Chapter 8

Berawal dari sebuah "Comment War", apa yang akan terjadi selanjutnya?

Disclaimer : Naruto masih dimiliki oleh Om Masashi dan Om Zuckerberg pun masih memiliki hak cipta Facebook.. Tetapi itu sebelum Mind-san menyerang.. *apa sih*

Rated : M ++

Genre : Romance/Humor

Pairing : SasuNaru, ItaKyuu, HidanKyuu, ItaDei, ...Dei

Warning : LEMON in this chapter, R18+ scene, OOC, Gaje, Typo*semoga gak banyak*, Yaoi, EYD yang suka-suka Author, BoyXBoy. Etc. Dont like, just no flame it. OK?

A/N : Haloo para Reader yang unyu-unyu najis *Plak* Mind-san datang kembali setelah lama libur dari dunia FFn nih.. Maaf deh untuk para Reader yang nunggu-nunggu Fic abal ini.. *Bungkuk* Ayo kita balas Review dari Reader-Reader yang Mind sayang..

BrownEyes129 : Sip.. :D

Cherryel. yurryco60 : Yahhh.. Maaf yah, emang bentar lagi tamat nih.. Lucu yah? Terima kasih..

Himawari Wia : Naru emang ku buat malang :D

Trisna : Serius? Thank you

Uzumaki Prince Dobe-Nii : Whhaaaa… *Kasih minum* Sasu emang sengaja kubuat mesum.. Hehehe

Mii. Soshiru : Kyaaa.. Maaf Mii, Aku tidak berniat untuk tidak menulis namamu.. Serius deh.. Tenang, ntar ku buat Naru suka sama Sasu kok.. Author suka nyiksa Sasuke, jadi kubuat miskin deh.. n,n

Kkhukhukhukhudattebayo : Iya nih.. Bakal tamat di chap ini..

Axa Ganger : Tenang deh.. Lemonannya bakal ada di chap ini..

Gadis Kentang : Terima kasih atas koreksinya.. Hehehe.. Namanya juga Dobe..

Nie astro : Terima kasih

Nick Say FuckerShit For Kagari : Supernya pen name kamu.. Iya nih udah lanjut..

chiimao13 : Tenang, ini bakal Happy Ending kok.. Ada nih *Nyodorin lemon*

Yun Ran Livianda : Nih lemonannya

Konno Asuka : Aduh maaf yah.. Aku khilaf.. *Plak* Ini lemonnya..

: Terima kasih atas sarannya..

Th3 D4Rk : OK..

Hanazawa kay : Wahhh.. Thanks udah nulis review dari Chapter 1.. Iya ini udah lanjut..

ana. karina. 12576 : Iya ini dah lanjut..

Risa Sano : Ini lanjutannya.. Terima kasih atas semangatnya

Miyako Hanabuchi : Sebenarnya aku buka orang yang humoris sih, tapi diusahakan deh.. n,n

Rizkhachanmoe : ini lanjutannya..

Terima Kasih atas Review-reviewnya para Reader.. Selamat menikmati Chapter ini

Comment War!

By : In My Bla-Bla Mind (Author pemenang juara lomba kelereng tingkat kecamatan) *Plak

"Teme, capek~"

"Hn"

Dua orang sedang sibuk dengan aktifitas barunya, yaitu mencuci piring. Yap, kita ketahui bahwa dua orang ini sedang dihukum oleh manajer Restoran Ichiraku karena tidak sanggup membayar Ramen yang telah dilahap oleh Naruto.

"Teme, kapan ini akan selesai?"

Dua orang dengan warna rambut yang berlainan tersebut mengusap keringat mereka bersamaan. Sudah lebih dari 2 jam yang lalu sejak ia berdiri di washtafel restoran tersebut dengan spons cuci piring dan tumpukan piring-piring kotor yang menggunung.

"Entahlah, Dobe. Mungkin sampai toko ini tutup." Ucap sesosok pemuda berambut 'chicken butt' sambil terus menuangkan cairan pencuci piring keatas sponsnya. Rambutnya sudah tidak menantang gravitasi seperti biasanya lagi. Mungkin karena keringat dan air yang berulang kali terciprat ke dirinya ketika ia mencuci piring.

"Tapi restoran ini kan baru tutup jam 12 malam, Teme" Ujar seseorang yang berambut pirang sambil terus mengosokan sponsnya ke piring kotor dengan wajah yang tidak bersemangat. Pemuda yang dipanggil 'Teme' pun melipat tangannya didepan dada. Melihat jam tangannya dan langsung berkata.

"Berarti tinggal 3 jam lagi sebelum toko ini tutup."

"ARGGGHHH.. Aku sudah tidak sanggup lagi."

Teriakan tiba-tiba sang blonde membuat orang yang berada disekitar wilayah tersebut merasakan getaran berkekuatan 9,0 Skala Ritcher *Lebay*. Ia membanting sponsnya kea rah washtafel dan melipat tangan didepan dadanya, menampilkan pose ngambek sambil memajukan bibir depannya. Sasuke yang berada disebelah Naruto menelan ludahnya. Didalam hatinya ia berkata.

"Sabar, Sas. Author bilang dichap ini ada lemon kok. Jadi tenang ya 'adik kecil'"

Mesum sekali kau Sas.

Naruto pun berjalan ke sofa panjang yang berada di sudut dapur yang biasa digunakan untuk tempat istirahat para koki ketika jam istirahat tiba. Ia duduk dan bersandar diatas sofa tersebut. Ahh.. Akhirnya.. Setelah 2 jam berdiri disamping washtafel sambil berkutat dengan piring-piring kotor, akhirnya ia bisa meluruskan kakinya sejenak. Tangannya yang sudah memerah dan kesemutan karena saking lamanya bergesekan dengan spons dan piring kotor akhirnya bisa ia istirahatkan sebentar. Yap, kenikmatan tersebut langsung sirna setelah Sasuke menghampirinya dan menatapnya tajam.

"Dobe, pekerjaan kita belum selesai"

Kelopak mata Naruto terbuka sebentar sebelum akhirnya menutup kembali.

"Biarkan Aku istirahat sebentar, Teme"

"Hey, kau mau meninggalkanku dengan piring kotor sebanyak ini. Sendirian?" Ujar Sasuke sambil menunjuk tumpukan piring kotor yang tak pernah ada habisnya.

"Hmm.." Ujar Naruto pelan. Mungkin rohnya sudah melayang kedunia mimpi.

"Dobe, sialan" Ujar Sasuke lirih sambil melangkahkan kaki putihnya kearah washtafel kembali. Ia melihat tumpukan piring yang berada didepannya sambil bergumam.

"Homina Homina Homina"

Sabar yah, Sas

.

.

.

"Jahatnya kau berniat meninggalkanku sendirian di Amerika. Beruntung Aku segera tahu setelah mendapat kabar bahwa kau ingin mengunjungi Kyuubi di Jepang. Dan akhirnya aku langsung menyusulmu kesini dengan pesawat. Sedikit sulit sih untuk menemukanmu di kota besar seperti ini, tapi bla bla bla bla bla bla" Pemuda pirang panjang yang diketahui bernama Deidara mengelayut manja dilengan seorang berkeriput bernama Itachi. Mulutnya terus mengoceh hal-hal yang tak penting. Itachi pun menanggapinya dengan memutar bola matanya bosan. Entah kenapa apartemennya yang hanya tinggal 2 blok lagi terasa sangat jauh sekarang.

Pikiran Itachi terus menerawang jauh, memikirkan caranya Ia bisa kembali dengan Kyuubi. Bagaimana caranya Ia kembali mendapatkan hatinya Kyuubi jika seseorang sudah mendapatkan hatinya. Sial, Ia terlalu kalap hingga memukul pacarnya Kyuubi. Kyuubi pasti lebih membencinya lagi saat ini.

"Chi"

"Tachi"

"ITACHI"

"Hah?" Ucap Itachi bingung setelah tersadar dari lamunannya setelah Deidara memanggilnya. Wajah sang sosok berambut pirang tersebut berkerut sebal setelah tahu bahwa ocehan panjangnya tak sama sekali didengar oleh Itachi.

"Tachi sedang memikirkan apa sih, un" Deidara melenggang ke depan tubuh Itachi, menghalangi jalannya. Itachi pun terpaksa berhenti. Menatap sang sosok pirang yang wajahnya sudah mulai memerah karena marah.

"Bukan apa-apa" Itachi pun kembali berniat melanjutkan perjalanannya sambil melewati Deidara. Tetapi Deidara membuat penghalang dengan merentangkan tangannya.

"Jawab pertanyaanku dengan jelas, un"

"Ini bukan urusanmu, Dei"

"TENTU SAJA ITU URUSANKU" Deidara berteriak dengan sekuat tenaga sampai tubuhnya bergetar hebat. Itachi hanya menaikan alisnya sedikit, kebingungan.

"Tentu saja itu urusanku" Deidara berkata sambil terisak. Air mata mulai menuruni kelopak matanya tanda ia sedang menangis. Tubuhnya bergetar hebat karena isakannya.

"Kau hanya memikirkan tentang Kyuubi, Kyuubi dan Kyuubi. Kau bahkan tahu kalau Kyuubi sudah menjauh darimu. Tetapi-" Ucapan Deidara terpotong ketika Ia menegakkan kepalanya yang sebelumnya tertunduk. Irisnya langsung menatap ke iris Itachi yang lebih kelam. Berusaha mengirimkan perasaannya lewat tatapan tersebut.

