Blind Date by Neko La Piercee

Naruto is belong to Masashi Kishimoto and I just borrow some charas.

Rate : T

Genre : Romance & Humor (mungkin sedikit)

Para charanya mungkin OOC, alur jelek, dan cerita mungkin abal.

Then, happy reading, minna!

.

.

.

Pagi yang cerah disertai luasnya angkasa biru kini menyelimuti ketenangan di desa Konoha. Yah, setelah banyaknya insiden menyeramkan beberapa tahun lalu yang pernah terjadi seperti peperangan antar dunia shinobi dan penyerangan serta teror yang dilakukan oleh organisasi Akatsuki kini telah usai. Hampir seluruh daerah hancur dan kerusakan hutan juga terjadi dimana-mana. Perlahan tapi pasti beberapa desa seperti Konoha, Suna, Amegakure serta beberapa desa lainnya mulai bertahap membangun ulang desa. Di berbagai penjuru desa, khususnya Konoha, terlihat banyak warga desa yang bergotong royong saling membantu memperbaiki rumah, jalan, toko-toko juga kedai dan tempat wisata yang hancur berantakan. Gema suara palu yang memukul paku dan juga alat pemotong kayu semakin menambah keramaian yang ada di desa tersebut. Desa ini benar-benar dalam tahap renovasi.

Di samping aktivitas pembangunan desa, mari kita intip keadaan seorang pemuda yang kini masih terlelap di kamar apartemennya. Dengan masih memakai piyama orange kesayangannya, sebut saja Naruto Uzumaki, masih tetap mendengkur sambil mengigau tak jelas. Selimut dan futon miliknya sudah sangat berantakan. Tapi, ia masih saja asyik berkutat di alam mimpinya padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan.

"Ahh~... ramenku~... ramenku~... Jangan kabur gitu dong! Nyam, nyam..." igau pemuda berkulit tan itu sambil melambai-lambaikan tangannya seolah-olah sedang meraih sesuatu.

Tiba-tiba di sela-sela igauan pemuda bermarga Uzumaki tersebut, tedapat sebuah bayangan seseorang yang kini sedang berdiri di hadapan pemuda itu dan tubuh seseorang itu membelakangi jendela kamar Naruto. Setelah author sorot sosok itu dari bawah hingga atas (kayak fim aja pake acara disorot-sorot segala) dapat diketahui sosok itu adalah Hatake Kakashi, mantan guru pemuda Uzumaki. Dengan ekspresi yang terlihat bosan itu, si guru perlahan mendekati Naruto yang masih asyik menangkap ramennya (?). Kakashi lantas berjongkok di samping Naruto dan menyentil hidungnya pelan. Yang disentil itu bukannya langsung bangun tapi malah menggosok-gosok hidungnya merasa risih. Kakashi menghela napas sejenak, lantas ia berdiri dan berkacak pinggang. Sebuah ide gila terlintas di pikiran laki-laki berambut keperakan itu, lalu tiba-tiba ia membuat sebuah gerakan seperti jutsu. Dan benar saja ia sedang menggunakan sebuah jutsu.

"Kuchiyose no Jutsu!" ucap Kakashi lirih dan,

POOFFF!

Keluarlah seekor anjing kecil sejenis bulldog berbaju biru dan menggunakan ikat ninja lambang Konoha di kepalanya. Dengan ekspresi tertekuk anjing itu menoleh ke arah tuannya yang memanggil. Anjing kecil itu menatap Kakashi dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Hoi, Kakashi. Kenapa kau memanggilku, hah?" anjing itu, diketahui namanya adalah Pakkun, bertanya heran.

"Yo, aku ada kerjaan untukmu. Hehehe..." cengir Kakashi dibalik masker biru dongkernya itu.

"Hah? Apa itu?" Pakkun penasaran.

"Gigitlah hidung bocah ini agar bangun!" perintah Kakashi dengan jari telunjuknya mengarah ke Naruto yang masih asyik mengigau.

"Hah? Hanya itu saja? Kupikir ada apa kau memanggilku! Ogah ah!" protes Pakkun.

"Sudahlah, lakukan saja! Nanti kubelikan daging sapi terbaik bagian dalam deh." Perintah Kakashi disertai dengan iming-iming andalannya.

