Sampai Rivaille bisa senyum dengan bebas dan narsis, Shingeki no Kyojin tetap milik Isayama Hajime-sensei. Saya tak bermaksud menyiksa maupun menistakan karakter di sini, kok.

Warning : OOC, typo, penggunaan bahasa yang kurang baik dan benar, shou-ai, garing, setting diantara AU dan Canon (?), dan kelainan lainnya yang diluar kepala.


Chapter 5 : Antara Eren, Rivaille, dan Hukuman


(Sekuel dari Chapter 4 /mungkin/)

.

.

.

*Setting di lorong HQ lantai 2 depan kamar Rivaille. Menjelang pagi hari, pukul 02.39*

Tersebutlah Hanji Zoe, wanita abnormal pemilik pangkat Mayor dan pencinta Titan ini biasanya dari jam 10 ia sudah tidur dengan gaya ajaibnya dengan pulas. Namun kenapa jam segini ia berada di lorong HQ lantai dua?

"Nyaa.. Sawney.. Bean.. sini datang ke pelukan mama sayang~" ucapnya dengan mata tertutup, air liur yang menetes dari mulutnya dan tangannya menggapai-gapai udara kosong.

Ternyata 'Sleep Walking', toh.

BRAKK!

"Siapa di sana?!" wanita brunette kuncir kuda itu akhirnya terbangun dari tidur anehnya secara paksa setelah terdengar suara berisik dari kamar di sebelahnya.

Kamar―Rivaille.

["AAAHH!"]

Tunggu.

"Lho..?" Hanji menyernyitkan dahi.

Perlahan nyawanya terkumpul.

"Ini kamarnya Rivaille, kan?" gumamnya sambil memastikan.

["TUNG―KOPRAL! APA YANG KAU LAKUKAN?!"]

Jeritan itu―

"Bukannya itu.. suaranya Eren, ya?" ucapnya polos.

["Diam bocah.. ini semua karena kau kurang ajar memakai nama―langka―ku hanya untuk seekor kuda!"]

["TAPI KOPRAL SAYA SUDAH MINTA MAAF―GYAA!"]

"Hee.. mereka sedang apa, sih? Kok, berisik sekali ya?" Hanji berjalan mengendap-endap ke pintu cokelat yang menjadi penghalangnya dengan ruangan misterius itu.

["Tidak. Sampai semua ini selesai. Lagipula aku hanya ingin membantumu 'mengeluarkannya'.. kurang baik apa aku, hah?"]

Suara Rivaille terdengar seduktif.

["Ahn.. sa-sakit Kopral.. pe-pelan.."]

CROTT!

Poor hidung Hanji. Darah menetes deras dari sana.

"A-wawawa.. mereka sedang apa?!" mencoba mengecilkan suara gerak-gerik-nya, ia mencari paling tidak satu buah ember untuk menampung darahnya.

["Ck.. sepertinya butuh pelicin.."]

"Pelicin? U-untuk apa? Jangan-jangan mereka―" batin Hanji dengan pikiran kotornya.

["A-aduh.. ja-jangan ditekan~ sakit!"]

"Aduuhh.. gatel pengen ngintip mama~" Hanji misuh-misuh.

["Nah.. bagaimana?"]

["Aah.. lebih baik.. di-dingin Kopral.. AH! JA-JANGAN DI SITU!"]

Hanji menempelkan telinganya ke pintu. Ia benar-benar kepo.

SRET!

"Gyaa―ups.." Hanji menutup mulutnya yang hampir saja berteriak karena merasakan pundaknya di sentuh.

Ketika wanita itu berbalik… ASTAGA! Ia melihat.. hantu? /bukan/

"Ah.. kau―Mikasa, kan? Ada apa malam-malam begini?" tanya Hanji ketika melihat Mikasa di belakangnya dengan wajah geram dan aura gelap.

"Mayor Hanji? Maaf kalau boleh bertanya, benar ini kamar Kopral―pendek―Rivaille?" Mikasa bertanya balik.

Hanji mengangguk singkat. Ah, dia lupa mengelap darah yang menetes dari hidungnya.

"Boleh saya tahu sedang apa Mayor di sini?"

"Aku―juga tidak tahu! Begitu bangun sudah ada di sini.. hehe.. sepertinya aku 'Sleep Walking'.. kau sendiri? Ini sudah lewat jam anggota baru tidur, lho! Kau perempuan, tak baik seperti itu!" Hanji ceramah sedikit.

Mikasa memutar matanya.

