Warnings : Overmesum!Rivaille.

Hasegawa Nanaho presents,the last chapter of...

Kankoshi

Story By : Hasegawa Nanaho

Shingeki no Kyojin (c) Hajime Isayama

Warnings : AU, Typo(s), garing, aneh, ozol, alay, banyak anu, Shounen ai dkk. Dont like dont read. First Shingeki no Kyojin fiction *senyum mezum*

Hell yeah, enjoy this last.

Chapter 6.

.

.

.

What a damned looks.

Adalah kata pertama yang Rivaille ucapkan ketika ia bangun dari tidurnya.

Ia abaikan pengelihatannya yang masih berkunang-kunang pasca bangun tidur, menghampiri seseorang di sebelahnya yang tampak gelisah memegangi daerah bagian bawahnya.

Eren Jaeger. Pemuda yang merupakan bawahannya di perusahaan yang ia kelola bersama Irvin Smith, ditemukan sedang memasang wajah ngeden face, suatu tampang paling edgy dari wajah pemuda beriris hijau daun itu.

"Sakit, kan."

"BERHENTILAH MENGATAIKU, DASAR ATASAN KURANG AJAR!" Maki Eren dengan bekas jejak air mata di pipinya.

"Ooh," Rivaille hanya membulatkan bibirnya, seraya menyisir helai hitam kelamnya yang masih kusut.

"Kemaluan Anda terbuat dari apa sih, kenapa bisa sesakit ini? Ugh..." Eren bertanya frontal, masih dengan ngeden face yang setia terlukis di wajahnya.

"Baca saja di buku kedokteran di perpustakaan." Rivaille mengutarakan jawabannya, lalu melanjutkan, "lagi pula, ini hukumanmu, Eren Jaeger. Jangan salahkan aku kenapa rasanya begitu sakit,"

"Dasar atasan kecil hati," Eren misuh-misuh sendiri, "ah bukan kecil, bahkan mungkin tidak punya hati,"

"Kau banyak dosa terhadapku, makanya sakit," Rivaille menyeringai, "terus saja mengataiku seperti itu, Eren. Akan kubuat penderitaanmu bertambah."

Eren bungkam kemudian.

.

.

.

"...Sir..."

"Nanda?"

"Kenapa puisi buruk buatanku masih Anda simpan?"

"Kenang-kenangan." Rivaille menoleh ke arah lain, "kalau ternyata kekasihku menyatakan cintanya lewat puisi yang begitu in—"

"B-BAKA!" Eren menerjangkan sebuah bantal ke wajah Rivaille.

Perang bantal dimulai dan diakhiri dengan Rivaille sebagai pemenang.

Ah, sejak tadi mereka bahkan lupa memakai busana masing-masing.

.

.

.

"Sir..." Eren mencolek-colek bahu polos Rivaille dengan tergesa-gesa.

"Apa?"

"Sepertinya aku tidak enak badan..." Eren mellingkarkan selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Oh, baguslah,"

ZONK.

Eren lagi serius, om wadir.

"Perasaanku tidak enak," Eren mulai menggunakan tangannya untuk menutup mulutnya.

Eren berlari ke kamar mandi, memuntahkan isi perutnya sebisa mungkin.

"Kau kenapa?" Rivaille memijat pelan tengkuk si pesakit.

"Aku hanya merasa mual,"

"Apa kau hamil?"

OH MEN GOAT.

Orang bodoh mana yang berpikiran bahwa segala jenis mual dan muntah adalah gejala kehamilan.

"Aku tidak mungkin hamil, Sir. Aku laki-laki tulen,"

"Mungkin kau pengecualian," Rivaille kembali menyunggingkan senyum misterius, "apalagi tadi malam kau sudah kubuahi—"

"SIR TOLONG." Eren memelototi Rivaille, "sepertinya aku tertular olehmu..."

.

"Yah, gantian," Rivaille berbalik badan, "kali ini biarkan aku yang merawatmu,"

.

.

.

Keduanya sudah berpakaian lengkap. Salah satunya over lengkap, dengan selimut tiga lapis dan kompres hangat. Si over lengkap merupakan pemuda brunette yang sedang menggigil tak karuan.

Sebenarnya Eren tidak suka berdiam diri di atas kasur. Ia ingin bebas berlari-lari.

.

.

.

"Hueeekkhh!" Bagaimana dirinya bisa berlari-lari overactive kalau baru diasup sesendok bubur saja sudah muntah-muntah?

"Kenapa jadi separah ini?" Rivaille yang mulai kesal hanya bisa berkacak pinggang.

"Semalam aku hanya tidak makan, karena harus "melayani" atasan yang kecil hati,"

Duh Eren. Sudah sakit, masih saja suka menantang orang.

Mau tidak mau Rivaille mengalah.

"Baiklah, maafkan kekecilan hatiku." Rivaille memasang kembali wajah datarnya.