"Benarkah?" selidik Pakkun curiga, mengingat tuannya sering kabur tak jelas jika sudah mengiming-imingi sesuatu.

"Yeah, asal kau mau menggigit hidung anak ini!" tukas Kakashi.

"Oke." Ucap Pakkun mulai berjalan dan menaiki tubuh Naruto, "padahal ada yang lebih enak untuk kugigit selain hidung bocah ini, heehh~" desahnya pelan, lalu...

GRAUKK

"GYAAAAAAA! HIDUUNGKUUUU!" teriak pemuda tan itu tiba-tiba lalu melemparkan Pakkun menghantam tembok hingga mata anjing itu berputar-putar.

"Ittaiii! Hidungku~..." Naruto yang sudah bangun mengusap hidungnya pelan berharap mengurangi rasa perih di hidung mancungnya.

"Yo!" sapa Kakashi sambil menahan tawa melihat Naruto meringis kesakitan memegang hidungnya.

"AAAA! KAKASHI SENSEI?!" kaget Naruto setelah mendengar sapaan tiba-tiba dari mantan senseinya.

"Apa aku mengagetkanmu?" dengan pura-pura tak bersalah pria itu bertanya pada Naruto.

"Tentu saja, dattebayo! Hidungku masih sakit dan tiba-tiba saja kau ada di sampingku seperti hantu!" kesal Naruto dengan siku-siku empat (?) tanda marah di dahinya.

"Hoi Kakashi, kau harus membelikanku dua daging sapi bagian dalam sebagai pertanggungjawabanmu!" seru Pakkun yang telah sadar dari lemparan Naruto.

"Eh, kenapa anjing itu ada di sini?" Naruto menatap heran pada Pakkun.

"Hei, bocah! Hidungmu membuat mulutku terasa aneh tau!" umpat Pakkun.

'Eh, hidungku? Hidungku...' saat Naruto bergumam di pikirannya karena ucapan Pakkun tersebut. Lama ia memutar-mutar otaknya mencoba memahami maksud anjing itu, dan "AAKKHH! Jangan-jangan kau yang menggigit hidungku?!" Naruto kaget bercampur curiga.

'Dasar otak lamban. Yang seperti ini mau jadi Hokage...' pikir Pakkun.

"Tenanglah! Memang benar Pakkun yang menggigitmu karena kau susah sekali dibangunkan," ucap Kakashi disela-sela kekagetan Naruto, "sekarang cepat bangun dan ganti bajumu. Nona Hokage sekarang sedang menunggumu." Lanjut Kakashi.

"Eh? Tsunade-baachan? Bukankah semua Jonin hari ini diliburkan dari misi?" heran Naruto.

"Entahlah, tapi dia menyuruhku langsung membawamu. Jadi, cepat ganti baju sana. Kutunggu kau di luar 5 menit!" dan Kakashi pun keluar dari jendela Naruto diiringi Pakkun di belakangnya.


-SKIP NARUTO MANDI DAN BERURUSAN DI KANTOR HOKAGE -


Pemuda bermarga Uzumaki itu keluar dari ruangan Hokage dengan ekspresi sangat senang. Ia berjalan melewati koridor kantor dengan bersiul-siul dan melompat kegirangan. 'Yatta! Yatta! Yatta! Mimpiku... mimpiku jadi nyata. Kami-sama, katakan ini bukan mimpi 'kan?' batin Naruto kegirangan setelah mendengar ucapan langsung dari Tsunade bahwa di usianya yang kini menginjak 25 tahun, ia telah dipilih oleh para tetua sebagai Rokudaime Hokage Konoha. Disela-sela kegirangannya, ia berhenti sejenak dan melepas ikat ninjanya. Lama ia memandangi ikat kepala itu dan beberapa detik kemudian ia tersenyum sambil menggenggam erat ikat kepalanya. Ia bawa genggaman erat itu menuju dadanya dan matanya mulai memanas, ia akan menangis. Tak lama kemudian, bulir-bulir air mata kebahagiaan turun melewati pipi dan rahangnya. Segala macam bentuk pikiran terputar di benaknya. Ia melihat Tou-san dan Kaa-sannya tersenyum bangga, detik berikutnya wajah Jiraiya tengah tersenyum dan memberikan jempol untuknya. Ia mengusap air matanya dan mulai bergumam lirih.