"Tadi saya melihat sekilas Eren di gendong oleh pria pendek itu. Sekitar 10 menit yang lalu―saya habis dari toilet lantai dua. Sepertinya mereka dari gudang loteng. Lalu saya mendengar jeritan Eren, berasal dari sini. Saya khawatir terjadi sesuatu dengannya." Mengeratkan syal merah kesayangannya, Mikasa memperhatikan pintu kamar Rivaille.

Ternyata kupingnya cukup tajam. Karena kamar yang digunakan Mikasa ada di lantai satu. Tapi kenapa dia pakai toilet lantai dua? Hanya Mikasa dan Tuhan yang tahu.

"Oh―eh? Dari gudang.. loteng.. jangan-jangan―!" perkataan Hanji membuat Mikasa membelalakkan mata.

["AAAHH! Sa-sakit.."]

["Akhirnya keluar.. hmph, cepat juga bocah.. sudah, kau mau tidur di mana? Kamarmu atau di sini?"]

["Sa-saya lelah.. tidak bisa jalan.. la-lagipula―"]

["Ya sudah, kau tidur di kasurku saja.. biar aku tidur di sofa."]

["Me-memangnya tidak apa-apa, Kopral?"]

["Hm? Kenapa? Kau mau satu kasur denganku?"]

["TIDAK!"]

Panas.

Panas.

Panas.

"M-Mikasa? Kau―ada asap di atas kepalamu, lho.. kau demam?" tanya Hanji. Lagi-lagi hidungnya bocor.

"Permisi Mayor―saya mau mendobrak pintu.." ujar gadis berambut pekat itu.

"Gyaa―tunggu Mika―!"

BRAKK!

.

.

.

"UWAA!"

Eren menjerit. Mikasa membelalakkan matanya. Hanji headbang. Rivaille mengerutkan kening.

Mikasa memperhatikan seisi kamar Rivaille.

Rapi.

Tapi kenapa Eren dalam keadaan tidak karuan begitu terbaring di kasur Rivaille yang berantakan?

Tapi, kok, Rivaille masih rapi dan bersih-bersih saja?

"A―"

"Mi-Mikasa?! Mayor Hanji?!" Eren terkejut melihat dua sosok di hadapan pintu Rivaille yang hancur.

"Eren! Kau diapakan oleh si pendek itu, hah? Kenapa tadi ada suara―" Mikasa mencengkram erat pundak Eren.

"Hoi, apa yang kalian berdua lakukan di sini, kuso onna?"

DEG!

"E-eh.. Rivaille.. itu tadi.." Hanji gelagapan.

"Hei, pendek! Kau apakan tadi Eren, hah?!" fokus gadis orient itu berubah ke sosok yang lebih pendek darinya.

CTIK.

"Siapa yang pendek? Kau―Hanji, jangan bilang kau berjalan sambil tidur lagi? Dan kenapa hidungmu berdarah?!" tanya Rivaille.

"Anu.. Rivaille.. tadi kau dan Eren―uhh.. yeah.. mm.. itu―" sebenarnya betapa ingin Hanji berteriak 'RIVAILLE! TADI MALAM PERTAMAMU DENGAN EREN, YAH?! KAPAN KALIAN MENIKAH? KEDENGARANNYA 'WOOW' SEKALI, LHO! ADA REKAMAN VIDEO-NYA? MINTA DONG~!'.

Tapi ia urungkan niatannya karena Death Glare-an Rivaille sudah menusuk ke tulang kering.

"Ada apa dengan aku dan bocah itu?"

"Ku kira kalian―yah.. kau tahu, lah.. hehe" cengiran kuda andalannya keluar.

"Kau pikir aku melakukan hal itu dengan bocah ingusan ini? Hmph, mimpi kau." Rivaille mendengus.

"Grr.. katakan apa yang kau lakukan dengan Eren, PENDEK!" Mikasa dengan kurang ajarnya menarik kerah kemeja Rivaille.

"BERANI SEKALI KAU MEMBENTAKKU! TANYA SAJA SENDIRI DENGAN BOCAH ITU!" Rivaille menendang kaki rapuh Mikasa hingga terjatuh.

"Heeii~ kalian berdua kenapa, sih?! Kok, malah aku yang diributkan?" tanya Eren polos.

"Eren, memangnya barusan Rivaille melakukan apa padamu?" Hanji pindah narasumber.