"Tidak semudah itu," Eren tersenyum lemah sambil membetulkan posisinya di ranjang, "kau harus merawatku sebaik aku merawatmu,"

Nenekmu salto, Ren. Merawat dengan baik endasmu.

"Begitu?" Rivaille beranjak menuju dapur mini di ruangan pribadinya. Tidak lupa, ia mampir ke kotak obat di sudut ruangan.

Rivaille kembali menghampiri Eren dengan secangkir teh dengan uap yang mengepul.

"Minum," Rivaille menyodorkan cangkir itu di hadapan Eren.

"Terima kasih~" Eren menegak saja cairan kecoklatan berbau harum itu hingga kandas.

.

.

.

"Nah, Eren." Rivaille kembali bertanya, "apa yang kau rasakan di tubuhmu sekarang?"

"Nhhn..." Eren membalas dengan desahan, "panas dan...geli..."

"Bagus." Rivaille menyeringai, kembali menghampiri kotak obat di sudut ruangannya, lalu memamerkan merknya pada Eren.

"Kau tahu ini apa, Eren Jaeger?"

"Eeh...cap kuda laut?"

.

Krik.

.

Jawaban Eren memaksa telunjuk kanan Rivaille untuk sedikit menyingkir dari bungkusan serbuk itu.

"Obat...perangsang?" Eren menutup mulut lebarnya dengan wajah memerah tak karuan.

Rivaille menganggukan kepala, lalu mengembalikan obat nista itu ke kotak obat.

"Barusan Anda membubuhkan itu ke dalam tehku?" Eren panik tingkat kolosal.

"Hn." Jawaban singkat dari Rivaille membuat Eren terjatuh dari kasurnya.

"Kenapah?" Eren mendadak alay.

"Bukankah kau merawatku sedemikian "baik" nya?" Rivaille melontarkan senyum iblis. Eren terlonjak dibuatnya.

"Sialan..." Eren mengipas-ngipaskan tangannya untuk mengusir kegerahan.

"Jadi..." Rivaille menggantungkan kata-katanya, "...mau dikipasi, dimandikan, atau...dirawat "sebaik-baik" nya, Eren Jaeger?"

Eren hanya bisa menelan ludah.

Dikipasi, dimandikan. Toh akhirnya juga sampai ke "dirawat sebaik-baiknya".

Eren tahulah apa itu maksud dari dirawat sebaik-baiknya.

"Eeh...tidak usah dirawat, saya takut merepotkan—"

"Kau tidak merepotkanku, Jaeger. Malahan..." Rivaille mulai melepas kain lap berlipat—cravat miliknya, "aku akan sangat menikmati kegiatan oishasan gokko ini," Ujarnya kemudian, disertai senyuman yang menggoda.

Eren hanya bisa meneguk ludah. Keringat dingin sudah melicinkan lehernya.

'Padahal bokong ini sudah menderita semalaman...' Batinnya gelisah.

"Ahnn~" Kegiatan rawat-merawatnya sudah dicuri start oleh Rivaille.

"Masih sensitif seperti biasa..." Rivaille menciumi tengkuk Eren perlahan.

"S-sial..." Eren menghembuskan napas hangat yang berat, "rasanya demamku bertambah parah..."

"Nanti juga sembuh," Rivaille menyeringai di belakang Eren, "aku saja sembuh,"

Eren ingin punya mesin waktu, mamak.

Eren mau merawat Rivaille sebaik-baiknya lagi...

.

Ciuman panas sudah ditorehkan Rivaille di sekujur badan Eren. Bekas bercak merah semalam rasanya sudah hidup kembali.

"Hunnhh..." Desahan Eren kembali mengudara, masih di ruang kerja pribadi Rivaille yang entah kenapa sejak pagi tidak ada yang mengetuknya.

"Sepertinya kau sudah mulai sembuh, Eren..." Rivaille menggigit leher Eren lagi, "apa ciuman sungguh bisa memindahkan suhu tubuh seseorang?"

"Sir...hentikanh-ahhnn~" Eren terus-terusan menggeliat tidak nyaman. Perutnya serasa diaduk-aduk dengan sensasi menyenangkan.

Rasa tidak enaknya mendadak hilang menguap, dibawa ciuman dan gigitan yang Rivaille buat di tubuhnya.

"Tidak."

"Sudah cukuph...Sir...aku sudah baik-ahnnn~" Bibir Eren kembali dilumat oleh Rivaille.

"Sudah kukatakan, Eren." Rivaille melepas ciuman panasnya, lalu meraih resleting celana Eren, hendak menurunkannya, "aku tidak akan berhenti sampai selesai."

"Uhnn~ S-SIR J-JANGANHH!"

"Oi," Rivaille mendongakan kepalanya, menatap Eren dengan bosan, "adikmu ini masih tegak, ia menantangku,"

Selera humor Rivaille memang tidak pernah berujung pada hal baik.