"-Kau tak pernah menatapku yang berada didekatmu walau untuk sejenak. Kau terus mengacuhkanku walau berulang kali ku berusaha untuk mendapatkan perhatianmu" Ucapan Deidara terhenti setelah ia menenggelamkan wajahnya ke telapak tangannya. Itachi terus menatap Deidara datar. Wajahnya tak menunjukan sedikitpun rasa iba atau menyesal. Hingga beberapa lama, akhirnya bibir Itachi mengucapkan beberapa rangkai kata.

"Maaf, Dei. Tetapi Aku masih mencintai Kyuubi. Tak peduli seberapa jauhnya Ia. Aku tetap mencintainya-" Ucap Itachi. Ia melangkahkan kakinya melewati tubuh Deidara yang semakin bergetar menahan tangisnya. Ketika Itachi sudah berada disamping Deidara ia membisikan sesuatu.

"-Bukan dirimu" Ucap Itachi sambil memasukan tangannya kedalam saku celananya. Ia pun melangkahkan kakinya meninggalkan Deidara yang sudah pecah tangisannya.

.

.

.

Di rumah yang bercat orange terang. Sesosok pemuda berambut merah sedang mengobrak-abrik seisi lemarinya dengan wajah panik. Bola matanya terus bergerak menyusuri seluruh is lemari bercat merah bata itu.

"Aduh dimana sih kotak sialan it-. Aha.. Ini dia" Ia pun mengangkat sebuah kotak kecil bertuliskan 'P3K' dengan wajah puas. Ia pun berlari meninggalkan isi lemari yang sudah berserakan dimana-mana itu. *Poor Lemari*

Ia berlari ke ruang tengah dimana ada seseorang berambut perak duduk sambil mengelus pipinya yang memerah dan memar. Ia pun menoleh kearah Kyuubi dan kotak P3K dan tertawa hambar.

"Hahaha.. Seharusnya kau tak perlu repot-repot seperti ini, Kyuu. Pipiku hanya memar kecil. Besok juga sudah menghilang" Ucap Hidan sambil menatap Kyuubi yang duduk disebelahnya dan membuka kotak P3K itu. Ia mengeluarkan beberapa kapas dan cairan pengompres. Kyuubi menuangkan cairan pengompres ke sebuah mangkok kecil dan Ia pun merendam kapas tersebut di dalam cairan pengompres.

"Tidak kok. Aku tidak merasa direpotkan, Sensei" Ia pun mengangkat kapas tersebut dengan pinset dan menempelkan kapas tersebut di luka memar Senseinya itu. Hidan sedikit meringis ketika luka memarnya merasakan dingin dari cairan pengompres.

"Sakit ya?" Ucap Kyuubi sedikit cemas. Ia sedikit mengurangi tekanan kepada luka memar Hidan.

"Umm.. Sedikit" Ucap Hidan pendek. Berapa menit kemudian, luka memar Hidan pun selesai ditutup dengan kapas dan plester oleh Kyuubi.

"Selesai" Ucap Kyuubi sambil tersenyum melihat karyanya pada wajah Hidan. Hidan pun tersenyum malu karena menganggap Kyuubi tersenyum untuknya. Kyuubi pun berdiri berniat untuk kembali kekamarnya untuk meletakan kotak P3Knya ke tempatnya kembali.

"Terima kasih, Kyuu. Kau bisa menjadi istri yang baik jika seperti ini" Ujar Hidan ketika Kyuubi sudah berada didepan pintu kamarnya.

"Sama-sam.. EH?" Gerakan Kyuubi untuk membuka pintu kamarnya terhenti ketika menyadari ada keganjalan di perkataan Senseinya tadi. Apa Ia tidak salah dengar ya?

"Ada apa, Kyuu? Ada yang salah?" Kata Hidan ketika melihat Kyuubi mematung didepan pintu kamarnya aneh.

"Ti-tidak Se-sensei" Ucap Kyuubi sambil tercengir terpaksa. Ia pun melangkahkan kakinya memasuki kamarnya. Didalam kamarnya, Ia memegangi dadanya berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak hebat. Wajahnya bersemu merah karena jantungnya yang memompa darah keseluruh wajahnya. Membuatnya semakin panas dan memerah.

Tanpa disadari, diluar ruangannya. Hidan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kyuubi, Kyuubi.. Dasar anak aneh"

"Tapi tetap saja manis~"

.

.

.

Jam dinding menunjukan tepat pukul 12 malam. Para chef di dapur restoran tersebut sudah mulai menempatkan apronnya di lemari kecil yang tersedia di dapur tersebut. Para pelayan pun sudah mulai melepaskan seragamnya dan menempatkannya di tempat yang sama. Beberapa pemuda paruh baya yang merupakan cleaning service mulai menghidupkan penyedot debu dan membersihkan seluruh isi restoran setelah sebelumnya membalik papan bertuliskan 'Open' menjadi 'Closed'. Dari orang-orang yang mulai berbenah tersebut, terlihatlah Naruto dan Sasuke. Bedanya mereka berdua sedang melakukan aktifitas yang berbeda.

Sasuke sedang melakukan sujud syukur didepan wastafel karena 'tugas sucinya' dengan piring-piring tersebut. Sedangkan Naruto? Dia masih 'sibuk' dengan bobo cantiknya. Posisinya sangat 'elit'. Dengan kaki yang mengangkang -kaki kiri dipegangan sofa dan kaki kanan di sandaran sofa- dan tangannya yang merentang, mengklaim bahwa sofa itu hanya miliknya. Oh iya, jangan lupa dengan air terjun super di sudut mulutnya. Yap, sungguh nista kan reader?. *Plak*

Sasuke pun meregangkan tubuh dan kakinya yang mulai kesemutan karena saking lamanya berdiri. Sasuke pun sempat melihat sosok berambut pirang yang tega meninggalkannya berkutat dengan piring-piring tersebut sendirian. Padahal ini kan salahnya si Dobe itu, kenapa coba harus memesan semangkok ramen yang harganya selangit itu. Ia pun berjalan pelan ke sofa yang menjadi korban kebrutalan tidur Naruto. Lama menatap sosok mengenaskan bagai mayat korban pemerkosaan di atas sofa tersebut. Eh, korban apa?

Glup

Sasuke menelan ludah karena melihat posisi dan keadaan Naruto sekarang. Ya iyalah, Seme mana yang tahan jika calon Ukenya tidur dengan posisi mengangkang gitu, serasa siap dan rela untuk 'dimasuki' kapan saja. *Itu mah pikiran mesum lu, Sas* Ditambah wajah Naruto yang sangat polos ketika ia tertidur dan bibir merah mungilnya yang sedikit terbuka menghasilkan suara dengkuran halus. Udah begitu, dua kancing kemeja bagian atas yang ia pakai terlepas entah sejak kapan, menampilkan bahu tan mulus. Ah sudah cukup mendiskripsikannya, Author harus nyari tisu dulu bentar. *Nosebleeding*

Sasuke pun mengelengkan kepalanya mencoba untuk mengalihkan pemandangan indah itu dari iris hitamnya. Ia menjulurkan tangan putih pucatnya untuk meraih tangan Naruto dan menggoyangkannya pelan.

"Dobe"

"Grroookkk"

"Buset dah ni anak. Ngorok ampe segitunya'

"Dobe, sudah waktunya pulang"

"Ehmmm, nanti" Naruto memberikan respon sebisanya. Rohnya masih melayang-layang di alam mimpi. Sasuke menggeleng pelan. Ia mendekatkan bibirnya kearah telinga Naruto lalu membisikan sebuah kata.

"Naruto sayang, bangun dong" Bisik Sasuke yang membuat author enek seketika. Naruto hanya mengubah posisi tidurnya dan bergumam aneh. Sasuke pun bangkit dan berpikir.

"Kalau Aku tinggalkan nanti bisa-bisa aku di cap sebagai Seme yang tidak bertanggung jawab. Tetapi kasihan juga kalau dibangunkan. Kelihatannya dia sangat kelelahan"

Sebagai Seme siap, siaga dan rajin menabung *Apa sambunganya?*. Sasuke pun mengangkat Naruto dan menggendongnya dipunggungnya. Naruto hanya bergumam dan membuka matanya sedikit sebelum melingkarkan tangannya ke leher Sasuke. Sasuke pun sedikit tersenyum dibuatnya.

Sasuke pun melangkahkan kakinya keluar restoran dengan perlahan, takut membangunkan sosok pirang yang ada dipunggungnya sekarang. Ia pun berjalan yang mulai lenggang dari kendaraan. Hanya lampu jalan yang bersinar kekuningan yang menemaninya.

"Enhh"

Naruto sedikit menggeliat di punggung Sasuke, mengubah posisinya sehingga kepalanya tersandar di bahu Sasuke. Sasuke sedikit terlonjak karena lehernya yang terkena bibir Naruto dan napas Naruto yang berhembus pelan dilehernya. Tetapi hanya ditanggapi oleh Sasuke dengan helaan nafas sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya.

Yang Author tanyakan sekarang adalah : perjalanan kemana?

Sasuke berhenti melangkah.

Sasuke mengerinyitkan alisnya.

"Ya tuhan. Aku kan belum pernah kerumah si Dobe ini. Mana Aku tahu rumahnya"

Tidak bisa Author bayangkan, bagaimana sang Uchiha ini bisa selemot itu. Sasuke kan belum pernah kerumahnya Naruto. Lalu mau dibawa kemana si pirang yang lagi asik berkutat dengan mimpi indahnya itu?

Setelah berhenti cukup lama, Sasuke pun melanjutkan langkahnya.

"Kalau begini, terpaksa Aku bawa kerumahku saja"

.

.

.

