang bersama Naruto adalah Uchiha Sasuke. Temannya sendiri. Seseorang yang sangat tertutup dalam segala hal pribadi. Si Pangeran Es. Dan adik dari Uchiha Itachi.

"Shit!" mengingat Uchiha Itachi membuat Suigetsu tersentak. "Astaga!" pemud itu menjabak rambutnya sendiri dan memasang wajah ingin mati. Beberapa tamu memandangnya aneh, namun dia tak peduli. Sekarang yang ada di dalam otaknya hanyalah Uchiha Sasuke dan Uchiha Itachi. Kedua nama itu berputar-putar dalam alur abstrak dalam otaknya. "Sial, aku sudah berjanji pada Itachi untuk menjaga agar Sasuke tak macam-macam malam ini!"

Arghhh aku pasti akan dibunuh Itachi jika besok di hari pertunangan si sulung Uchiha itu Sasuke tak datang karena tak bisa berjalan. Sial. Kenapa harus pergi bersama Naruto yang beraura seme itu?! Shit! Batin Suigetsu kemudian berlari secepat yang dia mampu untuk mengejar Naruo dan Sasuke. Kali ini nyawanya menjadi taruhan.

.

TBC

.

Ya ampunnn, fic nista macam apa ini?! #geleng-geleng.

Terima kasih banyak bagi readers yang sudah membaca fic perdanaku di fandom Naruto ini #senyum manis. Jika karakter-karakter di fic ini terlihat OOC, alur gaje, ataupun miss-typo dan berbagai keanehan/kesalahan, harap dimaklumi, kan ini fic pertamaku #cari alasan. Akhir kata… Review Pleaseee #kedip-kedip