"Tou-san, Kaa-san, Ero-Sennin, aku ingin kalian melihatku menjadi Hokage. Aku... aku..." ia kembali terisak pelan.

Ketika ia sedang mengusap pelan air mata yang kembali jatuh, tanpa sengaja ia melihat sosok sahabat yang ia kenal sejak di Akademi berjalan menuju arahnya. Seringai kecil terpampang jelas di wajah pemuda yang memiliki tato merah di wajahnya. Tak lupa, anjing putih besar kesayangan pemuda itu juga turut mengekor di belakangnya. Sebut saja Kiba, kini melambai ke arah Naruto.

"Yo! Calon Rokudaime!" sapa pemuda bermarga Inuzuka itu.

"Yo, Kiba, Akamaru!" Naruto membalas sapaan si penyuka anjing itu.

"Selamat ya! Tak kusangka kau bakal jadi Hokage. Padahal tampang dan kepribadian berantakanmu itu sangat tidak cocok untuk menyandang gelar Hokage. Hahahaha...!" Kiba tertawa keras.

"Kau ini memujiku atau mengejekku heh?" Naruto tampak kesal, "daripada itu, kau tau darimana kalau aku bakal jadi Hokage selanjutnya? Aku saja baru tahu tadi..." tanya anak Yondaime tersebut penasaran.

"Hmm, tadi sewaktu kau dipanggil Godaime, kebetulan aku juga lewat dan mencuri dengar pembicaraan kalian. Makanya aku tahu." Ucap Kiba sambil menopangkan tangan ke dagunya.

"Dasar kau tukang nguping!" celetuk Naruto, "aku pergi dulu ya. Aku mau liburan nih!" lanjutnya.

"Hei, tunggu dulu. Kau mau kemana setelah ini?" tanya Kiba.

"Entahlah. Mungkin jalan-jalan keliling desa. Kenapa? Kau mau ikut? Ogah ngajak kau, dikiranya maho ntar aku, dattebayo!" cerocos Naruto langsung.

"Bukan begitu, bodoh! Setelah aku menyampaikan laporan para geninku, aku ingin menawarimu sesuatu. Mau tidak?" Kiba menyodok lengan Naruto lirih sambil menaikturunkan kedua alisnya.

"Tawaran apa?" tanya Naruto.

"Nanti saja kuberitahu. Aku harus memberikan laporan ini dulu pada Hokage. Tunggulah di pintu masuk kantor." Ucap Kiba seraya meninggalkan Naruto.

"Oke!"


-DI DEPAN PINTU MASUK KANTOR HOKAGE-


"Hoi!" Kiba menepuk pundak pemuda blonde yang berdiri memunggunginya.

"Lama sekali. Aku bosan menunggu, dattebayo!" omel Naruto.

"Gomen, gomen. Tadi Akamaru lari entah kemana, jadi aku mencarinya dulu, hehehe..."

Naruto menyipitkan mata tak senang lalu memandang sinis Akamaru yang berdiri di samping Kiba. 'Anjing itu kelihatannya semakin lama semakin merepotkan saja', umpat Naruto dalam hati.

"Hoi, tadi kaau bilang mau menawariku sesuatu. Apa itu?" tanya Naruto to the point setelah mengumpat Akamaru.

"Oh, itu. Begini, kau mau ikut kencan buta tidak? Teman-teman lainnya ikut loh!" tawar Kiba.

"Hah? Kencan buta?" heran Naruto.

"Iya. Aku, Shino, Choji, dan Lee ikut serta. Kau ikut tidak?" tawarnya sekali lagi.

"Tidak ah! Kenapa pula aku harus ikut kencan buta? Banyak wanita yang sudah terpesona akan diriku. Hahaha..." sombong pemuda itu sambil membayangkan dirinya dikejar-kejar para gadis Konoha.

"Nyatanya kau belum punya pacar sekarang. Seperti itu masih dibilang punya pesona? Dasar tukang khayal!" ucap Kiba acuh tak acuh.