Kyuubi pun melangkah mendekati Hidan setelah beberapa menit mendekam dikamarnya. Hidan pun menegakan badannya yang sedang tidur diatas sofa setelah melihat sang tuan rumah datang.

"Umm.. Sensei"

"Iya?"

"Ini sudah jam 12 malam"

"…"

"Umm.. Jadi, apakah Hidan-sensei mau pulang atau emm.." Kyuubi memotong perkataanya sambil menunduk. Kedua tangannya aktif bermain dengan ujung bajunya. Matanya sejenak menatap Hidan yang sedang menunggu lalu dengan cepat menatap kebawah kembali.

"Meng-menginap?" Kyuubi akhirnya menyelesaikan kalimatnya. Hidan pun dengan cepat tersenyum dan mengoyang-goyangkan tangannya tanda menolak.

"Tidak, terima kasih. Aku ingin pulang saja. Tetapi…" Hidan tak melanjutkan perkataanya, tetapi tangannya terentang menunjukan dirinya yang masih topless karena insiden kuah kari panas. Kyuubi pun teringat, lalu pergi ke tempat dimana mesin cuci dan mesin pengering berada. Setelah berapa menit, Ia kembali dengan tangan kosong.

"Loh? Kemana bajuku, Kyuu?" Hidan bertanya sambil mengangkat alisnya.

"Maaf, Sensei. Tapi bajumu belum kering. Mungkin besok baru kering."Ujar Kyuubi

"Lalu bagaimana Aku bisa pulang?"Hidan pun bertanya sambil menatap Kyuubi intens yang sedang berpose berpikir. Setelah beberapa lama, Kyuubi pun berlari kearah kamarnya lalu keluar sambil membawa satu buah kemeja.

"Pakai saja kemejaku, Sensei" Ujar Kyuubi sambil menyerahkan kemejanya ketangan Senseinya itu. Hidan pun membuka lipatan kemeja itu dan merentangkannya. Lalu menempelkan kemeja tersebut ke badannya. Terlihat sekali bahwa kemeja tersebut terlalu kecil untuk ukuran tubuh besar Hidan.

"Tak ada yang lebih besar lagi, Kyuu?"

"Tak ada, Sensei. Itu adalah pakaian yang paling besar yang Aku punya"

"Maksudku, seperti pakaian ayahmu begitu. Apakah tak ada?" Tanya Hidan lagi

"Okaa-san dan Otou-san sedang pergi. Biasanya sih Ia selalu membawa kunci kamarnya sehingga tak ada yang bisa masuk kesana"

"Oh, kalau begitu. Baiklah" Ucap Hidan menyerah. Ia pun mencoba memakai kemeja tersebut, daripada ia pulang sambil bertelanjang dada. Apa kata orang nantinya?

Hidan dengan bersusah payah mencoba mengkancingkan kemeja tersebut. Tetapi tetap tidak bisa.

"Kyuu, tolong bantu Aku mengancingkan ini" Kyuubi pun berjalan mendekat kearah Hidan dan membantu menarik kemeja tersebut sekuat tenaga, mencoba melebarkan kemeja tersebut agar mudah dikancingkan. Tetapi karena Kyuubi yang tanpa aba-aba langsung menarik kemeja tersebut, membuat Hidan kehilangan keseimbangannya dan jatuh menimpa Kyuubi.

"Ennhh, Sensei. Berat." Hidan pun meneguk ludahnya. Apa-apaan desahan itu? Terdengar sangat… Sangat seksi. Kyuubi pun mencoba mendorong dada Hidan, walaupun dengan wajah yang memerah.

"Sensei, tolong cepat berdiri" Ucapan Kyuubi tidak dihiraukan oleh Hidan yang masih terpaku dengan pesona Kyuubi saat ini. Tanpa sadar, Hidan mendekatkan bibirnya kearah bibir merah Kyuubi. Kyuubi hanya terpaku kaget atas tindakan Hidan tersebut. Kyuubi pun menutup matanya setelah melihat jarak antara bibirnya dan bibir Hidan hanya tinggal beberapa mili lagi.

*Kyuubi's P.O.V

Bodoh.

Bodohnya Aku. Bukankah seharusnya Aku senang karena orang yang ingin menciumku ini adalah orang yang aku cinta? Tetapi kenapa hati ini rasanya perih. Rasanya sangat aneh.

"Bukankah ini yang kau mau, Kyuu?"

DEG

Suara itu? Sungguh Aku tak merasa asing mendengarnya. Tiba-tiba dalam otakku berputar sebuah memori. Memori yang acak bagai rangkaian kaset rusak. Memori tentang perjalanan cinta yang sudah kulalui bersama seseorang. Seseorang yang tak aku sadari sudah merebut hatiku dan menyimpannya. Sehingga walau sedetik pun aku tak bisa berpaling darinya.

"Bukankah ini adalah sebuah kesenangan jika seseorang yang kau sukai juga menyukaimu?"

Sebuah wajah samar terbentuk dipikiranku. Wajahnya sudah tak asing lagi. Mata hitam itu. Rambut panjang itu. Garis yang melintang disamping hidung itu?

"Ini kan yang kau harapkan, Kyuu?"

Lama-lama wajah itu terpampang jelas didepan mataku. Wajah itu lah yang dulu sering ku sentuh. Yang beberapa kali ku cium. Tanganku pun terulur untuk mengusap pipi putih tersebut. Tetapi sebelum jariku menyentuh pipi itu. Wajah itu sudah lenyap bagai tertiup angin malam.

"Menjauh dariku. Membuat hatiku terluka seperti apa yang kau rasakan"

Tiba-tiba sosoknya muncul dan berdiri di kejauhan. Aku pun mencoba mengejarnya. Tetapi kakiku terasa berat. Hingga sosok itu pun berjalan mendekat.

"Kau suka kan, Kyuu? Saat apa yang kau rasakan, juga ku rasakan? Bahkan sakit hatimu pun juga harus kurasakan"

Sosok itu semakin dekat dan semakin dekat. Hingga Ia berdiri di depanku dan menatapku dalam. Aku pun menatap mata hitamnya lekat. Ketidaksukaan dan kekecewaan sungguh tercetak jelas disana.

"Tetapi apa yang kau rasakan kepadanya itu tidak benar. Karena…"

Tangannya tiba-tiba terulur dan memelukku erat. Tak pernah Aku rasakan pelukan senyaman itu sebelumnya.

"…Cinta didasari atas rasa saling menyayangi dan mengasihi. Bukan balas dendam"

Sosok itu masih memelukku erat. Mataku pun terpejam, berusaha meresapi rasa nyaman tersebut sebanyak yang Aku bisa. Hingga Aku pun berkata lirih.

"Aku sadar, Itachi. Cintaku ke Hidan bukanlah sebuah cinta yang tulus. Melainkan hanya sebagai pelarian dari cintamu. Maaf. Aku sungguh minta maaf padamu"

*End of Kyuubi's P.O.V

Kyuubi pun tersadar penuh. Matanya kembali terbuka dan dengan sekuat tenaga, ia mendorong Hidan yang ada diatasnya. Hidan pun terdorong kebelakang. Raut mukanya menunjukan ekspresi antara bingung dan kecewa. Dengan cepat Kyuubi bangkit lalu berbalik membelakangi Hidan, tak ingin ekspresinya terlihat oleh senseinya tersebut.

"Ma-ma-maaf" Kyuubi tak bisa menahan getaran di suara yang ia paksa keluar ketika hatinya terasa tertohok. Wajahnya sudah panas dan matanya sudah sangat merah. Telapak tangannya ia gunakan untuk menutup setengah wajahnya yang sudah siap untuk menumpahkan air mata. Air mata penyesalan.

Hidan pun menatap bahu yang sedikit bergetar itu. Ia pikir, bukankah Kyuubi mencintainya? Bukan sekali-dua kali ia kedapatan sedang terbengong menatapnya. Tingkah lakunya yang ia perlakukan kepadanya juga berbeda dari murid kebanyakan. Sering ia dengar gossip tentang Kyuubi yang mencintainya.

"Ada apa denganmu, Kyuu?"

Ya, Hidan sangat bingung kali ini. Jadi perhatian yang sering Kyuubi berikan kepadanya hanya perhatian antara murid dan guru semata?

"Kyuu, aku minta maaf" Hidan bergerak mendekati sosok yang dari tadi memunggunginya. Ia menyentuh bahunya, tetapi langsung mendapat tepisan halus dari Kyuubi.

"Baiklah jika itu mau mu. Aku akan pergi" Hidan langsung bangkit dan memakai kemeja yang ada di tubuhnya asal. Dengan langkah perlahan, Hidan berjalan mendekati pintu rumah tersebut. Sebelum tangannya menyentuh knop pintu, Hidan sempat berbalik kebelakang

"Sekali lagi maafkan aku, Kyuu" Hidan pun membuka pintu rumah tersebut dan keluar dari rumah bercat orange terang itu. Mendekati pagar rumah yang berwarna senada. Ia pun memacu mobilnya, membelah kedinginan malam.

.

.

.

Bagaimana rasanya saat kau telah memberikan rasa cintamu kepada seseorang yang kau cintai namun orang yang kau cintai itu selalu mengacuhkanmu. Hingga akhirnya, ia sudah benar-benar jenuh dan sungguh-sungguh menghancurkan harapanmu untuk kembali mencintainya.

Itulah yang dirasakan Deidara sekarang. Ia melangkah tak tentu arah menyusuri jalan setapak yang mulai sepi dan hanya diterangi oleh sebuah lampu jalan tua yang mengeluarkan cahaya kekuningan. Sesekali dadanya naik turun karena sehabis menangis. Matanya pun sesekali harus diusap karena tertutup oleh cairan bening.

