Sampai Rivaille bisa senyum dengan bebas dan narsis, Shingeki no Kyojin tetap milik Isayama Hajime-sensei. Saya tak bermaksud menyiksa maupun menistakan karakter di sini, kok.

Waning : OOC, typo, penggunaan bahasa yang kurang baik dan benar, shou-ai, garing, setting diantara AU dan Canon (?), dan kelainan lainnya yang diluar kepala.


Chapter 1 : Antara Eren, Rivaille, dan Tinggi Badan


*Setting tempat di ruangan waktu Eren pertama kali bersih-bersih di Scouting Legion HQ bersama majikan tercintanya, Rivaille. Menjelang sore hari.*

"Eren, kuperintahkan kau untuk menunduk!" titah Rivaille yang kini berdiri di hadapan Eren.

Yang di perintahkan mendengus kesal. "Tidak mau! Kopral saja yang jinjit!" balas Eren.

Sedang apa mereka? Yap. Kalau sesuai pikiran anda, berarti mereka ingin―uhuk―berciuman. Namun terjadi perselisihan antara keduanya, masalah tinggi badan.

"Kau mau menentangku?" ancam Rivaille, Eren menggeleng dengan wajah masih membangkang. "Tidak, aku tidak menentangmu. Hanya saja aku lelah harus mengalah terus!" pemuda beriris deep blue itu menyilangkan tangannya di depan dada bidangnya.

Rivaille menatap Eren sebal. "Ck. Jadi secara tak langsung kau menghinaku pendek, huh?" tanya Rivaille dengan aura suram.

"Hmm? Bisa jadi―" CTIK. Obral death glare.

"Eh―" Eren buru-buru menutup mulutnya.

"Hoo.." aura gloomy pekat berkoar di belakang si Yupi-Freak raven itu.

Maju satu langkah―

JDUAK!

"UAGHHH! KOPRAL AMPUN―" Satu tendangan telak di pinggang Eren. Mirip-mirip tendangan 'Fabulous' di salah satu episode animenya.

JDAKK!

"GYAA! SAKIT AMPUN! KAU TINGGI KOPRAL! AMAT TINGGI!" Kepala Eren mencium mesra lantai keras nan dingin diiringi lepasnya beberapa gigi―tenang, nanti tumbuh lagi, kok.

K.D.H.Q (Kekerasan Dalam HeadQuarters) telah terjadi.

Rivaille tersenyum (note : dalam hati―garis bawahi itu) puas. Kaki kanannya menginjak kepala sang bawahan dengan leluasa. Ingat semuanya, 'Surga di bawah telapak kaki Rivaille' /ngawur/

"Masih membangkang?" tanya Rivaille sadis. Eren tidak mau menjawab. "Cih.."

Sang Kopral berjalan keluar ruangan dan membanting pintu dengan keras. Eren mengelus-elus punggung malangnya yang sudah beberapa kali jadi korban PMS-annya Rivaille. Sedikit banyak si brunette itu merasa bersalah. Ia tahu Rivaille pendek bukan keinginan yang bersangkutan, tapi paling tidak ia berusaha, dong. Minum susu kuda―misalnya. Eh, itu obat perkasa, bukan peninggi badan. Jelas-jelas di ruangan itu terdapat kotak kayu, kenapa ia tidak mau menaikinya? Syukur-syukur terkesan lebih tinggi. Eren tidak perlu repot-repot mensejajarkan tingginya hingga pundaknya pegal.

Kemana Rivaille? Apa si pendek mungil itu ngambek?

BRAKK!―Yah. Panjang umur.

Rivaille memasuki ruangan dengan kasar dan sesuatu diseretnya paksa. Eren tersentak. Lho, bukannya itu Mayor Hanji? Kenapa wajahnya babak lebur begitu?

"Aduduh.. Rivaille, kalau mau menyuruhku datang ke sini kenapa tidak memanggilku saja? Caramu membawaku ke sini itu sangat unyu, tahu? Aduh.. pinggangku keseleo lagi. Eh, hai Eren!" sapa Hanji yang tengah diseret oleh Rivaille sambil melambai-lambaikan tangannya. Tadi mengeluh sakit, sekarang mendadak ceria. Dasar wanita masochist terselubung.

"E-eh.. em.. Kopral, itu kenapa Hanji-san―"

"Hanji, bersujud di hadapan Eren, sekarang." Perintah Rivaille seenak jidatnya.

"Eeehh? Masa' aku disuruh sujud sama Eren? Kalau wujud titan-nya tidak masalah, tapi―" protes Hanji.

"Tidak ada tapi-tapian. Cepat."

Hanji bersujud di depan kaki Eren dengan tidak ikhlas. "Tunggu―Kopral ini tidak sop―" Eren menatap canggung kedua atasannya yang ajaib.

TAP!

"Aduh.. berat!" keluh Hanji. Pria raven dengan tinggi 160 cm dan berat 65 kg itu naik ke punggung Hanji. Rekayasa tinggi badan, ceritanya.

"Uwah.." Eren sweatdrop. "Lihat? Tinggiku sejajar denganmu. Heh.." Rivaille mendengus bangga. Apa yang harus di banggakan? Buang-buang waktu iya.

"HWAH! JANGAN-JANGAN KAU MAU MENCIUM EREN, YAH?! AKU MAU LIHAT!" Hanji yang sepertinya lupa kalau Rivaille berada di punggungnya langsung mengangkat badan. Tentunya tubuh mungil nan berat sang Kopral limbung dan jatuh di―

"KOPRAL―!" Eren refleks menangkap Rivaille. Uhuk. Dengan pose berpelukan a la teletubies /salah/

Kaaatss. Merah. Wajah sejoli itu merah padam.

"KYAA~ ADEGANG SHOU-AI LIVE ACTION!" jerit Hanji fangirlingan.

"Ck. Lepaskan aku bocah sialan!" si raven menjitak kepala Eren hingga pelukannya lepas. Lalu kembali menyeret Hanji keluar ruangan.

Wajah Eren masih memerah. Ia terpaku di tempat. Jeritan dan suara-suara penyiksaan dari luar ruangan terdengar.

.

.

.

"GARA-GARA KAU MARTABATKU SEBAGAI SEME HANCUR! MATILAH KAU HANJI!" suara Rivaille.

DUAAKKK! BLARR!

"AMPUN RIVAILLE YANG MULIA~ KALAU BOLEH DIULANG LAGI JUGA TIDAK APA-APA, KOK! AKU TIDAK AKAN MENGGANGGU! OMONG-OMONG KAU UNYU JADI UKE, KOK!" lalu suara Hanji.

.

.

.

Eren berdoa dengan khusyuk untuk ketenangan Hanji setelah ini juga nasibnya akan kemarahan sang Kopral.

.

.

.

[The End / Continue / Delete?]


A/N : Uwah.. sekarang hari terakhir puasa, entar malem takbiran. Ah, minna-san yang sama-sama menjalankan ibadah puasa, Minal Aidin Walfaizin Mohon Maaf Lahir Batin yaa ^^