JDUAAKK

Naruto langsung jatuh tersungkur mendengar ucapan Kiba. Segera ia berdiri dengan tampang geram memandang Kiba. Pemuda di hadapannya malah memalingkan muka dengan acuh dan bersiul ringan, sementara anjingnya hanya mengibas-ibaskan ekornya.

"Aku punya pesona tahu!"

"Buktinya kau tidak bisa menyaingi si Uchiha. Dia sudah pacaran dengan Sakura dan mereka akan menikah. Shikamaru saja yang suka bermalas-malasan diterima Temari jadi pacarnya. Terus Sai, si Jonin baru itu sudah pacaran dengan Ino. Nah, sedangkan dirimu? Walaupun sudah jadi pahlawan di Konoha, kau tetap saja menjomblo. Kau tidak iri sama mereka, heh?" selidik Kiba.

"I,it,itu...itu..." Naruto gelagapan menjawabnya.

"Sudahlah, ikut saja. Kujamin kau tak akan menyesal. Agen kencan buta bilang, gadis-gadis yang ikut cantik-cantik lho. Tidak hanya dari Konoha, tapi dari desa tetangga juga."

Naruto berpikir sejenak, lalu, "baiklah. Aku ikut." Ucapnya kemudian.

"Yosh, aku akan bilang pada si Agen untuk mendaftarkanmu. Besok pagi, pasti kau sudah dihubungi sama si Agen tentang jadwal kencanmu." Terang Kiba.

"Oh, oke kalau begitu. Tapi, jika aku medapatkan gadis yang jelek, buruk rupa dan menyebalkan, aku akan menghajarmu dan si Agen itu!" ancam Naruto.

"Tenang saja. Kau mau cari gadis yang bagaimana? Nanti si Agen akan mencarikan sesuai kriteriamu," Tukas Kiba.

"Hmm... kriteriaku ya..." Naruto berpikir sebentar, "ha! Dia harus baik, cantik, seksi, lembut, ramah, pintar memasak terutama ramen, dan memiliki mata yang indah seperti mata sapphiere-ku ini, dattebayo. Hahaha..."

"Banyak sekali tuntutanmu," Kiba sweatdroped, "oke, nanti kubilang sama si Agen. Nah, aku harus pergi sekarang, Hana-neechan menyuruhku berbelanja keperluan masak sebelum ia pulang. Ayo, Akamaru!" pemuda itu mulai beranjak pergi, "jaa nee!" ucapnya sambil melambaikan tangan ke Naruto.

"Jaa nee, dattebayo!"

Setelah kepergian Kiba, kini Naruto juga mulai beranjak meninggalkan halaman depan kantor Hokage. Dia berjalan sambil bersenandung riang. Tangannya ia selipkan di kedua saku celana. Ketika bersiul-siul lirih, tiba-tiba ada sebuah konser. Wah? Konser siapa? Konser siapa? YUI? AKB48? Atau malah konsernya Jupe? (kumat nih author -_- #dihajar reader). Eh, bukan kok ternyata. Bukan YUI, AKB48 ataupun artis tanah air kayak Jupe, tapi konser di perut Naruto. Yup, sekarang lambungnya sedang mengadakan konser mengais-ngais makanan, alias kelaparan. Si empunya tak jadi bersenandung ria. Ia celingak-celinguk mencari warung terdekat dan tatapannya berhenti di kedai ramen Ichiraku. Ia berbinar dan langsung berlari menuju kedai tersebut.

"Paman, beri aku semangkuk ramen rasa miso ukuran jumbo ya!" teriak Naruto setelah masuk ke dalam kedai.

.

.

.

TBC... mungkin?

Entahlah, neko lagi bingung sama fict satu ini. Padahal neko masih punya hutang fict buat fandom sebelah (melirik fict fandom sebelah yang masih dalam keadaan yang mengenaskan, T_T). BTW, ini dalah fict ketiga neko lho! Yee~~ (/^0^)/ (teriak-teriak gak jelas). Ide gila dari cerita ini keluar gitu aja dari kepala neko, nah karena neko udah buat, gimana? Gimana ceritanya? Enaknya lanjut apa enggak? Rencananya sih fict ini mau neko buat oneshot gitu aja, eh ternyata malah agak kepanjangan. Makanya sebagai readers yang baik, mohon kritik dan sarannya ya?

Mohon tinggalkan review, please? ^^