Ia terus berjalan hingga ia berteriak frustasi dan membanting koper yang berisi pakaian dan lainnya yang sedari tadi ia bawa. Rasanya ia ingin mati saja jika seperti ini.

Ya

Tidak ada gunanya jika ia tetap hidup didunia yang kejam ini. Orang yang selalu kau sayangi tak menganggap dirimu sama sekali, bahkan setelah kau melakukan segalanya hanya untuk mendapat perhatiannya. Lalu apa lagi yang ia harapkan dari kehidupan ini?

Deidara mengangkat kepalanya ketika dari kejauhan terlihat sepasang lampu sorot dari sebuah mobil menghampiri matanya yang berkilau dengan air mata. Ya, inilah waktunya untuk ia mengakhiri ini semua

"Kami-Sama.. Tunggu aku di alam sana.. Ayah, Ibu dan.. Itachi-" Ucap Deidara lirih ketika mobil yang ada didepannya hanya berjarak 5 meter lagi.

"-selamat tinggal"

Deidara dengan tiba-tiba melompat kedepan mobil tersebut. Tetapi dengan refleks yang cepat pengemudi mobil tersebut mengerem dan membanting stir ke samping untuk menghindari sosok yang didepannya

CCKKIIITTTT

Bunyi nyaring gesekan ban mobil dan aspal yang panas memecahkan malam yang sepi. Pengemudi yang ada didalam mobil tersebut keluar dari mobil setelah mobil tersebut benar-benar berhenti. Lalu menghampiri sosok Deidara yang masih berdiri kaku di tengah jalan.

"Apa yang kau lakukan, bodoh? Hampir saja tadi aku menabrakmu" Ucap pengemudi dengan nada kesal yang tergambar jelas di tiap katanya.

Deidara tetap mematung ditempatnya. Tak bergerak seinci pun dari tempatnya. Tiba-tiba air mata keluar dari sudut matanya di ikuti dengan tubuhnya yang ambruk ke tanah dengan posisi terduduk.

Pengemudi mobil yang melihatnya langsung menghampiri Deidara dan berniat memegang bahunya dan menanyakan apa yang terjadi sebenarnya, tetapi sebelum ujung jarinya menyentuk pundak Deidara, Deidara berbalik kearah Pengemudi tersebut sambil berteriak.

"Hiks, KENAPA KAU TAK MENABRAKKU, HAH? KENAPA KAU MALAH MENGHINDAR? Hiks. KENAPA KAU TIDAK MELINDASKU SAJA, HAH?" Ucap Deidara sesenggukan (*Author bingung bahasa Indonesianya apa) dengan mata yang tidak berhentinya mengeluarkan air mata. Sang pengemudi mobil tentu saja langsung memicingkan mata -bingung dengan apa yang dikatakan oleh pemuda yang hamper ditabraknya ini. Bukankah seharusnya ia bersyukur dengan refleksnya yang cepat untuk menghindarinya. Kenapa ia malah memarahi dirinya?

"KAU.. BODOH, BODOH, BODOH" Deidara langsung memukul-mukul pemuda didepannya. Sang pemuda yang bingung hanya menghindar seperlunya. Ia berpikir mungkin pemuda yang hampir ditabraknya ini sedang frustasi dan berniat bunuh diri.

"KAU BODOH.. SEPERTI ITAC-" Sebelum Deidara berhasil memukul pemuda didepannya. Pemuda itu menangkap lengan Deidara dan menariknya kedalam pelukannya.

"Sshh.." Pemuda yang memeluk Deidara itu membuat suara berdesis yang menyuruh Deidara untuk menghentikan tangisannya. Deidara menghentikan tangisannya sesaat karena kaget menerima perlakuan seperti ini oleh pemuda yang baru dikenalnya. Tetapi kemudian ia menenggelamkan mukanya ke dada pemuda tersebut untuk meredam tangisannya.

Suasana dingin tidak terasa lagi oleh Deidara. Entah kenapa pelukan pemuda ini berhasil membuatnya nyaman dan merasa bahwa masih ada yang menyayanginya di permukaan bumi ini. Keheningan melanda dua pemuda ini selama beberapa menit. Setelah Deidara menghentikan tangisannya ia melepaskan pelukan pemuda itu dan berkata lirih.

"Terima kasih"

"Ya, itu bukan apa-apa" Ucap pemuda itu. Deidara menatap pemuda itu. Dibawah cahaya remang-remang lampu jalan, ia dapat melihat pemuda tersebut tersenyum padanya.

Pemuda itu tiba-tiba berkata "Ngomong-ngomong kau ingin…"

"Aku kabur dari rumah" Sebelum pemuda itu menyelesaikan perkataanya, Deidara memotongnya. Ia memang berbohong dengan kabur dari rumahnya. Deidara pun melanjutkan.

"Aku tidak tahu harus kemana dan ingin kemana." Deidara menundukan kepalanya.

"Kalau begitu, kau bisa tinggal dirumahku untuk sementara. Sampai kau menemukan tempat tinggal atau ingin kembali ke rumahmu lagi, mungkin?"

"Tetapi…" Deidara ingin berkata sesuatu tetapi tiba-tiba sebuah jari telunjuk menghampiri bibirnya.

"Sudah, tidak usah merasa tidak enak begitu. Aku senang kok membantu seseorang" Pemuda itu kembali tersenyum. Deidara berpikir bahwa ternyata masih ada seseorang yang baik dan suka menolong orang asing seperti dirinya.

"Mari sini aku bantu" Pemuda itu menarik lengan Deidara pelan untuk membantunya berdiri. Lalu membantu membawakan barang-barang yang dibawanya dan memasukannya kedalam bagasi mobilnya.

Mereka berdua pun masuk kedalam mobil, ketika pemuda itu memutar kunci mobil dan menyalakan mesin, Ia teringat sesuatu.

"Oh, iya. Siapa namamu? Kita belum berkenalan sejak tadi" Deidara menoleh sebentar dan kembali menatap jalan.

"Namaku.. Deidara" Ucap Deidara. "Lalu namamu?"

Pemuda itu melepas rem tangan dan memacu gasnya.

"Namaku Hidan"

Mobil pun melesat dan menghilang ditengah kegelapan malam.

.

.

.

Sasuke tiba dirumahnya, tepatnya sih di apartemennya. Ya, semenjak ia masuk ke pendidikan menengah di Konoha, ia memutuskan untuk hidup mandiri. Setiap bulan ia dikirimi uang oleh keluarganya yang hidup di Suna. Lalu mungkin reader bertanya, mengapa Sasuke tidak memilih sekolah yang berada didekat rumah orang tuanya saja? Jawabannya adalah TAKDIR *dikeplak*. Ya, benar lah.. Takdirnya emang Kami-Sama ingin mempertemukan antara Naruto dan Sasuke.

Ia mengambil kunci apartemennya dengan tangan sebelah kiri, sedangkan tangan sebelah kanannya digunakan untuk menopang bokong Naruto yang masih terlelap di punggungnya. Yap, Sasuke tak merasa lelah sedikitpun ketika ia harus menggendong Naruto dari restoran yang berjarak berates-ratus meter, karena ia dapat memegang, meremas, mencolek dan melakukan apapun yang ia mau kepada bokong kenyal Naruto. Ia hanya akan berhenti ketika Naruto mengelinjang terganggu di punggungnya dan melanjutkannya lagi setelah Naruto kembali tenang. Dasar Uchiha. Modusnya bisa aja.

Ia membuka pintu apartemennya dan menekan saklar lampu hingga seluruh sudut apartemennya sekarang terlihat. Apartemennya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tetapi cukup untuk seorang pelajar seperti Sasuke untuk tinggal. Ada sebuah ruang tamu sekaligus ruang keluarga, sebuah dapur dan meja makan yang jarang terpakai karena ia lebih memilih warteg di pinggir jalan ketimbang repot-repot memasak (emang di Konoha ada warteg? *Author : Anggep aja ada), sebuah kamar tidur dengan ranjang king size dan kamar mandi. Memang interior yang simple namun tetap nyaman.

Ia membaringkan Naruto di kasur dan meregangkan punggungnya, ternyata Naruto cukup berat untuk tubuh seukurannya. Sasuke pun mengambil handuk dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. (Author pun mengikuti sambil membawa kamera)

Setelah beberapa menit Sasuke, keluar dengan handuk terlilit di pinggulnya. Rambutnya yang biasa bermodel chicken-butt itu basah dan lepek sehingga menutupi telinganya (oke, stop pendeskripsiannya, author gak sanggup ngebayanginnya lagi *Nosebleed*). Sasuke menghampiri ranjang yang masih terdapat Naruto yang terlelap diatasnya. Posenya itu loh yang bikin iman Sasuke goyah.

Kaki sedikit mengangkang dengan baju yang kusut dan sedikit tersingkap dibagian perut. Memperlihatkan perut rata Naruto berbalutkan kulit seindah caramel kualitas terbaik. Sasuke tanpa sadar menjilat bibirnya sendiri. Membayangkan bahwa lidahnya menari diatas kulit caramel Naruto. Apakah rasanya akan semanis caramel juga?

Sasuke mendekati Naruto yang masih asyik dengan alam mimpinya. Sasuke tidak tahan dengan bibir mungil Naruto yang terbuka dan tertutup seirama dengan nafasnya. Sasuke makin tidak tahan ketika Naruto mengerang tertahan dalam tidurnya.

"Emmhhh~"

Kami-sama maafkan Sasuke jika ia bersikap kasar kepada makhluk ciptaanmu yang satu ini.