"Tadinya aku hanya disuruh membersihkan gudang di loteng sampai pagi―hukuman karena memberi nama kuda yang sudah mati dengan nama Kopral. Karena lelah, aku tadi terjatuh dari kursi yang kugunakan. Lalu kakiku sakit juga tanganku tertusuk kayu!" Eren memperlihatkan jarinya yang dililitkan perban dan kakinya sedikit membengkak habis dipijat gratis oleh Rivaille.

"Kopral―yang menemani saya bersih-bersih untuk mengkoreksi kerjaan saya sudah setengah tertidur, sih―hanya membantu mengobati dan mengeluarkan potongan kayu itu, kok! Memangnya kenapa?" Eren menjelaskan semuanya dengan tampang polos.

"APA?! JADI KALIAN…" serasa jatuh ke jurang. Hanji kaku di tempat.

"Apa? Ku bilang tak mungkin dan tak akan aku melakukan hal itu dengan bocah ingusan ini! Dasar mesum! Hubunganku dengannya hanya sebatas majikan dan pembantu, tahu?!" Rivaille menendang pinggang Hanji.

"Hyaaa~ menyesal aku tadi kepo.." Hanji menangis lebay.

"Huwe.. aku pembantu?" Eren nangis Bombay.

"Tidak Eren.. tidak akan ku biarkan kau menjadi pembantu orang pendek itu!" hibur Mikasa.

Kehebohan itu akhirnya sedikit mereda.

.

.

.

"Hei kalian semua."

DEG!

"Kalian tahu ini jam berapa?"

Semua―bahkan Rivaille―terdiam. Melihat ke jam dinding di kamar Rivaille yang rapi. Berusaha mengabaikan suara itu takut-takut.

Pukul 03.56

"Kalian minta di hukum, hah?"

ERWIN SMITH!

"Ko-Komandan?!"

"Waduh.. berabe.. hai Erwin!" sapa Hanji sok akrab.

Pria penyandang gelar Komandan itu berdiri dengan wajah yandere-nya dan masih menggunakan piyama hitam polos. Tapi di tangannya ada sebilah pedang untuk mengalahkan para titan.

"Kalian mengganggu tidur anggota lain, tahu?" tanya Erwin.

Semua mengangguk takut-takut―kecuali Rivaille.

"Lalu kenapa masih dilanjutkan?" senyum yandere lagi.

"A-ampun Komandan! Kami akan kembali ke kamar kami! Ayo Mikasa!" ujar Eren setengah tertatih-tatih membawa Mikasa untuk kembali ke kamarnya masing-masing.

"Hanji, kenapa ember itu penuh darah? Rivaille, apa yang kau lakukan hingga ada keributan seperti ini? Ku minta besok kalian berdua membuat surat permintaan maaf kepada para anggota yang merasa tidurnya terusik. Mengerti?"

Anggukan takut-takut dari Hanji, dan umpatan-umpatan kasar dari Rivaille.

Pagi yang menyebalkan.

.

.

.

[The End / Continue ?]


A/N : Uwaa.. maafkan keterlambatan update saya TT_TT salahkan internet yang lemotnya kayak siput di Larva /banting modem/ hehehe.. *smirk ala titan* pada ketipu ya? /dibantai/ semoga kali ini tidak ketipu lagi ^^ pada kepo sama hukumannya, nih? Siapa yang mikir mesum, hayoo? /angkat tangan/

Android5Family : Aduh.. saya bisa saja mendetilkan hukuman uhukratedmuhuk (karena jujur saja saya mesum tingkat dewa), tapi saya masih di bawah umur, lho.. baru boleh nulis uhukratedmuhuk empat tahun lagi.. gatel dikit sih

Kim Victoria : Update tiap hari ya.. kayaknya tergantung mood saya, deh.. /lempar sendal/ mana pisau-nya? Kok nggak ada? /nantang maut/

Kim Arlein 17 : Yeey.. selamat anda telah terjebak! /bunuh/ waa.. jangan suruh saya update kilat.. saya bergantung pada mood, ide, dan saran/request ^^

Hasegawa Nanaho : Kan.. di warning ada tulisan hubungan 'majikan x pembantu' /dilempar/ bagus deh kalo chap kemaren cetar ^^

enaimer : Iya.. Rivaille kuda.. /ditendang Rivai/

Azure'czar : Walah.. saya ga kepikiran Eren jadi duda.. kan ada mbak Mikasa ato bang Armin /woy salah pair/ jangan ngamuk.. sabar.. Rivai ga mati kok..


Terimakasih banyak kepada para pembaca dan lain-lain~ ada saran/request/kritik? Saya akan usahakan ^^