"Ja-jangan—AHHNN~" Eren merasakan sesuatu meraba bokongnya yang masih nyeri pasca kegiatan "ranjang goyang" semalam.

"Hmph," Rivaille mendengus, "kalau aku meninggalkanmu sekarang, kau juga akan kesal, kan?"

"TENTU SAJA AKU KESAL!" Eren bersorak dengan lantang, "Dasar kau atasan tidak bertanggung jawab!"

"Kau sendiri yang setuju," Rivaille memejamkan matanya, lalu mengeluarkan seringai tampan, "kalau begitu, ayo kita ulang kegiatan semalam,"

"E-EH MAKSUDKU—AAHNN~!" Eren sudah terperangkap omongannya sendiri.

"Aku tidak mau dengar protes saat aku sedang bekerja, Eren." Ancam Rivaille dengan dingin, "keluarkan semua desahan alamimu, itu akan menjadi musik yang sangat bagus untukku bekerja,"

"D-DAME! A-AHNN~!" Eren tidak bisa menutup mulutnya yang terlanjur memalukan, "Rivaille brengsekh—AHHN~"

Dan itu adalah umpatan terakhir dari mulut Eren. Selanjutnya hanya berupa desahan dan erangan erotis.

.

.

.

"Haah..." Eren mengehela napas, "akhirnya terbebas dari neraka,"

Ya. Dua hari seruangan bersama wakil direktur Recon Corps memang sangat tidak baik untuk kesehatan jasmani maupun rohani Eren.

Diperkokos, diperkaos, diperkoseng. Pada akhirnya hanya berakhir pada satu kata.

Bokong sakit.

Eren bisa merasakan tanah berguncang ketika ia baru saja melangkahkan kaki dari ruangan tempatnya bekerja.

Sekali lagi, Eren. Itu karena bokongmu sakit.

"AH EREN!" Seseorang memanggilnya.

"Ya, Petra-san? Ada apa?"

"Kau...dipanggil Sir Rivaille, sekarang juga."

.

Krik.

Baru juga kurang dari dua belas jam bebas.

.

"Apa, harus aku?" Eren benar-benar tidak siap apabila disuruh menyambut neraka dunia lagi.

Telepon genggam milik Eren berdering. Sebuah nomor privat meneleponnya.

"Ya, halo?"

"Bocah, ruanganku sekarang. Cepat. Gpl."

"..."

"Tuut...tuut...tuut..."

Eren gagal faham.

Si atasan itu kekurangan pulsa, atau sedang ada badai melanda ruanganya?

.

"Hah," Eren kembali di situasi ini, duduk di hadapan sang atasan yang sekaligus pelaku diperkokosnya keperjakaan seorang Eren Jaeger, "Lalu, kenapa Anda berkeringat seperti itu?"

Pertanyaan ambigu-nan-polos dilontarkan Eren, membuat alis Rivaille menukik.

"Khe, ternyata suhu tubuh memang bisa dipindahkan melalui ciuman," Rivaille melempar tatapan bosannya, "aku tertular demammu, Eren. Dan aku tidak mau lagi kau merawatku seperti pertama kalinya itu."

Eren menelengkan kepalanya, serta memasang tampang vloon seketika.

"Bocah," Rivaille mendengus, "rawat aku sekali lagi."

Sebuah titah yang tidak bisa digertak sudah diluncurkan dari bibir Rivaille.

Dirawat Eren Jaeger mungkin adalah hal buruk.

Tapi, Rivaille hanya berucap hal yang sama, apabila Eren menolak melakukannya.

.

.

.

"Watashi no, kankoshi,"

.

.

.

The End.

A/N :

KYA KYA KYA KYA KYA AMPON TAMATNYA NGGAK BANGET KAN YAH.

Sudah berapa bulan ditinggal, ini kisah jablay banjet...

UDAH YA. INI SERIAL SINET UDAH TAMAT PAS JAM 11 MALEM AHA AHA. SORI PENDEK BROY, GAK SANGGUP LAGI MAU DIPANJANGIN KAYAK MANA, UDAH DITODONG ALPACA—

CINTAKUH UNTUK SEMUA YANG BACA YA, MAKASIH YA UDAH DIIKUTIN SAMPE TAMAT JELEK BEGINI :"))

MAAFIN ITU TAMATNYA GANTUNG YA AHA AHA.

POKOKNYA KANKOSHI BAKAL ADA SEKUEL! YEAY~~ DITUNGGU AJA OKEH OKEH OKEH.

Saya kapok bikin cerita switch pair macam begini, mengecewakan reader-tachi sekalian :"))) maafkan saya laa...

Untuk yang review, nanti kalau ada waktu saya balas, mwah.

Smell ya in another story~

Regards, Hasegawa Nanaho.