Sasuke pun naik keatas kasur dan merangkak keatas tubuh Naruto. Ia meletakan kedua tangannya di samping tubuh Naruto mengurung sang uke di bawahnya. Sasuke pun mengecup pelan bibir Naruto hanya untuk menunggu reaksi Naruto. Ternyata Naruto masih memejamkan matanya. Sasuke pun semakin berani untuk memasukan lidahnya kedalam mulut Naruto ketika mulut Naruto terbuka. Sasuke pun menjilat-jilat bibir Naruto dan memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciumannya.

"Akhirnya bibir yang selalu ku impikan ini bisa menjadi milikku"

Sasuke memperganas ciumannya ketika wajah Naruto memerah dan tubuhnya menggeliat tak nyaman. Lidah Sasuke masuk dan menggelitik langit-lagit mulutnya dan menjilat lidah Naruto untuk mengajaknya beradu. Sekitar 3 menit, Sasuke masih saja semangat mencium bibir Naruto yang kini mulai memerah dan membengkak akibat gigitan kecil yang diberikan Sasuke. Warna merah diwajah Naruto sudah menyebar sampai ketelinga akibat kehabisan nafas tetapi matanya belum juga terbuka. Hingga akhirnya, Sasuke menggigit bibir bawah Naruto gemas dan Naruto pun membuka mata dan terkesiap.

Sasuke kaget, Naruto kaget, Author juga kaget. Masih dalam posisi ciuman dengan bibir mereka saling bertemu, Naruto memandang Sasuke bingung. Rohnya masih tertinggal dilangit-langit kamar ketika jiwanya dipaksakan untuk terbangun. Setelah loading di otak lemotnya selesai, Naruto langsung membulatkan matanya dan mendorong Sasuke hingga Sasuke terguling dan jatuh dengan kepala dibawah dari ranjangnya. Sedankan Naruto langsung menutup seluruh badannya dengan selimut sambil menutup bibirnya dengan punggung tangan.

"Ap-Ap-Ap-APA YANG KAU LAKUKANNNN, TEMEEE!" Naruto berteriak dengan guncangan yang kuatnya sebanding dengan gempa bumi sebesar 9.1 skala richter. Sasuke pun bangkit dan naik kembali ke atas ranjang dan pelan-pelan merangkak kearah Naruto yang makin memojokan dirinya ke sudut kasur.

"Aku hanya mencoba menggodamu, sang calon 'istri'ku" Gila, belum apa-apa Sasuke udah mengklaim bahwa Naruto adalah istrinya.

"Hah? Kepalamu habis terbentur apa Sasuke? Siapa yang ingin menjadi istrimu, hah?"

"Sejak 5 menit yang lalu.. Ketika kau tertidur kau bergumam 'Sasuke sayang~, aku ingin menjadi istrimu sampai ajal menjemputku. Touch me, Sasuke~'" Ujar Sasuke mengada-ada dengan nada dibuat-buat.

"Tidak mungkin, Tidak mungkin. Aku tidak mungkin mengatakan seperti itu" Ujar Naruto sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Tetapi memang kau berkata seperti itu, Dobe sayang" Kata Sasuke makin mendekat

"Kalau Aku memang berkata seperti itu, jangan dianggap serius dong, Teme! Waktu itu kan aku sedang tidur dan tidak sadar" Kata Naruto dengan tampang melas. Sasuke tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga ia berada di depan Naruto. Ia menjilat telinga kiri Naruto lalu berbisik dengan suara baritone seksinya.

"Aku juga ingin abaikan perkataanmu itu sebelum kau-" Sasuke berpindah ketelinga kanan Naruto dan menjilatnya lalu berbisik kembali.

"Menarikku dan menciumku dengan penuh nafsu" Bisik Sasuke penuh kebohongan

Naruto kagetnya bukan main. Jadi sebenarnya ia sendiri yang memulai ini semua?

"Kau enghh.. berbohong" Naruto mendesah secara tiba-tiba ketika tangan Sasuke menyingkirkan selimut lalu menelusup kedalam kemejanya dan merayap diatas perutnya. Sedangkan lidah Sasuke bukan lagi menjilat kuping Naruto tetapi mengulumnya.

"Tidak" Balas Sasuke. Ia tidak ingin berkata banyak-banyak ketika sekarang lidahnya sibuk menjilat-jilat leher Naruto dan tangannya naik keatas sambil memainkan puting merah muda Naruto.

"Enghhh.. Sasuu.. Ahhh.." Naruto terpaksa mendesah dan membuka mulutnya ketika Sasuke mengecup kecil perpotongan lehernya sampai menimbulkan bekas kemerahan yang cukup banyak. Itu memberikan sensasi yang sangat nikmat bagi Naruto.

Dengan cepat, tangan Sasuke bekerja membuka seluruh kancing kemeja Naruto, sedangkan mulutnya kembali aktif menyerang mulut Naruto yang terbuka. Setelah semua kancing kemeja Naruto terlepas, Sasuke hanya menyingkirkan kemeja Naruto tanpa melepasnya hingga dada dan perut rata Naruto terekspos didepan mata Sasuke. Mengambil inisiatif, mulut Sasuke turun dan mengecup pelan puncak puting kemerahan Naruto.

"Hahh.. Hahhh.. Sasuhh.. Chukupp" Naruto kembali mengerang ketika Sasuke mengulum putingnya dan puting sebelahnya dimanja dengan jari-jemari Sasuke. Sasuke menghentikan aktifitasnya sebentar hanya untuk mengatakan

"Tubuhmu tidak mengatakan hal yang sama, Naru sayang" Sasuke melanjutkan 'pekerjaannya' yang tertunda. Tangan Sasuke turun untuk mengelus perut Naruto.

"Sasukehh.." Sasuke memainkan jarinya di sekeliling pusar Naruto. Mengantar sengatan listrik kecil ke seluruh tubuhnya menghasilkan kenikmatan yang tidak tertahankan. Ya, seberapa kuat pun Naruto menolaknya, tetapi ia tidak dapat melawan naluri tubuhnya yang meminta disentuh lebih oleh Sasuke. Naruto pikir ia pasti gila. Ya, ia memang gila. Gila dengan cinta Sasuke.

Sasuke berhenti mengulum puting Naruto dan berpindah ke puting yang ada disebelahnya.

"Seharusnya kau melihat ini, Naru. Kau sangat tegang dibawah sini" Ucap Sasuke ketika ia meraba gundukan yang masih tertutup celana jeans milik Naruto sebelum ia melanjutkan mengulum puting Naruto.

"Emmhh.. Sasukehh berhenti berka-Enghh-ta seperti itu.. Aaahhhhh" Sasuke benci ketika Naruto mengatakan seperti bahwa ia tak menyukainya. Sasuke hanya ingin Naruto jujur bahwa ia membutuhkan Sasuke. Alasan itulah yang membuat Sasuke menggigit puting Naruto.

"APA YANG KAU LAKUKAN, TEME! SAKIT TAU!" Teriakan dan pukulan dikepala Sasuke membuat Sasuke menegakan kepalanya. Melihat Naruto dengan muka memerah dan mata sayu membuat Sasuke menyeringai.

"Jika kau ingin ini dihentikan. Baiklah" Sasuke berdiri dari ranjang dan berniat melangkah menuju lemari pakaian sebelum sebuah tangan tan mencegahnya.

"Apa? Kau meninggalkanku setelah kau membuatku 'tegang' seperti ini?" Ujar Naruto sambil menunjuk ke tengah selangkangannya.

"Kau memang tidak bertanggung jawab!" Akhirnya Naruto hanya merungut sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dibalik itu Sasuke berteriak didalam hati

"Akhirnya kau memohon juga, dasar tsundere"

"Baiklah, jika kau ingin aku melanjutkan. Kau harus berjanji satu hal"

"Hm, apa?" Naruto menatap Sasuke bingung

"Kau harus berjanji untuk-"

Ia menurunkan kepalanya kembali dan menjilat dada Naruto dan semakin turun.

"- untuk menikmatinya dan berhenti berkata 'Stop, Berhenti, Jangan dan Tidak'. Mengerti?" Ujar Sasuke sambil memainkan lidahnya di pusar Naruto.

"Hmm.. Ahh.. Baiklahh" Naruto akhirnya tahu, maksud Sasuke adalah Sasuke ingin ia menikmati permainan ini juga. Sasuke ingin Naruto bercinta dengannya bukan dengan dasar paksaan tetapi atas dasar suka-sama-suka. Itulah yang membuat Sasuke mengatakan bahwa dia harus berhenti mengatakan 'stop, berhenti, jangan dan tidak' karena itu membuat Sasuke berpikir bahwa Naruto terpaksa melakukan ini. Tidak disangka Sasuke ternyata orang yang sangat dewasa.

"Ini sangat mengganggu"

Sasuke menurunkan celana jeans Naruto dan menanggalkan boxer yang ia kenakan hingga tersisa celana dalam berwarna orange yang menutupi kejantanan Naruto. Sasuke menyeringai senang ketika Naruto dengan refleks menutupi kejantanannya.

"Sasuke, apa yang kau lakukan?"

"Kau selalu bertanya tentang apa yang aku lakukan? Tentu saja aku sedang menelanjangimu kan?"

Sial, Sasuke berkata seerotis itu dengan muka yang sangat datar.

"Jadi diam dan nikmati" Sasuke berusaha menyingkirkan tangan Naruto tetapi Naruto tetap mempertahankannya.

"Tetapi.. Aku malu" Sasuke memutar bola matanya. Tidak pernah ia menemukan uke se-tsundere ini

"Kau tidak perlu malu, dobe. Ini juga pertama kalinya untukku. Biarkan aku menyenangkan dirimu sehingga membuatmu tak akan pernah melupakan malam ini seumur hidupmu" Dan mulut Sasuke pun makin erotis. Dengan sekali usapan halus ditangannya, Naruto membuka tangannya dan mempersilahkan Sasuke untuk melihat kejantanannya.

Sasuke melihat Naruto menatapnya intens ketika Sasuke menjilat kejantanannya dari balik celana dalam. Tidak mendapat respons apapun, Sasuke makin berani untuk menjilat, mengulum dan mempermainkan kejantanannya. Tangannya aktif mempermainkan testis Naruto sedangkan tangan yang sebelah membelai puting Naruto lembut.

"Temehhh.. Ughhh" Naruto meremas rambut Sasuke gemas. Sasuke mempermainkannya dengan kenikmatan yang membuatnya membumbung tinggi membelah langit ketujuh.

"Aku buka ya, Naruto?" Sasuke melepas celana dalam Naruto membuat tubuhnya terekspos sempurna oleh mata onyx Sasuke. Sasuke tersenyum kecil ketika pipinya mendapat tamparan kecil dari kejantanan Naruto yang sudah tegang.

"Sasuhh.. Arrggghhhh..." Tanpa komando Sasuke melahap kejantanan imut Naruto dengan sekali lahap. Ia terus memainkan testis Naruto. Memijatnya, memelintirnya dan mencubitnya. Naruto hampir gila dengan permainan lihai Sasuke. Sasuke terus memainkan kejantanan Naruto didalam mulutnya dengan lidahnya.

"Sasukehh.. Mmmhhh.. Ini Uhh nikmatt.. Ummhh Lebih cepatthhh" Kepala Naruto bergerak ke kanan kiri dengan tidak terkendali. Ia sudah sangat dekat.

"Sasukeehhhhh" Naruto mengeluarkan cairan manisnya saat itu juga. Kedua tangannya meremas rambut Sasuke dan tubuhnya melengkung dengan mulut terbuka meneriakan nama sang kekasih. Dengan suka rela Sasuke menelan seluruh cairan manis Naruto tanpa tersisa.

"Aku lelah, teme" Mata Naruto sayu dengan pandangan yang mulai mengabur. Kenikmatan yang diberikan Sasuke seribu kali lebih nikmat daripada ia menggunakan tangannya sendiri. Ia tak pernah ejakulasi sehebat ini sebelumnya.

"Kau kira ini sudah selesai, Naruto?" Sasuke bangkit dan mendekat ke wajah Naruto. Masih dalam posisi berdiri, Sasuke menunjuk sesuatu yang terlihat menonjol dibalik handuk yang melilit di pinggulnya.

"Aku belum dipuaskan olehmu" Sasuke menyeringai senang ketika Naruto mengambil posisi duduk sehingga wajahnya tepat didepan selangkangannya.

"Lakukan seperti aku melakukannya terhadapmu tadi" Ultimatum Sasuke tak pernah bisa terbantahkan. Naruto tahu itu, hingga ia pun meletakan telapak tangannya di daerah dimana handuk itu terlihat mengembung dan merabanya. Naruto lalu menengadahkan kepalanya dan menatap Sasuke dengan wajah polosnya.

"Sebesar ini?" Sasuke bersumpah, jika ia bukan Uchiha pasti ia sudah jatuh bersimbah darah karena mimisan. Bagaimana Naruto berkata itu dengan muka polosnya itu?

"Bukankah kau suka?" Sasuke menyeringai.

"Hmm.." Naruto menyingkap handuk tersebut dan menatap kejantanan Sasuke yang menakjubkan. Naruto pun memegang kejantanan tersebut dengan satu tangan lalu melahapnya tak sabar. Sasuke hanya tersenyum lucu.

"Mmmhh.." Naruto mengeram ketika kejantanan Sasuke sangat penuh dimulutnya. Ia mengeluarkan kejantanan itu dan menjilat puncak kejantanan Sasuke. Tidak lupa tangannya memainkan sepasang testis Sasuke. Naruto menjilat, mengulum dan mengecup kejantanan tersebut seakan tidak ada hari esok. Naruto memainkan kejantanan Sasuke naik turun membuat Sasuke mengeram.

"Grrhh.. Naruhh"

Kedua tangan Sasuke menahan kepala Naruto agar tidak melepas kejantanannya. Naruto terus mengulum dan menjilat kejantanan Sasuke. Sasuke hampir bingung, apakah ini Naruto yang biasa ia temui atau bukan? Naruto turun mengecup kedua testis Sasuke sambil berkata lirih kepada Sasuke.

"Sasuke, sepertinya bolamu ini menampung banyak sekali cairan. Aku jadi tak sabar untuk segera merasakannya" Serius, ini sepertinya bukan Naruto. Sasuke menarik kepala Naruto hingga ia melepas kejantanannya dari mulutnya.

"Ap-"

"Naruto, apakah ini kau?" Sasuke skeptis

"Tentu saja ini aku. Memang kenapa, BAKA" Naruto memasang muka bete

"Kau.. Kau sungguh berbeda"

"Berbeda bagaimana?"

"Kau sangat.. Sangat 'nakal'" Sasuke menggaruk kepalanya, bingung mencari kata yang tepat.

"Bukankah kau suka dengan aku yang nakal. Itu memuaskanmu kan?" Ucap Naruto. Sasuke menggeleng dan menundukkan kepalanya untuk mengecup puncak kepala Naruto. Sasuke berpikir bahwa Naruto pasti berusaha keras ingin memuaskannya juga

"Tidak, tidak. Aku ingin kau menjadi dirimu sendiri, Naru. Aku suka dengan dirimu yang asli. Yang suka memberontak dan tidak mudah ditaklukan. Justru itu yang membuatku tertantang untuk memilikimu" Sasuke mengelus kepala Naruto halus

"Tapi kau bilang aku tak boleh menolakmu tadi"

"Aku hanya bilang untuk berhenti mengatakan 'stop, berhenti, tidak dan jangan'. Bukan berarti aku membatasimu untuk menjadi dirimu yang sepenuhnya" Sasuke meluruskan kesalahpahaman itu sambil menepuk puncak kepala Naruto yang menganguk mengerti

"Sekarang menungginglah" Perintah Sasuke pun dituruti Naruto dengan mengangkat pinggulnya lebih tinggi. Sasuke mengambil tempat didepan bokong Naruto. Sasuke mengelus paha dalam Naruto, semakin naik dan berakhir di bukit kembar Sasuke. Ia meremas dan meraba pantat Naruto yang terlihat kenyal berisi.

"Sasuke.. Mhhh"

Naruto sangat sensitif dibagian ini. Sasuke pun menampar pantat Naruto hingga menimbulkan bekas memerah di pantat Naruto.

"Argghh.. BRENGSEK kau, Sasuke"

"Ini yang ku maksud menjadi dirimu sendiri, Naru sayang. Aku suka dirimu yang seperti ini" Sasuke menjilat bekas memerah dipantat Naruto lalu membuka belahan pantatnya dan memainkan jarinya di sekitar lubang pantat Naruto, membuat lubang itu berkedut.

"Mnnhh.. Temehhnn.." Naruto mendesah kembali. Sasuke sialan, dia sangat suka menyiksanya seperti ini. Sasuke melumuri tiga jarinya dengan sisa cairan Naruto dan memasukan jari telunjuknya ke lubang pantat Naruto.

"Gehhnn.. Sasmhh" Sebuah desahan kembali lolos dari mulut Naruto, menjadi sebuah penyemangat tersendiri bagi Sasuke untuk tetap mempermainkan lubang yang kini sedang menjepit jarinya ini. Maju, mundur, putar. Lubang Naruto terlihat seksi ketika diperhatikan. Sasuke membayangkan bahwa kejantanannya lah yang akan memasuki lubang hangat ini sebentar lagi.

"Bagaimana rasanya, naru sayang?" Sasuke masih memanggil Naruto dengan sebutan 'naru sayang'. Itu membuat sedikitnya menambah rona merah diwajah Naruto.

"Mmnnhh.. Rasanya agak Annheh" Naruto tak bisa menyembunyikan desahannya disela-sela jawabannya, tapi itu malah membuat Sasuke semakin melebarkan seringaiannya dan menambah jari tengahnya menyusul jari telunjuk yang sebelumnya bersarang di lubang Naruto.

"Temehh.. Sakitt.. Angghhh" Naruto mengeliat tak nyaman ketika dua buah jari hinggap dilubangnya. Sasuke menunggu untuk Naruto terbiasa dahulu sebelum ia menggerakan jarinya perlahan.

"Sshh.." Naruto menutup matanya dan merasakan ketika jemari panjang milik Sasuke menggesek dinding rektumnya. Sebelum..

"ANNHHHH.. Sasuhh.. Kau menyentuh ANHHH sesuatu" Sasuke mengangkat sudut bibirnya ketika tubuh Naruto sedikit bergetar karena ia menyentuh sweetspot-nya. Sasuke terus menyentuh titik itu dengan sengaja.

"ARGHH.. Sasuhh ANNHH kau OHHH brengsek ARRHH" Naruto berteriak ketika Sasuke kembali menambahkan jari manisnya untuk memasuki lubang Naruto.

"Sashh.. Shakiiittt" Sasuke menegakan tubuhnya dan mencium bibir Naruto yang terabaikan sejak tadi. Sasuke mengecup kelopak mata yang menyimpan keindahan langit musim semi itu untuk menghentikan lelehan air matanya.

"Tenang, naru. Sakitnya hanya sebentar" Sasuke berusaha menenangkan Naruto. Kaki Naruto bergerak tak nyaman ketika Sasuke mengerakan ketiga jemarinya bersamaan. Tangan kiri Sasuke digunakan untuk mengelus punggung Naruto halus.

"ANNHHH" Berusaha menghilangkan rasa sakit Naruto, Sasuke kembali menyentuh sweetspot milik Naruto. Sasuke terus menusuk lubang Naruto dengan ketiga jemarinya hingga lubang Naruto terasa lebih elastis untuk penetrasi nanti

"AHHH.. OHH.. SASUHH.. Aku ingin ANHH keluar" Sasuke mencabut ketiga jarinya secara tiba-tiba membuat Naruto yang ingin keluar menjadi tertunda. Naruto ingin protes kepada Sasuke, tetapi Sasuke lebih dahulu mengangkat pinggulnya lebih tinggi dan berkata.

"Kau sudah keluar tadi dan aku belum keluar sama sekali. Kau ingin mendahuluiku lagi, hah?" Sasuke memegang kejantanannya sendiri dan menempelkan dan mengesekan ujung kejantanannya di lubang Naruto yang berkedut.

"Aku akan masuk, naru sayang"

"Pelan-pel Ahhhh" Sasuke mendorong kejantanannya untuk memasuki lubang Naruto secara perlahan.

"Argghh.. Sasuke.. Ini sakit" Sasuke terus mendorong kejantanannya masuk sambil mengecupi punggung Naruto.

"Rileks, Naruto" Sasuke mengecup pipi Naruto dan melahap bibir Naruto. Sambil tetap mengerakan pinggulnya lebih jauh kedalam lubang Naruto.

"Mnhhh.. Anhhh.. Nnnhh" Desahan dan teriakan Naruto tertahan oleh bibir Sasuke. Air mata kembali meleleh di sudut matanya. Sasuke mengecup kedua mata Naruto dan kembali mencium bibir merah Naruto.

"ANNHHHH" Kejantanan Sasuke sudah memasuki lubang Naruto secara keseluruhan. Sasuke menengadahkan kepalanya sesaat meresapi nikmat dan hangatnya lubang Naruto. Sedangkan Naruto masih berusaha merilekskan seluruh tubuhnya.

Sasuke mencium bibir Naruto lembut "Kau rilekskanlah tubuhmu dahulu. Jika sudah, aku akan.."

"Bergeraklah"

"Naruto?"

"Bergeraklah sekarang"

Sasuke tersenyum sejenak dan mengecup bibir Naruto kembali. Ia lalu menggerakan pinggulnya pelan. Kedua tangannya memegang pinggul Naruto, menjaga agar tidak terlepas.

"Sshhh" Naruto sedikit mendesah ketika Sasuke mencabut pelan kejantanannya hingga hanya tersisa ujungnya saja, lalu memasukannya kembali. Otot-otot Naruto mengejang ketika merasakan bahwa kulit rektumnya bergesekan dengan kejantanan kekar Sasuke.

Gerakan Sasuke semakin cepat tiap menitnya. Sasuke menghujam kejantanannya semakin dalam, menyentuh sweetspot terdalamnya. Membuat biru sapphire Naruto tertutup kabut nafsu.

"Anhh.. Ahhh.. Ohh.. Sasukehh" Tubuh Naruto terdorong kedepan dan kebelakang seirama pinggul Sasuke menghujamnya. Diatas sana Sasuke sedang menatap Naruto yang terlihat sangat menakjubkan. Mulut terbuka, mata terpejam, air liur menetes dan desahan indah yang terlantun tiap ia menghujamkan kejantanannya makin dalam.

"Ohhh.. Ahhh.. Mmhhh.. Ahhh.. Argg" Gerakan Sasuke makin tak terkendali setelah mendengar desahan-desahan Naruto. Tidak hanya menghujamkan kejantanannya, terkadang ia memutar kejantanannya didalam lubang Naruto membuat pikiran Naruto ikut berputar di dalam lautan kenikmatan.

Bosan dengan posisi ini. Sasuke memutar tubuh Naruto hingga sekarang Naruto dalam posisi telentang. Sasuke kembali menghujamkan kejantanannya dengan kasar dan dalam. Tangan kanan Sasuke digunakan untuk memanjakan kejantanan Naruto yang mulai basah dan tangan kirinya digunakan untuk menyentuh puting kemerahan Naruto. Lidah Sasuke menari di leher Naruto dan membuat kissmark yang lebih banyak lagi disana. Menandakan bahwa Naruto adalah milik Uchiha Sasuke seorang.

"Sasuhh.. Ini ANHHH nikmathhh OHHH" Sasuke membungkam mulut Naruto dengan bibirnya dan Naruto pun membalas ciuman Sasuke. Kaki Naruto melingkar di punggung Naruto dan tangan Naruto memeluk leher Sasuke, tak membiarkan Sasuke melepas dirinya walau sedetik.

"Sasukehh.. Aku AHHH ingin keluar"

"Kita bersama, Naruto" Sasuke makin cepat menghujamkan kejantanannya dilubang Naruto. Membuat tubuh kecil Naruto terlonjak-lonjak tak karuan.

"Sasu, Aku kelu-AHHHHH"

"Naru, ARGGGHHH"

Cairan Naruto keluar mengenai perut dan dada Sasuke. Sedangkan cairan Sasuke jauh tertelan oleh lubang Naruto walau tak dapat tertampung semua dan meleleh keluar. Sasuke pun mencium bibir Naruto sebelum mencabut kejantanannya dari lubang Naruto.

"Aku mencintaimu, Naruto. Maaf perbuatanku yang selalu membuatmu kesal, entah di dunia nyata ataupun didunia maya. Tetapi yang pasti aku sangat mencintaimu." Sasuke menatap Naruto yang hampir terlelap disampingnya.

"Aku juga mencintaimu, Sasuke" Hanya balasan yang singkat dari Naruto sebelum ia jatuh terlelap. Tetapi menggambarkan seluruh perasaannya pada Sasuke.

"Selamat malam" Sasuke mengecup dahi Naruto lalu menariknya dalam pelukan yang hangat.

.

.

.

Kyuubi mengenggam ponselnya dari 15 menit yang lalu. Waktu memang sudah menunjukan jam 10 malam, tetapi ia masih saja berjalan mondar-mandir di depan rumahnya itu. Sesaat ia menatap layar handphonenya hanya untuk melihat nomer kontak bertuliskan "Uchiha Itachi".

"Ayo, Kyuu. Beranikan dirimu. Telepon dia sekarang juga" Kyuubi berbicara pada dirinya sendiri, berusaha untuk meyakinkan diri sendiri. Tetapi tiba-tiba raut mukanya berubah menjadi sedih dan bergumam

"Tetapi apakah ia mau mengangkat teleponku setelah aku tak menjawab teleponnya tiga hari sebelumnya" Kyuubi mendudukan dirinya di kursi bambu yang terletak dihalaman rumahnya. Ia sedang dilema parah saat ini. Ia masih menimbang baik buruknya keputusannya nanti. Ketika ia melihat sepasang remaja dengan jaket tebal sedang bergandengan tangan di seberang jalan. Ia menundukan kepalanya dan meyakinkan hatinya untuk menelepon Itachi sekarang juga.

Kyuubi menekan tombol 'call' di handphonenya dan menempelkan handphone itu ditelinganya. Suara 'beep' statis menunjukan bahwa handphonenya sudah terhubung dengan ponsel Itachi. Tetapi mengapa tak diangkat.

"Maaf, nomor yang an-"

"Brengsek" Kyuubi mengakhiri panggilannya dan mencoba meneleponnya lagi.

"Maaf, nomor yang-"

"Angkat, sialan" Kyuubi mencoba lagi

"Maaf, nomor-"

"Bodoh"

"Maaf,-"

"Kutil berjanggut" Tunggu, umpatan macam apa itu? Mata Kyuubi memerah karena marah sekaligus ingin menangis. Uchiha brengsek ini mengapa tidak mengangkatnya sih?

"Kyuu?"

"BRENGSEK KAU UCHIHA!" Kyuubi berteriak didepan ponselnya. Semoga saja Itachi tidak langsung tuli setelah ini.

"Maaf, tadi-"

"Hiks" Kyuubi mengusap matanya yang meneteskan air mata. Sial, kenapa ia malah menangis?

"Kyuu, ada apa? Mengapa kau menangis?"

"Kau sialan, hiks.. kau bodoh, hiks.. kau brengsek" Kyuubi tidak bisa membendung kekesalan dan kerinduannya ketika ia mendengar nada khawatir Itachi itu.

"Kyuu.. Kau kenapa? Katakan saja padaku"

"Maafkan aku, Itachi"

"Ada apa, kyuu? Kau tidak mempunyai salah apa-apa kepadaku"

"Tidak, aku meminta maaf kepadamu.. Hiks"

"Baiklah, kyuu. Kau ku maafkan"

"Maafkan aku karena aku telah menjauh darimu.. Karena aku telah meninggalkanmu.. Karena aku berusaha menduakanmu.. Maaf, Itachi.. Maaf atas apa yang ku perbuat selama ini kepadamu"

"..."

Tanpa membiarkan seorang yang diseberang sana berbicara, Kyuubi melanjutkan "Maaf, karena telah membuatmu khawatir kepadaku.. Maaf karena membuatmu ingin melupakanku.. Maaf karena aku berusaha melenyapkan dirimu dari hatiku"

"Cukup, kyuu"

"Maaf jika aku membuatmu menyerah untuk mencintaiku.. Maaf-"

"NAMIKAZE KYUUBI!"

"Hiks"

"Aku bilang cukup!"

"Itachi"

"Sebelum kau meminta maaf seperti ini.. Aku sudah memaafkanmu dari dahulu, kyuu"

"Hiks, Itachi.. Terima kasih"

"Ya, sekarang hapus air matamu. Kau tidak cocok untuk menangis, bocah besar"

Kyuubi sedikit tersenyum sambil menghapus air matanya. Perasaannya sudah sangat lega sekarang.

"Itachi"

"Ya?"

"Aku harap kau berada disini"

"... Aku selalu ada didekatmu, kyuu"

Kyuubi berpikir bahwa Itachi sedang meluncurkan gombalannya lagi.

"Bukan seperti itu. Maksudku, benar-benar disini. Disampingku" Kyuubi melirik bangku bambu kosong disebelahnya.

"Ya, aku benar-benar didekatmu, kyuu. Jarakku hanya seperti jarak pagar rumahmu dengan dirimu yang tengah duduk dihalaman depan rumahmu"

Kyuubi memalingkan matanya dan menatap kepagar rumahnya. Disana, didepan pintu pagarnya berdiri seorang laki-laki dengan jaket tebal warna merah maroon sambil menempelkan handphone ditelinganya. Kyuubi meloncat dari kursi bambunya dan menjatuhkan ponselnya sambil terus menatap pemuda tersebut.

Ia terus menatap pemuda tersebut hingga pemuda berjaket merah tersebut melebarkan kedua lengannya memberikan tanda ingin memeluk Kyuubi yang sedang menatapnya. Kyuubi langsung tersenyum bahagia sambil berlari dan melompat kearah pelukan pemuda tersebut.

Kyuubi memeluk pemuda itu dengan erat. Ia menenggelamkan wajahnya ke jaket pemuda tersebut seperti ia hanya punya waktu beberapa detik sebelum pemuda didepannya menghilang. Walaupun Kyuubi tahu bahwa pemuda didepannya ini tidak akan ia lepaskan lagi.

"Kyuu?" Pemuda itu mengelus puncak kepala Kyuubi

"Itachi"

"Aku hanya ingin-"

"Diam"

"Heh?"

"Aku hanya ingin memelukku sekarang, jadi jangan banyak protes sebelum aku puas"

Ultimatum Kyuubi kedengaran seperti tidak dapat diganggu gugat. Jadi disinilah Kyuubi dan Itachi berada. Diiringi salju pertama dibulan Desember yang mulai berjatuhan.

"Sama seperti saat pertama kali kita bertemu ya, Itachi?"

"Hn"

.

.

.

3 Tahun Kemudian

"Dasimu sedikit miring, Sasuke"

"Benarkah?"

"Biarkan aku membetulkannya"

Naruto mendekati Sasuke dan menata kembali dasi Sasuke. Lalu merapikan jas Sasuke yang agak berantakan. Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi mereka berdua.

"Naruto, dibibirmu ada sesuatu"

"Hah?"

"Biar aku yang membetulkannya"

Sasuke lalu mencium bibir Naruto dengan cepat. Naruto dengan panik mendorong tubuh Sasuke sehingga membuat Sasuke menyudahi ciumannya.

"Kau membuat jasku berantakan, Sasuke"

"Hn"

Mobil mereka berhenti didepan sebuah gereja besar dengan warna putih. Didepannya dihiasi dengan berbagai macam bunga dan balon beraneka warna. Sopir mobil Sasuke mengatakan bahwa mereka sudah sampai. Sasuke dan Naruto turun dari mobil dan menatap gereja didepannya kagum.

"Sasuke, ayo kita ke ruang ganti pengantin" Tanpa menunggu persetujuan Sasuke, Naruto menarik tangan Sasuke dan membawanya kesebuah ruangan kecil disamping gereja. Disana terdapat keluarga Sasuke dan Naruto yang sudah sampai terlebih dulu.

"Ayah, Ayah. Aniki dimana?" Naruto menarik lengan jas Namikaze Minato –ayahnya yang sedang berbicara dengan Uchiha Fugaku –ayah Sasuke. Minato berjongkok dan mengelus puncak kepala anaknya itu.

"Diruang ganti sebelah sana" Ujar Minato sambil menunjukan sebuah pintu. Naruto tersenyum kepada ayahnya lalu berlari sambil tetap menyeret Sasuke.

BRAK *SFX : Pintu didobrak

"KYUUBI"

"Aku disini, Naru. Tidak usah berteriak-teriak seperti itu" Naruto langsung menganga tak percaya. Ternyata kakaknya yang selalu urakan ini, tampan juga jika memakai jas. Rambutnya diikat dibelakang lehernya.

"Kyuu.."

"Apa?"

"Kau.. KAWAIIIIIII" Ujar Naruto melepaskan tangan Sasuke dan berlari untuk memeluk leher anikinya itu. Sedangkan Sasuke dan Itachi?

"Kau tampak bodoh, Baka-aniki" Ujar Sasuke datar

"APA?"

Perbedaan yang jauh antara hubungan kakak-adik keluarga Namikaze dengan Uchiha yah?

.

.

.

"Apakah kau, Uchiha Itachi. Menerima Namikaze Kyuubi sebagai ist- eh suami anda. Dan menemaninya dalam suka dan duka?"

"Saya bersedia"

"Apakah kau, Namikaze Kyuubi. Menerima Uchiha Itachi sebagai suami anda. Dan menemaninya dalam suka dan duka?"

Kyuubi memandang Itachi. Matanya memancarkan keyakinan yang sangat besar.

"Saya bersedia"

"Aku sahkan kalian sebagai pasangan suami-suami"

Bunyi musik yang dinyanyikan oleh para penyanyi gereja tersebut menambah kemeriahan suasana digereja tersebut. Melantunkan nyanyian penuh suka cita.

"Hiks, anikiiii" Naruto menangis terharu

"Nih" Sasuke menyodorkan selembar tisu. Mukanya masih datar, tak menunjukan perasaan senang atau apa pun.

"Terima kasih" Naruto mengambil tisu tersebut dan mengelap air matanya

Kyuubi mengalungkan lengannya di lengan Itachi. Lalu mereka berjalan bersama menuju sebuah mobil yang akan membawa mereka berbulan madu di sebuah pulau pribadi milik Uchiha. Burung dara berterbangan ketika ia mencapai luar gereja. Ayah dan Ibu mereka masing-masing melambaikan tangannya dan menangis terharu.

Sebelum masuk kedalam mobil. Kyuubi para tamu undangan dan berniat melemparkan buket bunga ditangannya yang dipercaya jika orang yang mendapatkannya akan menikah tak lama lagi.

"Whaa.. Aniki akan melempar buket bunganya. Aku akan mencoba menangkapnya" Ujar Naruto semangat sambil menghampiri gerombolan tamu undangan yang ingin mendapatkannya juga. Sedangkan Sasuke berpikir bahwa itu hanya mitos tak berguna dan memilih mejauh dari gerombolan manusia itu.

3.. 2.. 1.. Lempar

Gerombolan tamu undangan itu saling jambak, gigit, cakar dan dorong ketika buket bunga itu melayang tinggi diatas mereka. Hingga ada beberapa orang yang terjatuh tersungkur karena terdorong orang tak bertanggung jawab. Tentu saja tubuh kecil Naruto hanya akan mendapat himpitan dan dorongan ditengah kumpulan orang itu.

GREP

"Aku mendapatkannya!" Ujar seorang pemuda dengan rambut pirang panjang sambil melompat-lompat dan mengayunkan buket bunga yang berada ditangannya.

"Aku mendapatkannya, Hidan-sensei" Ujar pemuda tersebut sambil memeluk seorang berambut perak klimis yang bernama Hidan

"Ya, kau mendapatkannya, Deidara" Ujar Hidan kepada pemuda pirang tersebut yang bernama Deidara.

"Apakah ini pertanda kalau kita akan menikah sebentar lagi, Hidan-sensei?"

"Semoga saja" Ujar Hidan sambil tersenyum. Aura merah muda dengan bentuk hati menjadi background pasangan ini. Membuat tamu undangan yang lain berkata 'Ohhh.. So sweet' dalam hati.

.

.

.

OMAKE

"Hey, Dobe"

"Hm?"

"Besok kita menikah yah?"

"HAHHH?"

OWARI

.

.

.

~END~

Akhirnya selesai juga Fic ini.. Untuk para reader semua, Mind ucapkan terima kasih karena bertahan sejauh ini untuk memberi semangat kepada saya untuk melanjutkan Fic ini.. Ini Fic pertama saya, jadi jika ada kesalahan, mohon dimaafkan *Bungkuk* Jika Lemonnya kurang HOT, Mind juga minta maaf.. Mind sudah mengerahkan seluruh kekuatan Mind untuk Fic ini..

Oh iya, akhirnya terjawab sudah bahwa pairing ...Dei adalah HidanDei yahh.. n,n Sengaja dirahasiakan dahulu untuk menambah kemisteriusan Fic ini.. Maaf jika pairnya crack, sebenarnya Mind juga bingung kenapa bisa terpikir memasangkan Hidan dan Deidara seperti itu.. u,u Maaf jika ada yang tidak suka.. Sekaligus menambah dan memperkaya koleksi pair-pair di fandom Naruto juga.. Jadi jika ada yang membuat Fic tentang pair HidanDei.. Tolong cantumkan nama 'In My Bla-Bla Mind' di Disclaimernya yah.. *Abaikan ini*

Akhir kata sampai jumpa di Fic saya selanjutnya..

.

.

.

I Will Glad If You Write Something In Review Column!

*Kecup Basah dari Mind-san 3